Anda di halaman 1dari 67

I.

AKAR
Akar merupakan tumbuhan yang paling dasar. Akar adalah bagian pokok tumbuhan
disamping batang dan daun. Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat di
dalam tanah dan tempat masuknya mineral atau zat-zat hara yang akan disalurkan ke daun
oleh jaringan pengangkut yqang disebut xylem (pembuluh kayu). Asal akar dari lembaga
(radix), pada dikotil, akar lembaga terus tumbuhan sehingga membentuk akar tunggang dan
pada monokotil akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuhan akar-akar
yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar baru. Akar monokotil dan
dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar (kaliptra) yang fungsinya melindungi ujung akar
sewaktu menembus tanah.
Fungsi Akar
Adapun fungsi akar adalah:
a. Untuk mmelekatkan tumbuhan pada media (tanah) karena akar memiliki kemampuan
untuk menerobos lapisan tanah.
b. Menyerap garam, mineral, dan air, melalui bulu-bulu akar, air masuk ke dalam tubuh
tumbuhan.
c. Pada beberapa tanaman, akar digunakan sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan, contohnya: pada ubi, kentang, wortel, dan lain-lain.
d. Pada tanaman tertentu seperti bakau berperan untuk pernafasan.
Sifat Akar
Adapun sifat akar adalah:
a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah
tumbuh pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air(hidrotop), meninggalkan udara dan
cahaya.
b. Tidak berbuku-buku, tidak beruas dan tidak mendukumg daun-daun atau sisik-sisik
maupun bagian-bagian lainnya.
c. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
d. Tumbuh terus pada ujungnya.
e. Bentuk ujungnya sering kali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
A. Struktur Akar

Struktur pada akar dapat di bagi menjadi beberapa macam:


a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang bersambungan dengan
pangkal batang.
b. Ujung akar (apex radicis), bagian akar yang paling muda, terdiri atas jaringan-
jaringan yang masih dapat mengatakan pertumbuhan.
c. Batang akar (corpus radicis), bagian akar yang terdapat antara leher akar dan
ujungnya.
d. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tak langsung
bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok. Dan masing-
masing dapat mengadakan percabangan lagi.
e. Serabut akar (fibrilla radicalis), cabang-cabang akar yang halus-halus dan berbentuk
serabut.
f. Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang
sesungguhnya hanyalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang.
Bentuknya seperti bulu atau rambut, oleh sebab itu dinamakan rambut akar atau bulu
akar. Dengan adanya rambut-rambut akar ini bidang penyerapan akar menjadi amat
diperluas, sehingga lebih banyak air dan zat-zat makanan yang dapat dihisap.
g. Tudung akar (calyptras),yaitu bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas
jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah.
B. Struktur Anatomi Akar

Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke
dalam.
a. Epidermis
Dalam struktur anatomi akar, epidermis merupakan bagian terluar dari akar yang
berasal dari protoderm. Terdiri dari satu lapis sel yang tersusun rapat, dinding sel tipis dan
biasanya tidak memiliki kutikula sehingga mudah di ditembus air. Ada yang atau memiliki
kutikula yang sangat tipis dan tidak mengganggu proses penyerapan pada akar. Memiliki
rambut-rambut akar yang merupakan hasil aktifitas sel dari belakang titik tumbuh. Rambut-
rambut akar ini berfungsi memperluas bidang penyerapan.

b. Korteks
Korteks Letaknya langsung di bawah epidermis,Terdiri dari banyak sel dan tersusun
berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga mempunyai
banyak ruang antarsel untuk pertukaran gas. jaringan-jaringan yang terdapat pada korteks
antara lain: parenkim, kolenkim,dan sklerenkim. Jaringan parenkim ini berfungsi sebagai tempat
menyimpan cadangan makanan. Dalam sel-sel korteks terdapat cadangan makanan berupa amilum
dan substansi lain. Sel-sel korteks berbentuk relatif bulat (isodiametris) dengan ruang interseluler
yang jelas. Air dan garam-garam mineral yang masuk melalui bulu akar akan melewati sel-sel korteks
melalui ruang-ruang interseluler yang disebut dengan peristiwa transportasi ektravasikuler secara
apoplas.
c. Endodermis
Terletak di sebelah dalam korteks. endodermis berupa 1 lapis sel yang tersusun rapat tanpa
ruang antar sel. Dinding selnya mengalami penebalan gabus. deretan sel-sel endodermis
dengan penebalan gabusnya dinamakan pita kaspari. penebalan gabus ini tidak dapat
ditembus air sehingga air harus masuk ke silinder pusat mellui sel endodermis yang
dindingnya tidak menebal, disebut sel penerus air. Endodermis merupakan pemisah yang
jelas antara korteks dan stele.
d. Silinder pusat/stele
terletak di sebelah dalam endodermis. Di antara stele terdapat berkas pengangkutan (floem
dan Xylem).
Persikel/Perikambium
Merupakan lapisan terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan
persikel ke arah luar.
Berkas Pembuluh Angkut/Vasis
Terdiri atas xilem dan floem yang tersusun bergantian menurut arah jari jari. Pada
dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan kambium.
Empulur
Letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan
parenkim.

C. Macam-Macam Akar

Akar Tunggang ( Dikotil )


Akar tungang adalah akar primer atau akar lembaga yang terus tumbuh
membesar dan memanjang. Akar ini akan menjadi akar pokok yang menopang
tegaknya tumbuhan dan dalam perkembangannya membentuk cabang-cabang
akat yang lebih kecil.
Akar Serabut
Akar serabut adalah akar yang timbul dari pangkal batang sebagai pengganti
akar primer atau akar lembaga yang mati.Sistem akar tunggang maupun
serabut, masing-masing akar dapat bercabang-cabang untuk memperluas
bidang penyerapan dan untuk memperkuat berdirinya tumbuhan.

Proses pengangkutan pada akar dapat dibedakan menjadi:

1. Pengangkutan ekstrafasikuler,pengangkutan di luar berkas pembuluh angkut.


Mula-mula air dan garam mineral yang larut dalam tanah diserap oleh bulu-
bulu akar. Pada dasarnya cairan dalam sel tumbuhan lebih pekat dari larutan dalam
tanah. Adanya perbedaan kepekatan ini menyebabkan larutan dalam tanah merembes
ke dalam sel tumbuhan melalui membran semipermeabel yang ada di epidermis pada
bulu akar. Peristiwa inilah yang disebut dengan osmosis. Setelah melewati bulu
akar,air selanjutnya bergerak melewati korteks,endodermis dan silinder pusat.
2. Pengangkutan intrafasikular, pengangkutan yang berlangsung di dalam berkas
pembuluh angkut terus bergerak hingga mencapai pembuluh xylem yang terdapat
pada silinder pusat. Air akan bergerak menuju daun melalui pembuluh xylem akibat
adanya daya kapilaritas pada pembuluh xylem. Pembuluh xylem membentuk seperti
pipa-pipa kecil yang dapat mengangkut air lebih kuat dibandingkan dengan pipa yang
besar. Selanjutnya pada daun terjadi transpirasi (penguapan). Adanya peristiwa
transpirasi akan mengakibatkan aliran air dan garam mineral dari batang ke daun,hal
ini disebut sebagai kemampuan daun mengisap air dan garam mineral.
D. Akar Primer
Pada tumbuhan (terutama dikotil) terdapat dua macam pertumbuhan yaitu
pertumbuhan apikal dan pertumbuhan lateral. Pertumbuhan apikal disebut juga dengan
pertumbuhan primer (ke atas: pucuk dan ke bawah: akar), Pertumbuhan akar primer
disebabkan oleh meristem apikal yang terdapat pada pucuk dan ujung akar. Terjadi sebagai
hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung pada embrio, bagian ujung-
ujung akar. Bagian penting embrionya adalah akar embrionik yaitu calon akar.
Daerah pertumbuhan pada akar berdasar aktivitasnya terbagi menjadi 3 daerah
a. Daerah pembelahan : Sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik)
b. Daerah pemanjanga : Berada di belakang daerah pembelahan
c. Daerah diferensiasi : Bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan. Sel-sel
mengalami diferensiasi membentuk akar yang sebenarnya.
a) Bagian bagian Akar Primer
1. Tudung Akar
Tudung akar terdapat di ujung akar dan melindungi promeristem akar serta
membantu penembusan tanah oleh akar, terdiri atas sel hidup yang sering
mengandung pati, sel tersusun dalam deretan radial beradal dari pemula tudung akar.
Sel sentral membentuk struktur lebih jelas dan tetap disebut kolumela. Sel tudung akar
mensekresikan lendir yang terdiri atas polisakarida. Proses sekresi diiringi hipertrofi
sisternae diktiosom membentuk vesikula besar, terjadi penyatuan membrane vesikula
dengan plasmalema sehingga isi vesikula dibebaskan dari protoplas, sekret bergerak
keluar melalui dinding. Tudung akar berkembang terus menerus. Sel paling luar mati,
terpisah dari yang lain dan hancur, lalu digantikan oleh sel baru yang dibentuk oleh
pemula.
2. Epidermis
Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa kutikula. Namun,
kadang-kadang dinding sel paling luar berkutikula. Epidermis Susunan sel-selnya
rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar
merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, yang berbentuk seperti tabung bertugas
menyerap air dan garam-garam mineral terlarut, bulu akar memperluas permukaan
penyerapan untuk transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Pada beberapa genera, sel
epidermis akar muda dan rambut akarnya akan mensekresikan lendir , membentuk
lapisan lendir
3. Korteks akar
Korteks Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun
rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh
jaringan parenkim. Ruang antar sel dibentuk lisigen atau sizogen sering terdapat pada
tanaman darat yang terendam air, parenkim tersebut berperan dalam pengangkutan
gas dan tempat oksigen yang diperlukan dalam respirasi jaringan yang tak bisa
memperoleh oksigen dari udara luar. Pada sejumlah besar monokotil yang tidak
melepaskan korteksnya semasa akar masih hidup, banyak sklerenkim dibentuk. Sel
korteks biasanya besar dan bervakuola besar. Plastid didalamnya menghimpun pati.
Lapisan paling dalam berkembang menjadi endodermis dan satu atau beberapa lapisan
korteks paling luar dapat berkembang menjadi eksodermis.
4. Eksodermis
Pada sejumlah besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks
akan membentuk gabus, sehingga terjadi jaringan pelindung baru, yakni eksodermis
yang akan menggantikan epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi sel eksodermis
mirip sel endodermis. Dinding primer dilapisi oleh suberin dan lapisan itu dilapisi lagi
oleh selulosa. Lignin juga dapat ditemukan. Sel eksodermis mengandung protoplas
hidup ketika dewasa.
5. Endodermis
Didaerah akar yang digunakan utnuk penyerapan, dinding sel endodermis
mengandung selapis suberin didinding antiklinalnya (dinding radialn dan melintang).
Rampingnya lapisan itu maka diberi nama pita, dibubuhi caspary. Merupakan
kesatuan lamela tengah dan dinding primer tempat suberin dan lignin tersimpan. Jika
terplasmolisis protplas melapaskan diri dari dinding, namun melekat pada pita caspary.

Adanya pita caspary membagi akar menjadi 2 bagian terpisah, hal tersebut
penting dalam gerak selektif garam mineral dan air. Setiap ion dalam larutan air tanah
mampu menembus epidermis dan korteks akar, namun pita caspary merupakan
penghalang, agar masuk stele dan memasuki arus transpirasi xylem, ion harus
melewati plasmalema sel endodermis. Disinilah terjadi seleksi ion yang dapat masuk
dan ion yang dapat tetap keluar.

Pada akar yang mengalami penebalan sekunder yang mencolok,endodermis


akan tanggal bersama sel korteks. Namun akar yang tetap primer akan membentuk
dinding sekunder yang tebal, dimulai di sel-sel endodermis dihadapan berkas floem,
meluas ke sel yang berhadapan dengan xylem (sel pelalu) yang berperan dalam
melewatkan zat-zat antara korteks dan silinder pembuluh (pusat)..

6. Silinder Pembuluh
Silinder pebuluh terdiri dari jaringan pembuluh dengan 1 atau beberapa
lapisan sel disebelah luarnya, yaitu perisikel. Jika bagian tengah tidak ditempati
jaringan pembuluh, maka diisi oleh parenkim empulur. Di bagian dalam, perisikel
berbatasan dengan protofloem dan protoxilem. Perisikel mempertahankan
meristematik, didalamnya terbentuk akar leteral, felogen dan sebagian cambium
pembuluh. Berdasarkan jumlah berkas xylem ditepi akar dibedakan menjadi :

a. diark, jika terdapat 2 berkas xylem di tepi.


b. triark, jika terdapat 3 berkas xylem
c. tetrark, jika terdapat 4 berkas xylem
d. poliark, jika jumlah berkas lebih banyak
sel trakeal terluar paling pendek garis tengahnya, namun paling dahulu dewasa
yaitu protoxilem memiliki dinding sekunder dengan penebalan spiral atau cincin. Sel
trakel yang berada lebih ke tengah adalah metaxilem yang menjadi dewasa,
berdiameter lebih lebar dengan penebalan tangga (skalariform), jala atau noktah.
Xylem primer yang arah pendewasaannya dari luar ke dalam disebut xylem eksark.

Floem yang paling awal dewasa adalah protofloem yang berbatasan dengan
perisikel. Pada metafloem ditemukan sel pengantar. Pada akar yang mengalami
penebalan sekunder, sel diantara floem dan xylem berfungsi sebagai kembium
pembuluh. Sedangkan akar tanpa penebalan sekunder, sel tersebut menjadi dewasa
sebagi parenkim atau sklerenkim.

b) Mikoriza
Epidermis dan korteks sering berasosiai dengan fungi tanah yaitu antara hifa
jamur dan akar muda tumbuhan tinggi (mikoriza) yang bersimbiosis. Penyerapan air dan
zat hara akan meningkatkan jamur memperoleh senyawa organic dan pada korteks tetap
hidup.
Berdasarkan hubungan jamur dengan inangnya, dibedakan :
Ektomikoriza
Jamur menyelubungi seluruh ujung akar dengen penutup (tudung hifa), hifa
memasuki akar diruang antar sel korteks dan berbentuk jala (jala harting).
Plastida sel korteks tidak mengandung pati.
Contoh : Pinus, Quercus, Castanae, Eucalyptus
Endomikoriza
Jamur membentuk penutup yang kurang jelas dan menembus bagian dalam sel
akar menghasilkan vesikula dan arbuskula (cabang arbuskula dikelilingi oleh
plasmalema sel induk) yang khas.
Contoh : Orhidaceae, Ericaceae, Ornithogalum, Umbellatum
c) Bintil Akar
Bintil akar merupakan asosiasi akar dengan bakteri penambat nitrogen udara
(Rhizobium) yang berguna bagi tumbuhan (ciri khas fabaceae). Bakteri memasuki akar
melalui rambut akar, memperbanyak diri dan membentuk benang infeksi caranya dengan
menyelubungi seludang (terdiri dari bahan seperti gum), benang amat dalam menembus
akar dan merangsang proliferasi (pembelahan sel secara cepat dan menghasilkan banyak
sel) pada lapisan dalam korteks dan menghasilkan bintil. Dibagian abaksial bintil
mempertahankan meristematik dan di bagian adaksial terisi bakteri yang terdapat cabang
berkas pembuluh yang berhubungan dengan silinder pembuluh akar, setiap berkas
memiliki seludang parenkim dan endodermis membentuk sel transfer guna pertukaran zat
hara bakteri dan tanaman inang.

d) Diferensiasi dari akar


Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-
bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun memiliki
sumbangan yang sangat penting, seringkali, bahkan terlalu sering, akar itu tidak
diperdulikan, karena akar itu tidak tampak, maka tidak dipikirkan. Agak jauh dari
promaristem apikal pada akar, dapat dibeda-bedakan epidermis, korteks, dan silinder
vaskuler. Perisikel dapat pula diidentifikasi dekat maristem apikal. Karena tidak mungkin
membedakan secara jelas antara maristem jaringan pembuluh dan maristem jaringan
bukan pembuluh, maka belum jelas apakah perisikel itu berkembang dari prokambium
atau dari maristem dasar. Sel-sel prokambium yang berdiferensiasi ke dalam unsur-unsur
trakea segera dapat diperbedakan dari sel-sel yang akan membentuk unsur-unsur floem.
Sel-sel yang disebut lebih dahulu itu membesar dan vakuolanya besar-besar, yang
disebut kemudian mengalami banyak sekali pembelahan tanpa menjadi besar, sehingga
menjadi amat kecil.
Tingkat pemunculan berbagai unsur trakea, dibandingkan dengan tingkat
pematangan yang harus dijalani, sangat menarik. Sel-sel yang berkembang menjadi
unsur-unsur metaxilem itu menjadi besar, bersama-sama dengan vakuola yang ada
didalamnya, sebelun sel-sel tersebut berdiferensiasi kedalam unsur-unsur protoxilem,
sedangkan tentu saja tingkat pematangan justru sebaliknya. Karena itu dimensi akhir
unsur-unsur metaxilem jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran akhir. Hal ini
terutama amat nyata pada protoxilem.
Perkembangan ontogenik dari sistem pembuluh primer akar itu lebih sederhana
dibanding dengan batang, karena diferensiasi sistem vaskuler pada batang itu berkaitan
dengan perkembangan daun. Sistem pembuluh pada akar berkembang secara terpisah
dari organ lateral dan prokambium berkembang secara akropetal sebagai kelanjutan tak
terputus jaringan pembuluh pada bagian-bagian akar yang lebih matang. Diferensiasi dan
pematangan xilem dan floem juga secara akropetal (Popham,1955) dan mengikuti proses
pada prokambium. Dari penelitian yang amat cermat yang dilakukan sampai sekarang itu
ternyata bahwa unsur-unsur protofloem menjadi matang lebih ke arah maristem apikal
dibandingkan dengan unsur-unsur trakea yang pertama-tama. Dari sini tampaklah bahwa
proses pematangan unsur protoxilem dan unsur protofloem itu juga lebih sederhana pada
akar dari pada batang, dalam hal ini diferensiasi awal pada xilem yang dekat dengan
promordium daun dalam dua arah.
Pada umumnya diferensiasi jaringan akar dibelakang promaristem apikal dapat
dirangkum sebagai berikut : pembelahan periklinal dalam korteks berhenti dekat
tingkatan dengan unsur tipis menjadi matang; diluar daerah ini akar mengalami
pemanjangan cepat, dan pematangan protoxilem biasanya hanya berlangsung pada saat
proses pemanjangan hampir selesai; jalur caspari berkembang dalam sel-sel endodermis
sebelum pematangan unsur-unsur protoxilem dan pada umumnya juga sebelum
timbulnya rambut-rambut akar.

E. Akar Sekunder
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut akar cabang.
Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan dikotil. Pertumbuhan sekunder
dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae
biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder pada akar terdiri
atas pembentukan jaringan pembuluh sekunder oleh kambium pembuluh dan pembentukan
periderm oleh felogen sehingga menambah tebal sumbu akar dan batang dan karena itu
dinamakan pertumbuhan sekunder.
1) Jenis Pertumbuhan Sekunder yang Umum Terjadi
Awal perkembangan cambium pembuluh adalah pembelahan sel procambium
diantara floem primer dan xylem primer yang belum terdiferensiasi. pada akar biak
jumlahnya dua, pada akar triak ditemukan tiga pita tipis, pembelahan sel meluas dan
mencakup sel yang berada di sebelah dalam floem. Setelah itu sel perisikel yang
berhadapan dengan protroxilem juga aktif menbalah membentuk pita ramping yang
serupa, pita itu kemudian akan melebar secara tangensial dan sinabung. Di bagian
dalam floem cambium mengahasilak xylem lebih cepat dibandingakn di bagian
tempat lain.
Cambium akan membentuk sel xylem kearah dalam dan sel floem ke arah luar,
namun pada umumnya frekuensi pembentukan sel xylem lebih besar dibandingakan
dengan sel floem. Hal itu mengakibatkan xylem sekunder lebih tebal daripada floem
sekunder.
Periderm biasanya mulai dibentuk pertama kali dalam perisikel. Pembentukan
floem di tempat itu mengakibatatkan korteks terdorong keluar dan akhirnya rusak
tanggal bersama dengan epidermis dan endodermis. Pada tumbuhan perinial,
keaktifan cambium akar akan diiringi keaktifan periderm untuk jangkan waktu lama
dan akan bertambah besar karena volume dari sel baru yang ada disebelah dalam akan
bertambah besar pula, dan akhirnya periderm baru, baru dibentuk di bawahnya.
Cadangn makanan, parenkim menjadi bagian terbesar dalam xylem maupun floem
sekunder.

2) Dikotil Basah
Pada dikotil basah seperti alfalfa (medicago satifa), xylem sekunder
mengandung pembuluh kayu yang beragam garis tengahnya. Dinding trakea tersebut
biasanya mengalami penebalan tangga atau jala. Serat dan parenkim kayu ditemukan
xylem terbagi oleh jari jari empulur yang melebar menjadi beberapa sector. Selam
pertumbuhan sekunder, xylem primer mengalami modifikasi dengan adanya
pertumbuhan dilatasi pada parenkim xilemnya.
Unsur trakeal radial terputus, tertekan, bebrapa sel yang membelah radial
sehingga mengakibatkan penambahan sel. Floem berisi pembuluh tapis dengan sel
pengantar, serat dan parenkim. Bagian floem luar hanya berisi serat dan parenkim
penuimpan sebab pembuluh tapis yang lama telah hancur. Floem bersama perisikel
dimukanua berada di bawah periderm. Maka serat itu akan berada di sebelah luar
floem.
3) Spesies Kayu
Akar pohon spesies berkayu memiliki jumlah unsure berlignin lebih banyak,
akar tumbuhan basah juga bias memiliki sel sklereid. Pada pertumbuhan selanjutnya
jari jari empulur primer letaknya berhadapan denga protoxilem, jari jari empulur lain
akan berkembang kemudian dari cambium pembuluh.
Unsure kulit kayu dan kayu yang memiliki dinding sekunder berlignin
jumlahnya pada batang lebih banyak daripada akar, pada akar lebih banyak terdapat
parenkim. Dialam bisa terjadi penempelan akar dari dua pohon yang berdampingan,
jika akar akar saling menyentuh terjadilah kontak diikuti oleh hubungan antara sistem
jaringan pembuluh dan terjadi penyatuan melalui pertumbuhan sekunder, peristiwa ini
amat penting dalam penularan penuakit pada tumbuhan.
4) Bagian-bagian Akar Sekunder
a. Pembentukan jaringan pembuluh sekunder oleh kambium
Awal mula perkembangan kambium pembuluh adalah dengan
pembelahan sel prokambium di antara floem primer dan xilem primer yang
belum terdiferensiasi. Kambium berupa silinder dengan tepi luar yang
bergelombang ini mempunyai aktivitas yang berbeda; di bagian dalam floem,
cambium menghasilkan xylem lebih cepat dibandingkan dengan di tempat
lain. Di tempat tersebut, cambium lebih cepat terdorong ke luar dan akhirnya
diperoleh silinder yang bertepi rata. Kambium akan membentuk sel xylem kea
rah dalam dan sel floem ke arah luar, namun pada umumnya frekuensi
pembentukan xylem lebih besar dibandingkan dengan sel floem Hal itulah
yang menyebabakan xylem sekunder lebih tebal dari pada floem sekunder.
b. Pembentukan periderm oleh felogen.
Pembentukan periderm mengikuti aktivitas kambium pembuluh dan
biasanya mulai dibentuk pertama kali dalam perisikel.Pada tumbuhan perenial,
keaktifan cambium akar akan diiringi keaktifan peridem dalam waktu yang
lama. Periderm yang telah dibentuk tidak akan bertahan lama karena volume
dari sel baru yang ada disebelah dalam makin besar, dan akhirnya periderm
baru dibentuk dibawahnya. Hal itu dapat belangsung berulang kali hinggadi
peroleh ritidom.

II. BATANG
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat
serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Batang pada umumnya terdiri dari sumbu tegak dengan daun melekat padanya.
Dalam bentuk itu, tugas utamanya adalah :
1. Mendukung daun sehingga berada dalam keadaan yang sesuai untuk dapat
berfotosintesis, dan
2. Berlaku sebagai jalur translokasi air dan garam-garam mineral ke daun dan titik-titik
tumbuh, dan bahan organik dari tempat pembentukannya di daun kesemua bagian dari
tumbuhan.

Tempat melekat daun pada batang dinamakan buku dan bagian sumbu batang di
antara dua buku yang berurutan disebut ruas. Diujung ketiak daun terbentuk kuncup ketiak
atau kuncup aksilar. Diujung batang, meristem apical yang dikelilingi bakal daun (primordial
daun) yang masih kecil dan merapat juga dapat disebut kuncup dan sesuai tempatnya
dinamakan kuncup terminal. Kedua kuncup tersebut sangat penting peranannya dalam
penampilan morfologi tumbuhan.

Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Pada umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai
bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah
bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-
buku inilah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau
heliotrop).
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atu ranting-ranting kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya
rumput dan waktu batang masih muda.

Sebagai bagian tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk :

1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga dan
buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-
bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

Pertumbuhan pada batang dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan
sekunder.
a. Pertumbuhan primer. Titik tumbuh pada ujung akar dari ujung batang telah terbentuk
sejak tumbuhan masih embrio. Oleh karena itu, titik tumbuh tersebut dinamakan titik
tumbuh primer. Pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas titik tumbuh primer
disebut sebagai pertumbuhan primer.
b. Pertumbuhan sekunder. Merupakan lanjutan pertumbuhan primer. Pertumbuhan ini
disebabkan oleh aktivitas kambium yang bersifat meristematis dan disebut sebagai
titik tumbuh sekunder. Pertumbuhan yang ditimbulkan titik sekunder disebut sebagai
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan ini hanya terdapat pada tumbuhan dikotil dan
gymnospermae. Aktivitas kambium menghasilkan jaringan baru yang menyebabkan
akar dan batang tumbuh besar. Oleh karena itu, kambium memegang peranan utama
dalam proses pertumbuhan sekunder. Kambium yang mempengaruhi pertumbuhan
sekunder terdiri atas kambium primer dan kambium sekunder.

Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan, ada di antaranya yang jelas kelihatan
batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu dibedakan:
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis).
Tumbuh-tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada, hanya
tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek, sehingga
semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu
sama lain merupakan suatu roset (rosula), seperti misalnya lobak (Raphanus sativus
L.), sawi (Brassica juncea L.).
Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada
waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh
cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan mendukung
bunga-bunganya.
2. Tumbuhan yang jelas berbatang.
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut:
Batang basah (herbaceous), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya pada
bayam (Amaranthus spinosus L.), krokot (Portulacaoleracea L.). Musa
paradisiacal (Pisang)
Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena
sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores)
dan semak-semak (frutices) pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan yang
tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang
semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-
cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon:
mangga (Mangifera indica L.), Beringin (Ficus benjamina)
Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas
yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi (Oryza sativa L.) dan
rumput (Gramineae) pada umumnya.
Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-
ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylisglobulosa
Kunth.), wlingi (Scirpus grossus L.) dan tumbuhan sebangsa teki
(Cyperaceae) lainnya.
A. Struktur Anatomi Batang

Apabila batang dipotong secara melintang maka secara umum batang akandibagi
menjadi bagian-bagian seperti berikut:
1. Epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang
terletak paling luar. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang
berbentuk pipih dan rapat. Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung
jaringan di dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Ciri-ciri jaringan
epidermis adalah:
Tersusun dari sel sel hidup
Terdiri atas satu lapis sel tunggal
Beragam bentuk, ukuran dan susunannya, tetapi biasanya tersusun
rapat tidak ada ruang antar sel.
Tidak memiliki klorofil.
Dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang berbatasan
dengan udara mengalami penebalan , sedangkan dinding sel
jaringan epidermis bagian dalam yang berbatasan dengan jaringan
lain dinding selnya tetap tipis.
Jaringan epidermis mengalami modifikasi membentuk derivat jaringan
epidermis, misalnya :
Stomata
Trikomata (rambut-rambut),
Spina (duri),
Vilamen
sel kipas
sel kersik
(sel silika).
Selain itu, fungsi epidermis secara umum dapat dijabarkan sebagai
berikut,yaitu :
Sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena adanya penguapan
Sebagai pelindung terhadap kerusakan mekanik
Sebagai pelindung terhadap perubahan temperature
Sebagai pelindung terhadap hilangnya zat-zat makanan
2. Korteks dan empulur Korteks dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar korteks yang berupa kolenkim (jaringan dalam tumbuhan yang
berfungsi sebagai bahan penguat, pada dinding selnya mengalami
penebalan) dan parenkim (jaringan yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan atau tempat penimbunan zat makanan).
b. Lapisan dalam korteks yang mengandung parenkim berkloropas serta tidak
mengandung endodermis tapi zat pati.
Empulur , yaitu bagian lunak yang terdapat di tengah-tengah batang
dan merupakan hasil pertumbuhan sekunder. Empulur tersusun dari sel
parenkim dan meiliki ruang antar sel yang banyak.
3. Stele
Sistem pembuluh berperan penting dalam memecahkan masalah-masalah
filogenetik. Van Tieghem dan Douliot (dalam Fhn, 1990) mengajukan teori yaitu
teori stele untuk menjelaskan struktur dari poros tumbuhan. Menurut teori
tersebut struktur anatomi akar dan batang adalah sama yaitu korteks mengelilingi
bagian pusat yaitu stele. Stele merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas
satuan berkas pengangkut beserta jaringan dasar pengangkutnya , baik tersusun
sederhana maupun yang komleks.
Pada batang tumbuhan dikotil , stele tersusun atas perisikel ( perikambium ),
berkas pengangkut dan empulur. Berkas pengangkut letaknya dipisahkan satu
dengan yang lainnya oleh deretan sel sel parenkim yang tersusun radial disebut
jari jari empulur, sedangkan pusat dari organ batang yang tersusun dari sel sel
parenkim disebut empulur.sedangkan pada tumbuhan monokotil, korteks dan
empulur tidak dapat dibedakan dengan jelas sehingga disebut jaringan dasar saja.
Berkas pengangkut bervariasi dalam ukuran dan susunannya. Letak floem dan
xilem bervariasi.
Tipe stele dapat dibedakan menjadi 2 kelompok dasar yaitu protestele ,
dengan sumbu xilem padat tanpa empulur, dikelilingi floem; dan sifonostele
dengan xilem tidak padat, melainkan memiliki silinder parenkim di tengah:

a. Protestele
Tipe ini merupakan tipe primitif stele. Jaringan angkut berupa massa
yang utuh dan bagian sentral xilem secara menyeluruh dilingkupi oleh
berkas floem.ada beberapa tipe untuk protostele, yaitu:
Haplostele, merupakan tipe yang paling sederhana. Pada penampang
melintang xilem lebih kurang berbentuk lingkaran berada di pusat dan
di kelilingi oleh floem, contohnya pada batang Selaginella dan Rhynia.
Aktinostele, bagian xilem di tengah dengan tepi tidak rata,melainkan
berombak seingga berbentuk bintang, contohnya pada batang
Lycopedium dan Psilotum, dan pada umumnya pada akar.
Plektostele, merupakan tipe yang paling maju dan protestele. Pada
bagian tengah berupa xilem yang terbelah menjadi sejumlah papan
papan dan silinder kecil yang sejajar dengan satu saa lain, sedangkan
floem ada di sela selanya, contoh batang Lycopedium annotinum.
b. Sifonestel
Tipe ini merupakan modifikasi protestele, karena adanya empulur di
bagian tengah yang terdiri atas sel sel parenkim. Sifonestele
dibedakanberdasarkan kedudukan floem dan xilem menjadi:
Sifonestele ektofloik, empulur dikelilingi noleh xilem yang
konsentris , dan xilem dikelilingi oleh floem yang konsentris,
cntohnya pada batang Selaginella.
Sifonostele amfifloik, dengan floem konsentrs sebelah luar dan
floem konsentris sebelah dalam dari silinder xlem, mengelilingi
empulur, conth batang Adiantum dan Marsilea.
Diktiostele, merupakan tipe sifonestele amfifloik dengan banyak
jendela daun. Ikatan pembuluh terpisah dan mempunyai tipe
konsentris amfikribal, secara individu ikatan pembuluh yang
demikian disebut meristele. Meristele merupakan tipe stele pada
daun.
Eustele, modifikasi sifonestele dimana berkas pembuluhnya
kolateral atau bikolateral, umumnya terletak disebelah tepi empulur.
Ataktostele, tipe stele ini dengan letak berkas pembuluh tersebar,
umunya terdapat pada batang monokotil. Tipe berkas
pengangkutnya mungkinkolateral tertutup atau konsentris amfivasal.
B. Batang Dikotil

Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga
korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada
tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan
xilem terdapat kambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan
dikotil. Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam
pertumbuhan sekunder.
Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan sekunder tumbuhan dikotil,
yaitu:
a. kambium pembuluh (vascular cambium) yang menghasilkan xylem sekunder
(kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b. kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan
tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu:
1. Epidermis batang dikotil
Epidermis tersusun dari selapis sel dan merupakan lapis terluar batang.
Epidermis mempunyai stomata dan menghasilkan berbagai tipe trikoma. Dinding
sel luar sangat tebal dan banyak mengandung kitin. Sel sel teratur rapat dan tidak
ada ruang antar sel. Pada irisan melintang sel sel tampak berbentuk hampir empat
persegi panjang. Fungsi epidermis terutama dalam membatasi kecepatan proses
transpirasi dan melindungi jaringan yang terletak di bawahnya dari kerusakan
mekanik dan dari organisme yang menyebabkan penyakit.
2. Korteks batang dikotil
Daerah yang terletak langsung setelah epidermis adalah korteks. Lapisan
terdalam korteks adalah endodermis , yang dikenal juga sebagai sarung tepung.
Endodermis terdiri atas selapis sel yang mengelilingi stele dan banyak
mengandung banyak butir tepung. Seringkali pembedaan endodermis dengan
jaringan sekitarnya yang paling mudah ialah melalui keberadaan butir butir teping
tersebut.
Korteks batang terdiri dari jaringan:
a) Kolenkima
b) Parenkima
c) Sklerenkima
d) Endodermis

3. Stele batang dikotil


Bagian batang yang terletak di sebelah dalam korteks disebut stele. Stele
terdiri atas tiga daerah pokok, yaitu perisikel, daerah berkas vaskular dan empulur.
a) Perisikel
Daerah diantara berkas vaskular dan korteks disebut perisikel.
Umumnya tersusun dari sel sel parenkima dan sklerenkima, namun
demikian sel sel sklerenkima mungkin tidak ditemukan.sklerenkima dapat
dijumpai dalam susunan sebagai kelompok kelompok yang terpisah atau
sebagai lingkaran tak terputus di bagian pinggir luar pada perisikel, yang
membentuk garis batas yang tajam antara stele dan korteks.
b) Berkas vaskular
Berkas pengangkut pada batang dikotil seperti yang tampak pada
irisan melintang, terletak dalam bentuk garis besarnya sebagai lingkaran
yang putus putus. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu
xilem, floem dan kambium. Bagian yang terdekat dengan pusat batang ,
berisi sel sel berdinding tipis dan dikenal dengan sebutan xilem.bagian
tepi luar berkas tersebut tersusun dari sel sel berdinding tebal dan dikenal
dengan floem. Xilem dan floem dipisahkan oleh lapisan kambium yang
tersusun dari sel sel merismatik.

Pertumbuhan Sekunder Batang Dikotil


Tubuh primer suatu tumbuhan berkembang dari merisetem apikal. Pada
tumbuhan dikotil selain jaringan primer permanen sebagai fundamen tumbuhan,terjadi
pertumbuhan lebih jauh terutama dalam ketebalan akibat aktivitas kambium. Jaringan
yang terbentuk pada pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder. Jaringan sekunder
ada dua tipe jaringan vaskuler sebagai hasil perkembangan kambium vaskuler, dan
jaringan gabus dan feloderma sebagai hasil.
perkembangan felogen( kambium gabus). Jari-jari empulur berkembang secara
radial seperti sebuah pita pada xilem sekunder. Jari-jari empulur berkembang
dari kambium jari-jari empulur.Kambium ke arah dalam membentuk xilem sekunder dan
ke arah luar membentuk floem sekunder. Sementara kambium gabus menghasilkan
feloderma dan jaringan gabus ke arah luar. Xilem sekunder pada batang
perennial umumnya tersusun atas lapisanlapisan konsentris, yang masing-masing
menunjukkan musim.Lapisan-lapisan melingkar seperti cincin disebut lingkaran
tahun .Lebar lingkaran tahun beragam tergantung laju pertumbuhan suatu pohon.xilem
sekunder terdiri atas satu massa sel sel berdinding tebal yang rapi, tersusun sedemikian
dan membentuk dua sistem, yaitu sistem longitudinal ( vertikal ) dan sistem horizontal.
Sistem longitudinal terdiri atas sel sel memanjang yang tumpang tindih dan saling
mengunci( yaitu trakeida, serabut dan unsur unsur trakea ) dan deretan longitudinal sel
sel parenkima. Semua sel ini memiliki sumbu panjangnya sejajar dengan sumbu panjang
organ yang ditempatinya.

C. Batang Monokotil

Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan
stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar
dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan
kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak
dapat tumbuh membesar, dengan kata lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder.
Batang Poaceae pada penampang melintangnya tampak mempunyai berkas
pengangkut yang tersusun dalam dua lingkaran. Pada rumput-rumputan, berkas pengangkut
yang tersusun melindungi di sebelah luar tertanam dalam jaringan sklerenkim. Antara berkas
pengangkut yang kecil dengan epidermis terdapat serabut dan klorenkim. Stomata terdapat
pada epidermis di dekat klorenkim. Pada batang dengan bekas pengangkut tersebar, tidak
terdapat lapisan serabut tepi, akan tetapi parenkim di bawah epidermis mengalami
penskleritan. Pada batang Monokotil, tidak terjadi pertumbuhan sekunder dan berkas
pengangkutnya mempunyai selubung sklerenkim.
Monocotyledoneae selain Poaceae juga mempunyai berkas pengakut tersebar atau
melingkar dekat bagian tepi. Potamogeton, tumbuhan Monokotil yang hidup di air,
mempunyai korteks lebar yang terdiri atas jaringan aerenkim. Antara korteks dan silinder
pembuluh dibatasi oleh endodermis yang selnya kecil.
Pada umumnya, Monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari kambium
pembuluh, tetapi batangnya dapt berkembang menajdi tebal. Misalnya pada Palmae.
Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar. Pertumbuhan ini
disebut pertumbuhan sekunder menyebar (diffuse). Namun ada juga tumbuhan Monokotil
yang mempunyai kambium sehingga mengalami pertumbuhan sekunder, yaitu pada Liliflorae
berkayu (Agave, Aloe, Cordyline, Draceaena, Sansevieria, dan Yucca). Kambium berasal dari
parenkim yang terdapat di luar berkas pengangkut primer, yang menghasilkan berkas
pengangkut sekunder dan parenkim ke arah dalam, serta sejumlah kecil parenkim ke arah luar.
Perkembangan berkas pengangkut berasal dari sel turunan kambium yang membelah
memanjang, kemudian sel yang dihasilkan membelah memanjang lagi dua atau tiga kali.
Hasil pembelahan ini berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh dan bergabung dengan sel
sklerenkim. Sel yang berderet tegak bergabung membentuk berkas pengangkut. Berkas
pengangkut sekunder mungkin kolateral atau amfivasal.
D. Tipe jaringan pengankut pada berbagai jenis tumbuhan dikelompokkan menjadi:
1. Kolateral
a. Kolateral Tertutup
Tipe kolateral tertutup terbentuk bila antara xilem dan floem tidak
terdapat kambium, melainkan terdapat parenkim. Berkas pengangkut tipe
kolateral tertutup ini kadang dikelilingi jaringan sklerenkim yang sering
disebut sebagai seludang berkas pengangkut. Berkas pengangkut tipe
kolateral tertutup ini dapat dijumpai pada tumbuhan golongan Monokotil.
b. Kolateral Terbuka
Pada tipe ini antara xilem dan floem terdapat kambium, misalnya pada
tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Pada tipe kolateral terbuka, kambium
merupakan penghubung antara xilem dan floem. Berdasarkan letaknya pada
tipe ini, kambium dibedakan menjadi dua yaitu kambium fasikuler, bila
kambiumnya terletak dalam berkas pengangkut dan kambium interfasikuler
bila kambiumnya terletak di luar berkas pengangkut. Kambium fasikuler
berperan dalam pembentukan floem ke arah luar dan xilem ke arah dalam.
c. Bikolateral
Bikolateral merupakan tipe ikatan pembuluh dimana xilem diapit
oleh floem luar dan floem dalam. Contohnya, pada tumbuhan Solanaceae
(Suku terung-terungan)

2. Konsentris
Disebut tipe konsentris, yaitu bila jaringan pengangkut yang ada terletak di
tengah-tengah, sedangkan unsur jaringan pengangkut lainnya mengelilingi unsur
yang berada di tengah itu. Pada tipe konsentris letak xilem dikelilingi floem atau
sebaliknya.
Tipe konsentris dibedakan menjadi dua.
a. Konsentris amphikribral
Pada tipe ini letak xilem berada di tengah-tengah, dan floem
mengelilingi xilem tersebut. Umumnya dijumpai pada tumbuhan
golongan paku-pakuan (Pteridophyta).
b. Konsentris amphivasal
Pada tipe ini letak amphivasal floem berada di tengah-tengah,
sedangkan xilem mengelilingi floem tersebut. Contohnya pada Cirdyline
sp. dan rhizoma Jeringau (Acorus calamus) .
3. Radial
Tipe radial terjadi bila xilem dan floem bergantian menurut arah jari-jari
lingkaran. Contoh terdapat pada akar primer dikotil dan akar tumbuhan
monokotil.

E. Batang Tumbuhan Dikotil yang Menyimpang


Beberapa tumbuhan dikotil memiliki struktur anatomi yang menyimpang dari normal.
Sebagai contoh berkas pengangkut yang umumnya kolateral, pada tumbuhan tersebut bertipe
bikolateral, konsentris baik amfivasal maupun amfikribral. Berkas pengangkut pada dikotil
normalnya tersusun dalam satu lingkaran tetapi pada beberapa tumbuhan dapat lebih dari satu
lingkaran sehingga ada berkas pengangkut perifer dan medular. Berkas pengangkut yang
perifer tersusun dalam satu lingkaran sedang berkas pengangkut yang terletak di medular
umumnya tersebar. Tipe stele pada dikotil yang normalnya eustele dapat berubah menjadi
diktiostele. Penyimpangan tersebut dinamakan anomali. Contoh-contoh batang yang memiliki
struktur anatomi menyimpang:
1. Sechium edule
Lapisan terluar batang S. edule disusun oleh satu lapis sel epidermis.
Daerah korteks disusun oleh jaringan kolenkima, klorenkima, dan sklerenkima.
Kolenkima terletak di sebelah dalam lapisan epidermis. Kolenkima memiliki
tebal 2 sampai 7 lapis sel, disebelah dalam jaringan kolenkima terdapat 1 sampai
2 lapis sel klorenkima. Jaringan sklerenkima terdapat setelah jaringan
klorenkima. Jaringan sklerenkima memiliki tebal kurang lebih 5 lapis sel. Batas
antara korteks dan silinder pusat tidak jelas. Sel-sel yang menyusun endodermis
dan perisikel bersifat parenkimatis. Berkas pengangkut terdapat di antara sel-sel
parenkima yang menyusun daerah empulur. Berkas pengangkut memiliki tipe
bikolateral, dengan susunan floem luar-kambium-xilem-floem dalam. Tipe
bikolateral termasuk sifat anomali. Berkas pengangkut tersusun dalam satu
lingkaran. Adanya pertumbuhan yang tidak sama menyebabkan berkas
pengangkut tampak tersebar. Sel-sel parenkima di daerah empulur ada yang
berdisintegrasi sehingga terbentuk rongga empulur.
2. Batang Piper betle
Bagian terluar dari batang sirih disusun oleh selapis sel epidermis. Daerah
korteks disusun oleh jaringan kolenkima dan sklerenkima. Kolenkima terletak di
sebelah dalam epidermis. Kolenkima memiliki tebal 3-4 lapis. Di sebelah dalam
kolenkima terdapat parenkima yang mengandung koloroplas. Endodermis batang
sirih bersifat parenkimatis. Di sebelah dalam endodermis adalah selapis perisikel
yang juga bersifat parenkimatis. Berkas pengangkut yang terletak di tepi
memiliki tipe kolateral terbuka fibrovaskuler. Sklerenkima yang terdiri dari
serabut sklerenkima yang berlignin membentuk lingkaran utuh yang
bergelombang membatasi berkas pengangkut perifer dan medular. Berkas
pengangkut yang terletak di tepi tersusun dalam lingkaran yang rapi. Di daerah
tengah atau medular di antara sel-sel parenkima empulur terdapat berkas
pengangkut yang juga bertipe kolateral terbuka. Berkas pengangkut yang terletak
di medular letaknya berseling dengan berkas pengangkut perifer. Adanya berkas
pengangkut yang terletak di medular (di antara parenkima empulur) merupakan
salah satu bentuk anomali pada batang P. betle.

F. Batang Monokotil yang Bersifat Anomali (misal batang Aloe sp.)


Lapisan terluar batang Aloe sp. yang sudah tua disusun oleh lapisan periderm. Di
sebelah dalam lapisan periderm terdapat jaringan parenkima yang menyusun daerah korteks.
Batas antara daerah korteks dengan silinder pusat tidak tampak jelas. Setelah beberapa lapis
parenkima dapat ditemukan sel-sel kambium yang berada di luar berkas pengangkut. Di
sebelah dalam kambium ditemukan berkas pengangkut yang memiliki tipe konsentris
amfivasal dan berkas pengangkut letaknya tersebar di dalam stele. Parenkima terdapat di
antara berkas pengangkut. Keberadaan kambium di luar berkas pembuluh dan tipe berkas
pengangkut konsentris amfivasal merupakan bentuk anomali pada batang Aloe sp.

III. DAUN
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan
mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah
terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau
melekkatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis
melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun
biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati
tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang
terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang.
Daun merupakan organ tumbuhan yang memiliki fungsi yang sangat penting, salah
satunya adalah sebagai tempat fotosintesis. Dibandingkan dengan organ tumbuhan lainnya,
daun memiliki fungsi serta struktur morfologi dan anatomi yang lebih beragam. Oleh sebab
itulah para ahli kemudian membagi daun berdasarkan fungsi serta struktur morfologi dan
anatomi yang dimilikinya kedalam dua kelompok besar yaitu daun monokotil dan dikotil.
Struktur Morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu,
struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan.
Struktur daun dapat dilihat dari:
Bentuk tulang daun (menyirip, menjari, melengkung, dan sejajar).
Bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai,
jantung, dan bulat telur).
Tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata).
Bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan
berduri).
Bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk).
Permukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik).

Daun mempunyai beberapa fungsi yaitu:


a. Tempat Pembuatan Makanan (Fotosintesis)
Daun berguna sebagai dapur tumbuhan. Di dalam daun terjadi proses
pembuatan makanan (pemasakan makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk
kelangsungan proses hidupnya dan jika lebih disimpan. Tempat terjadinya fotosintesis
pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade,
sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
b. Sebagai organ pernapasan (Respirasi).
Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata inilah,
pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan melepas
oksigen ke udara. Proses inilah yang menyebabkan kamu merasa nyaman saat berada
di bawah pohon pada siang hari.
c. Tempat terjadinya transpirasi.
Tidak semua air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air ini jika tidak
dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati.
d. Tempat terjadinya gutasi.
Sebagian air yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun, dalam bentuk
uap air. Pada malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun.
Proses ini disebut gutasi.
e. Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Bagi manusia, daun dapat digunakan sebagai bahan makanan, contohnya daun
pepaya dan singkong; obat-obatan, contohnya daun jeruk dan jambu biji; rempah-
rempah, contohnya daun salam jeruk.

A. Jaringan Penyusun Daun


Pada dasarnya terdapat 3 sistem pada daun yaitu:
a. Sistem kulit (dermal system atau epidermis)Tersusun oleh epidermis, baik pada
permukaan atas maupun pada permukaan bawah daun.
b. Sistem jaringan dasar, terdapat mesofil daun yang kadang-kadang terdiferendiasi ke
dalam palisade dan spons. Apabila palisade terdapat pada kedua permukaan daun
disebut isolateral atau isobilateral
c. Sistem jaringan pembuluh, terdiri dari xilem dan floem Xilem berfungsi untuk
mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun
(untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis).Floem berfungsi untuk mengangkut
hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
B. Struktur Anatomi Daun

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun. Epidermis daun dari tumbuhan
yang berbeda beragam dalam hal jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata,
penampilan, dan susunan trikoma, serta adanya sel khusus. Struktur dalamnya
biasanya berbentuk pipih. Daun memiliki dua jenis jaringan epidermis yaitu
permukaan atas daun disebut permukaan adaksial dan permukaan bawah disebut
permukaan abaksial. Pada lapisan ini tidak ada ruang antar sel. Di antara sel epidermis
terdapat sel penjaga yang membentuk stomata. Struktur stomata yang dapat membuka
dan menutup ini berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air. Sifat
terpenting pada jaringan daun ini adalah susunan selnya yang kompak dan adanya
kutikula serta stomata.
Pada permukaan atas daun, dinding luar epidermis ada
yang membentuk lapisan tebal yang disebut lapisan kutikula misalnya daun
keladi dan daun pisang, ada yang berbulu halus misalnya daun durian. Stomata atau
mulut daun merupakan modifikasi epdermis yang berfungsi untuk pertukaran gas.
Jaringan epidermis batang ada yang membentuk lapisan tebal (lapisan kutikula)
atau membentuk rambut (trikoma) sebagai alat perlindungan. Jaringan epidermis
akar ada yang menjadi rambut akar. Rambut akar berfungsi menyerap air dan garam
mineral.
Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup
yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berl;ainan dengan
epidermis.
Fungsi stomata:
Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis
Sebagai jalan penguapan (transpirasi)
Sebagai jalan pernafasan (respirasi)
Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan
dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup.
Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel
epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut
faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut
kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara
berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis
lignin. Berdasarkan hubungan ontogenetik antara sel penjaga dan sel tetangga,
stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Stomata mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama.
2. Stomata perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel protoderm yang
berdekatan dengan sel induk stomata.
3. Stomata mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi stomata asalnya berbeda,
yang satu atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, sedangkan
yang lainnya tidak demikian.
Pada tumbuhan dikotil, berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di
samping sel penutup dibedakan menjadi empat tipe stomata, yaitu:
a. Anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda
ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Umum pada
Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Mavaceae.
b. Anisositik, sel penutup diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama besar.
Misalnya pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum.
c. Diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus
terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah. Pada Caryophylaceae,
Acanthaceae.
d. Parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga/lebih dengan
sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah. Pada
Rubiaceae, Magnoliaceae, Convolvulaceae, Mimosaceae.
4. Mesofil (Jaringan Dasar)
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara epidermis atas
dan epidermis bawah dan di antara berkas pengangkut. Mesofil dapat tersusun atas
parenkim yang relatif homogen atau berdifferensiasi menjadi parenkim palisade
(jaringan tiang), jaringan pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga karang). Sesuai
dengan fungsinya parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis terutama karena
mengandung kloroplas.
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas
dan ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan
tiang (palisade) dan jaringan spons (jaringan bunga karang). Jaringan tiang lebih
kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan
tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap pemukaan helai
daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah
sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada
sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses
fotosintesis dapat berlangsung efisien.
Parenkim/Mesofil. Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade
(jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast.
Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak
renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih
aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga
karang. Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial disebut daun
dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun
palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau
memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino
yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas.
Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air
kelingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan.
a. Parenkim Palisade
Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang melintangnya
tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Pada tumbuhan
tertentu, sel palisade berbeda bentuknya. Pada Lilium terdapat lobus besar
pada sel palisade dan tampak bercabang.
Sel palisade terdapat di bawah epidermis unilateral (selapis) atau
multilateral (berlapis banyak). Seringkali terdapat hipodermis di antara
epidermis dan jaringan palisade. Sel parenkim palisade tersusun atas satu atau
lebih lapisan. Apabila tersusun lebih dari satu lapisan, panjang sel pada tiap
lapisan atau sama, atau malah semakin ke tengah semakin pendek. Jaringan
palisade biasanya terdapat pada permukaan abaksial daun. Meskipun jaringan
palisade tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah sehingga udara
dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang; kloroplas pada sitoplasma
melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis
dapat berlangsung efesien.
Pada Thymelaea hirsuta, sel parenkim palisade terdapat pada
permukaan abaksial daun. Pada daun tumbuhan xerofit, misalnya pada Atriplex
portulacoides, parenkim palisade terdapat pada kedua sisi daun. Daun yang
mempunyai parenkim palisade pada kedua sisi (abaksial dan adaksial) disebut
isolateral atau isobilateral sedangkan apabila jaringan palisade tersebut hanya
pada bagian adaksial disebut dengan bifasial atau dorsiventral.
b. Parenkim Spon
Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur bentuknya.
Bentuk sel parenkim spons dapat berbentuk bermacam-macam.
Kekhususannya adalah adanya lobus (rongga) yang terdapat antara sel satu dan
lainnya. Membedakan antara sel parenkim palisade dengan parenkim spons
tidaklah selalu mudah, khususnya apabila parenkim palisade terdiri atas
beberapa lapisan. Alasannya adalah apabila palisade terdiri atas beberapa
lapisan, biasanya lapisan paling dalam sangat mirip dengan parenkim spons
yang ada di dekatnya.
Ciri khas jaringan spons adalah adanya lekukan-lekukan yang menjadi
penghubung antar sel.Pada daun dengan kedua macam mesofil, kloroplas
paling banyak terdapat dalam jaringan palisade. Tempat serta susunan
kloroplas pada sel tiang memungkinkan penggunaan cahaya secara maksimum.
Faktor lain yang meningkatkan efesiensi fotosintesis adalah sistem ruang
antarsel dalam mesofil yang luas, yang memudahkan pertukaran gas dengan
cepat. Susunan sel di dalam mesofil memungkinkan daerah permukaan sel
yang mendapat sinar dan langsung berhubungan dengan udara menjadi lebih
luas. Seluruh daerah permukaan ini disebut daerah permukaan dalam
daun dan daerah permukaan luar daun.
5. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun
merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh
yaitu :
a) Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral
yang diserap akar dari tanah menuju daun.
b) Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke
seluruh bagian tumbuhan.
Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh helai daun dan dengan demikian
menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil. Jaringan pembuluh
membentuk sistem yang saling berkaitan, dan terletak dalam bidang median, sejajar
dengan permukaan daun. Berkas pembuluh dalam daun biasanya disebut dengan
tulang daun dan sistemnya adalah sistem tulang daun. Terdapat dua macam pola yakni
sistem tulang daun jala dan sistem tulang daun sejajar. Sistem tulang daun jala
merupakan sistem bercabang. Pada sistem ini, tulang daun lebih halus, secara
bertahap dibentuk sebagai cabang dari tulang daun yang tebal.
Sedangkan istilah sejajar bagi jalannya berkas pembuluh dalam sistem tulang
daun sejajar hanyalah sebagai pendekatan saja, oleh karena berdasar atas ujung dan
pangkal daun semua berkas itu akan bertemu di satu titik. Di antara berkas sejajar itu
tampak cabang halus yang berpola jala dan menghubungkan semua berkas sejajar itu.
Pola jala umumnya ditemukan pada daun dikotil dan pola sejajar pada daun monokotil.
Kemudian apabila pertulangan daunnya menyirip, tulang daun terbesar melewati
bagian tengah daun dan membentuk ibu tulang daun, dan dari sini bercabang menjadi
tulang daun yang lebih kecil. Bagian helai daun yang dilalui ibu tulang daun atau
cabang yang besar adalah bagian yang lebih tebal dan menunjukkan gambaran seperti
rusuk pada sisi abaksial. Rusuk ini dibentuk oleh jaringan parenkim yang miskin
kloroplas dan jaringan penyokongnya kolenkim. Oleh karena itu, tulang daun yang
besar tidak mempunyai kontak langsung dengan mesofil.
Sedangkan pada tulang daun yang kecil biasanya membentuk jaring-jaring yang
sangat beragam bentuk dan ukurannya, serta membagi daerah mesofil.Daerah yang
paling kecil yang dibatasi cabang paling halus disebut aerola, yang biasanya berisi
ujung tulang daun yang buntu dalam mesofil.
Kebanyaan kasus yang ditemukan, susunan jaringan pembuluh pada ibu tulang
daun mirip dengan pada tangkai daun. Tulang daun yang besar dalam daun dikotil
mungkin terdiri atas jaringan primer dan sekunder, sedangkan tulang daun yang
paling kecil hanya terdiri atas jaringan primer. Pada tulang daun yang besar biasanya
berisi pembuluh, sedangkan pada tulang daun yang kecil, sel parenkim kontak atau
berhubungan langsung dengan unsur pembuluh dan unsur trakea membentuk sel
transfer.

6. Jaringan Penyokong Daun


Epidermis daun memiliki struktur yang padat dan diperkuat oleh kutikula sebagai
pelindung. Dinding selnya seringkali tebal atau banyak mengandung silika dan
memberikan sokongan pada helai daun. Jaringan penyokong lainnya adalah kolenkim.
Pada daun Dikotil,kolenkim sering ditemukan di dekat ibu tulang daun, di bawah
epidermis dan juga di tepi daun. Selain kolenkim, pada mesofil daun Dikotil juga
ditemukan skelrida. Tulang daun berukuran besar atau sedang, dikelilingi oleh
sekelompok serabut. Pada kebanyakan daun monokotil berkas pengangkut dikelilingi
oleh serabut pada satu atau dua sisi berkas pengangkut, dan berhubungan ke epidermis.
C. Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil
Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun, dan urat daunnya menyirip
atau menjari.

Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil

Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan dalam Tabel 1
berikut

Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri Ciri


Melindungi lapisan sel
di
Terdiri dari satu lapis sel
Menyusun lapisan bagian dalam dari
kecuali
a) Epidermis permukaan kekeringan.
tanaman Ficus (tanaman
atas dan bawah daun. Menjaga bentuk daun
karet).
agar
tetap.

Zat kutin pada kutikula


Melapisi permukaan mencegah penguapan air
b) Kutikula Penebalan dari zat kutin.
atas dan bawah daun. melalui permukaan
daun.

Sebagai jalan masuk


dan
keluarnya udara.
Melapisi permukaan Mulut daun pada epidermis
c) Stomata Sel penjaga sebagai
atas dan bawah daun dengan dua sel penutup
pengatur
membuka dan
menutupnya stomata.

Rambut
Permukaan atas dan Alat tambahan pada
d) dan Alat pengeluaran.
bawah daun. epidermis
kelenjar

Terdiri dari sel parenkim,


banyak ruang antarsel.
Kebanyakan
berdiferensiasi
Di antara lapisan
menjadi palisade (jaringan
epidermis Tempat berlangsungnya
e) Mesofil
atas dan fotosintesis.
tiang) dan spons (jaringan
bawah.
bunga karang).
Sel-sel jaringan tiang
berbentuk
silinder, tersusun rapat,
dan mengandung klorofil.
Sel-sel jaringan bunga
karang
bentuknya tidak teratur,
bercabang-
cabang dan berisi
kloroplas, susunannya
renggang.

f) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Menyirip atau menjari.

D. Struktur Jaringan penyusun Daun Monokotil


Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat lembaran yang
membungkus batang, serta urat daunnya sejajar.

Struktur jaringan daun dan urat daun Monokotil

Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri Ciri

Melindungi lapisan sel


di
bagian dalam dari
Epidermis Lapisan permukaan Terdiri dari satu sel dengan
kekeringan.
a) dan atas penebalan
Mencegah penguapan
kutikula dan bawah daun. dari zat kutin.
air
melalui permukaan
daun.
Berderet di antara
Sebagai jalan masuk dan Mulut daun dengan dua sel
b) Stomata urat
keluarnya udara. penutup.
daun.

Tidak mengalami diferensiasi,


bentuknya
Membuat zat makanan seragam kecuali mesofil berkas
Pada cekungan di
c) Mesofil melalui pengangkut lebih besar,
antara urat daun.
fotosintesis. kloroplasnya
lebih sedikit, dindingnya lebih
tebal.

d) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Sejajar.

E. Adaptasi Anatomi daun Xeromorf dan Hidrofit


1. Daun Xeromorf
Xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sangat kering seperti di
gurun yang membuat transpirasinya dapat turun sampai minimum di bawah kondisi
kekurangan air. Maka dari itu untuk tetap bertahan hidup di daerah yang kering
seperti itu, struktur atau anatomi daun tumbuhan tersebut pun beradaptasi menjadi
lebih khas.
Daun xeromorf berukuran kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi
dengan perubahan struktur dalamnya,misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi
peningkatan ketebalan dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun
meningkat. Daun xeromorf pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan
penyimpan air pada daun pun juga berkembang.
Tumbuhan dengan daun yang kecil yang biasanya mempunyai habitat yang
kering. Pengukuran ukuran daun sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total
daun pada tumbuhan. Daun xeromorf biasanya mempunyai trikoma. Di balik trikoma
inilah stomatanya berada. Trikoma ini selain berfungsi sebagai pelindung atau
mengurangi dari gangguan predator juga berfungsi dalam mengurangi penguapan.
Faktor lingkungan memengaruhi pembentukan kutikula. Pada beberapa
tumbuhan gurun, stomata menjadi tertutup secara tetap selama musim panas.
Penutupan ini diakibatkan karena sel penutup stomata oleh massa yang mengandung
resin atau oleh lapisan lilin. Seperti pada Rumex acetosella resin serta lapisan lilin
yang terbentuk dalam epidermis dan sel di sekeliling tulang daun pada kondisi musim
panas.
Air dalam daun diangkut oleh tulang daun, sel mesofil, dan jaringan palisade
daripada jaringan spons. Selain itu juga, jaringan penyimpan air penyimpan air
berkembang baik pada daun. Jaringan penyimpan air pada tumbuhan xerofit terdiri
atas sel besar dengan vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung lendir. Sel ini
mempunyai sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan kloroplasnya
tersebar. Tekanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel yang bukan
untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat air dari
jaringan penyimpan air ini. Sel penyimpan air yang berdinding tipis. Dalam kondisi
kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan cepat sel akan
kembali ke bentuk semula. Contoh dari xeromorf (Atriplex portulacoides).

2. Hidrofit
Struktur anatomi tumbuhan hidrofit kurang beragam dibandingkan dengan
tumbuhan xerofit. Faktor yang mempengaruhi struktur tumbuhan air atau hidrofit ini
biasanya bergantung pada suhu, air,konsentrasi dan komposisi garam dalam air.
Tumbuhan air mempunyai sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan
pembuluh sedikit, xilem mengecil, dan mempunyai ruang udara.
Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi lebih untuk
pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding
selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung mempunyai
stomata hanya pada permukaan atas daun saja. Beberapa tumbuhan air memiliki
sekelompok sel yang disebut dengan hydropotes, yang berfungsi untuk memudahkan
pengangkutan air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan. Contoh tumbuhan
Hidrofit (Ranunculus aquatilis)

F. Perkembangan Helai Daun


Keterangan Gambar:
a) Dua tonjolan kecil atau penyangga daun terdapat pada sisi yang berlawanan.
b) Dua primordium muncul dari dua penyangga daun.
c) Dua primordium daun yang telah berkembang lebih lanjut tampak adanya untaian prokambium yang
merupakan kelanjutan dari berkas pengangkut pada batang.

Secara umum perkembangan daun dimulai dari tahap permulaan (inisiasi),


diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun, dan histogenesis jaringan
helai daun. Daun berasal dari primordium daun yang terdapat pada meristem puncak yang
terdapat pada ujung batang. Perkembangan primordium daun sampai menjadi daun melalaui
beberapa tahap yaitu:
1. Inisiasi
Kegiatan pembelahan sel yang paling awal terjadi pada meristem apikal
berdasarkan teori meristem yang dikembangkan oleh Schmith, yang dikenal
dengan teori Tunica-corpusnya, maka pada meristem apikal terdapat dua lapisan
meristem yaitu lapisan Tunika yang terdiri beberapa lapis sel dan terletak pada
bagian tepi dari meristem apikal. Sedangkan beberapa jenis sel yang berada di
sebelah dalamnya disebut dengan corpus. Pembelahan pertama terjadi pada
daerah tunika dan beberapa lapis daerah korpus. Pada daerah tersebut sel selnya
memebelah secara periklinal,sehingga akan menghasilkan massa sel yang
menonjol kearah luar. Dengan demikian terbentuklah penyangga daun seperti
yang tampak pada (gambar 1.1a).
2. Pembentukan Penyangga Daun
Sebagai akibat adanya pembelahan secara periklinal pada daerah tunika dan
korpus dan dilanjutkan dengan pembentangan sel, maka terbentuklah tonjolan
kearah luar yang selanjutnya disebut sebagai penyangga daun. Penyangga daun
ini akan tumbuh dan memanjang membentuk sumbu daun. Pemanjanagn
penyangga daun sebagai akibat adanya kegiatan meristem yang terdapat pada
puncak penyangga daun itu sendiri (gambar 1.1b). dengan demikian meristem
yang terlibat dalam perkembangan daun adalah meristem apikal.
3. Diferensiasi Awal
Penyangga daun yang telah terbentuk terdiri dari jaringan yang masih
sederhana. Berdasarkan teori meristem yang dikembangkan oleh Haberlandt,
jaringan yang menyusun peyangga daun terdiri dari protoderma, meristem dasar
dan prokambium. Dalam perkembangan selanjutnya, masing masing akan
berkembang dan menghasilkan epidermis dan derivatnya, mesofil dan berkas
pengangkut daun (gambar 1.1c).
4. Pembentukan Sumbu Daun
Sebagai hasil pertumbuhan yang cepat maka penyangga daun akan
berbentuk seperti kerucut dengan sisi adaksialnya memipih. Ujung kerucut
berperan sebagai meristem apikal. Dalam pertumbuhan selanjutnya penyangga
daun akan makin bertambah panjang dan secara berangsur angsur mendekati
pengkal semakin memipih. Dengan demikian primordium daun sudah dapat
dibedakan antara permukaan atas atau adaksial dan permukaan bawah atau
abaksial. Hal tersebut disebabkan oleh aktifitas meristem adaksial.
5. Pembentukan Helai Daun
Selama awal pemanjangan dan penebalan sumbu daun, sel sel adaksial
bagian tepi membelah lebih cepat dibandingkan sel sel meristem dasar yang
berada disebelah dalamnya. Dengan demikian terbentuklah dua garis seperti
sayap yang berkembang pada kedua tepinya sebagai akibat percepatan
pertumbuhan sel sel tersebut. Pada daun yang mempunyai tangkai, pertumbuhan
marginal akan tertahan pada bagian pangkal sumbu daun, yang selanjutnya akan
berkembang menjadi tangkai daun. Pada penampang melintangnya, kedua sisi
helai daun yang sedang berkembang tampak bahwa protoderma menyelubungi
beberapa lapis jaringan dasar. Sel sel beru akan ditambahkan pada lapisan lain
bersal dari dua deret inisial marginal dan inisial submarginal.
6. Histogenesis
Setelah helai daun terbentuk, proses selanjutnya adalah menyempurnakan
jaringan penyusun daun. Dalam perkembangannya, meristem yang terlibat ialah
meristem apikal, meristem adaksial, meristem marginal, meristem submarginal,
meristem lempeng dan meristem lateral. Meristem marginal berdiferensiasi
menghasilkan epidermis atas dan epidermis bawah serta derivatnya, sedangkan
meristem submarginal akan berdeferensiasi menghasilkan mesofil dan jaringan
pengangkut.
G. Pengguguran Daun
Penguguran daun merupakan fenomoena yang dialami oleh setiap tumbuhan.
Pengguguran daun atau yang juga absisi terjadi dalam rangka perubahan keadaan pada
pangkal tangkai dan helaian daun. Pengguguran daun juga dilakukan dengan tujuan
menyediakan tempat bagi daun daun baru yang akan tumbuh pada musim selanjutnya.
Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor diantarany faktor air, nutrisi, serta hormon pada
tumbuhan. Gugurnya daun tidak hanya dialami oleh daun tua, namun juga daun daun yang
masih muda.
Pada tumbuhan gymnospermae dan dicotyledonae, gugurnya daun diawali dengan
terbentuknya zona absisi (daerah pengguguran) pada pangkal tangkai atau helaian daun. Pada
zona ini terdapat berkas berkas pengangkut yang berukuran lebih kecil daripada berkas
pengangkut yang ada pada organ tumbuhan lainnya, kemudian tidak ada jaringan penguat
seperti kolenkim dan skelerenkim di zona ini. Selain terdapat berkas pengangkut. di zona ini
pula terdapat sel sel parenkim yang berdinding tipis, pipih, mengandung tepung, dan
sitoplasma yang kental. Parenkim parenkim tersebut terbentuk dari pembelahan antiklinal
melewati tangkai daun. Ketika daun akan gugur, lamela tengah diantara beberapa sel tertentu
di daerah distal zona absisi akan terurai. Terurainya bagian dinding sel ini, menyebabkan
keadaan yang tidak seimbang antara daerah proksimal zona absisi yang semakin membesar
dengan daerah distal zona absisi yang terus mengalami penuaan, dan akhirnya terjadilah
pematahan pada pangkal tangkai daun.
IV. BUNGA
Bunga merupakan batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan
oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis
diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan
ketersediaan air.
Fungsi Bunga
Fungsi bunga ialah untuk menjadi pengantara bagi penyatuan gamet jantan dan gamet
betina. Proses ini diistilahkan sebagai pendebungaan. Bunga-bunga biasanya mempunyai
kelenjar yang digelarkan nektarin pada berbagai-bagai bahagiannya untuk menarik hewan-
hewan..
Bunga-bunga juga menarik pendebunga-pendebunga melalui bau. Banyak bau adalah harum
bagi kita, tetapi bukan kesemuanya. Sebilangan tumbuhan, seperti Rafflesia, titan arum, dan
pawpaw Amerika Utara (Asimina triloba) didebungakan oleh lalat dan oleh itu, menghasilkan
bau daging basi. Bagaimanapun, pendebunga-pendebunga tertarik kepada tumbuhan,
mungkin disebabkan hendak mencari madu bunga untuk makan. Penyusunan stamen
memastikan bahawa butir-butir debunga dipindahkan kepada tubuh-tubuh pendebunga.
Bunga-bunga untuk spesies yang lain diperdebungakan oleh angin (umpamanya rumput-
rumput); oleh sebab bunga-bunga ini tidak perlu menarik pendebunga, bunganya tidak begitu
menonjol. Bunga-bunga yang didebungakan oleh angin dirujuk sebagai bunga beranemofi.

A. Struktur dan Bagian-bagian Bunga

Struktur Bunga
Meristem apikal bunga biasanya berhenti aktivitasnya setelah struktur reproduktif
telah diinisiasi, suatu ekspresi tipe tumbuhan yang terbatas.
1. Tatanan organ bunga
Pada kelompok tumbuhan biji tertutup tertentu yang dianggap lebih primitif,
pertumbuhan terbatas kurang nyata dibanding suku yang lebih maju. Pada kelompok
primitif, aktivitas meristem apikal diperpanjang sehingga jumlah bagian-bagian bunga
relatif lebih besar dan banyak. Bagian-bagian bunga itu muncul pada sumbu yang
agak memanjang secara akropetal dengan urutan daun kelopak, daun mahkota, benang
sari dan daun buah.
Pada tipe bunga yang sangat lebih terspesialisasi, periode-periode
pertumbuhan lebih pendek dan jumlah bagian-bagian bunga lebih kecil dan terbatas.
Ciri-ciri spesialisasi yang meningkat ialah tatanan bagian-bagian bunga makin
tersusun secara berkarang (siklis) dibanding yang spiral, pelekatan antara bagian-
bagian pada lingkaran yang sama, pelekatan antara dua atau lebih dari lingkaran yang
berbeda kehilangan bagian-bagian zigomorf (simetri bilateral) dibanding aktinomorf
(simetri radial), epigen (bakal buah tenggelam) dibanding hipogen (bakal buat
menumpang).
2. Sistem vaskuler
Sistem vaskuler bunga yang tidak terspesialisasi dengan bakal buah
menumpang sebanding dengan yang terdapat pada pucuk vegetatif, yaitu bekas-berkas
vaskuler membelok ke organ lateral dari sistem berkas sumbu. Apabila dasar bunga
memanjang, bagian-bagian bunga dapat teratur menurut pola filotaksis yang
dihubungkan dengan keteraturan yang lazim dan terdapat saling hubungan dengan
adanya lacak vaskuler, sedangkan pemendekan ruas yang merupakan ciri khas banyak
bunga, penyatuan bagian-bagian bunga, bunga epigen (bakal buah tenggelam), dan
berbagai modifikasi saling hubungan antara bagian-bagian bunga, menyebabkan
sistem vaskuler bunga menjadi kurang teratur dibanding yang ada pada pucuk
vegetatif dan hubungan antara sistem vaskuler pada sumbu dan pada bagian-bagian
bunga kurang jelas.
Setiap daun kelopak mempunyai jumlah lacak vaskuler sama dengan yang
terdapat di daun pucuk vegetatif pada tumbuhan yang sama. Lacak vaskuler
membelok ke daun mahkota bungasatu atau lebih ke daun tajuk pada tumbuhan
dikotil, satu sampai banyak ke daun perhiasan bunga pada tumbuhan monokotil.

Bagian - bagian Bunga


Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian fertil yang melekat pada sumbu,
yakni dasar bunga atau receptaculum. Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang
diakhiri oleh bunga disebut tangkai bunga atau pedisel. Bagian steril dari bunga terdiri atas
sejumlah helai daun kelopak atau sepal dan sejumlah daun mahkota atau petal. Keseluruhan
sepal dalam bunga disebut calyx dan keseluruhan petal disebut corolla. Calyx dan corolla
bersama-sama disebut perhiasan bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks
dan korola, maka setiap helai daunnya disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari
atau stamen dan daun buah atau karpel. Keseluruhan stamen disebut andresium dan
keseluruhan karpel disebut ginesium.
Bila daun bunga tersusun dalam karangan, maka daun bunga dari karangan yang satu
letaknya bergantian dengan daun karangan sebelum dan sesudahnya. Daun bunga dapat
saling berlekatan bila pelekatan terjadi pada jenis daun bunga yang sama, peristiwanya
disebut kohesi, dan jika pelekatan terjadi antara dua karangan berbeda disebut adnasi. Stamen
terdiri dari tangkai sari atau filamen dan di bagian distal terdapat kepalasari atau antera. Pada
antera biasanya terdapat dua bagian, kedua bagian atera bersambungan di tengah dengan
penghubung kepala sari atau konektivum. Setiap bagian mengandung dua buah kantung sari
atau kantong polen yang berisi butir tepung sari.
Karpel atau kumpulan karpel yang bersatu menjadi ginesium biasanya terdiri dari tiga
bagian yakni bakal buah dengan bakal biji atau ovulum, tangkai putik atau stilus, serta kepala
putik atau stigma yang strukturnya memudahkan polinasi. Bakal biji melekat pada bagian
dinding bakal buah yang disebut plasenta. Jika karpel berada di bagian paling tinggi dari
sumbu bunga, maka bakal buah dikatakan menumpang atau superus dan bunganya disebut
hipogen. Jika perhiasan bunga dan stamen terletak di tepi reseptakulum, yang berbentuk
cekungan dan bakal buah ada di tengahnya maka bakal buahnya disebut separuh inverus atau
separuh tenggelam dan bunganya disebut perigen. Cekungan reseptakulum dapat menutup
sehingga letak bakal biji jelas lebih rendah daripada bagian bunga lainnya. Maka bakal
buahnya tenggelam atau inferus dan bunganya disebut epigen.
1. Sepal dan petal
Pada tumbuhan yang terpolinasi oleh serangga, fungsi utama korola adalah
untuk menarik serangga dan oleh karena itu merupakan bagian paling luas dan besar
dari bunga. Pada tumbuhan yang dipolinasi oleh angin, korola sering terreduksi atau
bahkan tidak ada. Warna petal adalah akibat kromoplas yang mengandung karotenoid
dan cairan vakuola yang mungkin mengandung flavonoid, terutama antosianin dan
berbagai kondisi pengubah seperti PH cairan vakuola. Dinding antiklinal dari
epidermis petal dapat bergelombang atau beralur internal. Dinding luar dapat
berbentuk korveks atau berupa papila. Sepal biasanya berwarna hijau dan
berfotosintesis. Kelopak bunga merupakan organ yang paling luar. Kedudukannya
paling rendah pada dasar bunga. Disebelah dalam kelopak ada mahkota bunga yang
terdiri atas daun mahkota, pada umumnya berwarna warni. Apabila antara kelopak
bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan baik bentuk maupun warnanya,
perhiasan bunga demikian ini disebut tenda bunga.
2. Benang Sari
Kebanyakan angiospermae memiliki kepala sari yang tetrasporangiat, dengan
dua ruang sari (lokus) dalam setiap cuping kepala sari sehingga jumlah
keseluruhannya empat. Filamen( tangkai benang sari ) berstruktur sederhana. Pada
tumbuhan tersebut terdapat sebuah berkas pengangkut yang bisa bersifat amfikribal di
sepanjang filamen dan berakhir di konektivum. Setiap cuping mengandung dua
kantong polen ( kantung serbuk sari ) yang berisi nutir serbuk sari.
Dinding antera terdiri dari beberapa lapisan sel yang merupakan turunan sel
parietal primer, kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah
dalam bidang antiklinal. Dua lapisan yang penting adalah endotesium dan tapetum.
Endotesium membentuk penebalan tak rata, terutama dinding radial dan tangensial
dalam. Sel tafetum bersifat sekretori dan penuh sitoplasma padat. Isi sel tapetum
diserap oleh butir serbuk sari yang sedang berkembang dalam lokulus sehingga ketika
butir serbuk sari matang, biasanya tapetum sudah berdegenerasi.
3. Serbuk sari
Hasil mikrosporogenesis adalah spora atau butir serbuk sari. Butir tersebut
berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat
bagian yang kurang kuat yang disebut aperatur. Ada yang bulat (pori) dan ada yang
memanjang (kolpi). Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama yakni intin yang
lunak di bagian dalam dan eksin yang keras di sebelah luar. Eksin terbagi menjadi
bagian yang tidak berlekuk di sebeah dalam yakni neksin dan bagian yang
menunjukka pola lekukan khas di sebelah luar yakni seksin.
Berdasarkan pada cara pembentukan dinding dan pembelahan meiosis dari sel
induk serbuk, ada 2 tipe perkembangan butir serbuk sari, yaitu :\
a) Tipe suksesif yaitu setiap pembelahan inti diiringi dengan pembentukan
dinding.
b) Tipe simultan yaitu tekanan kearah tepi mulai berkembang hanya setelah ke
empat inti dibentuk, dan pembentukan dinding menghasilkan tekanan kearah
dalam.
4. Karpel
Pada bunga, bisa ditemukan satu helai karpel atau lebih. Jika terdapat dua
karpel atau lebih, maka karpel dapat lepas satu dari yang lain (ginesium apokarp) atau
karpel berlekatan dengan cara yang bermacam-macam (ginesium sinkarp). Pada
ginesium sinkarp, ada dua cara perlekatan karpel. Yang pertama karpel berlekatan
dengan kondsi terlipat dan muka abaksial melekat pada muka abaksial. Disini
terbentuk ginesium beruang dua atau beruang banyak. Yang kedua, pelekatan terjadi
dalam keadaan tak terlipat atau setengah terlipat dan terbentuk ginesium beruang satu.
Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah yang fertil yakni bakal buah
atau ovarium, bagian tengah yang steril yakni tangkai putik atau stilus. Dan yang
paling ujung adalah kepala putik atau stigma.
5. Bakal buah
Bakal buah dibedakan dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal
buah beruang banyak terdapat sekat pemisah. Bakal biji atau ovulum terdapat pada
daerah dinding bakal buah dalam (adaksial) yang disebut plasenta. Setiap karpel
memiliki dua plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan di dekat tepi atau tidak jauh
darinya, sehingga dibedakan plasenta merginal (tepi) dan plasenta laminar (agak jauh
dari tepi). Plasenta parietal terjadi pada ginesium yang kelipatan karpelnya terjadi
secara marginal dan hanya ada satu ruang ginasium. Pada ginesium yang karpelnya
terlipat, bakal buahnya beruang dua atau banyak, dan plasentanya aksiler. Jika sekat
pemisah hilang maka plasenta di tengah, bebas dari sekat. Dinamakan plasenta sentral
bebas.
6. Tangkai dan kepala putik
Tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, ke arah
distal. Pada ginesium sinkarp tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat
bersatu atau tetap terpisah. Stilus dapat berrongga atau padat. Pada kebanyakan
angiospermae stilusnya padat dan jaringan di tengah terspesialisasi menjadi jaringan
transmisi yang memasok zat hara bagi tabung sari yang tumbuh melaluinya. Stigma
yang menerima serbuk sari dapat menghasilkan sekret dalam jumlah besar disebut
stigma basah, yang tidak atau kurang menghasilkan sekret menjadi stigma kering.
Jaringan dasar stilus bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pembuluh angkut.
7. Bakal biji dan kantung embrio
Setiap bakal biji atau ovulum melekat pada dinding ovarium dengan adanya
tangkai bakal biji atau funikulus yang mengandung satu berkas pembuluh. Bakal biji
terdiri dari jaringan ditengah atau nuselus, dilingkari oleh integumen dalam dan
integumen luar. Kedua integumen mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori
disebut mikropil.
Pembentukan megaspora melalui peristiwa sel induk megaspora disebut
megasporogenesis. Megaspora atau kantung embrio akan berkecambah dengan
terjadinya mitosis pada intinya yang akhirnya memberikan kantung embrio dewasa
yang berinti delapan. Ada 2 tipe kantong embrio yaitu :
a) Tipe Polygonum dengan kantong embrio 8 inti
Mempunyai 4 megaspora yang berbeda perkembangannya, tetapi
hanya satu yang terjatuh dari mikropil berkembang menjadi kantong embrio.
Megaspora ini membesar dan intinya membelah menjadi 2 yang satu
berpindah ke kutub mikropil dan yang lein ke kutub khalaza. Selanjutnya
setiap inti mengalami 2 kali pembelahan berurutan sehingga terbentuk 8 inti.
b) Tipe Oenothera dengan kantong embrio 4 inti
Sel sporogen membelah mitosis 2 kali sehingga terbentuk 4 inti. Ketiga
inti mati sehingga tinggal satu inti yang terdapat dekat mikropil.
B. Macam-macam Bunga
Berdasarkan bagian-bagian yang dimiliki bunga dibedakan menjadi:
Bunga lengkap yaitu bunga yang memiliki kelopak bunga, mahkota bunga, putik, dan
benang sari.

Bunga tidak lengkap yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu bagian kelopak
bunga, mahkota bunga, putik, atau benang sari.
Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki benang sari dan putik

Bunga tak sempurna yaitu bunga yang hanya memiliki putik atau benang sari saja.

C. Perkembangan Bunga
Bunga biasa tumbuh pada tanaman. Pada tanaman terdapat organ untuk
berkembang biaknya benih atau bibit bunga. Berkembangnya bunga melalui proses
penyerbukan, yaitu berpindahnya bibit jantan (male gametes) pada bibit betina (female
gametes) dan menghasilkan sel baru yang disebut buah atau biji. Peristiwa ini disebut
juga jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik atau kepala putik, dan kepala putik ini
menjadi bakal biji atau pembuahan. Pembuahan ini yang disebut berkembang dan
mekarnya bunga.
D. Penyerbukan/polinasi
Penyerbukan atau polinasi merupakan suatu proses berkembang biaknya
tanaman bunga, yaitu peristiwa menempelnya serbuk sari di kepala putik. Serbuk sari
sampai ke kepala putik dengan dibawa oleh perantaranya. Berdasarkan perantaranya
(polinator), penyerbukan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Penyerbukan oleh angin.
Angin berguna untuk bergeraknya atau berpindahnya serbuk sari dengan
sendirinya pada bunga yang lain.
Ciri-ciri bunga yang diserbukkan oleh angin yaitu:
Bunga tidak berwarna
Tidak mempunyai kelenjar madu
Serbuk sari banyak dan ringan
Tangkai sari panjang dengan kepala sari besar
Mempunyai putik yang panjang
2. Penyerbukan oleh hewan.
Hewan yang beraksi dalam proses penyerbukan adalah jenis serangga,
seperti kupu-kupu, ngengat atau lebah. Hewan-hewan ini yang membawa serbuk
sari dari satu bunga ke bunga yang lain, tapi masih pada satu jenis bunga.
Ciri-ciri bunga yang diserbukkan oleh hewan ini yaitu:
Mahkota bunga berwarna-warni
Berbau harum
Menghasilkan kelenjar madu
Serbuk sari berlendir sehingga mudah melekat
Putik tersembunyi dan berlendir. Proses penyerbukan bisa juga dibantu
oleh hewan lain seperti burung dan kelelawar. Namun bunga yang
dihasilkan biasanya berbau tidak harum dan tidak menghasilkan kelenjar
madu.
3. Penyerbukan oleh air
Penyerbukan ini terjadi pada tumbuhan yang bunganya terendam
dalam air. Air berguna sekali dalam proses reproduksi bunga, karena air juga
dapat menyuburkan bibit bunga tersebut.
4. Penyerbukan oleh manusia
Yaitu penyerbukan yang dilakukan karena pertolongan manusia.
Biasanya manusia melakukan pencangkokan atau penyilangan antara satu bunga
dengan bunga yang lain untuk memperbanyak tumbuhnya bunga.
E. Pembuahan/Fertilisasi
Setelah terjadi proses penyerbukan, lalu akan terjadi pembuahan. Pembuahan
merupakan proses penting dalam pembentukan biji dan buah. Pembuahan terjadi untuk
memproduksi bibit bunga. Biasanya, setelah proses penyerbukan, bunga akan mengalami
pembuahannya sendiri. Pembuahan terjadi apabila serbuk sari telah masuk ke bagian dalam
putik atau bakal buah. Lalu dari bakal buah ini akan membentuk biji yang melengkapi proses
reproduksi bunga. Hasil dari pembuahan ini adalah variasi bunga dari jenis yang sama.

Gambar peyerbukan dan pembuahan

V. BUAH
Buah adalah bakal buah yang masak (kumpulan bakal buah) dengan isinya, bersama-
sama dengan setiap bagian lain yang berdekatan yang dapat luruh membentuk buah. Karena
buah hanya berasal dari bagian-bagian bunga, maka pembentukannya terbatas pada tumbuhan
bunga saja (Tjitrosomo, 1983: 214).
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga,
dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga
dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar,
eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut dinding dalam atau
endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut dinding
tengah atau mesokarp (mesocarpium). Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang
berasal dari bakal buah tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain
(umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan
bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian
utama dari buah, maka buah itu lalu disebut buah semu.
Buah juga dapat berkembang tanpa pembuahan dan tanpa perkembangan biji.
Peristiwa itu disebut partenokarpi dan banyak ditemukan terutama pada spesies yang berbiji
banyak, seperti pisang, semangka, nanas, dan tomat. Partenokarpi dapat terjadi tana polinasi
seperti jeru, labu dan tomat, atau memerlukan rangksangan polinasi seperti anggrek. Bbuah
yang berbiji dapat pula diakibatkan oleh gugurnya embrio , namu terjadinya buah seperi itu
tidak digolongkan ke dalam partenokarpi karena terjadi pembuahan disini.
Bila ditinjau secara teliti, buah adalah bakal buah yang telah dewasa. Definisi yang
lebih lu

A. Perkembangan Buah

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah berisi
satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji itu
dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya
serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma.
Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan
antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan
baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan kariogami, yakni
persatuan inti sel keduanya.
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji
tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi
berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan
keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga
buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada
sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan
jumlah bakal biji yang terbuahi.
Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah yang terdiri dari 2 lapis
meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang yang tiga lapis meliputi eksokarpium,
mesokarpium, dan endokarpium. Endokarpium berbatasan dengan kulit biji. Eksokarpium
umumnya satu lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium
dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang terdiri dari sel batu.
Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya mesokarpium.
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga,
kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang
membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu
lalu disebut buah semu.
Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu,
dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:
1. buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah,
yang berisi satu biji atau lebih.
2. buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak
bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi buah tersendiri, lepas-
lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu buah.
Contohnya adalah sirsak (Annona).
3. buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk. Dengan demikian
buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang pada akhirnya
seakan-akan menjadi satu buah saja. Contohnya adalah nanas (Ananas), bunga
matahari (Helianthus) (Fahn.1997).

B. Struktur Anatomi Buah


Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik) yang disebut
bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji, daging buah,
dan kulit buah. Kulit buah yang masih mudah belum mengalami pemisahan jaringan. Setelah
masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp,
dan endokarp.
1. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya
buah kelapa.
2. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut
(kelapa), Berdaging (mangga dan pepaya).
3. Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang
sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput tipis
(rambutan) (setjo.2004).

C. Struktur Anatomi Buah


1. Struktur Anatomi Perikarpium
Buah terbentuk setelah terjadi peristiwa pembuahan. Dinding ovarium akan
berkembang menjadi dinding buah. Buah memiliki dinding yang terdiri dari dua
lapis atau tiga lapis. Dinding buah dinamakan perikarpium. Buah yang memiliki
dua lapis dinding bagian yang terluar dinamakan eksokarpium dan di dalamnya
disebut endokarpium. Buah yang memiliki tiga lapis dinding, bagian terluar
disebut eksokarpium, bagian tengah dinamakan mesokarpium, dan bagian
terdalam disebut endokarpium.
Eksokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel dengan susunan rapat dan ada
yang memiliki kutikula seperti epidermis. Mesokarpium terdiri dari beberapa
lapis jaringan parenkimatis yang di dalamnya dapat ditemukan berkas
pengangkut, idioblas minyak, amilum, lendir, dan kristal kalium oksalat.
Endokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel yang berkembang dari epidermis
dalam daun buah. Eksokarpium dan endokarpium buah yang masak terdiri dari
satu lapis epidermis atau beberapa lapis sel yang masing-masing dapat dibedakan
dengan jelas dengan mesokarpium. Jaringan yang menyusun perikarpium saling
berlekatan sehingga tidak dapat dipisahkan satu persatu. Eksokarpium beberapa
tanaman memiliki stomata, misalnya eksokarpium Cucurbita pepo. Eksokarpium
Lycopersicon esculentum dan Capsicum sp. tidak ditemukan stomata.
Perikarpium buah berdaging, seperti Lycopersicon esculentum terdiri dari
perikarpium yang di dalamnya terdapat jaringan yang merupakan perkembangan
plasenta yang dilekati banyak biji, eksokarpium terdiri dari satu lapis epidermis
dan diikuti oleh 3-4 lapis sel kolenkima. Sel epidermis berukuran besar dan tidak
memiliki stomata. Mesokarpium terdiri dari jaringan yang terdiri dari sel-sel
berdinding tipis dan memiliki banyak ruang antarsel.
2. Struktur Anatomi Buah Buni
Buah buni memiliki perikarpium yang tebal dan berair. Perikarpium
berdiferensiasi menjadi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Eksokarpium dapat mengandung pigmen. Mesokarpium terdiri dari sel-sel
parenkima yang berlapis-lapis dan kebanyakan dapat dimakan, endokarpium
merupakan lapisan yang tipis atau keras.
Di dalam buah terdapat satu atau banyak biji. Contoh buah buni di antaranya
Lycopersicon esculentum, Carica papaya, Averrhoa carambola, dan lain
sebagainya. Buah Lycopersicon esculentummerupakan buah tunggal dengan satu
ruang, di dalamnya terdapat banyak biji. Perikarpium mengandung pigmen
kromoplas. Plasenta terletak di tengah ruang buah. Buah Carica papaya dibentuk
dari lima karpelum yang saling berlekatan di bagian tepi sehingga terbentuk satu
ruang buah. Plasenta terdapat di helaian daun buah. Buah Averrhoa carambola
dibentuk 5 daun buah, yang masing-masing berlekatan di bagian dalam saja dan
di bagian luar daun buah tidak berlekatan sehingga tampak seperti bintang dengan
ruang buah yang sempit.
Contoh buah berdaging misalnya pala, belimbing manis, dan lombok. Struktur
anatomi perikarpium buah berdaging memiliki jaringan parenkimatis yang tebal
di bagian mesokarpium atau endokarpiumnya.
a) Pala (Myristica fragrans)
Buah pala merupakan buah tunggal dengan satu ruang yang berisi satu
biji. Epidermis tersusun dari dua lapis yang berbentuk pipih berwarna coklat
dan berkutikula. Lapisan epidermis merupakan lapisan eksokarpium buah
pala. Mesokarpium terdiri dari jaringan parenkima yang berlapis-lapis dengan
bentuk sel isodiametris, di dalamnya ditemukan kelompok-kelompok
brakhisklereida dengan bentuk bulat dan noktah yang bercabang-cabang.
Berkas pengangkut yang bertipe kolateral ditemukan di bagian tengah
mesokarpium. Di dalam mesokarpium juga ditemukan sel-sel minyak yang
berbentuk bulat dikelilingi oleh sel khusus yang tidak sama dengan sel-sel
parenkima di sekitarnya.
b) Cabe Rawit (Capsicum fruetecens)
Perikarpium buah cabe rawit terdiri dari lapisan eksokarpium,
mesokarpium, dan endokarpium. Lapisan eksokarpium berupa jaringan
epidermis yang tersusun rapat. Lapisan mesokarpium disusun oleh jaringan
parenkimatis. Di dalam jaringan parenkimatis tersebar berkas pengangkut. Sel-
sel raksasa (Giant Cell) ditemukan di bagian paling dalam dari mesokarpium.
Endokarpium terdiri dari sel epidermis dalam yang berbatasan langsung
dengan sel raksasa dan ruang ovarium. Buah cabe rawit memiliki dua ruangan
yang dibentuk dari sekat sempurna pada ruang buah.
c) Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Buah belimbing manis memiliki perikarpium yang terdiri dari dua
bagian yang meliputi eksokarpium dan endokarpium. Eksokarpium terdiri dari
beberapa lapis sel yang berbentuk isodiametris. Lapisan terluar dari kulit buah
belimbing yang sangat muda memiliki trikoma glanduler yang terdiri dari satu
deret dengan tiga sel tangkai yang berbentuk segiempat dengan satu sel kepala
yang berbentuk bulat dan mengandung sekret yang berwarna kuning. Sel
kepala trikoma glanduler memilki lapisan kutikula. Trikoma non glanduler
juga ditemukan pada lapisan terluar dari eksokarpium. Trikoma non glanduler
terdiri dari satu deret sel dengan jumlah dua sampai tiga sel yang berujung
runcing. Trikoma-trikoma tersebut gugur saat buah masak.
Endokarpium disusun oleh jaringan parenkimatis yang berlapis-lapis.
Di dalam jaringan parenkima ditemukan berkas pengangkut. Parenkima yang
menyusun endokarpium banyak mengandung ruang antarsel yang luas.
Ruangan yang terbentuk dari perikarpium sangat sempit.
d) Buah Pepo pada Tumbuhan Cucurbitaceae
Buah berkembang dari bagian bawah bakal buah bersama dengan
jaringan di luar bakal buah, karena itu dinding buah tersusun dari perikarp dan
jaringan di luar bakal buah, tidak ada jaringan pembatas antara kedua jaringan
tersebut. Struktur dinding buahnya padat, dibawah epidermis luar terdapat
lapisan kolenkimatis. Daerah selanjutnya tersusun atas jaringan parenkima
yang sebagian dari parenkima ini mengandung kloroplas, di daerah ini pada
beberapa marga terdapat lapisan sklereida yang bersambung atau terpisah.
Daerah ketiga terdiri atas parenkima berdaging. Berkas vaskular terletak
dibagian berdaging pada dinding buah. Epidermis dalam yang menggantung
biji pada banyak spesies berupa membran tipis yang transparan.
e) Buah Batu (misalnya Prunus)
Buah batu adalah buah berdaging dari bakal buah yang menumapang,
dan ditandai dengan endocarp berbatu, mesokarp berdaging, dan eksokarp
yang relatif tipis tersusun dari epidermis dan kolenkima subepidermis. Berkas
vaskular terdapat di bagian yang berdaging dan endokarp berbatu. Epidermis
dalam membentuk lapisan sklereida memangajng vertikal berlapis, daerah
sebelah luarnya ialah lapisan sklereida memanjang secara tangensial berlapis,
dan dua sampai empat lapis lebih luar lagi berdiferensiasi menjadi sklereida
yang isodiametris.
f) Buah Pyrus (misalnya apel)
Buah Pyrus merupakan buah berdaging dari bakal buah tenggelam dan
bagian-bagian di luar bakal buah membentuk bagian pokok yang berdaging
pada dinding buah. Sebagian besar daging buah dari buah apel tersusun atas
jaringan parenkima. Perikarp tersusun dari eksokarp parenkimatis berdaging,
bercampur dengan parenkim luar bakal buah, dan endokarp tersusun dari
sklereida. Epidermis luar mengandung antosianin dan flobalen yang
memberikan warna khas kulit beberapa varietas apel.
3. Struktur Anatomi Buah Kering
Buah kering contohnya buah adas (Foeniculum vulgare), ketumbar
(Coriandrum sativum), padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays),pulutan (Urena
lobata), lada hitam (Piper nigrum), dan lain sebagainya. Buah adas dikatakan
sebagai cremokarp yang tersusun dari dua merikarp yang menempel pada
karpofor yang terdapat di tengah buah. Karpofor merupakan sumbu yang terdapat
di tengah buah.
Buah adas termasuk buah kering yang kulit biji tidak dapat dipisahkan dari
kulit buahnya. Setiap merikarp memiliki dua sisi yang mencolok. Sisi luar
cembung disebut dengan sisi dorsal dan bagian sisi dalam berbentuk datar
dinamakan sisi komisural. Sisi dorsal memiliki tiga rigi sedang sisi komisural
memiliki dua rigi. Dibagian sisi komisural di temukan rafe yang merupakan bekas
funikulus. Berkas pengangkut ditemukan di daerah rigi, di antara kedua berkas
pengangkut ditemukan adanya vitae yang merupakan kelenjar minyak yang
terdiri dari satu ruang yang dikelilingi oleh sel-sel epitel. Vitae berisi minyak
menguap, berbau khas dan berwarna kuning. Eksokarpium disusun oleh satu lapis
epidermis yang berbentuk poligonal, memanjang ke arah tangensial dan
diselubungi oleh kutikula. Mesokarp disusun oleh beberapa lapis sel parenkima
dengan dinding yang tidak menebal atau menebal dengan bentuk jala. Sel-sel
sklerenkimatik mengelilingi berkas pengangkut yang bertipe kolateral dikelilingi
sel-sel sklerenkimatik di bagian dalam. Endokarpium terdiri dari sel-sel yang
sempit memanjang, tersusun seperti lantai disebut sel parket. Testa terdiri dari
selapis sel yang berwarna kuning. Endosperm berisisi sel-sel poligonal, bersifat
parenkimatis, mengandung tetes-tetes minyak dan butir aleuron. Embrio terletak
pada bagian apikal dari merikarp. Di dalam rafe juga ditemukan berkas
pengangkut. Karpofor terdiri dari sel-sel sklerenkimatik.
a) Struktur anatomi dinding buah kering yang dapat pecah
Dinding buah pecah umunya terdapat pada buah yan berbiji banyak.
Contoh buah kering pecah ialah buah polong. Eksokarp mungkin hanya terdiri
atas epidermis saja atau epidermis dan lapisan subepidermis, keduanya
tersusun dari sel-sel berdinding tebal. Mesokarp biasanya parenkimatis dan
berdinding tipis, sedangkan endokarp biasanya terdiri atas beberapa deret sel
yang berdindiing tebal.
Contoh lainnya dari buah pecah adalah buah kotak sejati atau kapsul
yang mempunyai sel-sel parenkima dan sklerenkima yang beragam
penyebarannya. Misalnya pada Linum usitatissimum, perikarp dapat
dibedakan menjadi bagian eksokarp yang tersusun dari sel-sel yang berlignin
dan untuk mesokarp, endokarp tersusun atas jaringan parenkima.Buah kapsul
Nicotina tabacum, memiliki eksokarp dan mesokarp yang parenkimatis
danendokarp yang berdinding tebal yang terdiri atas dua atau tiga lapis sel.
b) Struktur anatomi dinding buah kering yang tidak pecah.
Buah tidak pecah biasanya hasil dari bakal buah yang hanya satu biji
yang berkembang, meskipun mungkin ada yang lebih dari satu bakal biji.
Perikarp buah tidak pecah sering mempunyai struktur yang mirip dengan kulit
biji. Kulit biji yang sebenarnya pada buah demikian ini melebur dengan
perikarp, misalnya buah padi atau caryopsis pada Graminae.
1) Buah padi (caryopsis)
Perikarp dan sisa integumennya melebur menjadi satu. Contohnya
buah padi dan buah Triticum yang terdiri atas tiga bagian pokok yaitu (1)
kulit buah yang meliputi pericarp, kulit biji, dan nuselus, (2) endosperma,
dan (3) lembaga.
Perikarp terdiri atas lima bagian yaitu episermis, hypodermis, zona sel
berdinding tipis, sel melintang, dan sel tabung. Epidermis dan hypodermis
secara bersama membentuk eksokarp. Sel-sel eksokarp memanjang sejajar
dengan sumbu longitudinal buah, sel-sel ini menjadi pipih dan berdinding
tebal sehingga lumennya tidak jelas ketika buah tersebut masak. Sel-sel
melintang terdapat dibawah lapisan parenkimatis, berdinding tebal dan
bernoktah. Sel-sel tabung membentuk lapis-dalam perikarp. Ruang antar
sel luas terdapat diantara sel-sel tabung, dindingnya bernoktah dan lebih
tipis dibanding yang ada pada dinding sel-sel melintang (Essau.2007).

D. Karakteristik Buah
Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan
merupakan suatu bagian buah. Bagian-bagian bunga yang terkadang tidak gugur, melainkan
ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah itu
sendiri, jadi tidak merupakan suatu bagian buah yang penting, misalnya :
1. Daun-daun pelindung. Pada jagung daun-daun bunga tidak gugur, dan kita kenal
kemudian sebagai pembungkus tongkol jagung (klobot).
2. Daun-daun kelopak. Pada terong dan pada jambu , masih dapat kita lihat kelopak
yang ikut merupakan bagian buah.

3. Tangkai kepala putik. Bagian ini sering tinggal pada buah, misalnya pada jagung,
yang kita kenal sebagai rambut jagung, juga pada semua macam jambu, masih dapat
kita lihat tangkai kepala putik di bagian ujung buah.

4. Kepala putik. Buah yang masih mendukung kepala putik ialah buah manggis, yang
sekaligus pula dapat menunjukan jumlah daun buah dan jumlah ruangan dalam buah
manggis tadi.

Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak padanya
terdapat sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur itu, umumnya merupakan buah
yang tidak terbungkus, jadi merupakan buah yang telanjang (fructus nudus). Buah ini juga
dinamakan buah sejati atau buah sungguh. Bagian bunga ikut mengambil bagian dalam
pembentukan buah. Bahkan seringkali merupakan bagian buah yang paling menarik
perhatian. Buah yang demikian dinamakan buah palsu atau buah semu (fructus spurius). Pada
buah semu, buah dinamakan Partenokarpi (parthenocarphy). Buah yang terjadinya dengan
cara ini biasanya tidak mengandung biji, atau tidak ada bijinya, biji itu tidak mengandug
lembaga, jadi bijinya tidak dapat dijadikan alat perkembangbiakan. Pembentukan buah
dengan cara ini lazimnya kita dapati pada pohon pisang (Musa paradisiaca).

VI. BIJI
A. Struktur Anatomi Biji
1. Bagian Biji Sebelah Dalam
Pada bagian bij sebelah dalam terdapat embrio dan bagian-bagian embrio yaitu
akar embrio (radicula), batang embrio (cauliculus) dan keping biji (cotyledo).
Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji.Bagian ini terdapat di
dalam kulit biji.Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga (radikula), daun
lembaga (kotiledon), dan batang lembaga.Putih lembaga terdiri atas putih lembaga
dalam (endosperma) dan putih lembaga luar (perisperma).
Bagian embrio, seperti radikula akan berkembang menjadi akar. Pada tumbuhan
Dicotyledoneae, radikula akan berkembang menjadi akar tunggang. Pada
Monocotyledoneae, akar tersebut akan berkembang menjadi akar primer, namun masa
hidupnya tidak lama karena segera diganti oleh sistem akar sekunder. Kotiledon pada
biji dapat berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan, alat untuk berfotosintesis
sementara, dan sebagai alat untuk menghisap makanan dari putih lembaga.Batang
lembaga terdiri atas epikotil dan hipokotil.Epikotil adalah pemanjangan ruas batang di
atas kotiledon, sedangkan hipokotil adalah pemanjangan ruas batang di bawah
kotiledon.Batang lembaga dan calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang
disebut plumula. (Yatim: 2007)
Bagian putih lembaga, seperti endosperma merupakan cadangan makanan pada
biji.Berdasarkan pembentukannya, endosperma berasal dari sel induk endosperma yang
telah dibuahi oleh sel sperma.Perisperma merupakan putih lembaga luar.Bagian ini
berasal dari nuselus atau selaput bakal biji.
a. Selaput biji (arillus)
Selaput biji merupakan pertumbuhan dari tali pusar.Pada biji ada kalanya
tali pusar ikut tumbuh dan berubah sifatnya menjadi selaput biji (arillus).Salut
biji ada yang berdaging, misalnya pada biji durian dan ada yang berair misalnya
pada biji rambutan.Serta ada juga yang menyerupai kulit dan hanya menutupi
sebagian biji, misalnya pada biji pala.( Hidayat: 1995)
b. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-
gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang
perkembangannya sempurna akan memiliki struktur sebagai berikut: epikotil
(calon pucuk), hipokotil (calon akar) dan kotiledon (calon daun). ( Suradinata:
1998)
c. Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan kandungan yang ada dalam biji, baik dalam
jumlah sedikit maupun banyak. Biji yang sedikit atau bahkan tidak ada.
Cadangan makanan disebut biji eskalbumin. Cadangan makanan berfungsi
sebagai jaringan penyimpan. Cadangan makanan memperkuat daya serap biji
akan hara yang diperlukan tumbuhan dalam perkembangannya. Cadangan
makanan bersel kecil berwarna putih agak kelabu, berdinding tipis, mengandung
butir aleuron dan tetes minyak serta bahan cadangan tersimpan di dalam selnya.
(Suradinata: 1998)
Perkembangan cadangan makanan umunya dimulai sebelum perkembangan
embrio. Cadangan makanan berkembang dari pembelahan mitosis inti
endosperm yang dihasilkan dari peleburan salah satu gamet jantan dengan 2 inti
kutub atau dengan inti sekunder. Cadangan makanan tersebut kaya akan zat
zat makanan, yang disediakan bagi embrio yang sedang berkembang. Pada biji
ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan yaitu:
Kotiledon, misal pada kacang-kacangan (Legumes), semangka (Citrullus
vulgaris Schrad), labu (Cucurbita pepo L).
Endosperm, misal pada jagung (Zea mays L), gandum (Triticum
aestivum L) dan golongan cerealia lainnya. Pada kelapa (Cocos nucifera
bagian dalamnya yang berwama putih dan dapat dimakan adalah
merupakan endospermnya. (Yatim: 2007)
2. Bagian Biji Luar
a. Lapisan kulit dalam (tegmen).
Biasanya tipis seperti selaput, disebut juga dengan kulit ari.Pada tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae), kulit biji terdiri dari tiga lapisan sebagai
berikut.
1) Kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging. Pada waktu masih muda
berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning, dan akhirnya merah.
2) Kulit tengah (sclerotesta), suatu lapisan yang kuat, keras, dan berkayu.
3) Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput dan seringkali
melekat erat pada inti. (Hidayat: 1995).
b. Lapisan kulit luar (testa).
Pelindung biji terdiri atas kulit biji, sisa-sisa nucleus, endosperm dan kadang-
kadang bagian dari buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari
integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji
berlangsung.
Kulit biji (testa) berkembang dari jaringan integumen yang semula mengitari
ovula (bakal biji). Tatkala biji masak, kulit biji ini dapat setipis kertas (misalnya
pada kacang tanah) atau tebal dan keras seperti pada kelapa. Kulit biji ini berguna
untuk menjaga lembaga (embrio) dari kekeringan dan kerusakan mekanis.
Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwama kecoklatan sedangkan bagian
dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari
kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.
(Campbell:2008)
c. Sayap (ala) dan Rambut (coma)
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai alat tambahan yang berupa sayap pada
kulit luar biji, dengan demikian biji tumbuhan tersebut mudah dipencar oleh
angin.Misalnya pada biji kelor. Selain sayap ada juga beberapa tumbuhan yang
memiliki rambut atau bulu halus yang berasal dari penonjolan sel-sel kulit luar
biji. Bulu halus ini memudahkan beterbangannya biji oleh tiupan angin. Misalnya
pada biji kapas. (Campbell:2008)

B. Perkembangan Biji
Setelah terjadinya penyerbukan dan yang diikuti pembuahan, bakal buah tumbuh
menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi biji. Pada tumbuhan biji (Spermatophyta), biji
merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung lembaga atau calon
tumbuhan baru.Biji duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni
(placenta). Tangkai pendukung dari biji tersebut disebut tali pusar (funiculus). Bagian biji
tempat pelekatan tali pusar dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali
pusarnya akan terputus, sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya
akan nampak jelas pada biji.
Pada biji ada kalanya tali pusar ikut tumbuh berubah sifatnya menjadi salut atau
selaput biji (arillus). Bagian ini ada yang meupkan selubung biji yang sempurna ada yang
hnya menyelubungi sebagian biji saja. Salut biji ada yang :
Berdaging atau berair dan sering kali dapat di makan, misalnya pada biji durian
(Durio zibethius Murr.), biji rambutan (Nephelium lappaceum L.) dll.
Menyerupai kulit dan hanya menutupi sebagian biji, misalnya pada biji (Myristica
fragrans Houtt.). salut biji pala dinamakan macis yang seperti bijinya sendiri
digunakan pula sebagai bumbu untuk masak dan berbagai macam keperluan lainya.
Pada biji umumnya memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a. Kulit biji (spermodermis)
b. Tali pusar (funiculus)
c. Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)

1. Kulit Biji (Spermodermis)


Seperti yang telah di kemukakan kulit biji berasal dari selaput bakal biji
(Intergumnetum) oleh sebab itu biasanya kulit biji dari tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae) terdiri dari dua lapisan, yaitu :
a. Lapisan kulit luar (testa). Lapisa ini mempunyai sifat yang bermacam-mcam
ada yang tipis ada yang kaku seperti kulit, ada yang keras seperti kayu dan
batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi biji yang ada didakamnya.
b. Lapisan kulit dalam (tegmen). Biasanya tipis seperti selaput sering kali juga
dinamakan kulit ari.
Walapun telah di kemukakan tadi, bahawa kulit biji berasal
dari integumentum, maka belum berarti bahwa kulit luar biji berasal dari
integumentum luar dan kulit berasal berasal dari itegumentum yang dalam, karena
pembentukan kulit biji dap pula ikut serta dalam bakal biji yang lebih dalam daripada
integumentumnya.

Di atas telah dikemukakan bahwa biji yang memiliki dua lapisan adalah biji tertutup
(angiospermae), pada tumbuhan biji telanjang (gymnopermae) malah terdapat tiga
lapisan, kita dapat menyaksikan sendiri pada buah melinjo (Gnetum genemon L.)
padahal bakal biji tumbuhan biji telanjang umumnya hanya mempunyai satu
integumentum saja.
Jika diadakan pemeriksaan yang teliti terhadap keadaan kulit luar biji berbagai
jenis tumbuhan, maka pada kuli luar biji itu masih dapat ditemukan bagian-bagian
lain, misalnya :
a) Sayap (ala), berbagai jenis tumbuhan mempunya alat tambahan yang berupa
sayap pada kulit luar biji dan dengan demikian biji tumbuhan tersebut mudah
dipencarkan oleh angin. Biji yang bersayap contohnya adalah pada tanaman
spatodea (Spathodea campanulata P.B.), kelor (Moringa oleifera Lamk.)
b) Bulu (coma), yaitu penonjolan sel-sel kuli biji yang berupa rambut-rambut
yang halus. Bulu-bulu ini mempunya fungsi seperti sayap, yaitu memudahkan
biji untuk terterbangkan oleh tiupan angin. Contoh: kapas (Gossypium), biduri
(Calotropis gigantea Dryand.)
c) Salut biji (arillus), yang biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar,
misalnya pada biji durian (Durio zibethinus Murr.)
d) Salut biji semu (arillodium), seperti sallut biji, tetapi tidak berasal dari tali
pusar, melainkan tumbuh dari bagian sekitar liang bakal biji (micropyle).
Macis pada biji pala adalah suatu salut biji semu.
e) Pusar biji (hilus), yaitu bagian kulit biji yang merupakan bekas perlekatan
degan tali pusar, biasanya telihat kasar dan mempunyai warna yang berlainan
dengan bagain lain kulit biji. Misal: kacang panjang (Vigna sinensis Endl.)
kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dll.
f) Liang biji (micropyle), ialah liang kecil bekas jalan masuknya buluh sebuk sari
ke dalam bakal biji pada peristiwa pembuahan.
g) Bekas berkas pembuluh pengangkut (chalaza), yaitu tempat pertemuan
integumen degan nuselus, masih terlihat jelas pada biji anggur (Vitis vinifera
L.)
h) Tulang biji (raphe), yaitu terusan tali pusar pada biji, biasanya hanya kelihatan
pada biji yang bersal dari bakal biji yang mengangguk (anatropus) dan pada
biji biasnya tak begitu jelas lagi. Masih terlhiat apda biji jarak (Ricinus
communis L.).

2. Tali Pusar (Funiculus)


Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi
merupakan tangkainya biji. Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari tali pusar biji.
Dan pada biji hanya tampak bekasnya yang dikenal sebagai pusat biji.
a. Inti Biji (Nucleus Seminis)
Yang dinamakan inti biji ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam
kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji. Inti biji terdiri
atas :
Lembaga (embryo) yang merupakan calon individu baru,
Putih lembaga (albumen), jaringan beirisi cadangan makanan untuk
masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum
mencar makanan sendiri.

3. Lembaga (Embryo)
Lembaga adalah calon tumbuhan baru yang nantinya akan tumbuh menajdi
tumbuhan baru setelah biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan
a. Akar lembaga atau calon akar (radicula), yang biasanya kemudian tumbuh
terus menjadi akar tunggang. Akar lemabaga ini ujungnya menghadap ke arah
liang biji dan pada perkecambahan biji, akar itu akan menembus kulit biji dan
keluar melalui liang tadi.
b. Daun lembaga (cotyledo), merypak daun yang pertama kali tumbuh. Fungsi
daun lembaga bisa memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sebagai tempat penimbunan makanan
Sebagai tempat melakukan asimilasi
Sebagai alat penghisab makanan untuk lembaga dari putih lembaga
c. Batang lembaga (cauliculus) yang sering dapat dibedakan dalam dua bagian,
yaitu :
Ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum),
Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum),

4. Putih Lembaga (Albumen)


Putih lembaga adalah bagian biji yang terdiri atas suatu jaringan yang menjadi
tempat cadangan makanan lembaga, tidak setiap biji mempunyai putih lembaga.
Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan
tadi kita dapat membedakan putih lembaga dalam :
a. Putih lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbun makanan itu
terdiir atas sel-sel yang berasal dari initi kandung lembaga sekunder yang
kemudian setelah di buahi oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah
menjadi jaringan penimbun makanan ini.
b. Putih lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal dari bagian biji di
luar kandung lembaga entah dari nuselus atau dari selaput bakal biji.

C. Perbedaan Biji Monokotil dan Dikotil


1. Biji Monokotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari dua
kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya
memiliki satu daun lembaga. Biji monokotil memiliki endosperma sehingga makanan
untuk pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. (yatim: 2007)
2. Biji Dikotil
Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan
tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang
daun lembaga(kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam
tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua. Biji
dikotil tidak memiliki endosperma. Makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari
kotiledon. (Hidayat: 1995).

No. Monokotil Dikotil


1. Berkeping satu Berkeping dua

2. Terdapat endosperma Tidak ada endosperma

3. Makanan untuk pertumbuhan Makanan untuk pertumbuhan embrio di


embrio di peroleh dari endosperma peroleh dari cotyledon

D. Kecambah
Kecambah adalah tumbuhan yang masih kecil dan belum lama muncul dari bji serta
masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat di dalam biji. Kecambah memperlihatkan
bagian-bagian seperti telah diuraikan mengenai lembaga, karena memang kecambah itu
berasal dari lembaga. Hanya pada kecambah bagian-bagian tadi sudah lebih jelas dan
mempunyai ukuran yang lebih besar.
Perkecambahan biji dapat dibedakan dalam dua macam :
1. Perkecambahan diatas tanah(epigaeis), yaitu jika pada perkecambahan, karena
pembentangan ruas batang dibawah daun lembaga, daun lembaganya lalu terangkat
keatas, muncul diatas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseolus radiates),
daun lembaganya lalu berubah warnanya menjadi hijau, dapat digunakan untuk
asimilasi, tetapi umurnya tidak panjang. Daun lembaga itu kemudian gugur, dan
sememtara itu pada kecambah sudahterbentuk daun-daun normal yang dapat
melakukan tugas asimilasi.
2. Perkecambahan dibawah tanah(Hypogaeis), bila daun lembaga tetap tinggal
didalam kulit biji, dan tetap didalam tanah, seperti terdapat misalnya pada biji
kacang kapri (Pisum sativum). (Suradinata:1998)
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Nell A, dkk. 2008. Biologi Jilid 1 (Edisi Kedelapan). Jakarta : Erlangga
Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa
Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plant. New York: John Wiley and Son Inc.
Fahn, A. 1990. Plant Anatomy. New York: Pergamon Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum. Bandung: Angkasa
Tjitrosoepomo,Gembong, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press.2007.
Hidayat Estiti B.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bandung.ITB
Yayan sutrian , pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan. Penerbit RINEKA CIPTA.
Mulyani, Sri.2006.Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta : Kanisius
ANDRI PASRAH 2015. Anatomi Akar
https://abanghusniifajrii.wordpress.com/2015/03/28/makalah-anatomi-akar/
Ymelda manurung 2012.Anatomi Akar
https://www.academia.edu/11539675/anatomi_akar
Devi meilina 2015. Anatomi Akar, batang dan daun
https://devimeilina10.wordpress.com/2015/06/18/anatomi-akar-batang-dan-daun/
Ihsan tolabi. 2015. Daun. https://www.academia.edu/24015133/Makalah_daun

Anda mungkin juga menyukai