LAPORAN PENDAHULUAN
UNSTABEL ANGINA PECTORIS (UAP) dan
DIAGNOSTIC CORONARY ANGIOGRAPHY (DCA)
Oleh:
Defi Destyaweny
NIM. 115070200111042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN MEDIKAL
LAPORAN PENDAHULUAN
UNSTABEL ANGINA PECTORIS (UAP) dan
DIAGNOSTIC CORONARY ANGIOGRAPHY (DCA)
Oleh :
DEFI DESTYAWENY
NIM. 115070200111042
Tanggal :
Pembimbing Akademik
Pembimbing
Lahan
sebagian
dengan
nitrat
sublingual.riwayat
penyakit
timbul
yang
tanpa
didahului
dapat menimbulkan
peningkatan
kebutuhan
15 menit.
timbul
serangan
angina
walaupun
telah
diberikan
terjadi
sumbatan
pada
pembuluh
darah,bila
terjadi
akibat
interaksi
antara
plak,sel
otot
polos
pembuluh
darah
dan
pembentukan
juga dapat
keadaan
yang dapat
merupakan
penyebab angina
koroner
yang
terbatas,
maka
hipertensi
sistemik,
takiaritmia,
tirotoksikosis
dan
pemakaian
obat-
obatan
mengganggu
suplai
keseimbangan antara
O2. Penyakit
kebutuhan
besar
mempunyai
penderita
gangguan
angina
pectoris
cadangan
aliran
tidak
stabil
koroner
yang
tanpa
disertai
memperberat
trombosis
penyempitan
baru
yang
pembuluh
dapat
darah
koroner.
darah
disebabkan
koroner
oleh
ringan
atau
gangguan
aliran
normal
yang
koroner sementara
arteri koroner
stasis
aliran
akan
darah
peningkatan
agregasi
membentuk
trombus
mempermudah
menimbulkan
turbulensi
sehingga
menyebabkan
trombosit
yang
dan
keadaan
akhirnya
ini
akan
akan
mudah
sklerotik
kadang-kadang
menyumbat
Trombosis
terbentuk
pada
sehingga penyempitan
terlepas
pembuluh
menjadi
darah
pembuluh
darah
bertambah
mikroemboli
yang
lebih
dan
dan
distal.
plak
pembuluh
darah
menyebabkan
ateroma
ke
kemungkinan
terbentuknya
dalam
mendahului
trombus
lumen
dan
yang
kebutuhan
aliran
koroner
O2
miokard
dan
artikel,
berulang
pendarahan
dapat
plak
menyebabkan
ateroma,agregasi
Merokok
Merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terhadap serangan
jantung dibandingkan orang yang tidak pernah merokok,dan
berhenti
merokok
telah
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
3.
mmHg
Peningkatan
atau
tekanan
tekanan
darah
diastolik
sistemik
sedikitnya
90
meningkatkan
mmHg.
resistensi
Obesitas
volume
darah
dan
perluasan
sistem
6.
abnormalitas
metabolisme
lipid,
obesitas,
hipertensi
Emosi
Stress
Terlalu kenyang
PATOFISIOLOGI
Terlampir
PEMERIKSAAN MEDIS
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien penyakit jantung, dilakukan pengamatan keadaan
umum, tangan pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
denyut arteri, pemeriksaan tekanan vena jugularis dan pemeriksaan
jantung lengkap (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi).
Pengamatan keadaan umum
Lihat keadaan umum pasien, apakah sehat/sakit, apakah terlihat
sesak
atau
nyaman
saat
istirahat,
apakah
terdapat
sianosis
dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4%
mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal.
2. Uji latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
menunjukkan tanda resiko tinggi perlu pemerikasaan exercise test
dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka prognosis baik.
Sedangkan bila hasilnya positif, lebih-lebih bila didapatkan depresi
segmen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
angiografi koroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya
apakah perlu tindakan revaskularisasi (PCI atau CABG) karena resiko
terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu mendatang
cukup besar.
3. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk
diagnosis angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak
adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufesiensi mitral dan
abnormalitas
gerakan
dinding
regional
jantung,
menandakan
jantung
pemantauan MCI :
yang
bermanfaat
dalam
diagnosis
dan
SGOT/ AST : naik sekitar 6-8 jam setelah mulainya MCI dan
mencapai kadar normal pada hari ke-5. SGOT juga meninggi.
SGOT juga meninggi pada penyakit hati, nekrosis otot, ginjal,
penyakit
parenkim
hati,
anemia
megaloblastik,
72-96 jam.
Tes CKMB : CKMB adalah isoenzim CK yang spesifik untuk sel
otot
jantung
karena
itu
kenaikan
aktivitas
CKMB
lebih
agak
rendah.
Untuk
meningkatkan
ketelitian
dianggap pasti.
Troponin
Dibedakan menjadi 3 tipe yaitu C, I, dan T dimana I dan T lebih
spesifik untuk otot jantung. Troponin adalah protein spesifik
berasal dari miokard (otot jantung), kadarnya dalam darah naik
bila terjadi kerusakan pada otot jantung. Kadar troponin dalam
darah mulai naik dalam waktu 4 jam setelah permulaan MCI,
selanjutnya meningkat terus dan dapat diukur satu minggu. Tes
troponin tidak diperiksa tersendiri, sebaiknya disertai dengan
pemeriksaan laboratorium lain seperti CKMB, CK, CRP,hsCRP,
dan AST (Kosasih, 2008)
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit intensif
koroner, pasien perlu diistirahatkan (bedrest), diberi penenang dan
oksigen. Pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih
merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
Terapi medikamentosa
Obat anti iskhemia
Nitrat:
vasodilatasi
mengurangi
pembuluh
preload
dan
vena
afterload
dan
arteriol
sehingga
perifer,
mengurangi
bahwa
penggunaan
penyekat
beta
dapat
harus
kontraindikasi.
diberi
penyekat
Berbagai
macam
beta
kecuali
penyekat
bila
beta
ada
seperti
membuktikan
bahwa
aspirin
dapat
mengurangi
kematian
jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51%
sampai 72 % pada pasien dengan angina tidak stabil.
dibandingkan
placebo
pada
angina
tidak
stabil
samping
dengan
granulositopenia,
adanya
klopidogrel
dimana
yang
lebih
insidennya
aman
2.4%.
pemakaian
Obat antitrombin
aspirin
dapat
mengurangi
risiko
sebesar
33%
pada
pemberian
selalu
diperlukan
pemeriksaan
dan
dilakukan
pemantauan
tiap
jam
setelah
nadroparin,
sama
enoksaparin,
efektifnya
dengan
dan
fondaparinux.
heparin,
sedangkan
dapat
membutuhkan
disuntikkan
secara
pemeriksaan
subkutan
laboratorium,
dan
dan
tidak
kejadian
efek
samping
perdarahan
kurang
dari
heparin.
Artery
Baypass
Grafting
(CABG)
Hasilnya
cukup
3. Laser angioplasty
Revaskularisasi pembuluh koroner perlu dipertimbangkan pada
pasien
dengan
iskhemia
berat
dan
refrakter
dengan
terapi
faal
PCI jauh
yang
parah,
banyak
arteri
yang
masih
merupakan
pilihan
terbaik.
Tindakan
PCI
dilakukan
dengan
magna.
radialis
Untuk
dari
alternative,
tangan,
atau
arteri
arteri
dengan
riwayat
penyakit
di
beberapa
sebagai berikut:
Penyempitan
kondisi
lain
yang
Diunduh dari
.
KOMPLIKASI
1. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang
terjadi akibat kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini
adalah respon letal terakhir terhadap iskemia miokardium yang
tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20
menit
mengalami
kekurangan
oksigen.
Setelah
periode
ini,
Mengontrol
tekanan
darah.
Risiko penyakit
arteri
koroner
tinggi.
keadaan
kateter
arteri
pembuluh
koroner
darah
jantung
ke
dengan
cara
tubuh
dan
dalam
koroner
pada
pencitraan
sinar-X
segera
setelah
kontras
informatif
noninvasive
atau
(PDSKI,
karena
2009).
ada
Beberapa
kontraindikasi
faktor
pemeriksaan
yang
mendorong
Berkembangnya
ilmu
pengetahuan
kedokteran.
Pasien menuntut diagnosis pasti dan cepat tentang penyakit yang
3
4
dideritanya.
Dibutuhkan diagnosis pasti guna pencegahan dan terapi.
Dibutuhkan pencitraan anatomi pembuluh darah koroner sebagai
syarat PCI maupun CABG.
dan
teknologi
di
dunia
peningkatan
2
3
5
6
7
8
Infeksi
Anemia dengan hemoglobin < 8 mg/dl
Ketidakseimbangan elektrolit darah
Perdarahan aktif yang berat
Stroke
Keracunan digitalis (Libby, 2007)
meglumine/sodium
dengan
Iohexol,
serta
kombinasi
prosedur
kateterisasi
jantung
bervariasi.
Hal
ini
dari
poliuretan
atau
polietilen
yang
telah
terbentuk
adalah:
a. LAO untuk menvisualisasi arteri koronaria kanan.
b. RAO untuk menvisualisasi cabang posterior
desending
dan
postterolateral.
c. Right lateral untuk menvisualisasi arteri koroner bagian tengah
Derajat keparahan stenosis pembuluh darah koroner dapat
dinilai secara visual oleh operator yang berpengalaman atau dapat
digunakan
angiogafi
kuantitatif
untuk
mendapatkan
penilaian
Persiapan
Persiapan harus benar-benar diperhatikan agar prosedur ini bisa
sukses. Beberapa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
harus dilakukan untuk mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh,
antara lain:
Elektrokardiografi
Darah lengkap
Elektrolit darah
Tes fungsi ginjal
Faktor koagulasi.
subcutaneous low-molecular-weight
Arteri femoralis, paling banyak dipilih bila tidak ada kondisi yang
mengganggu
Arteri brakialis dan arteri radialis, arteri-arteri ini kurang populer,
tetapi dipilih apabila ada penyakit pembuluh darah perifer yang
parah dan pada pasien obesitas. Dibandingkan dengan arteri
brakialis, arteri radialis lebih sering dipilih karena kateter lebih
mudah dipasang dan dilepas (Scanlon, 1999; Pannu, 2006).
Analgesik/Sedatif
Tujuan penggunaan analgesik adalah untuk sedikit menurunkan
kesadaran sehingga membuat pasien tenang tetapi masih dapat
Antikoagulan
Antikoagulan tidak lagi diberikan pada prosedur angiografi koroner
dengan akses arteri femoralis rutin. Unfractionated heparin 20005000 unit IV diberikan pada prosedur angiografi koroner dengan
akses arteri brakhialis atau radialis dan pasien dengan risiko tinggi
komplikasi tromboemboli.
Kontras
Semua kontras radiografi mengandung yodium yang secara efektif
menyerap sinar X dalam kisaran energi sistem angiografi . Kontras
radiografi ini dapat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu kontras
yodium osmolar tinggi dan kontras yodium osmolar rendah. Kontras
angiografi memiliki efek samping terhadap hemodinamik dan ginjal.
Pada
beberapa
pasien
dapat
terjadi
reaksi
alergi,
sehingga
Obat Angina
Selama tindakan dilakukan, angina dapat terjadi karena beberapa
faktor, seperti takikardia, agen kontras, hipertensi, mikroemboli, dll.
Nitrogliserin sublingual, intrakoroner, maupun intravena dapat
diberikan pada pasien dengan tekanan sistolik >100 mmHg (Libby,
2007).
Teknik
Setelah
seluruh
persiapan
selesai
termasuk
informed
dan
sepantasnya
diinformasikan
kepada
pasien
sebelum
Kematian
Infark miokardium
Stroke
Aritmia
Vaskular (termasuk perdarahan pada akses masuk kateter)
Hemodinamik
Reaksi kontras
Perforasi ruang jantung (Libby, 2007; Topo, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, T. Bahri. Penyakit jantung koroner dan hypertensi. Medan: USU;
2004
Arthur Selzer, M.D., William L. Anderson, M.D., Harold W. March,
M.D.,Indications For Coronary Arteriography Risks Vs. Benefits.
California Medicine. The Western Journal Of Medicine. 2001
Buku
ajar
Ilmu
penyakit
dalam
jilid
II.Edisi
ke-5.Jakarta:Interna
Publishing;2009.hal.1728-34.
Coronary
artery
disease.
2006.
Diunduh
dari:
of
Health
and
Human
Services)
available
at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003419.htm
Dharma, S. Pedoman praktis: sistematika interpretasi EKG. Cetakan
pertama. Jakarta: EGC; 2010.h.72-78.
21
Feb
2014.
Avalaible
form:
http://www.escardio.org/guidelines-surveys/escguidelines/Pages/ACS-non-ST-segment-elevation.aspx
Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds heart disease: A
textbook
of
cardiovascular
medicine.
8th
ed.
Philadelphia:
Saunders; 2007
Lock JE, Rome JJ, Davis R, et al. Transcatheter closure of atrial septal
defects. Experimental studies. Circulation1989;79:10911099.
Mardi Santoso. Pemeriksaan Fisik Diagnosis. Jakarta : Yayasan Diabetes
Indonesia; 2004.hal.50-57.
Mark HS.Buku ajar
ECG;2001.h.179-202.
Pannu N, Wiebe N, Tonelli M. Prophylaxis strategies for contrastinduced nephropathy. JAMA. 2006;295(23):2765-79
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tata
laksana penyakit kardiovaskular di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2009
Scanlon P, Faxon D, Audet AM, Carabello B, Dehmer GJ, Eagle KA, et al.
ACC/AHA guidelines for coronary angiography. J Am Coll Cardiol.
1999;99(17):2345-57.
Topol E, Teirstein PS. Textbook of interventional cardiology. 2nd ed. vol
1. Philadelphia: Saunders; 1993
Trisnohadi, Hanafi B. 2006. Angina Pectoris Tak Stabildalam Aru W.S,
Bambang S, Idrus A, Marcelius S.K, Siti S.S (Editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.Penerbit FK UI 2006. Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan
untuk
perawatan
ibu.
Tujuan
utama
pengkajian
adalah
untuk
dan
Diagnosa
medis.
Sedangkan
identitas
bagi
tidak
stabil
yaitu
Nyeri
dada
substernal
atau
perasaan
lelah,
kadang
muncul
keringat
penyakit
dingin,
Hipertensi,
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ket: 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:
dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
Latihan: kaji kemampuan rentang gerak pasien sebelum dan
saat sakit.
5) Pola kognitif dan Persepsi: kaji kemampuan pasien dan
keluarga dalam menerima informasi dan penjelasan dari
tenaga
kesehatan.
Kaji
pesepsi
keluarga
atau
pasien
kelelahan,
perasaan tidak
berdaya setelah latihan, nyeri
b) Tanda :takikardia,
distritmia,
tekanan
darah
normal,
dan
atau
terjadi
selama
istirahat.
Q Nyeri terasa berat, seperti tertekan, terjepit,
:
R
dan terbakar.
Nyeri dirasakan pada dada substernal atau
13
46
79
10
T: Nyeri
(Nyeri ringan)
(Nyeri sedang)
(Nyeri berat)
(Sangat nyeri)
biasanya kurang
dari
15
menit,
stabil
biasanya
disertai
dyspnea
dan
adanya
Brain
(Nervous
system):
kaji
adakah
penurunan
muntah, mual.
6) B6/ Bone (Bone-Muscle-Integument): biasanya normal, tetapi
terkadang ditemukan sianosis.
Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
pada pemeriksaan EKG 50% ditemukan normal, tetapi dapat
ditemukan depresi atau elevasi segmen ST .
2) Foto thoraks
biasanya
normal,
lebih
sering
menunjukkan
kelainan
pada
keputusan
klinis
mengenai
curah
jantung
b/d
penurunan
kontraklititas
aktivitas
b/d
penurunan
perfusi
perifer
akibat
No
1.
Diagnosa
Penurunan
curah
jantung
b/d
penurunan
kontraklitit
as
4) Evaluasi resp
b. Penyuluhan p
1) Jelaskan tuju
atau sungkup
2) Instruksikan
untuk peraw
aktivitas, pe
terapiutik.
2.
Aktivitas kola
1) konsultasikan
pemberian a
2) Berikan dan
untuk memp
afterload ses
3) Lakukan per
diperlukan
3.
2.
Perfusi
Jaringan
tidak
efektif b/d
penurunan
curah
jantung
3.
Nyeri akut
b/d
ketidaksei
mbangan
suplai O2
Aktivitas lain
1) Ubah posi
trendelenbu
pada rentan
2) Ubah posisi
aktivitas lain
3) Regulasi hem
a. Cardiac pump effectiveness
1. aktivitas kepera
b. Circulation status
a. Pengkajian
c. Tissue perfusion: cardiac perifer
1) Monitor ny
d. Vital sign status
2) Monitor st
3) Monitor pe
b. Penyuluhan
Setelah dilakukan asuhan selama ..x
pembatasan
24 jam ketidakefektifan perfusi jaringan
lemak
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Tekanan sistol dan diastole sesuai
2. Aktivitas kolabo
dengan yang diharapkan
Kelola pemberia
2. Nadi perifer kuat dan simetris
nitrogliserin, vas
3. Tidak ada edem perifer
4. Tidak ada nyeri dada
5. Denyut jantung, AGD, dan fraksi 3. Aktivitas lain-lai
Tingkatkan ist
ejeksi normal.
stimulasi lingku
6. Tidak ada kelelahan ekstrim.
a. Pain Level
1. Aktivitas kepera
b. Pain control
a. pengkajian
c. Comfort level
1) kaji dan Cata
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
lamanya dan
selama.
x24
jam
Klien
dapat
ke
sel
miokardiu
m, iskemi
miokardiu
m
2) Anjurkan klien
3) Lakukan mana
a) Atur posisi
b) Istirahatka
c) Beri O2 de
d) Manajeme
pengunjun
e) Ajarkan te
saat nyer
f) Ajarkan te
b.
1)
2)
3)
4)
g) Lakukan m
Penyuluhan u
Instruksikan
perawat jika r
Informasikan
dapat mening
ditawarkan
Perbaiki kes
narkotik dan o
Manajemen n
nyeri, penye
antisipasi keti
2. Aktivitas Kolabo
1) Manajemen
pengendalia
berat
2) Laporkan ke
3. Aktivitas lain
1) Sesuaikan f
pengkajian n
2) Bantu
p
kenyamanan
atau kompre
3) Bantu pasie
bukan pada
4) Manajemen
Kendalikan
mempengar
ketidaknyam
pencahayaa
4.
1. Aktivitas Kepera
a. Pengkajian
b/d
c. Konservasi energi
penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama x24 jam klien bertoleransi
perfusi
terhadap aktivitas dengan kriteria hasil:
perifer
1. Berpartsipasi dalam latihan fisik tanpa
disertai perubahan TD, nadi, dan RR
akibat
2. Mampu melakukan aktivitas sehari
ketidakade
hari (ADLs) secara mandiri
kuatan
Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
antara
suplai dan
kebutuhan
O2 ke sel
miokardiu
m, iskemik
miokard
5.
1) Kaji tingkat k
tempat tidu
aktivitas seca
2) Evaluasi
m
meningkatkan
3) Manajemen e
a) Tentukan p
b) Pantau res
c) Pantau as
energy yan
b. Penyuluhan un
1) Penggunaan
jika perlu ken
2) Penggunaan
3) Manajemen e
a) Ajarkan pa
perawatan
b) Ajarkan te
manajeme
2. Aktivitas kolabor
1) Berikan pe
apabila nyer
2) Kolaborasi d
dan memant
3) Rujuk pasien
guna menin
energi
4) Rujuk pasien
3. Aktivitas lain
1) Hindari menja
istirahat
2) Pantau tandasesudah aktiv
3) Manajemen en
a) Bantu pas
b) Bantu akti
1. Kaji respon ke
maupun objektif.
2. Jauhkan
sum
memungkinkan.
3. Dampingi pasien
4. Lakukan pendek
perasaan, persep
5. Lakukan pengua
penyebab/
faktor
penyebab
kecemasannya.
3. pasien mengungkapkan pengurangan
kecemasan / ketakutan secara verbal
4. pasien menunjukkan kemampuan
memecahkan masalah secara positif.
5. pasien mampu mengidentifikasi
/
menggunakansumber daya secara
tepat.