Departemen Maternitas
Intranatal Care
Disusun oleh :
Nama
: Nur Anisa
NIM
: 115070201111031
Kelas
: Reguler 1
Kelompok
:3
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu (Depkes RI, 2007). Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit (Winknjosastro, 2008, Hlm.37). Helen Varney mengatakan
persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Varney,H, 2007, Hlm. 672).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,
2006).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan
rangkaian proses kelahiran yang dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks (membuka dan menipisnya serviks)
dan diakhiri dengan kelahiran bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu dan berlangsung dalam waktu 18 jam serta terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu).
B. KLASIFIKASI PERSALINAN
Menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Yaitu bila persalinan berlangsuang dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
2. Persalinan normal
Yaitu apabila bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubunubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu
maupun bayi, berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam dalam waktu kurang
dari 24 jam
3. Persalinan buatan
Yaitu apabila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi sectio caesaria.
4. Persalinan anjuran
Yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin
Berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi persalinan dibedakan
sebagai berikut :
1. Abortus
2.
3.
4.
5.
Yaitu pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dgn
berat badan kurang dari 500 gram.
Partus immaturus
Yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 gram sampai 999 gram.
Partus prematurus
Yaitu Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu sampai 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
Partus maturus atau aterm
Yaitu Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih
Partus post maturus atau serotinus
Yaitu Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
C. PENYEBAB PERSALINAN
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, namun ada beberapa
teori-teori yang kompleks antara lain :
- Teori penuruman hormon
Dalam waktu 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otototot polos yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila kadar progesteron turun.
- Teori plasenta menjadi tua
Berdasarkan teori ini, bahwa plasenta yang sudah tua menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
- Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskhemia otototot rahim, sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenter.
- Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale, apabila ganglion ini digeser
dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
- Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus (Mochtar M.ph, 1992).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Menurut Farrer (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan ada
5 hal yaitu Power (kekuatan yang ada pada ibu), Passage (jalan lahir), Passanger
(janin dan plasenta), Psikhe (psikologis), Penolong. Proses persalinan dapat
berjalan dengan baik bila terdapat kerja sama yang baik antara beberapa pihak
yaitu
ibu, bidan atau dokter, bayi dalam kandungan dan bahkan suami. Menurut
Simkin (2005) dan Manuaba (2007) persalinan normal ditentukan oleh 5 faktor
utama, yaitu:
- Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum,
efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.
- Janin (passanger) :
letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak
plasenta.
- Jalan Lahir (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk
membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
- Kejiwaan (psyche) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.
- Penolong : kesiapan alat dan tenaga medis yang akan membantu jalannya
persalinan.
E. TANDA-TANDA PERSALINAN
1. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut :
- Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
- Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
- Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus (false labor pains).
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).
2. Tanda in-partu
- Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
- Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
- Dapat disertai ketuban pecah dini.
- Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.
F. TAHAP PERSALINAN
Menurut Tsokronegoro (2005) tahap persalinan dibagi menjadi 4 fase/kala
yaitu :
1. Kala I
Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
- Fase laten yang berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu : fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2
jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam.
Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
2. Kala II
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan
0,5 jam pada multipara. Batasan persalinan kala II yaitu dimulai
saat
pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh
janin. Kontraksi pada kala II ini biasanya sangat kuat sehingga kemampuan ibu
untuk menggunakan otot-otot abdomen dan posisi presentasi mempengaruhi
durasi kala II. Kala II persalinan dirasakan oleh ibu bersalin sebagai hal yang
lebih berat beban penderitaannya dibandingkan dengan kala I. Transisi kala II ini
biasanya berlangsung singkat dan umumnya terjadi hanya dalam tempo
beberapa menit saja. Periode ini dapat menakutkan karena onsetnya yang
begitu cepat. Sehingga padasaat ini banyak ibu mengatakan saya mau pulang
ibu akan kehilangan kendali atas dirinya dan akan merasa tertekan sehingga
pengendalian saat ini sangat penting bagi ibu.
Menurut Prawiroharjo (2008) proses persalinan kala II dimulai dari gerakan
mekanisme persalinan meliputi masuknya kepala ke dalam pimtu atas panggul,
penurunan kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar,
ekspulsi. Kepala masuk pintu atas panggul berarti diameter biparietalis pada
letak belakang kepala masuk melalui pintu atas panggul. Peristiwa ini dapat
terjadi beberapa minggu sebelum mulai persalinan. Penurunan kepala atau
penurunan bagian presentasi melalui panggul terjadi akibat tiga kekuatan yaitu
tekanan cairan amnion, tekanan akibat kontraksi fundus pada janin, kontraksi
diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada kala II.
Beberapa tanda bahwa ibu sudah masuk kala II adalah bloody show (lendir
bercampur darah) makin hebat, perasaan ingin muntah disertai ingin mengejan,
perasaan ingin buang air besar, anus terbuka, kadang-kadang ketuban pecah
spontan pada saat ini. Pada saat ini terjadi penurunan kepala dan putaran paksi
dalam. Fleksi terjadi karena adanya rintangan kepala janin yang sedang turun.
Putaran paksi dalam terjadi ketika kepala mencapai spina ischiadica, bentuk
pelvis menyebabkan
kepala berputar sehingga dapat melewati panggul yang
sangat sempit. Eksistensi merupakan akibat dan ada dua kekuatan yang bekerja
yaitu tenaga his yang arahnya kebawah dan tahanan yang ditimbulkan dasar
panggul. Gerakan ini terjadi setelah oksiput mencapai tepi bawah simfisis pubis.
Makin maju kepala, makin menekan perineum, kemudian terjadi eksistensi
sehingga akan lahir bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu. Putaran paksi luar
terjadi regresi sel-sel tubuh berhubungan terutama dalam hal ini adalah
endometrium (Cuningham, 2005).
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin
mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar
sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih
dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga
rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi
kehamilan yaitu preeklamasi, abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia
dini dan usia lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibatnya ibu hamil pada
usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih dari 12 jam
pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para. Selain itu dapat
mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi (Depkes, 2002).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas tiga
rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim
mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan
kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali
seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus
semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan
mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Prawirohardjo, 2005).
3. Pengetahuan mengenai proses ersalinan
Wanita yang tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya serta tidak
dipersiapkan dengan teknik relaksasi dan pernafasan untuk mengatasi
kontraksinya akan menangis dan bergerak tak terkendali di tempat tidur hanya
karena kontraksi ringan. Sebaliknya, wanita yang telah dipersiapkan dalam
menghadapi pengalaman pelahiran ini dan mendapat dukungan dari orang
terdekatnya atau tenaga profesional yang terlatih memimpin persalinan, atau
wanita berpendidikan tidak menunjukkan kehilangan kendali atau menangis
bahkan pada kontraksi yang hebat sekalipun. Kontraksi mempunyai efek
tambahan, yakni memanjangkan uterus yang berbentuk telur ini sekitar 5 sampai
10 cm, diikuti penurunan lebar bidang horisontal. Akibatnya, kolumna vertebralis
janin menjadi lurus sehingga menarik kutub atas janin bersentuhan langsung
dengan fundus uteri yang berkontraksi, sementara kutub bagian bawah menuju
ke bawah dan terdorong masuk ke dalam pelvis. Dikenal sebagai tekanan aksis
janin, hal ini juga menyebabkan serviks dan segmen bawah uterus mendapat
tekanan sehingga mempengaruhi penipisan serta dilatasi serviks (Varney, 2008).
4. Besarnya janin dalam uterus
Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan per vaginam memastikan keadekuatan
panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Informasi ini juga menjadi dasar untuk
mengantisipasi kemungkinan komplikasi jika dibanding dengan perkiraan berat
janin dan penting untuk pengambilan keputusan berkenaan dengan rute
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Analisa data :
NO
1
DATA
DS :
Biasanya
mengatakan
kesakitan.
DO :
ETILOGI
klien
sangat
Persalinan
Kelahiran
MASALAH
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan
dengan agen cidera
biologis
DS :
DO :
Perdarahan
terlihat
banyak
Ditandai
dengan
penurunan
hasil
pemeriksaan TTV
DS :
DO :
Terdapat luka pada
area
jalan
lahir
(misalnya episiotomi)
dari rahim
Nyeri
Persalinan
Kelahiran
Perdarahan
Kelahiran
Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan kehilangan
cairan aktif
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
tubuh primer yang
tidak adekuat
Port de entry
Resiko infeksi
Rencana intervensi :
NO
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri
berhubungan
dengan agen cidera
biologis
INTERVENSI
Tujuan :
1. Mengidentifikas
Setelah dilakukan tindakan
i
keperawatan selama 30 menit,
ketidaknyaman
klien dapat mengatasi nyeri dan
an dan sumber
kooperatif
saat
persalinan
ketidaknyaman
berlangsung.
an
2. Memantau dan
Kriteria hasil :
mencatat
- Klien mampu menggunakan
aktivitas uterus
teknik
relaksasi
untuk
pada
setiap
menurunkan nyeri
- Klien mampu mengatasi
kontraksi
nyeri dan kooperatif selama 3. Memberikan
informasi dan
persalinan berlangsung.
dukungan yang
berhubungan
dengan
kemajuan
persalinan
4. Mengajarkan
klien
untuk
melakukan
upaya meneran
dengan benar
dan tepat
5. Memantau
penonjolan
perineum dan
metal
serta
pembukaan
liang vagina.
Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan
kehilangan
cairan aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 jam,
volume cairan klien adekuat.
Kriteria hasil :
- Klien
terbebas
dari
tanda dehidrasi dan rasa
haus
- Keluaran urin adekuat,
dan membrane mukosa
klien lembab
Resiko
infeksi
berhubungan dengan
pertahanan
tubuh
primer yang tidak
adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
- Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
6. Membantu klien
untuk
memposisikan
diri
yang
maksimal untuk
meneran
7. Kolaborasi
pemberian
antinyeri
1. Memantau
intake
dan
output
cairan
klien
secara
rutin
2. Memantau
tanda-tanda
vital secara rutin
3. Mengkaji
DJJ
dan data dasar :
memperhatikan
adanya
perubahan
periodic
dan
variabilitas.
4. Memberikan
cairan peroral
dan parenteral
1. Mengkaji ulang
faktor-faktor
resiko dari ibu
yang
cenderung
membuat
terkena infeksi
2. Mengkaji
perdarahan
secara berkala
3. Mengkaji luka
secara berkala
4. Melakukan
pemeriksaan
darah untuk
mengetahui
ada atau