PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan telah begitu pesat perkembangannya pada saat ini.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi selama ini tidaklah berlangsung secara
tiba-tiba, tetapi terjadinya tahap demi tahap. Perkembangan itu terjadi karena manusia
selalu dihadapkan pada tantangan alam, situasi dan kondisi yang memacu daya
kreativitasnya. Selalu terdapat dorongan untuk membuat manusia melangkah ke arah
kemajuan dan dorongan tersebut adalah rasa ingin tahu. Semua hal yang terjadi
sampai sekarang ini merupakan rangkaian panjang sejarah peradaban manusia.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan tersebut telah menghadirkan tantangan
bagi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan saat
ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang sangat kompleks, salah satunya adalah
peningkatan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan berkiprah di era
globalisasi ini.
Sebagai jawaban dari tantangan di atas, maka penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi di masa depan adalah prioritas utama, ini karena sangat menentukan
kejayaan sebuah bangsa. Seperti pepatah mengatakan knowledge is power
bermakna penguasaan ilmu pengetahuan akan dapat mencapai kemajuan berbagai
bidang. Lembaga pendidikan sebagai suatu institusi yang bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia diharapkan mampu memberikan yang terbaik
1
pelajarannya dengan baik, dan berakibat pula menempatkan guru sebagai satusatunya pusat pembelajaran.
Ketidakseimbangan tersebut antara lain juga ditandai adanya rentang nilai
yang sangat jauh pada hasil belajar antar siswa dalam kelas. Selain itu, pembelajaran
seperti tersebut di atas juga akan membuat siswa belajar secara individualitas dan
kompetitif yang kurang sehat. Hal itu akan berakibat rendahnya kualitas pembelajaran
matematika di sekolah, juga merupakan salah satu gambaran aktivitas proses dan
hasil pembelajaran sangat terkait banyak dengan berbagai unsur pembelajaran
matematika itu sendiri. Oleh karena proses dan hasil belajar mengajar merupakan
jantungnya pendidikan yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran
disinilah transformasi berbagai konsep, nilai serta materi-materi pembelajaran
dilakukan secara menyeluruh. Berbeda dengan proses pembelajaran konvensional
yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan
sumber lain hanyalah pelengkap untuk kegiatan pembelajaran.
Berdasar hasil observasi awal peneliti, kualitas pembelajaran matematika di
SMA khususnya di SMA Negeri 4 Watampone belum maksimal. Indikatornya adalah
masih rendahnya hasil belajar matematika pokok materi persamaan lingkaran yang
dicapai peserta didik pada siswa kelas XI-IPA3 tahun pelajaran 2011/2012 yaitu dari
38 siswa yang mengikuti tes, hanya 10 siswa (26,3%) yang memperoleh nilai di atas
KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 70. Selebihnya 28 siswa (73,7%) tidak
mencapai nilai KKM, bahkan beberapa siswa hanya mampu menulis soal ujiannya
10
Tuntutan zaman di masa depan yang bukan hanya bersifat akomodatif tetapi
juga sangat terkait dengan kompetitif dalam berbagai kemajuan TIK, maka kualitas
pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai
kelemahan yang masih ada. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah
perubahan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai yaitu penerapan
multimedia berbasis TIK setting kooperatif.
Seperti yang telah diuraikan di atas, untuk penguatan dalam penerapan
multimedia berbasis TIK, maka dalam kegiatan pembelajaran digunakan setting
kooperatif. Cara yang digunakan adalah diawal pembelajaran guru mengidentifikasi
siswa berdasarkan prestasi belajarnya pada semester sebelumnya. Setting kooperatif
yang dimaksud adalah siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kemampuan belajar
yang heterogen dalam pembelajaran matematika. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (sangat tinggi, tinggi,
sedang dan rendah, sangat rendah). Di setiap kelompoknya siswa yang
berkemampuan sangat tinggi dan tinggi harus terbagi rata pada setiap kelompok, agar
diperoleh transformasi informasi dari siswa tersebut kepada temannya yang
berkemampuan sedang dan kurang. Begitu juga siswa yang memilki
komputer/laptop/netbook harus terbagi dengan rata dalam kelompok tersebut dan
dibawa pada saat pembelajaran berlangsung.
Perhatian belajar siswa akan dapat tumbuh karena adanya fokus pembelajaran
pada multimedia berbasis TIK, baik melalui LCD Proyektor maupun
11
12
13
14
15
TIK dengan setting kooperatif juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran
lainnya untuk materi tertentu, karena penelitian ini akan menjadi bahan bacaan
dan referensi untuk penulisan selanjutnya di sekolah terutama dengan
memanfaatkan komputer dan alat pendukung lainnya atau multimedia berbasis
TIK dalam pembelajaran.