TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Klimakterium adalah suatu istilah yang lebih tua, lebih umum, tetapi kurang
akurat yang menunjukkan suatu masa dimana seorang perempuan lewat dari masa
reproduksi ke transisi menopause hingga tahun-tahun pascamenopause, terjadi pada
umur rata-rata 45 65 tahun.1 Klimakterik merupakan suatu bagian dari proses
penuaan dimana pada masa ini terjadi transisi dari fase reproduktif menjadi nonreproduktif.2 Perimenopause atau klimaterik pada umumnya menunjukkan suatu
periode akhir masa reproduksi, biasanya pada usia 40-an akhir atau usia 50-an awal.
Fase perimenopause ini sekarang dikenal dengan istilah menopausal transition. Masa
transisi ini berlangsung selama 4 7 tahun dengan onset terjadi pada usia rata-rata 47
tahun.3
Rata-rata percepatan penghabisan folikel dan penurunan fertilitas dimulai pada
umur 37 38 tahun. Menopause terjadi pada umur rata-rata 50 51 tahun, jumlah
folikel yang tersisa turun di bawah ambang kritis sekitar 1.000 tanpa memandang
umur perempuan yang bersangkutan.1 Transisi menopause terjadi karena penurunan
dari produksi estrogen folikel ovarium secara alami.4
Pramenopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi pada umur
rata-rata 40 50 tahun. Ketika perempuan mencapai umur 40-an, anovulasi menjadi
lebih menonjol, panjang siklus haid meningkat. Durasi fase folikuler adalah penentu
utama panjang siklus. Perubahan siklus haid sebelum menopause ditandai oleh
peningkatan kadar hormon penstimulasi folikel (FSH) dan penurunan kadar inhibin,
tetapi dengan kadar hormon luteinisasi (LH) yang normal dan kadar estradiol yang
sedikit meninggi.1
B. Perubahan Hormonal
Perimenopause adalah suatu masa peralihan menopause yang terjadi beberapa
tahun sebelum menopause, yang meliputi perubahan dari siklus-siklus ovulatorik
menjadi anovulatorik, dengan tanda ketidakteraturan siklus haid. Kadar estradiol
2
tidak turun secara bertahap pada tahun-tahun sebelum menopause, tetapi tetap berada
pada kisaran normal, meskipun sedikit meningkat hingga sekitar 1 tahun sebelum
pertumbuhan dan perkembangan folikel berhenti. Penurunan sekresi inhibin oleh
folikel-folikel ovarium dimulai sekitar umur 35 tahun dan menjadi lebih cepat setelah
umur 40 tahun. Penurunan inhibin memungkinkan peningkatan FSH yang
mencerminkan berkurangnya reaktivitas dan kemampuan folikel karena ovarium
menua. Tahun-tahun perimenopause adalah suatu periode dimana kadar FSH
pascamenopause lebih dari 20 IU/L, meskipun tetap terjadi perdarahan haid,
sedangkan kadar LH masih tetap berada dalam kisaran normal. Kadang-kadang masih
terjadi pembentukan folikel dan korpus luteum sehingga masih mungkin terjadi
kehamilan.1,2,4 Fase perimenopause ditandai dengan dimulai adanya siklus menstruasi
yang tidak teratur dan memanjang hingga 1 tahun setelah menstruasi berhenti secara
permanen.3
Menopausal transition dibagi menjadi fase awal dan fase akhir oleh Soules and
others at the Stages of Reproductive Aging Workshop (STRAW).3
Pada fase awal transisi menopause (stage-2), siklus menstruasi masih teratur,
tetapi interval antara siklus dapat berubah 7 hari atau lebih, panjang siklus menjadi
lebih pendek. Dibandingkan dengan wanita yang lebih muda, kadar FSH meningkat
dan kadar estrogen serum dapat meningkat pada fase folikular awal. Siklus ovulasi
normal dapat diselingi dengan siklus anovulasi selama masa transisi ini, dan konsepsi
masih dapat terjadi. Pada fase akhir transisi menopause (stage-1) ditandai dengan dua
atau lebih menstruasi terlewati dan sedikitnya satu interval antar menstruasi selama
60 hari atau lebih yang berkaitan dengan periode anovulasi yang memanjang.3
C. Perubahan Fisiologik
Pada wanita yang sedang mengalami masa transisi menopause terjadi beberapa
perubahan fisiologik, yaitu:3
1. Perubahan aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
Pada masa transisi menopause awal (stage-2), kadar FSH akan sedikit meningkat
dan mengakibatkan peningkatan respon folikel ovarium dengan kadar estrogen
yang lebih tinggi. Terjadi peningkatan kadar estrogen di serum yang dihasilkan
dari peningkatan jumlah folikel yang terstimulasi akibat peningkatan kadar FSH.
Pada keadaan ini, jumlah folikel di ovarium akan berkurang secara cepat, hingga
pada masa transisi menopause akhir persediaan folikel di ovarium akan habis.
Perubahan ini, termasuk peningkatan kadar FSH, menggambarkan penurunan
kualitas dan kemampuan folikel yang menua untuk mensekresikan inhibin. 2,4
Habisnya jumlah folikel menyebabkan episode anovulasi menjadi lebih sering
terjadi. Pada saat menopause terjadi kegagalan ovarium sehingga pelepasan
hormon steroid ovarium akan berhenti, dan terjadi pelepasan GnRH maksimal
sebagai feedback negatif. Akhirnya, kadar FSH dan LH di sirkulasi meningkat 4
kali lipat lebih tinggi daripada masa reproduksi.
2. Perubahan ovarium
Penurunan jumlah folikel ovarium secara drastis dimulai pada akhir usia 30-an
dan awal usial 40-an dan berlanjut sampai titik dimana ovarium menopause
hampir tanpa folikel. Proses atresia dari folikel nondominan, sebagian besar
Gejala vasomotor yang terjadi seperti hot flushes, berkeringat di malam hari, dan
mengalami gangguan tidur.3 Hot flush ditandai dengan kemerahan yang timbul
mendadak pada kulit seluruh kepala, leher, dan dada yang diikuti dengan
perasaan panas pada tubuh dan berkeringat. Gejala hot flush dapat menyebabkan
gangguan tidur dan iritabilitas.5 Instabilitas vasomotor berupa hot flush beberapa
derajat dan berkeringat dipandang sebagai ciri khas klimakterium yang dialami
oleh sebagian besar perempuan pascamenopause, berupa dimulainya kulit kepala,
leher, dan dada kemerahan secara mendadak disertai perasaan panas yang hebat
dan kadang-kadang diakhiri dengan berkeringat banyak. Lamanya bervariasi dari
beberapa detik hingga beberapa menit bahkan satu jam walaupun jarang.
Frekuensinya dapat jarang, sehingga berulang setiap beberapa menit. Lebih
sering dan berat di malam hari (menyebabkan sering terbangun dari tidur) atau
saat stres. Di cuaca dingin lebih jarang, lebih ringan dan lamanya lebih pendek
dibandingkan di lingkungan yang lebih hangat.1
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kemungkinan
terjadinya gejala vasomotor (hot flush) yaitu:3
a. Surgical menopause, berhubungan dengan 90% hot flush yang terjadi selama
tahun pertama setelah dilakukannya ooforektomi, dan gejala dapat lebih
buruk dan berat dibandingkan yang terjadi pada menopause alami.
b. Hot flush lebih sering ditemukan pada wanita Afrika-Amerika dibandingkan
dengan wanita berkulit putih, tetapi wanita berkulit putih lebih sering
mengalami gejala ini dibandingkan wanita Asia.
c. Faktor risiko lainnya seperti menopause yang lebih awal, kadar estradior di
sirkulasi yang rendah, kurang beraktivitas, merokok dan menggunakan
selective estrogen receptor modulators (SERMs).
Patofisiologi dari gejala vasomotor masih belum jelas diketahui. Gangguan
fungsi dari pusat pengatur suhu di hipotalamus kemungkinan terbesar penyebab
dari munculnya gejala vasomotor. Estrogen memegang peranan penting dalam
terjadinya hot-flushes, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara kadar
estrogen dengan terjadinya hot-flushes. Hipotesis ini didukung dengan fakta
bahwa wanita dengan disgenesis gonad (Turner syndrome) yang memiliki kadar
estrogen yang kurang dari kadar normal tidak mengalami gejala hot-flushes
kecuali
pernah
terpapar
estrogen
dan
kemudian
menghentikan
terapi
estrogennya.3
terapi pengganti hormon untuk tatalaksana gejala vasomotor dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.5
10
pengobatan menopause.
4. Penyakit kardiovaskular
Sebelum menopause, wanita memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskular lebih
rendah dibandingkan dengan pria pada usia yang sama. Perlindungan dari
penyakit kardiovaskular pada wanita premenopause karena kadar high-density
lipoprotein (HDL) yang lebih besar karena efek dari estrogen. Setelah
menopause, efek perlindungan ini menghilang sehingga wanita berusia 70 tahun
memiliki risiko yang sama dengan pria pada usia yang sama. Risiko dari penyakit
kardiovaskular meningkat pada wanita ketika memasuki masa menopause dan
kadar estrogen menurun.3 Perubahan hormonal pada menopause berhubungan
dengan peningkatan yang cepat dari kadar low-density lipoprotein (LDL).4
5. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal dimana kekuatan tulang yang
berkaitan dengan densitas mineral tulang berkurang sehingga meningkatkan
11
12
14
c. Ibandronate (Boniva)
Ibandronate merupakan bifosfonat yang baru, dimana obat ini diberikan
setiap bulan. Obat ini efektif untuk menurunkan perombakan tulang pada
wanita post menopause.
d. Raloxifene hydrocloride
Raloxifene hydrocloride merupakan modulator selektif reseptor estrogen.
Obat ini memiliki efek seperti estrogen pada tulang dan sistem
kardiovaskular dan efek antiestrogen pada payudara dan uterus. Dosis yang
dianjurkan adalah 60 mg perhari.
e. Kalsitonin
Kalsitonin merupakan suatu hormon peptida yang menghambat resorpsi
tulang dengan menurunkan aktivitas osteoklas. Miacalcin 200 IU perhari
digunakan secara efektif untuk tatalaksana osteoporosis postmenopause.
Kalsitonin juga dapat diberikan melalui subkutan atau intramuskular dengan
dosis 100 IU perhari.
f. Hormon paratiroid
Hormon paratiroid sintetis, teriparatide dapat meningkatkan densitas mineral
tulang dengan menstimulasi aktivasi osteoblas
g. Terapi pengganti hormon (HRT)
Pemberian hormone replacement therapy (HRT) menunjukkan peningktan
BMD dari tulang belakang dan pinggul dan menurunkan risiko fraktur pada
vertebra dan tulang pinggul pada wanita dengan osteoporosis dan yang tidak
menderita osteopenia ataupun osteoporosis. FDA telah menyetujui dosis
rendah estrogen transdermal dengan 0,014 mg estradiol digunakan sebagai
pencegahan dari osteoporosis. Terapi kombinasi HRT dan bifosfonat
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan densitas tulang
daripada yang mendapatkan terapi tunggal.
15
16
Gejala somatik yang dapat timbul pada fase transisi ini antara lain seperti sakit
kepala, pusing, palpitasi, nyeri pada payudara, nyeri sendi dan nyeri punggung.3
E. Diagnosis
Diagnosis seorang wanita mengalami transisi menopause yaitu dengan membuat
dokumentasi gejala-gejala yang sesuai dengan usia dan melakukan pemeriksaan fisik
secara hati-hati. Wanita yang berusia 50 tahun dengan menstruasi yang tidak teratur,
terdapat gejala hot flush, mukosa vagina kering dapat dikatakan sedang mengalami
transisi menopause. Pemeriksaan kadar FSH atau estradiol dapat dilakukan untuk
membuktikan telah terjadinya kegagalan ovarium, tetapi pada kelompok transisi
menopause kadar FSH dapat normal. Jika kegagalan ovarium terjadi pada usia < 40
tahun menandakan suatu keadaan yang patologis.3
Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan pada pasien yang datang
memeriksakan diri untuk melihat adanya perubahan yang berhubungan dengan proses
penuaan dan transisi menopause.3
1. Konstitusional
Pengukuran terhadap tinggi badan, berat badan, dan BMI dimana hasil
pengukuran dapat digunakan untuk menyarankan pasien agar melakukan latihan
fisik, penurunan berat atau penambahan berat badan. Penurunan tinggi badan
dapat berhubungan dengan osteoporosis dan fraktur kompresi tulang belakang,
oleh karena itu pengukuran tinggi badan sebaiknya dilakukan setiap tahun.
Pengukuran tekanan darah efektif untuk skrining hipertensi dimana hipertensi
sering terjadi pada populasi ini.
2. Kognitif
Penurunan fungsi kognitif jarang terjadi pada wanita selama transisi menopause,
tetapi biasanya keluhan sering lupa yang dialami masih merupakan bagian dari
suatu proses penuaan yang normal. Jika pada pasien terdapat kemunduran
kognitif, maka dapat disarankan untuk memeriksakan dirinya ke dokter ahli saraf
(neurologis).
3. Psikososial
17
19
20