Anda di halaman 1dari 8

TOURNIQUET TEST

TEKNIK INJEKSI INTRAMUSKULAR

VIDIA ASRIYANTI
I4061132099

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PEMERIKSAAN RUMPEL LEEDE (TOURNIQUET TEST)

Penderita demam berdarah dengue (DHF) akan mengalami kebocoran plasma


pada pembuluh darah kapilernya dan cenderung untuk mengalami perdarahan.
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan berat dan jika tidak ditangani dengan
baik dan segera dapat menyebabkan kematian.
Semua petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana cara untuk
mendiagnosis seseorang yang diduga menderita demam dengue dan menangani
gejala yang ada dan tanda-tanda dari demam berdarah dengue. Gejala-gejala dan
tanda-tanda yang dapat mengarahkan untuk seseorang menderita demam dengue
yaitu:
1. Pola demam, onset demam yang timbul mendadak, tinggi, tipe demam pelana
kuda (saddleback fever), demam yang tidak respon sepenuhnya dengan
pemberian parasetamol.
2. Gejala lainnya seperti nyeri kepala, nyeri retroorbita, nyeri otot, dan nyeri
sendi, badan terasa lemah, mual, muntah.
3. Kulit bisa tampak kemerahan atau makulopapular eritem
Pada pemeriksaan laboratorium pada kasus DHF antara lain:
1. Jumlah leukosit menurun
2. Jumlah trombosit menurun
3. Hematokrit meningkat
Pemeriksaan spesifik untuk DHF yaitu dengan tes tourniquet. Tes tourniquet
merupakan penanda dari kerapuhan pembuluh darah kapiler. Cara melakukan
pemeriksaan rumpel leede yaitu:
1. Tekanan darah pasien diukur dan dicatat
2. Manset dikembangkan dan dipertahankan selama 5 menit pada titik tengah
antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (TDS + TDD / 2)
mmHg.
3. Setelah 5 menit, manset dilepaskan dan tunggu selama 2 menit
4. Perhatikan ada tidaknya bintik-bintik merah kecil atau keunguan pada kulit
yang disebut petekie. Petekie yang muncul di fossa antecubiti dihitung, jika
terdapat 10 petekie dalam luas 1 inchi persegi maka dikatakan positif.

Gambar 1. Uji Tourniquet

Uji tourniquet dilakukan jika pada seseorang yang diduga menderita DHF
tanpa adanya manifestasi perdarahan atau sudah melakukan uji tourniquet
sebelumnya dengan hasil negatif. Hasil negatif pada uji tourniquet dapat terjadi
pada waktu awal penyakit atau pada pasien yang obesitas atau pada pasien dalam
kondisi syok.
TEKNIK INJEKSI INTRAMUSKULAR

Injeksi intramuskular (IM) yaitu rute pemberian obat dengan memasukkan


obat ke dalam fascia otot yang memiliki banyak pembuluh darah yang akan
menyebabkan obat mudah terserap secara cepat melalui serat otot dibandingkan
dengan rute pemberian obat melalui subkutan. Tempat penyuntikan intramuskular
dapat menyerap larutan dalam jumlah yang besar. Selain itu, jaringan otot kurang
sensitif dibandingkan dengan jaringan subkutan terhadap larutan obat yang
bersifat iritatif, konsetrasi tinggi dan kental.
Lokasi injeksi intramuskural ditentukan berdasarkan usia, kondisi pasien,
volume dan jenis dari obat yang diinjeksikan. Komplikasi dari injeksi
intramuskular yaitu antara lain, atrofi otot, trauma pada tulang, selulitis, abses
steril, nyeri dan trauma pada saraf. Injeksi intramuskular dapat dilakukan pada
daerah ventrogluteal, vastus lateralis, dan deltoid.
1. Ventrogluteal
Ventrogluteal merupakan lokasi injeksi yang paling aman untuk orang
dewasa dan anak-anak. Daerah ini memiliki otot gluteus yang tebal dan bebas
dari penetrasi pada saraf dan pembuluh darah, serta memiliki lapisan lemak
yang tipis. Injeksi pada daerah ini membutuhkan ukuran jarum 20 25G
untuk obat yang dilarutkan dengan air atau membutuhkan ukuran jarum 18
21G untuk larutan obat yang kental atau based-oil solution.
Gambar 2. IM Ventrogluteal

2. Vastus lateralis
Vastus lateralis biasanya digunakan untuk imunisasi pada anak-anak. Injeksi
pada daerah ini dipilih berdasarkan usia, berat badan, dan indeks massa tubuh
pasien. Ukuran jarum yang dibutuhkan untuk pemberian obat dengan pelarut
air yaitu 20 25G, sedangkan larutan obat yang kental diberikan dengan
jarum berukuran 18 21G. Jumlah obat maksimum yang dapat diberikan
untuk satu kali injeksi yaitu 3 ml.
Gambar 3. IM Vastus Lateralis

3. Deltoid
Lokasi injeksi di otot deltoid mudah untuk dilokalisir dan dilakukan. Jumlah
maksimum obat yang dapat diberikan untuk satu kali pemberian yaitu 1 ml.

Gambar 4. IM Deltoid
Injeksi dilakukan dengan memasukkan jarum suntik dengan sudut 90 tegak
lurus terhadap tubuh pasien secara cepat. Metode injeksi dapat dengan
menggunakan metode Z-track yaitu dengan menarik kulit ke arah lateral menjauhi
daerah yang akan diinjeksi, lalu obat diinjeksikan dan kulit dilepaskan setelah
jarum dikeluarkan. Metode ini dilakukan untuk mencegah obat keluar melalui
jaringan subkutan, menahan obat di dalam otot dan meminimalkan iritasi yang
diakibatkan oleh obat yang diberikan.

Gambar 5. Metode Z-Track


DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. 2006. Dengue Haemorrhagic Fever: early


recognition, diagnosis and hospital management.
Bartley, Naomi. 2014. Guidelines on the Administration of Intramuscular and
Sub-Cutaneous Injection. Nurse Practice Comitte.
Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Dengue Clinical Case
Management.
Doyle, G. R. dan McCutcheon, J.A. 2015. Clinical Procedures for Safer Patient
Care. Vancouver: British Columbia Institute of Technology.

Anda mungkin juga menyukai