Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN INJEKSI INTRAMUSCULAR

Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
“Farmakologi”

DOSEN PENGAMPU:

Trimar Handayani, S.Kep.,Ns, M.Biomed

DISUSUN OLEH:

NOVI FITRIANI
P1337421021044

KEPERAWATAN

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

TEGAL POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES SEMARANG 2022


Injeksi adalah pemberian obat kepada pasien dalam bentuk larutan, emulsi atau
suspensi, atau bubuk yang dilarutkan atau ditempatkan sebagai suspensi sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir. Injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan teknik aseptik. Pada umumnya penyuntikan dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat penyerapan (absorbsi) suatu obat agar tercapai efek obat yang cepat.
Suntikan biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama
karena pemberian oral tidak memungkinkan. Jika pasien tidak sadar atau sangat
bingung sehingga mereka tidak dapat menelan atau meletakkan obat di bawah lidah.
Risiko infeksi dan pengobatan yang mahal. Klien disuntik beberapa kali. Rute SC,
IM, dan intradermal dihindari pada pasien yang rentan terhadap perdarahan.
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan
menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi.
Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe
injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai
lokasi yang tepat.

Pemberian Cara ini dilakukan pada otot-otot besar bagian tubuh, sehingga
tidak ada kemungkinan tertusuknya saraf, misalnya di bokong dan kaki, atau di
lengan. Tujuan pemberian IM adalah dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi
obat lebih cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh. Lokasi pemberian IM yakni (1) Paha (vastus
lateralis) posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi
median anterior dan sisi midlateral paha. (2) Ventrogluteal yakni posisi klien
berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan
tempat yang diinjeksi fleksi. (3) Lengan atas (deltoid) yakni posisi klien duduk atau
berbaring datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. (4) Dorsogluteal
yakni dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati-hati
sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat
digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun. Peralatan yang
digunakan adalah (1) Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan
bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat
pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit terdiri dari berbagai
ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar
dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan
rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV. Perawat
mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung
jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang
bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas,
perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian
dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum. (2) Jarum yakni supaya individu
fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar.

Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali.
Setiapum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang
jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga
meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum
bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran
dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat. Semakin kecil
ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung
pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan. Salah satu efek yang
bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan
infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
injeksi dilakukan yaitu (1) Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari
ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka, (2) Untuk
mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi
(mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian
atas wadah obat, permukaan meja) dan (3) Untuk mencegah spuit terkontaminasi
jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian
ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum (4) Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit
yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan.
Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan
swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci. Peralatan
yang digunakan antara lain adalah (1) Sarung tangan 1 pasang, (2) Spuit dengan
ukuran sesuai kebutuhan, (3) Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk
dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak), (4) Bak spuit 1, (5) Kapas
alkohol dalam kom (secukupnya), (6) Perlak dan pengalas, (7) Obat sesuai program
terapi, (8) Bengkok 1, (9) Buku injeksi/daftar obat.

Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) (1) Tahap


PraInteraksi yakni melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada, menyiapkan obat
dengan benar. (2) Tahap Orientasi yakni memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien (3) Tahap
Kerja yakni mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan, memasang perlak
dan alasnya, membebaskan daerah yang akan diinjeksi, memakai hand Schoen,
menentukan tempat penyuntikan dengan benar, membersihkan kulit dengan kapas
alcohol (melingkar dari arah dalam keluar), biarkan alcohol mengering,
menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit, menusukkan spuit
dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3 dan melakukan aspirasi dan pastikan darah
tidak masuk spuit (4) Terminasi yakni melakukan evaluasi tindakan, melakukan
kontrak untuk kegiatan selanjutnya, berpamitan dengan klien, membereskan alat-alat
dan melepaskan handscoen, mencuci tangan serta mencatat kegiatan dalam lembar
catatan.

Anda mungkin juga menyukai