Anda di halaman 1dari 7

A.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tropis Terabaikan (NTDs) di


Indonesia
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230130/1642296/sejumlah-
penyakit-tropis-ini-harus-diwaspadai/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230224/5842453/
kemenkes-kejar-target-eliminasi-ntds-di-indonesia/
 https://p2pm.kemkes.go.id/tim-penyakit-tropis-terabaikan
Seperti yang kita ketahui bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah tropis dimana
matahari bersinar setiap tahun dengan intensitas curah hujan tinggi. Karena negara tropis,
maka Indonesia juga memiliki hutan hujan tropis yang luas. Setiap wilayah daratan
maupun lautan di seluruh negara dunia pasti memiliki karakteristik penyakit tersendiri.
Begitu pula Indonesia. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Budi Medika Bandar
Lampung, menyebutkan bahwa beberapa penyakit tropis yang ada di Indonesia
diantaranya demam berdarah, malaria, filariasis, Tb, frambusia, kolera, dan beberapa
penyakit tropis lain yang tren nya tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena wilayah
Indonesia sangat luas maka setiap wilayahnya juga otomatis memiliki karakteristik
tersendiri yang sangat cocok untuk menjadi tempat berkembang biaknya suatu penyakit.
Seperti penyakit DBD, negara kita pernah mengalami masa dimana pemerintah
menyatakan perang dengan DBD. Sekitar tahun 2009 penyakit ini menyebar luas ke
penjuru nusantara dengan kasus yang tinggi. Meskipun sekarang pemerintah sudah dapat
menangani kegawatdaruratan DBD tetapi penyakit ini tidak akan hilang dari Indonesia
karena nyamuk aedes aegypti memang hidup di wilayah tropis. Beragamnya penyakit
tropis membuat beberapa diantaranya hampir terabaikan sehingga tiba-tiba tren nya naik
tajam. Menurut Kemenkes, jumlah penyakit tropis yang terabaikan di Indonesia ada 8
yakni kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis, kecacingan, feoniasis, dengue dan
chikungnya, juga rabies. Dalam website terbaru Kemenkes di
sehatnegriku.kemenkes.go.id, penanganan dan pencegahan penyakit-penyakit tersebut
sudah mulai digalakkan. Seperti contohnya penyakit kusta, Kemenkes telah
memantapkan  langkah mewujudkan eliminasi kusta, dalam waktu dekat Kemenkes akan
menerbitkan program Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kusta tahun 2023 – 2027 dengan
harapan prevalensi kusta di wilayah endemi dapat menurun. Untuk memudahkan
masyakat dalam mengakses informasi tentang NTDs di Indonesia, Kemenkes juga telah
memanfaatkan teknologi dengan menciptakan inovasi sebuah laman website yang dapat
diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia kapanpun dan dimana pun. Dengan website
ini maka target edukasi kesehatan akan dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien.
Oleh karena penyakit NTDs beberapa disebabkan oleh virus sedangkan vaksinnya belum
tersedia, maka fokus utama saat ini adalah prevalensi dan penerapan protokol kesehatan
yang disiplin. Dengan disiplin protokol kesehatan maka kita dapat mencegah penularan
berbagai macam penyakit tropis. Oleh karena itu, ayo kita jaga disiplin protokol
kesehatan, jangan lupa selalu cuci tangan 6 langkah setelah beraktivitas dan sebelum
beraktivitas.

B. 6 Pilar Transformasi Kesehatan yang Mencangkup: optimalisasi obat herbal,


peluncuran produk tepat guna, dan inovasi teknologi dari mahasiswa
 https://www.kemkes.go.id/article/view/22091300003/indonesia-siap-perkuat-
kerjasama-guna-mewujudkan-transformasi-kesehatan.html
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221019/4141307/transformasi-
ketahanan-kesehatan-nasional-kemenkes-luncurkan-e-katalog-obat-dan-vaksin-
tahun-2023/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221030/4841516/
promosikan-aneka-pengobatan-tradisional-indonesia-di-pertemuan-g20-indonesia/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230304/0642506/ingin-
imbangi-ginseng-korea-menkes-budi-minta-kelor-diteliti-serius/

Adanya peristiwa pandemi Covid-19 membuat Indonesia sadar akan upaya untuk
terus meningkatkan keseriusan derajat kesehatan masyarakat untuk mengantisipasi
pandemi lainnya di masa mendatang. Bersama dengan WHO dan beberapa negara
lain di dunia, Indonesia sepakat untuk membuat 6 pilar guna meningkatkan
kewaspadaan terhadap ancaman berbagai tren penyakit. Adapun 6 tersebut adalah
transformasi layanan primer (tentang kelayakan dan kelengkapan fasyankes),
transformasi layanan kesehatan (berkaitan dengan sistem pelayanan di
fasyankes), transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan
kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM
kesehatan (berfokus dengan nakes), dan transformasi teknologi kesehatan. Sejak
jaman dahulu nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai cara tersendiri untuk
mengobati ketika mereka sakit, yaitu dengan memanfaatkan obat-obatan tradisional.
Secara uji sains, tanaman herbal tradisional memang mengandung zat-zat yang
berfungsi sebagai penawar untuk berbagai macam penyakit. Karena potensinya yang
besar, pemerintah pun tidak mengabaikan peluang yang ada untuk menciptakan
inovasi baru. Dengan teknologi yang modern, obat tradisional dapat di kemas secara
praktis, efisien, dan lebih higienis. Seperti berbagai macam obat yang di luncurkan
oleh pabrik obat herbal terbesar di Indonesia yakni Sidomuncul. Untuk memastikan
obat-obatan yang beredar tepat sasaran dan penggunaannya maka pemerintah
membatasi beberapa obat yang hanya bisa di dapat dengan mencantumkan resep
khusus dari dokter. Selain resep, produk yang beredar di pasaran juga disertai kode
khusus untuk memudahkan target sasaran yang tepat, seperti lingkaran hijau untuk
obat bebas, lingkaran merah tanda + untuk obat narkotika, lingkaran hijau tanda
tumbuhan menandakan obat herbal, lingkaran merah huruf K artinya obat keras.
Terdapat pula peran teknologi, teknologi inovasi mahasiswa yang sekarang sedang
tren adalah berbagai website modern untuk memudahkan seluruh lapisan masyarakat
mengakses pelayanan kesehatan di berbagai macam tingkatan fasyankes. Sebagai
mahasiswa kesehatan yang tumbuh beriringan dengan kecanggihan teknologi, kita
harus terus belajar agar suatu saat dapat menciptakan teknologi kesehatan untuk
membantu pemerintah menyukseskan 6 pilar transformasi.

C. Transformasi Teknologi Kesehatan dan Bioteknologi dalam Health Innovation


Sprint Accelerator 2023
 https://east.vc/id/sprintacc-2023/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230216/4742416/menkes-budi-
apresiasi-dukungan-east-venture-dalam-health-innovation-sprint-accelerator-
2023/
 https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/kemenkes-ri-gelar-ecosystem-health-
innovation-sprint-accelerator
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230219/2842432/indonesia-
jajaki-potensi-kerjasama-dengan-takeda-science-foundation-untuk-kemajuan-
bioteknologi-dan-biosains-di-indonesia/
Dunia kesehatan yang semakin berkembang pesat mengharuskan Indonesia untuk terus
belajar menciptakan inovasi-inovasi guna mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia
yang sehat dan pelayanan kesehatan yang merata. Oleh karenanya, pemerintah
menciptakan sebuah wadah bagi para pelaku kesehatan untuk menuangkan ide dan
inovasinya untuk kemajuan teknologi kesehatan di Indonesia. Program itu adalah Health
Innovation Sprint Accelerator 2023. Program ini dilaksanakan pertama kali di tahun
2022 pada bulan Januari di Novotel Suites, Surabaya. Menampung sekitar 105 inovasi
dari berbagai cabang ilmu kesehatan dan di seleksi kembali menjadi 15 inovasi untuk di
teliti lebih lanjut. Inovasi tersebut diantaranya 11 di bidang healtech dan 4 inovasi di
bidang biotek. Inovasi-inovasi kesehatan tersebut merupakan langkah awal untuk
memperbaiki sistem kesehatan nasional. Penciptaan ini harus dilakukan demi menjawab
tantangan global yang semakin meminta hasil nyata demi dapat mengikuti arus populasi
kecanggihan teknologi. Oleh karena itu, pemerintah berharap akan ada inovasi hebat
lainnya yang dapat diciptakan sehingga nantinya sistem kesehatan nasional Indonesia
semakin kuat dan dapat bersaing dengan negara lain di dunia.

D. Gangguan Ginjal Akut Atipikal pada Anak


 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230206/5642343/kasus-baru-
gangguan-ginjal-akut-pada-anak-pemerintah-siapkan-langkah-antisipatif/
 https://rspmibogor.or.id/artikel/read/gangguan-ginjal-akut-progresif-atipikal-pada-
anak?type=1
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221216/4942040/kasus-ggapa-
pemerintah-berfokus-pada-penyelamatan-nyawa/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221109/0541622/tidak-
ada-penambahan-kasus-ggapa/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230210/3842380/satu-
pasien-suspek-gagal-ginjal-dinyatakan-negatif/
Pada bulan Oktober 2022 Indonesia di kejutkan dengan peningkatan tren gagal ginjal
akut pada anak. Menurut dinkes Bali, pada saat itu per tanggal 18 Oktober tercatat
189 kasus di laporkan dengan dominasi usia 1-5 tahun. Gagal ginjal akut diketahui
menyerang anak dengan rentang usia 6 bulan sampai 18 tahun, paling banyak terjadi
pada balita. Dengan gejala awalnya berupa infeksi saluran cerna dan gejala ISPA,
gejala khas adalah jumlah urin yang dikeluarkan semakin berkurang bahkan tidak
bisa BAK sama sekali. Pada saat itu pemerintah langsung cepat tanggap mencari tahu
penyebab gagal ginjal akut pada anak, hingga akhirnya pemerintah mengumumkan
salah satu penyebabnya adalah kandungan zat berbahaya pada obat dengan sediaan
sirup untuk anak. Sehingga beberapa merek dagang obat pun di tarik produksinya dan
di teliti lebih lanjut lagi oleh Bpom. Karena merek-merek yang terindikasi merupakan
merek dagang yang telah lama beroperasi di Indonesia namun baru kali ini
menyebabkan gagal ginjal akut. Zat berbahaya yang terkandung dalam obat sirup
tersebut menurut Bpom adalah ethylene glycol, diethylene glycol, dan ethylene glycol
butyl ether. Permasalahan terjadi karena penggunaan zat-zat tersebut melebihi
ambang batas normal sehingga sifatnya berubah menjadi toksik untuk tubuh.
Pemerintah dalam penanganan GGAPA melakukan penanggulangan sama seperti
pelaksanaan penanggulangan seperti KLB, dengan melaksanakan respons cepat dan
komprehensif, yang kemudian langkah langkah yang diambil sudah bisa menurunkan
kasus baru dan kematian, yang dalam hal ini didukung oleh sektor sektor terkait.
Kemenkes secara aktif terus melakukan pemantauan dan pelacakan kasus di
masyarakat guna menemukan kasus gagal ginjal akut sedini mungkin. Salah satunya
dengan melaporkan penyakit gagal ginjal akut pada anak maupun penyakit menular
lainnya melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Event Based Surveillance
(SKDREBS)/ Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) di https://skdr.surveilans.org
dalam waktu kurang dari 24 jam. Kebijakan terkini yang dilakukan Kementerian
Kesehatan adalah mengeluarkan Petunjuk Penggunaan Obat Sediaan Cair/ Sirop pada
Anak dalam rangka Pencegahan Peningkatan Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif
Atipikal Nomor HK.02.02/III/3713/2022, yang ditetapkan pada 11 November 2022.
Angka Kematian GGAPA mengalami penurunan sejak digunakannya antidotum
Fomepizole yang diberikan secara gratis sebagai bagian dari terapi/pengobatan pada
pasien. Kementerian Kesehatan berupaya untuk mendapatkan total 246 vial obat
Fomepizole dari Jepang, Singapura dan Australia tiba di Indonesia secara cepat
dengan melakukan berbagai upaya mencari akses obat agar dapat segera di terima dan
digunakan untuk menyelamatkan pasien anak GGAPA yg pada saat itu sebagian
besar dalam perawatan ICU. Oleh karena itu, sebagai langkah pencegahan dan
preventing maka sebaiknya orang tua lebih teliti jika anak nya sakit. Jangan
sembarangan memberikan obat, lebih baik periksakan pada dokter spesialis anak dan
jaga pola hidup sehat anak.

E. Inovasi Baru Pengendalian Dengue Nasional dengan Pengembangan Vaksin Dengue


dan Teknologi Wolbachia

 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220722/3340692/wolbachia-
inovasi-baru-cegah-penyebaran-dbd/
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230205/3642353/atasi-dengue-
kemenkes-kembangkan-dua-teknologi-ini/

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang selalu di jumpai di berbagai
negara beriklim tropis. Karena suhu nya sangat pas untuk perkembangbiakan nyamuk
Aedes Aegypti. Di Indonesia sendiri kasus DBD terbilang mengalami progres naik
turun. Mengingat wilayah kita sangat pas untuk tumbuh kembang nyamuk ini.
Teknologi yang telah untuk preventing DBD adalah vaksin DBD. Vaksin ini berhasil
menurunkan tingkat penularan DBD sekitar 30-50%. Dengan teknologi yang ada,
terciptalah inovasi baru untuk terus menurunkan tren DBD. Teknologi yang telah
diciptakan adalah Wolbachia. Dimana teknologi ini dinilai lebih efektif dibandingkan
dengan vaksin DBD. Penggunaannya dengan cara memasukkan bakteri Wolbachia ke
dalam nyamuk aedes aegypti, bakteri tersebut dapat membuat virus yang terdapat
pada tubuh nyamuk DBD menjadi lemah sehingga ketika nyamuk itu menggigit
tubuh manusia maka virusnya akan lemah bahkan darah kita menjadi resisten. Uji
coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul, rencananya akan terus diperluas. Monitoring dilakukan oleh
perawat dan peneliti untuk melihat efektivitas bakteri Wolbachia terhadap penyebaran
virus dengue. Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu
menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen. Namun keberadaan inovasi
teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan
pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia. Masyarakat tetap diminta untuk
melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta
tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai