Adanya peristiwa pandemi Covid-19 membuat Indonesia sadar akan upaya untuk
terus meningkatkan keseriusan derajat kesehatan masyarakat untuk mengantisipasi
pandemi lainnya di masa mendatang. Bersama dengan WHO dan beberapa negara
lain di dunia, Indonesia sepakat untuk membuat 6 pilar guna meningkatkan
kewaspadaan terhadap ancaman berbagai tren penyakit. Adapun 6 tersebut adalah
transformasi layanan primer (tentang kelayakan dan kelengkapan fasyankes),
transformasi layanan kesehatan (berkaitan dengan sistem pelayanan di
fasyankes), transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan
kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM
kesehatan (berfokus dengan nakes), dan transformasi teknologi kesehatan. Sejak
jaman dahulu nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai cara tersendiri untuk
mengobati ketika mereka sakit, yaitu dengan memanfaatkan obat-obatan tradisional.
Secara uji sains, tanaman herbal tradisional memang mengandung zat-zat yang
berfungsi sebagai penawar untuk berbagai macam penyakit. Karena potensinya yang
besar, pemerintah pun tidak mengabaikan peluang yang ada untuk menciptakan
inovasi baru. Dengan teknologi yang modern, obat tradisional dapat di kemas secara
praktis, efisien, dan lebih higienis. Seperti berbagai macam obat yang di luncurkan
oleh pabrik obat herbal terbesar di Indonesia yakni Sidomuncul. Untuk memastikan
obat-obatan yang beredar tepat sasaran dan penggunaannya maka pemerintah
membatasi beberapa obat yang hanya bisa di dapat dengan mencantumkan resep
khusus dari dokter. Selain resep, produk yang beredar di pasaran juga disertai kode
khusus untuk memudahkan target sasaran yang tepat, seperti lingkaran hijau untuk
obat bebas, lingkaran merah tanda + untuk obat narkotika, lingkaran hijau tanda
tumbuhan menandakan obat herbal, lingkaran merah huruf K artinya obat keras.
Terdapat pula peran teknologi, teknologi inovasi mahasiswa yang sekarang sedang
tren adalah berbagai website modern untuk memudahkan seluruh lapisan masyarakat
mengakses pelayanan kesehatan di berbagai macam tingkatan fasyankes. Sebagai
mahasiswa kesehatan yang tumbuh beriringan dengan kecanggihan teknologi, kita
harus terus belajar agar suatu saat dapat menciptakan teknologi kesehatan untuk
membantu pemerintah menyukseskan 6 pilar transformasi.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220722/3340692/wolbachia-
inovasi-baru-cegah-penyebaran-dbd/
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230205/3642353/atasi-dengue-
kemenkes-kembangkan-dua-teknologi-ini/
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang selalu di jumpai di berbagai
negara beriklim tropis. Karena suhu nya sangat pas untuk perkembangbiakan nyamuk
Aedes Aegypti. Di Indonesia sendiri kasus DBD terbilang mengalami progres naik
turun. Mengingat wilayah kita sangat pas untuk tumbuh kembang nyamuk ini.
Teknologi yang telah untuk preventing DBD adalah vaksin DBD. Vaksin ini berhasil
menurunkan tingkat penularan DBD sekitar 30-50%. Dengan teknologi yang ada,
terciptalah inovasi baru untuk terus menurunkan tren DBD. Teknologi yang telah
diciptakan adalah Wolbachia. Dimana teknologi ini dinilai lebih efektif dibandingkan
dengan vaksin DBD. Penggunaannya dengan cara memasukkan bakteri Wolbachia ke
dalam nyamuk aedes aegypti, bakteri tersebut dapat membuat virus yang terdapat
pada tubuh nyamuk DBD menjadi lemah sehingga ketika nyamuk itu menggigit
tubuh manusia maka virusnya akan lemah bahkan darah kita menjadi resisten. Uji
coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul, rencananya akan terus diperluas. Monitoring dilakukan oleh
perawat dan peneliti untuk melihat efektivitas bakteri Wolbachia terhadap penyebaran
virus dengue. Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu
menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen. Namun keberadaan inovasi
teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan
pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia. Masyarakat tetap diminta untuk
melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta
tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.