Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN TERKAIT TINDAKAN

PROMOSI JASA MEDIK YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER GIGI


DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI

PROPOSAL TESIS
Minat Studi: Hukum Kesehatan

Oleh:
Wisma Yuniar
NIM: 2174101001

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era perubahan tehnologi saat ini,dimana teknologi turut mengalami

kemajuan yang signifikan. Perkembangan teknologi digital telah merambah berbagai

aspek kehidupan, termasuk di dalamnya aspek pelayanan kesehatan. Upaya untuk

menjalin interaksi sosial di era teknologi informasi saat ini dapat dilakukan dengan

memanfaatkan beragam produk teknologi informasi, yang salah satunya berupa media

sosial.1

Merupakan suatu tantangan di bidang kesehatan di zaman industry 4.0/0.4,

dimana kebutuhan masyarakat atas informasi tentang kesehatan bisa dapat diperoleh

dengan cepat dan menjadi sumber informasi yang akurat. Akses kesehatan dapat

secara mudah diperoleh masyarakat dengan berbagai pilihan yang sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan, baik secara ekonomi, finansial, budaya, maupun

geografis. Masyarakat lebih bisa menentukan sendiri dan memilih dalam pelayanan

kesehatan apa yang diinginkan. Selain itu, dengan berbagai macam informasi yang

diterima, masyarakat bisa membanding-bandingkan antara layanan kesehatan yang

satu dengan layanan kesehatan yang lain. Fenomena konsumerisme muncul sebagai

daya pikat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Bukan lagi memilih untuk

tujuan utama sebagai seorang pasien yang sebenarnya membutuhkan pelayanan

kesehatan tetapi juga lebih mengarah pada kenyamanan dan kepuasan layanan yang

diterima.

Tehnologi informasi tidak hanya penting sebagai alat komunikasi melalui

elektronik saja, melainkan merupakan perangkat penting yang seharusnya dimiliki

dalam bisnis sebagai sarana untuk berkoordinasi dan pengarsipan dokumen-dokumen


1
Soliha ,2015

1
penting. Teknologi Informasi diterapkan guna untuk pengelolaan informasi yang pada

saat ini menjadi salah satu bagian penting karena meningkatnya kompleksitas dari

tugas manajemen, pengaruh ekonomi internasional (globalisasi), perlunya waktu

tanggap (response time) yang lebih cepat, tekanan akibat dari persaingan bisnis.

Manfaat teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari sangat penting.

Manfaat ini bisa digunakan sebagai penunjang kehidupan yang lebih baik dikarenakan

ada teknologi informasi yang bisa membantu aktivitas menjadi lebih efektif dan

efisien. Seperti dalam bidang pendidikan, kedokteran, militer,industri, bisnis,

pemerintahan, hiburan, permainan ,pengetahuan dan bidang lainnya. Tehnologi

informasi semakin marak dan semakin tidak terkontrol dalam menyebarkan informasi,

promosi dan edukasi menjadi salah satu faktor terciptanya dilema etis.

Di bidang kesehatan, tehnologi informasi ini menjadi salah satu sarana dalam

membangun interaksi sosial di kalangan dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain.

Secara umum, pengertian interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara

individu dengan individu lainnya maupun kelompok, atau antara kelompok dengan

kelompok lainnya.

Tenaga kesehatan dalam hal ini adalah seorang dokter gigi yang juga

mengikuti perkembangan tehnologi, juga ikut serta meramaikan dunia tehnologi

informasi ini. Kebutuhan akan suatu reputasi dari seorang dokter gigi menjadikan

suatu upaya untuk mempromosikan diri. Tidak dapat dipungkiri seorang dokter gigi

yang membutuhkan ketenaran agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat, juga

memanfaatkan tehnologi informasi. Aroma persaingan praktek dokter gigi tanpa

disadari muncul meramaikan media tehnologi informasi ini. Berbagai cara dilakukan,

bagaimana supaya mendapatkan klien dan kenyamanan pasien.

2
Jumlah tenaga dan distribusi profesi dokter gigi juga menjadi alasan dalam

upaya mendapatkan klien. Hal ini dapat dilihat pada pemetaan dokter gigi antara di

kota-kota besar dan kota kecil ataupun daerah terpencil. "Dokter gigi di Indonesia

sangat kurang, sekarang kalau pakai rasio itu posisinya 14 banding 100.000 kira-kira

satu dokter gigi untuk sekitar 7.000 pasien dan itu tinggalnya di kota-kota besar, jadi

bicara di NTT atau Maluku tidak ada," kata Usman di Kabupaten Badung, (menurut

Dokter Usman ketika dijumpai di acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN)

2022 Universitas Udayana, BaliSeni).2

Media tehnologi informasi juga mempengaruhi kebijakan kesehatan secara

tidak langsung melalui peningkatan kesadaran dan permintaan akan perawatan

kesehatan. Kemampuan untuk mengakses dan menyebarkan informasi melalui

jaringan komunikasi digital (misalnya, Internet, ponsel) mengubah aktivitas

masyarakat, termasuk politik nasional dan kampanye pemilu.3

Dalam domain kesehatan, terdapat potensi interaksi melalui jejaring sosial

digital untuk memungkinkan individu berinteraksi dengan orang lain yang memiliki

kekhawatiran yang sama tentang risiko kesehatan atau di mana perawatan kesehatan

diinginkan. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan permintaan layanan kesehatan

atau protes massal (on-line atau offline) yang berdampak pada kebijakan kesehatan.

Media tehnologi informasi tentang kesehatan meningkatkan kesadaran akan

perawatan kesehatan yang tersedia, dan membuat individu peka terhadap kebutuhan

mereka akan perawatan kesehatan. Dibalik itu terikat dengan profesionalisme dan

etika medik seorang dokter gigi juga dipertanyakan. Dokter gigi menjadi lalai dan

mengabaikannya demi menjaga ketenaran, persaingan dan reputasi. Efek pencitraan

2
Dokter Usman ketika dijumpai di acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2022
Universitas Udayana, BaliSeni
3
Gruzd, A. and Roy, J. (2014) Investigating Political Polarization on Twitter: A Canadian
Perspective. Policy & Internet, 6, 28-45. https://doi.org/10.1002/1944-2866.POI354

3
diri pun meningkat, sehingga membuka peluang bagi produk-produk iklan perusahaan

kesehatan terutama kesehatan gigi pun berdatangan untuk melakukan berbagai

tawaran promosi. Banyak dokter gigi yang kemudian memberikan testimoni klinis

atas suatu produk atau menjadi bintang iklan maupun duta merek dari berbagai

produk dengan klaim kesehatan dan kecantikan.

Banyaknya perangkat-perangkat teknologi terbaru yang telah digunakan dalam

bidang pelayanan kesehatan terutama teknologi informasi untuk memudahkan

pemberian layanan kesehatan atau untuk menghindari terjadi kesalahan dalam

memberikan terapi menjadi alasan utama agar dapat meningkatkan kemampuan diri

dalam penguasaan teknologi informasi. Kebutuhan akan penggunaan teknologi

informasi menjadi sangat penting karena teknologi dapat menciptakan penyampain

informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang kedokteran gigi. Namun yang

selalu harus diingat oleh para dokter gigi adalah teknologi informasi yang diberikan

oleh dokter gigi ini tidak melanggar kode etik sebagaimana tercantum dalam

KODEKGI 2020 yang masih berlaku hingga saat ini.

Dalam Pasal 3 ayat (1) KODEKGI 2020 dinyatakan bahwa: “Dokter gigi di

Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun, seperti memuji diri,

mengiklankan alat dan bahan apapun, member iming-iming baik secara langsung

maupun tidak langsung dan hal lain-lain, dengan tujuan agar pasien datang berobat

kepadanya”. Sedangkan dalam Kodeki (Kode Etik Kedokteran Indonesia) dijelaskan

bahwa: “Pada dasarnya dokter sama sekali tidak boleh melibatkan diri dalam

pelbagai kegiatan promosi segala macam komoditi, termasuk promosi alat dan

sarana kesehatan”. Dalam Kode Kedokteran Gigi Indonesia, dokter gigi dilarang

melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti memuji diri, mengiklankan alat dan

bahan apapun, memberi iming-iming baik langsung maupun tidak langsung dengan

4
tujuan agar pasien datang berobat kepadanya. Bila kemudian promosi memang

merupakan barang haram bagi dokter gigi termasuk di media sosial, keminimalnapa

selama ini dilakukan pembiaran. Problematikanya adalah siapa yang harus

bertanggung jawab dalam hal menindak dokter gigi yang berpromosi di media sosial.

Melihat di aturan PDGI, penindakan terhadap pelanggaran etika ternyata

menjadi tanggung jawab Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi (MKEKG) yang

seharusnya ada di tiap Cabang PDGI. MKEKG dapat memanggil dokter gigi bila ada

pengaduan, atas permintaan pengurus PDGI, atau MKEKG menduga ada pelanggaran

etik. Melalui mekanisme sidang MKEKG kemudian akan dijatuhkan sanksi bagi

pelanggaran etika berupa: peringatan lisan, peringatan tertulis, serta penarikan

rekomendasi SIP sehingga otomatis menyebabkan SIP tidak berlaku

Lalu mengapa kemudian ada dokter gigi yang nekad berpromosi? Mungkinkan

PDGI dengan sengaja menutup mata dalam menyikapi fenomena ini? Atau karena

memang hal tersebut memang sudah diperbolehkan? Tapi mengapa isi kode etik

kedokteran dan kedokteran gigi di Indonesia tidak berubah? Ataukah kita saat ini

memang diperbolehkan menterjemahkan segala aturan/ etika tersebut secara bebas

sesuai dengan persepsi dan kepentingan masing-masing? Tetapi apakah melakukan

promosi layanan kesehatan gigi di era keterbukaan yang ditunjang oleh berbagai

kemudahan dalam akses informasi masih harus menjadi suatu hal yang tabu dan

melanggar etika? Sementara di berbagai tempat di negeri lain hal ini sudah sangat

lazim dilakukan, padahal negara-negara tersebut justru merupakan kiblat dalam

perkembangan kedokteran gigi di dunia.

Di sisi lain kita juga perlu menyadari bahwa profesi dokter gigi sama dengan

profesi kedokteran lainnya tetaplah merupakan sebuah profesi yang seharusnya

berlandaskan pada pengabdian tulus untuk berbakti pada kepentingan kemanusiaan.

5
Sementara upaya promosi terkadang berbenturan atau bertentangan dengan tugas

mulia seorang dokter atau dokter gigi.

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE)

atau Undang-undang nomor 11 tahun 2008 adalah UU yang mengatur tentang

informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. Adapun

azas dan tujuan dari adanya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik

adalah sebagai berikut:

1. Azas

Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,

manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral

teknologi.

2. Tujuan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan

dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi


dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan
pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggara Teknologi Informasi.

Hampir 87% dokter menggunakan setidaknya satu situs untuk penggunaan

pribadi, dan lebih dari 67% untuk tujuan professional 4. Secara keseluruhan, dokter

menyatakan minat yang signifikan dalam aplikasi media sosial untuk profesinya baik

4
Modahl, M., Tompsett, L., & Moorhead, T. (2011). Doctors, Patients & Social Media.
QuantiaMD. Retrieved from http://www.quantiamd.com/q-qcp/social_media.pdf

6
melalui komunitas dokter online, komunitas pasien online atau situs yang dapat

memfasilitasi interaksi dokter-pasien.

Pemanfaatan teknologi ini pun diatur oleh undang-undang sehingga tidak

terjadi penyimpangan teknologi yang akhirnya merugikan masyarakat dan bangsa

Indonesia pada khususnya dalam segala bidang. Belajar dari pengalaman negara-

negara lain yang sudah terlebih dahulu merancang dan menerapkan undang-undang

mengenai teknologi informasi, Indonesia perlahan-lahan menuju tahap itu.

Ruang lingkup dari undang-undang yang dibentuk belum maksimal

mengakomodir seluruh permasalahan yang mungkin timbul dari penyalahgunaan

teknologi informasi. Produk undang-undang itu sendiri diharapkan dapat meliputi

masing-masing sub-masalah dari teknologi informasi sehingga memungkinkan

adanya beberapa produk undang-undang yang saling melengkapi satu dengan lainnya.

Perlindungan hukum itu meliputi pemanfaatan teknologi digital, perlindungan atas

data dan informasi beserta hak aksesnya, perlindungan atas hak kekayaan intelektual,

perlindungan terhadap konsumen internet banking, perlindungan terhadap anak-anak

sebagai obyek yang bertentangan dengan hukum. Opini dan etika moral, dan

pencegahan konten yang tidak pantas di dunia internet.

Sebagai sebuah teknologi, maka teknologi informatika khususnya internet

tidak terlepas dari persengketaan yang diakibatkan dari cara penggunaanya. Selain itu

pun akibat penggunaan teknologi yang menyimpang dapat mengakibatkan terjadinya

pelanggaran hukum. Perlindungan hukum terhadap hal ini mulai disosialisasikan yang

diramaikan dengan diskusi yang cukup hangat dengan dimulai dari aspek pembuktian

di pengadilan hingga dengan ancaman hukuman yang diberlakukan.

Ada beberapa hal yang menjadi asas dalam pembentukan hukum dan

perundang-undangan mengenai teknologi informatika. Asas tersebut adalah legalitas,

7
itikad baik, etika, dan moral. Keseluruhan produk hukum mengenai teknologi

informasi ini baik mengenai pemanfaatan teknologi internet, transaksi elektronik,

informasi elekronik, hak asasi kekayaan intelektual, dan kejahatan komputer

hendaknya dapat mengacu kepada azas-azas tersebut di atas. Semua azas ini

hendaknya mewarnai perundang-undangan tentang pemanfaatan teknologi

informatika.

Sebagai contoh adalah bahwa perlindungan hukum atas konsumen dalam hal

ini adalah pasien dan perlindungan hukum atas data dan informasi yang diberikan

oleh dokter gigi hendaknya diberlakukan kepada setiap pelanggaran yang terjadi

sebagai akibat dari penerapan teknologi informatika, yang salah satunya adalah

teknologi internet. Sehingga apapun aktifitas yang dilakukan melalui internet (tidak

saja perdagangan) akan mendapat perlindungan hukum dan akibat hukum. Dalam hal

ini undang-undang akan mengikat para pelaku di dunia maya ini sebagai pemanfaat

teknologi internet.

Hal yang sama pun akan diterapkan pada masalah yang lebih global yaitu

pemanfaatan teknologi informatika di bidang kesehatan. Di era yang kasat mata ini

akan terjadi penyadapan informasi ataupun data-data yang digunakan oleh para

fasilitas kesehatan. Untuk saat ini kasus pelanggaran pada kerangka teknologi

informatika, kasus pelanggaran pemanfaatan teknologi internet adalah kasus yang

populer dan menghangat.

Jadi di dalam pengembangan media tehnologi informasi ini, dimana bisa

dilakukan oleh para praktisi kesehatan, juga perlu dikaji tentang perlindungan hukum

dan kerangka hukum lebih jelas tentang media tehnologi informasi ini yang

dimafaatkan oleh seorang dokter gigi.

8
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana aspek etik pemanfaatan promosi jasa medik dengan menggunakan

media tehnologi informasi ditinjau dari KODEKGI?

2. Bagaimana aspek hukum pemanfaatan promosi dengan menggunakan media

tehnologi informasi oleh dokter gigi ditinjau dari peraturan per undang-undangan

di Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisis aspek etik pemanfaatan promosi jasa medik

dengan menggunakan media tehnologi informasi ditinjau dari KODEKGI.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis aspek hukum pemanfaatan promosi dengan

menggunakan media tehnologi informasi oleh dokter gigi ditinjau dari peraturan

per undang-undangan di Indonesia.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis.

Diharapkan hasil pembahasan ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya hukum pemanfaatan promosi jasa medik

dengan menggunakan media tehnologi informasi

2. Manfaat Praktis.

Untuk menambah pengetahuan tentang aspek hukum pemanfaatan promosi

dengan menggunakan media tehnologi informasi oleh dokter gigi ditinjau dari

peraturan per undang-undangan di Indonesia.

E. ORISINALITAS PENELITIAN

Orisinalitas sebuah karya, tentu kita tahu bahwa dalam membuat sebuah karya

kita haruslah menjaga orisinalitas dari karya kita, terutama pada karya

akademik.Orisinalitas merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya

9
akademik. Karya akademik, khususnya skripsi, tesis, dan disertasi, harus

memperlihatkan bahwa karya itu orisinal. Untuk lebih memudahkan maka dari itu

penulis mengambil sampel tiga penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan masalah

dengan penelitian yang akan dilakukan penulis untuk dijadikan perbandingan agar

terlihat keorisinalitasan dari penulis. Penelitian yang pertama pernah dilakukan oleh

Mari Rahmawati7, yang melakukan penelitian tentang “Analisa Tata Kelola Teknologi

Informasi Pada Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Berbasis Framework Cobit”

dalam penelitian tersebut memang ada kesamaan dengan penelitian penulis yaitu

tentang media teknoligi informasi di bidang kesehatan, namun permasalahan yang

diteliti oleh saudara Mari Rahmawati lebih menekankan pada Sistem Informasi

Kesehatan dalam hal ini menggunakan sampel data layanan Sistem Informasi

Kesehatan pada Puskesmas. Penelitian ini belum menyinggung etik kedokteran Gigi

dan belum ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan. Kajian yang

dilakukan dan evaluasi terhadap tata kelola teknologi informasi pada Puskesmas,

khususnya untuk penggunaan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas di Jakarta

dengan menggunakan framework COBIT. Memberikan solusi perbaikan mengenai

tata kelola teknologi informasi yang sesuai dengan strategi bisnis dan tujuan

Puskesmas. Ruang lingkup pada tesis ini terfokus pada masalah dengan batasan

mengenai pembahasan yang ada. Adapun pembahasannya adalah mengenai penerapan

Sistem Informasi Kesehatan pada Puskesmas dan adanya perubahan fokus utama dari

sekadar memberikan informasi demi kebaikan pasien kemudian bergeser menjadi

kepentingan komersial atau bisnis. Rekomendasi pengelolaan teknologi informasi

yang ada, dibuat selaras untuk mencapai strategi bisnis institusi. Dengan melihat dari

kondisi tata kelola yang ada saat ini, maka memberikan rekomendasi mengenai arahan

10
solusi perbaikan mengenai tata kelola teknologi informasi yang sesuai dengan strategi

bisnis dan tujuan Puskesmas.

Dalam hal hukum kesehatan terhadap promosi kesehatan dengan media

tehnologi informasi belum terbahas di penelitian tersebut. Begitupun jika menilik

hasil penelitian terdahulu dari saudari Anna Rozaliyani 5


dalam penelitiannya yang

berjudul “Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik Kedokteran” tersebut

tujuannya untuk lebih mendeskripsikan Pelanggaran etik kedokteran perlu disikapi

dengan pemberian sanksi yang sesuai. Tujuan pemberian sanksi etik sejatinya bersifat

pembinaan terhadap teman sejawat menetapkan prinsip, tujuan, dan ketentuan

pemberian sanksi dalam upaya penegakan etik kedokteran di Indonesia.. Setelah

mengkaji kedua penelitian terdahulu diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis berbeda, memiliki unsur kebaruan dan

keorisinalitasan dari penelitian sebelumnya. Sehingga hasil yang nantinya di dapat

dari penelitian yang akan dilakukan penulis ini akan dapat di gunakan sebagai

penambah wawasan keilmuan bagi kita semua.

Tabel 1. Matriks Perbandingan Hasil Penelitian Terkait Terdahulu dengan


Penelitian Sekarang
Nama Peneliti, Permasalahan
Judul dan Prodi Jenjang
No Penelitian
Tahun Pendidikan, Penelitian Sekarang
Terdahulu
Lembaga
1. Pengaruh Chatarina 1. Bagaimana pengaruh 1. Bagaimana aspek
Penggunaan Denyza Itranus penggunaan media etik pemanfaatan
Media Sosial Putri sosial terhadap niat promosi jasa
dan Electronic Tesis/ penggunaan jasa medik dengan
Word of Mouth Universitas klinik gigi? menggunakan
(EWOM) Atmajaya 2. Bagaimana pengaruh media tehnologi
Terhadap Niat penggunaan media informasi ditinjau
Penggunaan sosial terhadap niat dari KODEKGI?
Jasa Klinik penggunaan jasa 2. Bagaimana aspek
Gigi/ klinik gigi yang hukum
Tesis/2020 dimediasi oleh pemanfaatan
kepercayaan? promosi dengan
menggunakan
media tehnologi

5
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran tahun 2012. Jakarta; 2012

11
informasi oleh
dokter gigi
ditinjau dari
peraturan per
undang-undangan
di Indonesia?

2. Kebijakan Philemon 1. Bagaimana 1. Bagaimana aspek


Penanggulangan Ginting,SIK/ kebijakan formulasi etik pemanfaatan
Tindak Pidana Tesis/ hukum pidana promosi jasa
Tehnologi Program terhadap tindak medik dengan
Informasi Magister Ilmu pidana menggunakan
melalui Hukum Hukum teknologi informasi media tehnologi
Pidana/Tesis/ Universitas saat ini ? informasi ditinjau
2018 Diponegoro 2. Bagaimana dari KODEKGI?
kebijakan aplikatif 2. Bagaimana aspek
yang dilakukan oleh hukum
aparat penegak pemanfaatan
hukum promosi dengan
dalam upaya menggunakan
penanggulangan media tehnologi
tindak pidana informasi oleh
teknologi dokter gigi
informasi ? ditinjau dari
3. Bagaimana peraturan per
sebaiknya kebijakan undang-undangan
formulasi dan di Indonesia?
kebijakan aplikatif
hukum
pidana dalam
penanggulangan
tindak pidana
teknologi informasi
di masa yang akan
datang?

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam menelaah dan untuk mendapatkan sistematika penulisan yang mudah

dipahami, proposal ini menggunkanan sistematika penulisan sebagai berikut:

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Merupakan bab pertama, yang terdiri dari beberapa sub bab dengan dari

masalah yang akan ditelaah untuk memberikan ketegasan arah pembahasan dan

rumusan yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Sub bab berisi latar belakang

12
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas

penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II KERANGKA TEORI dan KONSEPTUAL

Terdiri dari sub bab A yang diberisi tentang kerangka teori yang akan dipakai

sebaai pisau analisis masing-masing rumusan masalah. Isi yang kedua adalah sub bab

B yang berisi kerangka konseptual merupakan penjabaran batsan konsep dan definisi

operasioanal dari judul. Berisi kerangka teoritik dan kerangka konseptual penelitian.

Di dalam kerrangka teori terdapat landasan teori, konsep dan pengertian yang

diperoleh dari bermacam sumber yaitu, buku, jurnal, peraturan perundangan, publikasi

ilmiah, web site maupun pendapat pakar hukum. Sedangkan untuk kerangka

konseptual terdapat, gambaran/skema/bagan yang menggambarkan hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat, atau kerangka konsep merupakan kerangka

berpikir yang membentuk teori, dengan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang

belum diketahui dan menjelaskan hubungan antara konsep yang dibangun berdasarkan

hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis

data/bahan hukum,sumber data/bahan hukum,metode pengumpulan data/bahan

hukum, dan teknik analisis data/bahan hukum. Merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, atau

dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam masalah ini.

Hasil penelitian sub bab A merupakan hasil penelitian dr sub bab A.

13
Penutup berisi sub bab A kesimpulan dan sub bab B adalah saran.

14
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL

A. 1. KERANGKA TEORI

Kerangka teori bertujuan untuk memberikan gambaran atas batasan-batasan

tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan,

mengenai teori variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti.6 Berdasarkan

uraian di atas, maka dalam rangka penelitian tesis ini ada beberapa teori yang

digunakan untuk menganalisis permasalahan. Teori-teori dimaksud adalah Teori

Etika, Teori Perlindungan Hukum, Teori Manfaat Hukum, dan Teori Kepastian

Hukum.

A.1.1. Teori Etika

Secara etimologi utilitarianisme berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas

Utilitas yang berati useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan.7 Sedangkan

secara terminology, utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat

bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah dan menguntungkan.Sebaliknya

yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah dan merugikan.

Karena itu baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,

berfaedah dan menguntungkan atau tidak.8

Utilitarianisme terkadang disebut dengan teori kebahagiaan terbesar yang

mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk

orang banyak, seperti nyata dari ungkapan The greatest happiness of the greatest

number. Jeremy Bentham juga memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang

disebutnya dengan asas kegunaan atau manfaat (the principle of utility) yang

6
Mardalis, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, h. 41.
7
http://asikinzainal.blogspot.co.id/2012/10/mashab-utility.html, diunduh Kamis, 29 Oktober 2015,
Jam. 06.22 WITA.
8
Ibid

15
cenderung unggul atas asas keadilan. Aliran Utilitarianisme adalah aliran yang

meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Adapun ukuran

kemanfaatan hukum yaitu kebahagian yang sebesar-besarnya bagi orang-orang.

Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum tergantung apakah hukum mampu

memberikan kebahagian kepada manusia atau tidak. Utilitarianisme meletakkan

kemanfaatan sebagai tujuan utama dari hukum, kemanfaatan di sini diartikan

sebagai kebahagiaan (happines), yang tidak mempermasalahkan baik atau tidak

adilnya suatu hukum, melainkan bergantung kepada pembahasan mengenai apakah

hukum dapat memberikan kebahagian kepada manusia atau tidak. Pemikiran

hukum Bentham banyak diilhami oleh karya David Hume (1711-1776) yang

merupakan seorang pemikir dengan kemampuan analisis luar biasa, yang

meruntuhkan dasar teoritis dari hukum alam, di mana inti ajaran Hume bahwa

sesuatu yang berguna akan memberikan kebahagiaan. Atas dasar pemikiran

tersebut, kemudian Bentham membangun sebuah teori hukum komprehensif di atas

landasan yang sudah diletakkan Hume tentang asas manfaat. Menurutnya hakikat

kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan.

Bentham menyebutkan bahwa “The aim of law is the greatest happines for the

greatest number”.

A.1.2. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah pemberian perlindungan terhadap manusia

yang merasa hak asasinya dirugikan.6 Perlindungan ini bertujuan agar masyarakat

merasakan hak hukum yang diberikan negara. Perlindungan hukum diberikan

negara kepada seseorang terhadap hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan (aturan hukum). Perlindungan hukum diperlukan manusia

karena manusia merupakan sabjek hukum, dan manusia selalu berinteraksi dengan

manusia dalam lingkungan masyarakat yang selalu behadapan dengan peristiwa

16
hukum, untuk menghindari permasalah hukum maka diperlukan hukum yang

melindunginya. Jadi dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum lebih sempit dari

perlindungan secara umum.

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi

subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dipaksakan pelaksanannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu sebagai berikut:9

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat di dalam peraturan perundang

undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan

rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti berupa denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila

sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Dalam landasan

teori ini peneliti menggunakan teori perlindungan hukum Represif, yang mana

peneliti ingin melihat perlindungan yang berupa sanksi apabila telah terjadi suatu

pelanggaran.

A.1.3. Teori Manfaat Hukum (Teori Utilitarian)

Manfaat dari Promosi Jasa Medik melalui Media Tehnologi Informasi diartikan:

sebagai sesuatu yang mendatangkan guna, faedah, laba, untung. Jadi dapat dikatakan

bahwa manfaat adalah sesuatu yang menghasilkan nilai positif.

Jeremy Bentham seorang penganut utilitarian mengatakan bahwa hukum

harus mengusahakan kebahagiaan bagi setiap orang. 10 Ini merupakan standar etika

9
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, Pt Bina Ilmu, Surabaya, 1987, Hlm.30
10
Suteki, Taufani, op.cit, hlm.81

17
dan yuridis dalam kehidupan sosial masyarakat, agar kehidupan individu dapat

dilindungi dalam hal pemenuhan kebutuhan.

A.1.4. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan perihal atau suatu keadaan yang pasti. Hukum

secara hakiki harus pasti dan adil. Kepastian hukum adalah Ketika suatu peraturan dibuat

dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian

tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis.

Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum

dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa

putusan dapat dilaksanakan.11 Kepastian hukum merupakan pelaksanaan hukum sesuai

dengan bunyinya, sehingga masyarakat dapat memastikan bahwa hukum dilaksanakan.

Penciptaan kepastian hokum dalam peraturan perundang-undangan, memerlukan

persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal dari norma hukum itu sendiri. 12

Nilai kepastian hukum pada prinsipnya adalah nilai yang memberikan perlindungan

hukum bagi seluruh warga negara dari kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang,

sehingga hukum memberikan tanggung jawab kepada negara untuk dapat memberikan

jaminan perlindungan bagi setiap warga negaranya. Nilai ini erat kaitannya dengan

instrumen hukum positif dan peranan negara untuk mengaktualisasikannya dalam hukum

positif. Kepastian hukum berkedudukan sebagai nilai yang harus ada dalam setiap hukum

yang dibuat dan ditegakkan, sehingga hukum tersebut dapat memberikan rasa keadilan,

dan mewujudkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara .13

Bila dihubungkan dengan masalah tersebut Perlindungan hukum diperlukan guna

menjamin adanya kepastian hukum. Adanya aturan tentang perlindungan konten media

tehnologi informasi/media social dapat mencegah terjadinya berbagai pelanggaran yang

dapat merugikan pemilik konten, sehingga perlu dimuatnya secara eksplisit bahwa konten

11
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hal. 160
12
Fernando M Manulang, 2007, Hukum Dalam Kepastian, Prakarsa, Bandung, hal. 95
13
Nyoman Gede Remaja, “Makna Hukum dan Kepastian Hukum”, Kertha Widya Jurnal Hukum, Volume 2
Nomor 1, 2014, hal 2-3, diakses melalui https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/KW/article/view/426/351,
tanggal 13 Juli 2022

18
media sosial dalam

bentuk apapun merupakan sebuah ciptaan yang harus dilindungi. Salah satu prinsip

tersebut adalah prinsip perlindungan hukum represif.

B. 2. KERANGKA KONSEPTUAL
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan beberapa konsep terkait judul

tesis yaitu konsep: Promosi Jasa Medik, Dokter Gigi, Media Tehnologi Informasi.

1. Dokter Gigi

Dokter gigi merupakan seorang profesional terlatih yang membantu dalam

merawat gigi dan mulut. Mengunjungi dokter gigi secara teratur dapat membantu

mempertahankan kesehatan gigi yang baik, yang mungkin berdampak langsung pada

kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dokter gigi sendiri terbagi lagi menjadi beberapa

jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu:

a. Pedodontis atau dokter gigi anak, yang berfokus pada perawatan gigi untuk bayi

hingga usia remaja.

b. Ortodontis, berfokus pada penyelarasan gigi dan rahang, pemakaian kawat gigi,

retainer, dan perangkat lainnya.

c. Periodontis atau spesialis gusi, yang berfokus pada membantu merawat dan

memperbaiki penyakit dan masalah gusi, mengatasi jaringan yang rusak akibat

penyakit gusi progresif, dan implan gigi.

d. Endodontis atau spesialis saluran akar, yang menangani masalah yang

mempengaruhi saraf gigi dan rasa sakit yang terkait dengannya.

e. Ahli patologi dan bedah mulut yang mengkhususkan diri dalam pengobatan

penyakit mulut pada gigi dan rahang. Ini termasuk gigi bungsu yang impaksi,

rekonstruksi mulut, rahang yang tidak sejajar, dan kanker mulut.

19
f. Prostodontis yang memperbaiki gigi dan tulang rahang. Ini termasuk kedokteran

gigi kosmetik, atau perawatan untuk memperbaiki penampilan gigi, seperti pemutihan

gigi dan veneer, serta gigi palsu.

Seorang dokter gigi memiliki banyak tanggung jawab, salah satu yang paling

penting adalah sosialisasi terhadap kebersihan gigi yang baik. Ini membantu mencegah

komplikasi di mulut atau bagian tubuh lainnya. Seorang dokter gigi juga mendiagnosis

dan merawat masalah gusi, gigi, dan mulut. Dokter gigi menggunakan teknologi dan

peralatan modern seperti mesin sinar-X, laser, bor, sikat, pisau bedah, dan peralatan

medis lainnya saat melakukan prosedur gigi.

Umumnya, dokter gigi bertanggung jawab untuk mengatasi berbagai masalah

kesehatan gigi berikut ini.

a. Gigi berlubang.
b. Penyakit gusi atau gingivitis.
c. Periodontitis.
d. Gigi sensitif.
e. Gigi retak atau patah.
f. Kanker mulut.
g. Bau mulut.
h. Sariawan.
i. Karang gigi.
j. Impaksi.
k. Gigi yang tidak rata atau jarang.
Adapun tindakan medis yang bisa dilakukan oleh dokter gigi, di antaranya:

a. Menambal gigi yang berlubang.


b. Membersihkan karang gigi.
c. Perawatan untuk memutihkan gigi.
d. Perawatan saluran akar.
e. Pemasangan implan gigi, mahkota, behel, dan gigi palsu.
f. Mencabut gigi.
g. Memberikan anestesi.
20
h. Melakukan prosedur bedah mulut untuk kondisi impaksi.
i. Meninjau sinar-X dan melakukan diagnostik.
j. Memeriksa pertumbuhan gigi dan tulang rahang.

Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit

atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan.

Seseorang yang mempraktikkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi.

Profesi dokter gigi merupakan profesi yang mulia dalam dunia kesehatan khususnya

kesehatan gigi dan mulut, oleh karenanya dalam menjalankan tugasnya dokter gigi

dituntut untuk selalu siap bersikap profesional melayani masyarakat, sikap

profesionalisme tersebut dapat dicapai dengan cara memiliki kompetensi akademik-

profesional melalui pendidikan sarjana kedokteran gigi dan pendidikan profesi dokter

gigi, sehingga setelah menyelesaikan masa pendidikan akan memiliki kemampuan

melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya, bersikap profesional, dengan selalu

membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter gigi Indonesia adalah

penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran gigi dasar dan klinik yang meliputi

tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Konsil Kedokteran Indonesia,

2015)

Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan kesehatan gigi berperan penting dalam

mengedukasi masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut mereka,sehingga

dibutuhkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, sikap, dan perilaku yang baik

dalam kehidupan sehari-hari dokter gigi itu sendiri. Pengetahuan yang baik diperlukan

oleh dokter gigi untuk memastikan pelayanan yang sesuai dengan ilmu dan standar

prosedur operasional yang berlaku, hal ini penting karena berkaitan dengan

21
keselamatan pasien dan dokter gigi pada saat melaksanakan tindakan kedokteran gigi

(Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, 2011). Pengetahuan merupakan salah satu

faktor yang berperan dalam meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut,

pengetahuan merupakan dasar terbentuknya perilaku.14 Berbeda dengan sikap individu

terhadap kesehatan yang dapat diperoleh dari interaksi sosial dan tidak didapat

melalui buku,studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa sumber utama pengetahuan

Kesehatan gigi dan mulut berasal dari media massa, tenaga kesehatan gigi, dan

literatur-literatur tentang kesehatan gigi dan mulut.15

Tenaga kesehatan khususnya kesehatan gigi adalah bagian penting dalam

pendidikan kesehatan gigi dan mulut pasien, keluarga, dan masyarakat. Sebelum

seorang ahli tenaga kesehatan berperan sebagai pendidik kesehatan gigi dan mulut

penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap

kesehatan gigi dan mulut tenaga kesehatan itu sendiri.

Sikap positif terhadap promosi kesehatan gigi perlu

dikembangkan sejak mahasiswa kedokteran gigi mengenyam pendidikan hal ini

merupakan rekomendasi dari Federation Dental International untuk memberikan

dokter gigi pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang mereka butuhkan di praktik

masa depan.

Pendidikan profesi kedokteran gigi yang diatur dalam UU Pendidikan

Kedokteran tidak spesifik menjelaskan hal-hal apa saja yang boleh dilakukan oleh

mahasiswa, karena dari segi kurikulum yang berbeda dengan mahasiswa pendidikan

profesi kedokteran umum, mahasiwa pendidikan profesi kedokteran gigi melakukan

perawatan penyembuhan penyakit gigi dan mulut secara langsung, layaknya dokter

14
Sharda AJ, Shetty S. A comparative study of oral health knowledge, attitude and behavior of first
and final year dental students of Udaipur city, Rajasthan, India. Int J Dent Hyg. 2008;6(4):34753
15
Ozalp N, Dag C, Okte Z. Oral health knowledge among dental students. Clin Dent Res.
2012;36(1):18–24.

22
gigi yang berpraktik. Hal tersebut dilakukan, karena lulusan kedokteran gigi dituntut

untuk dapat memiliki kemampuan tangan / hand skill yang baik dalam melakukan

praktik.16

2. Promosi Jasa Medik

A. Prinsip Promosi Dokter Gigi berdasarkan Kode Etik Kedokteran Gigi


Prinsip promosi dokter gigi haruslah berkiblat pada ketepatan yang sudah ada

yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia. Dalam kedua asas hukum

tersebut sebenarnya dokter gigi dilarang melakukan promosi seperti berupa iklan,

namun terdapat dua pengecualian yaitu boleh memasang plang yang bentuk dan

ukurannya sudah ditentukan dan boleh memasang iklan mini disurat kabar bila

membuka praktek baru atau pindah praktek, itu pun isi iklannya diatur dalam kode

etik.

Di dalam iklan terbatas yang diperbolehkan dalam kode etik yang dikeluarkan

oleh PDGI masih mengacu pada konsep Guilt Model, yaitu kondisi pasien tidak

diberikan hak untuk mengambil keputusan memilih dokter gigi terbaik menurut

pendapatnya karena informasi yang diberikan oleh tiap praktek dokter gigi di seluruh

Indonesia harus sama semua berisi nama dan jam kerja.

Namun konsep ini menjadi gugur dengan adanya iklan praktek dokter gigi yang juga

memberikan informasi lain seperti pelayanan yang dapat diberikan, keahlian yang

dimiliki, bahkan riwayat pendidikan sang dokter gigi. Dalam kondisi seperti ini pasien

menjadi memiliki dasar pertimbangan dalam memilih dokter gigi yang akan

didatanginya. Konsep ini akan mengubah konsep Guilt Model menjadi Comercial

Ramadianto, A. Y. (2018). Penyerahan Gigi Manusia Sebagai Bahan Biologis Tersimpan Dalam
16

Pendidikan Dan Penelitian Kedokteran Gigi. Aktualita: Jurnal Hukum, 1(1), 31-43.

23
Model. Adapun strategi pemasaran yang memungkinkan dilakukan oleh dokter gigi

agar banyak pasien yang ingin kembali berobat ke dokter gigi tersebut yaitu:

1. Strategi Pelayanan

Dapat dilakukan dengan cara pasien diberikan pelayanan terbaik sehingga

pasien merasa puas dan ingin kembali lagi ke dokter gigi tersebut jika pasien ingin

berobat atau berkonsultasi.

2. Strategi Tarif

Dapat dilakukan dengan cara memasang tarif yang sekiranya terjangkau bagi

pasien dan juga disesuaikan dengan target pasien misalnya pasien menengah ke

bawah atau pasien menengah ke atas.

3. Strategi Promosi

Dapat dilakukan dengan upaya menjalin komunikasi yang baik antara dokter

gigi dengan pasien.

4. Strategi Saluran Pelayanan

Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu forward distribution yang merupakan

pendekatan saluran pelayanan yang dilakukan secara aktif terhadap mitra kerja

yang memiliki potensi pasar yang cukup besar, contohnya yaitu perusahaan besar

yang memiliki karyawan cukup besar yang memberikan jaminan asuransi

kesehatan; dan backward distribution yang merupakan lebih bersifat reaktif dalam

menerima pasien yang datang untuk memperoleh pelayanan, strategi yang

diterapkan adalah dengan berusaha menjalin kerjasama dengan perusahaan yang

menjadi pemasar obat-obatan, misalnya apotik atau toko obat.

Menurut Laksana.“promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang

berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku

24
pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan

tetap mengingat produk tersebut”. 17

B. Pengertian Promosi

Berikut ini akan dijabarkan beberapa pengertian promosi yang diambil dari

beberapa sumber yang terpercaya. Menurut Wikipedia, promosi adalah

mengiklankan suatu produk atau merek, menghasilkan penjualan, dan

menciptakan loyalitas merek atau brand. Ini adalah salah satu dari empat elemen

dasar bauran pemasaran, yang mencakup empat P: price, product, promotion, and

place atau harga, produk, promosi, dan tempat. Promosi mencakup metode

komunikasi yang digunakan pemasar untuk memberikan informasi tentang

produknya. Informasi bisa bersifat verbal dan visual.

Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, pengertian promosi adalah

upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan

tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan

adanya promosi, produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka

penjualan.

Kalau menurut ahli pemasaran Harper Boyd: promosi diartikan sebagai upaya

membujuk orang untuk menerima produk, konsep dan gagasan.18 Menurut pakar

pemasaran lainnya yaitu Boone dan Kurtz, promosi adalah proses

menginformasikan, membujuk, dan mempengaruhi suatu keputusan pembelian.19

17
Laksana, M. F. (2019). Praktis Memahami Manajemen Pemasaran. Sukabumi: CV Al Fath Zumar
18
Boyd, Harper W. 2000. Manajemen Pemasaran “suatu pendekatan strategis dengan orientasi
global”, Jakarta : Erlangga.
19
Boone, Louis E & David L. Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis. Erlangga: Jakarta

25
C. Tujuan Promosi

Orang melakukan promosi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, adapun

tujuan promosi berdasarkan rangkuman dari berbagai sumber adalah:

1. Untuk menyebarkanluaskan informasi suatu produk kepada calon konsumen

yang potensial

2. Untuk mendapatkan konsumen baru dan untuk menjaga loyalitas konsumen

tersebut

3. Untuk menaikkan penjualan serta laba/keuntungan

4. Untuk membedakan dan mengunggulkan produknya dibandingkan dengan

produk competitor

5. Untuk branding atau membentuk citra produk di mata konsumen sesuai

dengan yang diinginkan

6. Untuk merubah tingkah laku dan pendapat konsumen tentang suatu produk

Kesimpulannya, tujuan utama dari promosi adalah produsen atau distributor

akan mendapatkan kenaikan angka penjualan dan meningkatkan profit atau

keuntungan.

D. Jenis-Jenis Promosi

Ada banyak sekali jenis dan cara orang melakukan promosi, beda produk

atau jasa beda pula cara dan media promosinya. Berikut ini adalah jenis-jenis

promosi yang biasa kita lihat seperti dikutip dari Wikipedia :

1. Promosi secara fisik

26
Promosi dapat diadakan di lingkungan fisik yang biasanya dilakukan

pada acara-acara tertentu atau event-event khusus yang diadakan di suatu

tempat seperti pameran, bazar, festival, konser, dan semacamnya.

Biasanya para penjual membuka semacam “stand” atau “booth” untuk

menampilkan dan menawarkan produk atau jasanya. Kelebihan jenis

promosi secara fisik dan langsung adalah dapat menjangkau langsung para

calon konsumen, mereka dapat secara langsung melihat produk atau jasa

yang ditawarkan, dan dapat langsung bertanya segala sesuatu hal

mengenai produk atau jasa tersebut, dan dari pihak penjual hal ini

dimanfaatkan untuk membujuk dan merayu calon konsumen agar

membeli produk atau jasa yang mereka tawarkan pada saat itu juga.

Kekurangan cara promosi secara fisik adalah sangat terbatasnya jumlah

calon konsumen karena hanya diadakan di lingkungan atau area tertentu

seperti perkantoran, kampus, sekolah, dan semacamnya.

2. Promosi melalui media tradisional

Yang dimaksud jenis promosi melalui media tradisional adalah via

media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan sejenisnya, dan media

elektronik seperti radio dan televisi, serta media di luar ruangan seperti

iklan banner atau papan reklame atau papan billboard. Kelebihan jenis

promosi melalui media tradisional adalah dapat menjangkau lebih banyak

calon konsumen daripada dengan promosi secara fisik, karena jangkauan

media yang memang cukup luas. Kekurangan cara promosi melalui media

tradisional adalah membutuhkan biaya yang sangat besar, karena

melibatkan media-media besar seperti televisi, penyedia papan billboard,

dan lain sebagainya.

27
3. Promosi melalui media digital

Jenis promosi melalui media digital mencakup media internet dan

social media atau jejaring social. Ini adalah cara modern untuk berpromosi

karena memungkinkan orang melihat produk atau jasa yang dipromosikan

melalui teknologi terkini seperti ponsel atau laptop. Banyak para

pengusaha yang sudah beralih menggunakan media digital sebagai strategi

promosi mereka karena memang media digital saat ini merupakan cara

paling efektif untuk menjangkau konsumen mereka setiap hari. Lebih dari

2,7 miliar orang menggunakan internet di seluruh dunia, yaitu sekitar 40%

dari populasi dunia. 67% dari semua pengguna internet secara global

menggunakan media sosial. Kelebihan promosi menggunakan media

digital adalah dapat menjangkau orang secara sangat luas dengan waktu

dan biaya yang efisien. Kekurangannya berpromosi dengan media digital

adalah banyak sekali kompetitor atau pesaing yang ikut bermain

didalamnya. Tugas yang cukup berat bagi para pemasar agar lebih kreatif

lagi dalam berpromosi di media digital ini agar lebih menarik calon

konsumen dibandingkan kompetitor. Dari beberapa jenis promosi diatas,

promosi melalui media digital adalah yang paling banyak dilakukan saat

ini, karena faktor efisiensi biaya dan penyebarannya yang luas dan relatif

lebih cepat.

D. Pengertian Jasa

Adalah sebagai berikut “Jasa adalah suatu manfaat yang ditawarkan oleh satu

pihak kepada pihak yang lainnya, dan sifat jasa adalah tidak terwujud, serta tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu. Adapun proses produksinya mungkin juga tidak

28
dikaitkan dengan produk fisik.”20 Dengan demikian jasa atau service secara ekonomi

merupakan barang ekonomi yang sifatnya tidak dapat dinilai secara fisik. Tetapi

keberadaan jasa tersebut lebih merupakan manfaat yang dapat dirasakan oleh yang

memanfaatkan jasa tersebut, sehingga yang menjadi pengukuran dari pemanfaatan

jasa adalah kinerja dari jasa tersebut. Penelitian tentang kepuasan pasien dapat

dilakukan pada produk atau jasa yang mengarah pada konsumerisme, dan perlu

adanya komunikasi antara pengguna jasa, penyedia dan pembeli. Scrivens dalam

Batchelor et al (1994) menyatakan bahwa konsumen tidak

memiliki kekuatan hanya dengan menyuarakan pendapat mereka mengenai

kualitas pelayanan kesehatan yang disediakan. Apa pun pandangan mereka, bukan

dalam kapasitas mereka untuk menentukan jenis layanan yang disediakan.

Mungkin tidak tepat untuk mengobati pasien dengan menganggap mereka sebagai

konsumen. Pasien mungkin akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka dari

penyakit dan pengobatan. Mengutip pernyataan Williams dalam Batchelor et al

(1994) "... konsep kepuasan pasien dapat dikatakan merupakan refleksi pasien dalam

kaitannya dengan pelayanan kesehatan, terlepas dari kualitas perawatan itu sendiri."

Meta-analisis literatur Hall dan Dornan's dalam Betchelor et al (1994)

mengidentifikasi dimensi kepuasan pasien berikut terhadap pelayanan kesehatan:

kepuasan secara keseluruhan, akses, biaya, kualitas secara keseluruhan,

humanitas, kompetensi, keinformatifan, birokrasi prosedur, fasilitas fisik,

penanganan masalah psikososial, kontinuitas perawatan dan hasil perawatan,

sedangkan faktor analisis oleh Unit Kebijakan Kesehatan telah menyarankan

bahwa kepuasan pasien sebagian besar didasarkan pada enam dimensi yang

mendasarinya, yaitu perawatan medis dan informasi; makanan dan fasilitas fisik;

Kotler,Philip.1997, Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia jilid satu,h 390 Jakarta: Prentice
20

Hall.

29
lingkungan non-nyata ; makanan, keperawatan dan aturan pengunjung pasien.

Namun, sifat multi-dimensi kepuasan menimbulkan masalah yang tidak

mudah diselesaikan. Antara pengguna langsung (direct user) yaitu pasien,

pengguna tidak langsung (indirect user) seperti kerabat yang mungkin menemani

pasien pada kunjungan ke rumah sakit, pelanggan internal, seperti karyawan dan

profesional lainnya

Dimensi-dimensi kualitas jasa

Ukuran kualitas pelayanan jasa secara umum dapat diuraikan menurut

berbagai dimensinya, seperti disebutkan di bawah ini (Poerwanto, 1997):

1. Accessibility (Keterjangkauan), yaitu:

Mudah tidaknya dijangkau secara fisik, misalnya:

a. Tersedianya sarana transportasi angkutan umum

b. Adanya prasarana jalan menuju tempat pelayanan

c. Hubungan telepon atau faksimili yang mudah

d. Penunjuk jalan (arah) yang mudah dan jelas

Dapat tidaknya dijangkau secara sosial-psikologis (terlalu berbeda

dengan kondisi sosial-psikologis pelanggan, misalnya:

a. Terlalu mewah dan tampak mahal

b. Terlalu kotor dan tidak teratur

c. Terlalu sepi (lengang) atau terlalu hiruk pikuk

d. Tanggapan telepon yang tidak simpatik

Dapat tidaknya dijangkau oleh kemampuan finansial/ekonomi,

misalnya:

a. Terlalu mahal

b. Harus memenuhi jaminan terlebih dahulu

30
2. Accuracy (Ketepatan, Kecermatan dan Ketelitian)\

a. Ketepatan, kecermatan dan ketlitian dalam melakukan berbagai

tindakan yang bersifat teknis terhadap pelanggan

b. Ketepatan, kecermatan dan ketelitian dalam melakukan tindakan-

tindakan administratif terhadap pelanggan

c. Ketepatan, kecermatan dan ketelitian dalam melakukan tindakan-

tindakan interaksi sosial atau hubungan antar manusia terhadap

pelanggan

3. Courtesy (Kesopansantunan, Tata Krama dan Penghargaan Diri)

a. Konsep kita tentang arti dan kebutuhan pelanggan

b. Pandangan kita tentang kedudukan diri seorang pelanggan terhadap

peran kita

c. Cara atau pendekatan kita dalam memperlakukan pelanggan sebagai

manusia

d. Norma dan etika kita dalam interaksi pemberian pelayanan kepada

pelanggan

4. Comfort (Kenyamanan)

a. Kenyamanan secara fisik dari sarana dan fasilitas yang tersedia, seperti

kenyamanan tempat parkir, ruang tunggu, kamar kecil, dan lain-lain.

Hal ini ditinjau dari segi ergonomi, tata ruang, pewarnaan, aroma,

pencahayaan dan kebisingan suara

b. Kenyamanan dalam arti memperoleh privasi sebagai seorang

pelanggan sesuai dengan keinginan dan harapannya.

31
5. Competence (Kemampuan)

a. Kemampuan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar

profesi atau standar teknis

b. Kemampuan melakukan pelayanan yang memenuhi harapan serta

kebutuhan pelanggan secara memuaskan

c. Kemampuan dalam melakukan prose pemecahan masalah dari setiap

problema yang dihadapi atau dialami pasien

6. Credibility (Kredibilitas)

a. Dapat tidaknya untuk dipercaya dan diharapkan untuk memberikan

pelayanan yang memenuhi kriteria sebagaimana yang dijanjikan

sebelumnya.

b. Dapat tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang membuktikan

bahwa setiap ketentuan baku kualitas pelayanan pasti dilaksanakan

sebagaimana mestinya.

7. Efficiency (Efisiensi)

a. Ada tidaknya penggunaaan sumber daya yang sebenarnya tidak perlu

(penghamburan) atau dapat dicegah dan dihindarkan sebelumnya.

b. Dapat tidaknya untuk menggunakan sumber daya dengan seminimal

mungkin namun masih tetap memiliki nilai pencapaian hasil (kinerja)

yang sama.

8. Effectiveness (Efektivitas)

a. Tepat tidaknya pencapaian sasaran yang dituju sebagaimana yang

direncanakan

b. Tercapai tidaknya maksud dan tujuan yang direncanakan

32
9. Flexibility (Keluwesan)

a. Ada tidaknya keluwesan yang dapat dilakukan dalam menerapkan

ketentuan-ketentuan dalam pemberian jasa pelayanan rumah sakit

b. Ada tidaknya kemungkinan untuk melakukan pilihan terhadap segala

bentuk dan jenis pelayanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan (needs and wants) pelanggan.

10. Honesty (Kejujuran)

a. Dapat dijaminnya bahwa seluruh tindakan adalah sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan atau tidak adanya penyimpangan

perlakuan yang disengaja

b. Dapat dijaminnya bahwa setiap informasi adalah benar dan dapat

dipercaya sepenuhnya

c. Tidak ada tindakan kolusi, korupsi maupun manipulasi yang dibuat

dengan maksud merugikan pihak pelanggan yang membutuhkan jasa

pelayanan

11. Promptness (Kecepatan)

a. Kecepatan dalam mengambil tindakan atau menanggapi segala sesuatu

yang diperlukan segera

b. Tidak menciptakan penatalaksanaan kerja yang dapat mengakibatkan

keterlambatan proses kerja dalam memberikan pelayanan yang sangat

segera diperlukan

c. Tidak ada kecenderungan mempersulit pelaksanaan pekerjaan tetapi

selalu berusaha untuk memberikan kemudahan setiap proses pelayanan

bagi pelanggan.

12. Reliability (Keterandalan)

33
a. Dapat tidaknya diandalkan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan

b. Dapat menjamin bahwa pelayanan ataupun tindakan yang diberikan

tidak menyimpang dari ketentuan baku yang telah ditetapkan

c. Adanya kepastian kualitas pelayanan yang terbaik dalam setiap

tindakan yang diberikan kepada pelanggan

13. Responsiveness (Kepekaan)

a. Kepekaan atau sensitivitas yang dimiliki oleh setiap pelaku pelayanan

dalam memberikan respon terhadap kebutuhan, keinginan dan harapan

pelanggan

b. Tanggap tidaknya terhadap kebutuhan serta harapan atau ekspektasi

pelanggan yang tidak terekspresikan secara jelas dalam transaksi dan

interaksi pelayanan

c. Perhatian dan kepedulian yang diberikan kepada setiap pelanggan yang

mempunyai permasalahan dan memerlukan bantuan dari penyedia jasa

14. Security (Keamanan)

a. Jaminan keamanan secara fisik yang dapat diberikan kepada

pelanggan, seperti:

1) Jaminan terhadap kemungkinan adanya gangguan fisik dari

lingkungan sekitar

2) Jaminan terhadap kemungkinan adanya kecelakaan akibat tata

lingkungan

b. Jaminan bahwa semua tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang

tidak menimbulkan resiko atau baha yang tidak dapat tertanggulangi

34
c. Jaminan bahwa rahasia pelanggan tetap tidak akan dibocorkan kepada

siapapun (nilai kepercayaan pelanggan sangat krusial)

15. Availability (Ketersediaan Sarana dan Prasarana)

Adalah ketersediaan sarana dan prasarana (seperti peralatan penunjang,

infrastruktur dan fasilitas lainnya) dari penyedia jasa pelayanan. Suatu

pelayanan disebut “berkualitas” apabila pelayanan tersebut “tersedia” di

masyarakat.

16. Acceptance (Penerimaan Pelayanan)

Pelayanan harus dapat diupayakan sehingga dapat diterima oleh pemakai

jasa pelayanan. Suatu pelayanan dinilai “berkualitas” apabila pelayanan

tersebut dapat diterima oleh para pemakai jasa pelayanan.

17. Appropriation (Kewajaran Pelayanan)

Sama halnya dengan faktor Ketersediaan (Availability), yang mengaitkan

aspek kepuasan dengan kualitas pelayanan, maka suatu pelayanan disebut

“berkualitas” apabila pelayanan tersebut bersifat “wajar”, dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

Sedangkan khusus dalam konteks jasa pelayanan kesehatan yang berkualitas

(health-service quality) di rumah sakit, menurut Cunningham (1991) terdapat

enam dimensi kunci pelayanan, yaitu:21

a. Aksesabilitas dan Responsibilitas (Accessability and Responsiveness)

Merupakan dimensi yang menyangkut kepada kemampuan serta kepekaan

pelayanan. Hal ini dapat dilihat melalui ketanggapan, atensi serta

keluangan dan keleluasaan waktu yang diberikan pihak rumah sakit

kepada pasien.

21
Acker, D. dan M. Cunningham. 1991. Animal Science and Industry. 4th Ed. Prentiece Hal.Inc. New
Jersey.

35
b. Penundaan Tindakan (Delay in Action)

Merupakan dimensi yang menyangkut kepada tingkat kecepatan

pelayanan. Hal ini dapat dilihat melalui efisiensi dan optimalitas waktu

setiap aktivitas pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien.

c. Pengharapan yang Realistis (Realistic Expectations)

Merupakan dimensi yang menyangkut kepada harapan atau ekspektasi

akan suatu bentuk pelayanan. Hal ini dapat dilihat melalui kesesuaian antar

aharapan pasien akan pelayanan yang diinginkan/dibutuhkan dengan

kenyataaan pelayanan yang diterima.

d. Komunikasi (Communication)

Merupakan dimensi yang menyangkut kepada proses komunikasi yang

terjalin selama pelayanan berlangsung. Hal ini dapat dilihat melalui

efektivitas proses komunikasi antara pihak rumah sakit (sebagai service

provider) dengan pasien (sebagai konsumen).

e. Profesionalisme (Professionalism)

Merupakan dimensi yang menyangkut kepada profesionalisme

penyelenggaraan pelayanan. Hal ini dapat dilihat melalui ketepatan dan

kesesuaian sikap serta perilaku aparat pelayanan (dalam hal ini para

dokter, perawat beserta staf terkait) rumah sakit dalam memperlakukan

pasien.

f. Kontinuitas Perawatan (Continuity of Care)

g. Merupakan dimensi yang menyangkut kepada kesinambungan pelayanan.

Hal ini dapat dilihat melalui berbagai rencana dan kebijakan yang

dilakukan pihak rumah sakit untuk menindaklanjuti proses pengobatan,

perawatan dan penyembuhan pasien.

36
Apabila dilihat secara keseluruhan, keenam dimensi di atas dapat mewakili

ke-17 dimensi jasa secara umum. Keenam dimensi ini juga dapat menjadi

estimator yang baik dalam mengukur tingkat kepuasan dan kepentingan

konsumen/pasien (consumer/patient satisfaction and importance).

Promosi adalah, “cara mendapatkan perhatian konsumen pada suatu produk dan

membujuk mereka untuk membeli produk tersebut.” Kiat-kiat promosi cukup besar

jumlahnya, dari yang tradisional sampai dengan pemanfaatan internet (e-marketing, e-

promotion). Dalam keadaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen, tentu

mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-

kaidah dasar moral, yaitu:

1. Asas kewajiban berbuat yang baik (beneficence, amar ma’ruf).

2. Asas kewajiban tidak berbuat yang menimbulkan mudharat (nonmaleficence,

nahi mungkar, do no harm, primum non nocere).

3. Asas menghormati otonomi manusia (respect for persons).

4. Asas berlaku adil (justice, fairness).

Perbuatan manusia atau institusi dalam melakukan promosi bisnis adalah baik

atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas, dinilai dengan pedoman apakah

perbuatan itu adalah sesuai dengan asas-asas beneficence, nonmaleficence,

menghormati manusia, dan adil atau tidak. Pedoman berpromosi itulah yang

dinamakan etika promosi.

Dalam promosi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media sosial, perbedaan

karakteristik pengguna media sosial dan perbedaan karakteristik konten adalah salah

satu hal yang patut untuk diperhatikan. Di era engagement (keterlibatan), pemasar

kesehatan perlu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi engagement. Beberapa

dekade terakhir telah menjadi saksi yang dramatis peningkatan konsumen yang

37
mencari informasi kesehatan secara online. Ponsel, khususnya SMS, internet

(networking situs) menawarkan promotor kesehatan kesempatan yang menarik untuk

terlibat secara pribadi dengan sejumlah besar individu untuk biaya rendah. Elemen

kunci seperti gaya pesan, bahasa dan jadwal siaran secara langsung relevan dengan

studi masa depan menggunakan SMS untuk promosi kesehatan, serta untuk intervensi

promosi kesehatan di masa depan di media lain yang membutuhkan format pendek,

seperti situs jejaring sosial.

Ada ruang lingkup untuk memperluas penggunaan jejaring sosial dipendidikan

kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan dokter gigi dan gigi siswa dalam konstruksi

sosial pengetahuan. Waktu telah datang bagi dokter gigi untuk merangkul jejaring

sosial, karena jika tidak, mereka akan berisiko kehilangan sesuatu yang tak ternilai

harganya alat proporsi virus. Promosi kesehatan mulut program yang menggunakan

media digital memiliki potensi besar untuk biaya-efektif dan cepat memenuhi

kebutuhan yang kompleks populasi yang beragam dan seringkali kurang terlayani

yang tinggal bersama atau di risiko tinggi penyakit mulut.22

Penggunaan jejaring sosial untuk pendidikan kesehatan mulut:23

1. Kesempatan untuk menghadirkan suara para dokter gigi kepada jutaan orang,

menyediakan mereka dengan kesehatan mulut yang paling kredibel dan dapat

dipercaya informasi yang ada dan membantu mereka mencapainya kesehatan mulut

yang optimal.

22
Dr. Aswini Y Balappanavar Reader, Department of Public Health Dentistry, Jodhpur Dental College General
Hospital, Jodhpur, Rajasthan, India
23
Cattan M, Kime N, Bagnall AM. The use of telephone befriending in low level support for socially isolated
older people--an evaluation. Health Soc Care Community. 2011 Mar;19(2):198-206
Talib N, Onikul R, Filardi D, Simon S, Sharma V. Effective educational instruction in preventive oral health:
hands-on training versus web-based training. Pediatrics. 2010 mar;125(3):547-53. Epub 2010 feb
Eaton KA, Reynolds PA, Cox MJ. Top of the pops--CD-ROM and DVDs in dental education. Br Dent J.
2008;204(4):203-7
Demirjian A, David B. Learning medical and dental sciences through interactive multi-media. Medinfo. 1995;8
Pt 2:1705

38
2. Konsumen juga dapat mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kanker,

kebugaran dan olahraga, dan kesehatan mental, diantara daerah lainnya.

3. Ini juga akan melibatkan masyarakat dan meningkatkan pengakuan dan pentingnya

dokter gigi sebagai otoritas kesehatan mulut dan perawatan.

4. Penelitian - Melakukan penelitian di media sosial situs memerlukan perhatian yang

disengaja untuk persetujuan, kerahasiaan, dan keamanan.

5. Dialog gigi yang menyediakan platform untuk lisan kesehatan dan profesional

kesehatan untuk berbagi pengetahuan dan protokol pengobatan untuk penyakit

sistemik berhubungan dengan penyakit mulut.

6. Dukungan emosional pasien dalam setiap langkah.

7. Program berbasis web dapat memberikan kontribusi bagi anak promosi kesehatan

serta dapat menyediakan staf dengan informasi kesehatan anak yang berwawasan

8. Menargetkan populasi berisiko tinggi melalui penyesuaian Jangkauan internet

melalui chat room, sosial situs jaringan, dan forum online. Tujuan utama jejaring

sosial untuk kesehatan mulut harus memberikan kesehatan yang akurat, jelas, dan

ringkas informasi dari berbagai sudut pandang. Intervensi perilaku online dan

offline menggunakan jangkauan media digital dari intervensi multimedia

terkomputerisasi yang memperhitungkan akun perilaku individu untuk video

pendek untailored intervensi. Banyak situs web memfasilitasi akses ke perawatan

dengan menyediakan berbagai layanan, termasuk lokasi dan tautan ke situs

pengujian dan perawatan. Pengobatan dan program kepatuhan yang menggunakan

teks rekam medis online pesan, paging, dan konseling berbasis komputer tablet alat

juga sedang dikembangkan. Melalui kuantitatif dan analisis kualitatif situs web

yang menawarkan tes semacam itu, itu tampaknya perusahaan-perusahaan ini

menargetkan pasar tiga kali lipat berdasarkan: "kesehatan" yang mengangkat

39
kesehatan dan kebersihan ke atas dari nilai-nilai sosial; tuntutan kontemporer dari

pengguna untuk menjadi aktor sebenarnya dari keputusan kesehatan; Dan akhirnya

pada kebutuhan untuk hubungan bio-sosial. Ketiganyastrategi komersial mendasari

berbagai etika dan sosialmasalah membenarkan analisis umum. Ini juga

menghilangkan hambatan sosial, bahasa, dan budaya yang sebaliknya bisa

menghambat efektivitas pendidikan kesehatan mulut. Teks pesan dipandang

sebagai sarana yang dapat diterima dan 'pribadi' promosi kesehatan, dengan peserta

sangat menghargai bahasa informal. Penerima lebih mungkin ingat dan bagikan

pesan yang lucu, berima dan/atau terikat pada acara tahunan tertentu.34 Beberapa

website yang sudah hadir untuk lisan pendidikan kesehatan.

a. 25 April 2011 -- ADA telah menandatangani sebuah perjanjian dengan

Sharecare, sumber daya online yang memungkinkan masyarakat untuk

menyampaikan terkait kesehatan pertanyaan dan meminta mereka dijawab

oleh kesehatan profesional, untuk memberikan keahlian khusus gigi ke situs.

b. Young Dental telah membuat brosur untuk membantu pasien lebih memahami

kesehatan oral-sistemik tautan. Brosur dapat diunduh gratis di

http://www.youngdental.com/pdf/OralHealthLit.pdf, atau dengan

mengunjungi situs Young Dental dan mengklik Brosur Kesehatan Sistemik

Mulut tautan.

c. Oral Cancer Foundation telah menyusun situs web yang bagus untuk para

profesional dan pasien.24

d. Institut Nasional Gigi dan Craniofacial Penelitian memiliki halaman web yang

penuh dengan pendidikan sumber daya di

http://www.nidcr.nih.gov/EducationalResources/.

E. Media Tehnologi Informasi


24
www.oralcancerfoundation.org

40
Defenisi Teknologi Informasi Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani

technologia, yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu tecne dan logia. Tecne

yang berarti kehalian dan logia yang berarti cabang dari disiplin ilmu

pengetahuan. Informasi merupakan fakta yang berupa pesan yang memiliki

makna, yang disampiakan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain

bahwa Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses

penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman

informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama

penyimpanannya.25

Teknologi informasi dijelaskan oleh (Lubis dan Safii, 2018) meliputi segala

hal yang berkaitan dengan proses (penggunaan sebagai alat bantu), manipulasi dan

pengelolaan informasi.26 Menurut Raymond Mcleod (1995) dalam (Lubis dan

Safii, 2018): “informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang

berarti bagi penggunanya”.

Beberapa Kualitas Informasi:

a. Relevan: “seberapa jauh tingkat informasi terhadap kenyataan kejadian

masa lalu, kejadian saat ini dan kejadian yang akan datang”.

b. Akurat: “jika seluruh kebutuhan informasi telah tersampaikan, pesannya

sesuai dan pesan yang disampaikan lengkap atauhanya sistem yang

diinginkan user”.

c. Tepat waktu: “proses harus diselesaikan tepat waktu”.

d. Ekonomis: “daya jual yang tinggi dan memberikan dampak yang luas”.

25
Jafar, M. (2018) Teknologi dan Informasi Pendidikan. I. Diedit oleh D. N. Karlina. Jakarta:
Laboratorium Sosial Politik Press.
26
Lubis, I. dan Safii, M. (2018) Smart Economy Kota Tangerang Selatan. 1 ed. Diedit oleh
Syamruddin. Tanggerang Selatan: PT Karya Abadi Mitra Indo

41
e. Efisien: Biaya operasional yang minimum dan mampu menghasilkan

makna mendalam.

f. Dapat dipercaya: memiliki transparansi yang baik

Peranan Sistem Informasi Saat ini aktivitas sebagian besar manusia sangat

tergantung pada peranan teknologi dan informasi. Teknologi informasi

memberikan peranan yang cukup besar terhadap perubahan-perubahan yang

mendasar pada struktur, operasi dan manajemen organisasi.

Adapun peranan sistem informasi antara lain sebagai berikut:

a. Teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.

Dalam hal ini teknologi informasi menggantikan peran manusia.

b. Teknologi memperkuat peran manusia. Dalam hal ini teknologi informasi

menyajikan informasi terhadap suatu tugas atau proses.

c. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi peran manusia. Dalam hal

ini teknologi informasi menyebabkan adanya perubahan-perubahan terhadap

tugas pokok manusia.

Teknologi informasi diketahui sebagai perpaduan antara teknologi komputer

dan teknologi komunikasi, berkembang sebagai konsekwensi kebutuhan manusia

di era informasi. Bentuk teknologi informasi yakni kemunculan internet, sebagai

jaringan komunikasi dan informasi, berdaya jangkau luas.27 TI, telah menjadi

bagian dari peradaban abad 21 yang merata pada semua bidang kehidupan

manusia, untuk itu penelitian di pusat riset dan laboratorium perguruan tinggi

menempatkan TI, sebagai instrument penting dalam pengamatan dan

pengembangan baik keilmuan praktis maupun keilmuan dasar yang menempatkan

Susanto, A., & Meiryani. (2019). The future of information technology. International Journal of
27

Scientific and Technology Research, 8(6). https://doi.org/10.5840/jis2013251/28.

42
TI sebagai salah satu dari pilar keberhasilan dalam publikasi hasil penelitian, juga

penerapannya.

Teknologi Informasi juga dapat dikatakan Studi atau penggunaan peralatan

elektronika, untuk menyimpan, menganalisis, dan menganalisis informasi apa saja

melalui berbagai media (seperti internet), termasuk kata-kata, bilangan dan

gambar.28 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan, menempatkan bidang Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK), sebagai instrument penting terkait kebijakan dalam Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) dunia, tentang; Masyarakat Informasi. 29 Penelusuran

tentang pemanfaatan TI, dari berbagai bidang penelitian menunjukkan TI telah

menjadi bagian terpenting dari keberhasilan pengembangan ekonomi, social

budaya, politik dan pemerintahan, pendidikan, lingkungan, serta kesehatan.

Semua system dan sub system dalam elemen kehidupan manusia saat ini tidak

lepas dari pemanfaatan TI

Peranan TI yang demikian penting dalam kehidupan manusia di abad-21 dan

masa mendatang, dikarena;

a. Meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen;

b. Pengaruh ekonomi internasional (globalisasi)

c. Dibutuhkannya waktu tanggap (response time) yang lebih cepat

d. Adanya persaingan bisnis;

e. Teknologi informasi mampu memberikan manfaat besar terhadap perubahan

pada struktur, manajemen, dan operasional organisasi;

28
Pattikawa, V. (2017). Implementasi Teknologi terhadap Kesehatan di Masyarakat. Http://Vricilliap
Attikawa.Blogspot.Co.Id/2016/11/ImplementasiTeknologi-Terhadap.Html.
29
Fuchs, C. (2017). Information technology and sustainability in the information society. International
Journal of Communication, 11.

43
f. Teknologi informasi berfungsi sebagai teknologi yang menggantikan peran

manusia;

g. Teknologi informasi melakukan otomasi terhadap tugas atau proses

h. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, dengan meningkatkan

kinerja baik tugas maupun proses

i. Teknologi informasi berperan mewujudkan perubahan terhadap sekumpulan

tugas dan proses kerja manusia.30

Era informasi ditandai dengan meningkatnya arus informasi berupa data-data,

diolah melalui system sehingga memiliki arti dan makna bagi seseorang. Semua

itu akan terus berkembang menjajari kebutuhan dan kemampuan manusia, sesuai

kebutuhan dan kegunaannya. Saat ini informasi berkaitan erat dengan

penggunaant eknologi digital, komputer dan perangkatnya. Era informasi telah

membawa banyak perubahan baik positif maupun negative bagi masyarakat.31

Fungsi Teknologi Informasi

TI memiliki setidaknya enam fungsi dalam informasi yakni;

a. Menangkap (capture) sebagai bagian dari proses mengumpulkan catatan,

rekam anter perinci dari setiap aktifitas, dan akan digunakan jika diperlukan

suatu saat sebagai data;

b. Mengolah (processing) atau perlakuan terhadap data, meliputi perhitungan,

analisa agar mempunyai arti. Sistem pengolahan informasi, merupakan

rangkaian kerja komputer yang mengolah data dan informasi, melahirkan

format teks, suara, dan gambar;

c. Menghasilkan (generating) mengubah data menjadi informasi berdaya guna;

30
Packard, V. L. (2018). Encyclopedia of Information Science and Technology. Reference Reviews,
32(5). https://doi.org/10.1108/rr-01-2018-0016
31
Riady, Y. (2010). Mewujudkan Masyarakat Informasi Indonesia. Seminar Nasional FISIP-UT, 1–8.

44
d. Menyimpan (storage), fungsi menyimpan data dan informasi kedalam format

media digital, untuk penggunaan lainnya di lain waktu;

e. Menemukan kembali (retrieval) fungsi yang dapat menemukan, mengenali dan

mengambil data juga informasi tersimpan, dalam system penyimpanan data

untuk keperluan lainnya;

f. Menyebarkan (distribute), fungsi membagi, menyebar informasi dari suatu

area ke area lain.

Manfaat Teknologi Informasi

Manfaat TI diantaranya;

a. Kecepatan (speed), TI yang berbasis komputer mempercepat pekerjaan,

dibandingkan proses kerja manual oleh manusia;

b. Konsistensi (consistency) TI menjamin konsistensi disbanding manusia,

pekerjaan secara berulang oleh sistem komputer menghasilkan sesuatu yang

tidak berubah;

c. Ketepatan (precision), system kerja komputer mendeteksi perbedaan dalam

skala kecil, sehingga keakuratannya sangat tinggi yang sulit dicapai manusia;

d. Handal (reliability), ketelitian, konsistensi dan ketepatan akan menghasilkan

kehandalan.

Dampak Teknologi Informasi

Dampak TI tidak hanya positif, namun juga memiliki efek negative. Indonesia

diketahui sebagai salah satu negara yang memiliki daya serap teknologi

komunikasi juga informasi besar, diukur dari penggunaan telepon selular,

smartphone berbasis android. Sebagai negara berjumlah penduduk keempat

terbesar di dunia, Indonesia menjadi konsumen smartphone ketiga terbesar di

45
Asia Pasifik, berdasarkan data tahun 2015, mencapai angka 55 juta. Tingginya

penggunaan smartphone berkorelasi pada tingkat serapan informasi.

Edukasi penggunaan ponsel pintar ini juga terbilang lemah, sehingga

konsumen meningkat dengan keterlibatan penggunaannya oleh anakusia dini,

tanpa disertai kemampuan filterisasi maupun periode penggunaan yang disiplin.

Dampak terburuk dari serbuan informasi yang negative, menempatkan konsumen

informasi baik melalui media social terbuka maupun tertutup akan semakin

menderita. Diperlukan solusi sebagai Langkah pencerahan bagi setiap pribadi

yang memiliki bawaan Neurotik untuk bisa dengan tenang memilah dan

menentukan pilihan informasi yang dikonsumsinya, sehingga menjauhkannya

dari resiko buruk.

Sebagai ilmuan sosiologi juga hukum, Soekanto mengemukakan pandangan

sosiologi pada hubungan antara orang-orang dalam masyarakat, membantu

masyarakat memecahkan berbagai masalah sosial diantaranya kemiskinan,

konflik, dan menemukan penyebab timbulnya masalah.32 Salah satunya adalah

problem perilaku hidup atau gaya hidup baik dalam kondisi normal maupun

pandemic. Diantara fanomena social adalah berkembangnya gaya hidup dan pola

konsumsi yang bertanggung jawab.33

Era modern ditandai dengan penggunaan saluran komunikasi yang kian

beragam, dengan konsekwensi serbuan informasi yang lebih padat dan

membutuhkan kemampuan seleksi lebih. Penemuan-penemuan baru di bidang

teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh

masyarakat lain yang berada jauh. Pada kehidupan manusia modern derasnya arus

32
Soekanto, S. (1984). MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA. Jurnal
Hukum & Pembangunan, 14(6). https://doi.org/10.21143/jhp.vol14.no6.1091
33
Safuwan, M. P. (2007). Gaya Hidup, Konsumerisme dan Modernitas. Jurnal SUWA Universitas
Malikussaleh, V(1).

46
informasi, dan keberlimpahan melelui semua saluran komunikasi yang tersedia,

membutuhkan kecerdasan memilah dan memilih setiap firkah informasi untuk

kebutuhan pribadi, keluarga maupun lingkungan. Semua itu mempengaruhi gaya

hidup seseorang.

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Upaya-upaya promotif dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara

konvensional pada umumnya dilakukan secara terbatas dengan metode-metode

ceramah di ruangan atau di balai pertemuan. Beberapa upaya dilakukan secara

aktif dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat dan dilakukan penyuluhan

dengan lebih privat. Walaupun demikian tentu saja upaya-upaya ini terkadang

dilakukan dengan tidak efisien menghabiskan waktu dan sumber daya sementara

hasil yang diharapkan masih sangat jauh. Adapun penggunaan teknologi dalam

promosi kesehatan akan dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga,

walaupun belum bisa mendukung intervensi promosi kesehatan yang menargetkan

individu secara spesifik. Praktis contoh penggunaan seperti itu dapat ditemukan

misalnya adalah menyerukan intervensi yang berfokus pada konteks dan

lingkungan, baik fisik maupun sosial, di mana orang tinggal dan bekerja di.

Demikian juga dengan studi menilai kemungkinan keuntungan / kerugian dengan

promosi kesehatan berbasis web dibandingkan dengan pendekatan tradisional juga

disarankan. Teknologi informasi memiliki potensi yang cukup besar untuk

memperoleh data (baik dari publik maupun dari profesional), untuk

mendistribusikan informasi dan untuk membuat promosi kesehatan dan proses

pengambilan keputusan lebih transparan.

47
Alat survei berbasis internet dengan proses analisis otomatis dapat digunakan

secara lokal untuk menilai dan mengembangkan kesehatan dan kesejahteraan

dalam berbagai pengaturan. Alat untuk menilai kualitas informasi yang diturunkan

dari Internet telah dikembangkan, tetapi sedikit yang telah dilakukan diarena

memfasilitasi penambangan informasi kesehatan yang kaya sehingga orang akan

mendapatkan perspektif seluas-luasnya tentang masalah kesehatan mungkin.

Teknologi untuk memungkinkan diskusi yang terinformasi dan terbuka tentang

setiap dan semua proyek promosi kesehatan sudah ada — itu hanya masalah

waktu. Sebelum inisiatif promosi kesehatan dibuka secara terbuka dibahas (dan

disetujui atau tidak disetujui) di Internet oleh penerima potensial mereka.

Konsultatif demokrasi di Internet juga akan memungkinkan warga negara untuk

mengusulkan inisiatif promosi kesehatan mereka sendiri, berpotensi menyebabkan

pergeseran radikal kekuasaan dipengaturan kebijakan promosi kesehatan. Dari

pada menyarankan definisi untuk eHealthPromosi, tujuan dari ulasan ini adalah

untuk menerangi keanekaragaman teknologi informasi saat inipenggunaan dalam

promosi kesehatan. Secara konseptual, ePromotion of Health atau Health

ePromotion akan lebih dekat untuk menggambarkan peran instrumental teknologi

informasi dalam pekerjaan promosi kesehatan.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan

yang merupakan kekuatan pemikiran senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara

kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian yang dilakukan. Penelitian sebagai

upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berfikir ilmiah yang

dituangkan dalam metode yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian hukum normatif ini pada dasarnya merupakan pendekatan

yuridis normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur normatif. Metode

penelitian normatif mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-

undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu

masyarakat. Dalam penelitian merupakan jenis Non judicial Case Study yaitu

pendekatan studi kasus hukum yang tanpa konflik sehingga tidak ada campur tangan

dengan pengadilan. Disebut sebagai penelitian hukum yuridis normatif, karena

bermaksud menemukan aturan hukum, prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

hukum untuk menjawab isu hukum yang dihadapi dan mengkaji aturan dalam hukum

bisnis yang terkait dengan etika hukum dokter gigi selain itu juga konten di upload

tanpa izin di media sosial sebagai kepentingan komersial. Hal ini diterapkan

berdasarkan objek penelitian yaitu perlindungan hukum terhadap konten media

jejaring social.

49
B. Pendekatan Penelitian

1. Pendekatan Perundang-undangan (StatuteApproach)

2. Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji undang-undang dan regulasi

yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang dibahas.34 Secara sederhana,

pendekatan ini digunakan untuk menelaah instrument-instrumen hukum

terkait isu yang dibahas dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman

terhadap kandungan filosofi dari instrument hukum.

3. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

4. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin

yang berhubungan dengan hukum hak cipta. Dengan menelaah pandangan

serta doktrin yang berkembang, akan didapat konsep yang melahirkan

pengertian-pengertian hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu

yang dihadapi.35

C. Jenis Data/Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum khususnya Yuridis Normatif sumber penelitian hukum diperoleh

dari kepustakaan bukan dari lapangan untuk itu istilah yang dikenal adalah bahan hukum 36,

dan di bagi menjadi:

1. Bahan Hukum Primer ,merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat.

Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini berupa Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan dan Kode Etik

Kedokteran Gigi

2. Bahan Hukum Sekunder. Dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka

merupakan bahan dasar yang dalam ilmu penelitian umumnya disebut sumber

34
Nyoman Gede Remaja, “Makna Hukum dan Kepastian Hukum”, Kertha Widya Jurnal Hukum, Volume 2
Nomor 1, 2014, hal 2-3, diakses melalui https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/KW/article/view/426/351,
tanggal 13 Juli 2022
35
Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Cetakan ke-12. Prenamedia Group. Jakarta. 2016. Hlm. 133
36
Ibid. Hlm. 135

50
data sekunder37,adalah bahan yang didapatkan dari studi-studi sebelumnya.

Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan,

buku, dan sebagainya. Alat yang digunakan mengumpulkan data sekunder

adalah studi dokumen yaitu dengan cara mempelajari bahan hukum primer,

yang bersifat mengikat seperti, Konstitusi, peraturan perundang-undangan,

keputusan pemerintah, peraturan kebijakan.Serta bahan hukum sekunder, yaitu

: bahan hukum diluar bahan hukum primer terdiri dari buku, literatur, artikel

dalam jurnal, bahan dari website, media cetak atau elektronik, dan sumber-

sumber lain yang terkait tindakan promosi jasa medik yang dilakukan oleh

dokter gigi dengan menggunakan media teknologi informasi.

D. Sumber Data/Bahan Hukum

Sumber-sumber penelitian yang akan dikumpulkan dalam hal ini adalah berupa :

1. Badan Hukum Primer

Menurut Peter Mahmud: “bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat

otoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang dan putusan

hakim”38. Bahan hukum primer dalam penelitian ini yang berupa ketentuan perundang-

undangan terdiri dari:

a. UUD 1945 dan semua konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia;

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

e. Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 299 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599

37
Ibid. Hlm. 135
38
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Jakarta: Kencana, 2017

51
f. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

g. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

h. Undang-Undang Praktik kedokteran No. 29 tahun 2004

i. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers

1. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku-buku hukum termasuk disertasi hukum,

tesis dan jurnal-jurnal hukum.

2. Bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus-kamus hukum diantaranya Black’s Law

Dictionary, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahan hukum sekunder dan tersier ini

mempunyai relevansi dan dapat menjelaskan bahan hukum primer yang dipilih dalam

penelitian ini.

E. Metode Pengumpulan Data/Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum adalah salah satu faktor penting dalam menentukan

keberhasilan sebuah penelitian.

1. Metode Pengumpulan Bahan Hukum Primer .

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan bahan hukum primer dalam penelitian ini

menggunakan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari bahan hukum primer yang berupa

peraturan perundang-undangan

2. Metode Pengumpulan Bahan Hukum Sekunder.

Tehnik yang di pakai dalam pengumpulan bahan hukum sekunder dengan menggunakan

tehnik studi pustaka atau telaah literature dengan mencari buku-buku teks, serta dengan

cara mengunduh artikel yang berkenaan dengan penelitian ini.

52
F. Teknik Analisis Data/Bahan Hukum

53
1
2
3

Anda mungkin juga menyukai