Anda di halaman 1dari 21

MKEK IDI dan “The Living Ethics”

pada Potensi Gegar Budaya dalam


Perkembangan Iptekdokkes
Dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K), PhD
Revolusi Teknolgi Sedang
Terjadi Saat ini Juga
Praktik Kedokteran: Dahulu
dan Kini

Dahulu Sekarang
•Paternalistik •Penguatan otonomi pasien seiring
•Hubungan 1 arah (dokter  peningkatan wawasan terhadap
pasien) hak.
•Fokus: luaran pasien, •Hak pasien menentukan
bukan hak/kebutuhan keputusan sendiri (patient-
pasien centered care)  patient safety &
experience.
•Fokus pada hak/ kebutuhan
pasien yang semakin kompleks
dengan informasi digital.
Teknologi Kedokteran
pada Era Digital

Telemedicine and
Internet of (Medical)
Telehealth (banyak Artificial Intelligence Big Data dan BioBank
Things (IoMT)
digunakan di Indonesia)

Goy A (2019) World Economic Forum.


Teknologi
Kedokteran Genetic Engineering
Lainnya di Era
Digital
Regenerative Medicine Precision Medicine

IVF, Organ
Transplant Immunotherapy
Bagaimana menyikapi teknologi
kedokteran di era digital?

 Teknologi sebagai alat dan inovasinya sebagai dinamika


perkembangan ilmu pengetahuan nyaris tak mungkin dihentikan.
Teknologi dapat disambut, disikapi secara skeptis dan rasional,
serta ditelaah dalam translasi pelayanan meliputi norma,
budaya, dan realisasinya  norma etik dan regulasi.
 Visi penggunaan teknologi untuk menyempurnakan layanan
profesi.
 Tak mengorbankan nilai intrinsik profesi luhur.
 Identifikasi potensi penyalahgunaan dan hal lain yang bersifat
merugikan  tata kelola dan regulasi.
 Teknologi baru akan membutuhkan standar baru.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
DEKLARASI WMA TERKAIT ETIK
KEDOKTERAN DAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Pukovisa Prawiroharjo, 2022


Inspirasi pasal 6 Kodeki

Pasal 6: “Seorang dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan/


menerapkan setiap penemuan teknik/pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya
dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.”
Bias konflik kepentingan dokter peneliti & investor.
Penting untuk lebih dahulu mendapatkan masukan skeptis dan rasional dari ahli
selingkup (peer group): identifikasi kesahihan, norma akademik-profesi, potensi
translasi di pelayanan.
Diskrepansi pemahaman saintis - masyarakat  hindari polemik di masyarakat.
Peraih hadiah nobel kedokteran umumnya baru mendapatkan apresiasi > 10 tahun.

Pukovisa Prawiroharjo, 2022


Pasal 21: Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
Inspirasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan
pasal 21  Mengikuti perkembangan iptekdokkes merupakan
Kodeki bagian penting menjadi dokter yang baik dan etis.
Minimalisasi dokter yang kurang update.
 Mengikuti perkembangan tidak berarti langsung
latah menerapkan.
Teknologi kedok-
teran dan pasien

 Teknologi informasi akan semakin memberdayakan pasien: Meningkatkan partisipasi


pasien dalam kendali mutu, kendali biaya, dan upaya lain untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.
 Menyediakan ragam metode mencapai derajat kesehatan sesuai konteks penyakit /
keadaan klinis masing2.
 Menyediakan metode yang semakin aman (patient safety) dan semakin meningkatkan
kepuasan pasien (patient experience).
 Menyediakan informasi yg semakin mudah diakses, minimalisasi diskrepansi
pemahaman dokter-pasien (semestinya memperbaiki & memudahkan hubungan dr-
pasien) asalkan dapat dipilah dengan cerdas.

Pukovisa Prawiroharjo, 2022


Contoh partisipasi aktif
pasien & teknologi: Model
pasien masa depan

 Membuat laporan kepada dokter tentang data medisnya yang diperoleh dari IoT pada
wearable devices.
 Membaca banyak jurnal/artikel kesehatan tentang lingkup penyakitnya yang ia
baca/pelajari dan meminta review dokter terhadap apa yang ia fahami.
 Mengakses AI terkait kesehatan/penyakitnya dan mendiskusikan hal tsb dengan
dokternya.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Prediksi Model hubungan
dokter- pasien masa depan (1)

 Berorientasi tak hanya keselamatan pasien tetapi kepuasan pasien: hubungan dr-pasien
menjadi kenangan indah dalam mengupayakan suatu derajat kesehatan.
 Memberdayakan pasien mempelajari penyakitnya dan pengobatannya dengan
pemanfaatan teknologi.
 Dokter dan pasien saling belajar, berdiskusi, dan bermusyawarah terhadap situasi
penyakit yang dideritanya dalam konteks unik individu+sosial pasien.
 Memberdayakan pasien mengevaluasi kesehatannya melalui teknologi, dokter terlibat
mendampingi.
 Dokter menjelaskan lingkup dan keterbatasan keahliannya, serta membantu pasien
mendapatkan keterangan yang lebih ahli melalui dokter lainnya atau sistem teknologi
dalam satu tim perawatan untuk kepuasan pasien.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Prediksi Model hubungan dokter-
pasien masa depan (2)

 Dokter menjelaskan lingkup dan keterbatasan layanannya di Indonesia termasuk


pengungkapan kendala memberikan layanan maksimal untuk pasien: ketersediaan
sumber daya, regulasi negara, asuransi termasuk JKN, hingga internal RS, dsb.
 Pasien dan organisasi pasien yang menjadi semakin berdaya akan menjadi aktor
dominan mengadvokasi kepentingan pengobatan dan kesehatannya kepada beragam
stakeholder, bukan lagi menjadi dominasi dokter dan organisasi dokter.
 Sistem apresiasi melalui teknologi bagi pendampingan dokter yang mengupayakan
kesehatan terbaik pasien.
 Sistem review masyarakat untuk sosok dokter dan faskes. Dokter dan Faskes semakin
berkepentingan untuk menjaga reputasi dan integritasnya dg baik.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
“The Living Ethics” dalam
merespon perkembangan
teknologi kedokteran

Perkembangan teknologi dapat memunculkan budaya baru (mis media sosial, dsb) yang
turut mempengaruhi perubahan perilaku/budaya di kalangan medis, juga di pasien.
Perkembangan teknologi kedokteran memunculkan pertanyaan-pertanyaan etik baru 
perlunya kajian normatif mendalam agar melahirkan acuan.
Pertimbangan tak hanya soal teknologi kedokteran baru tersebut diterapkan, tetapi
bagaimana hal tsb sesuai dg kaidah etik internasional (mis Deklarasi Helsinki, Geneva,
dsb), prinsip dasar Kaidah Dasar Moral/Bioetik, serta kajian budaya-norma di Indonesia.
MKEK IDI memiliki kewenangan membuat fatwa etik yang didahului oleh kajian akademis,
 menerapkan “the living ethics” dalam merespon perkembangan teknologi kedokteran.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Artikel JEKI yang dibaca > 1000x
(update ResearchGate 13 Maret 2022)

• 1. Prinsip penetapan sanksi bagi pelanggaran etik kedokteran (Rozaliyani et al, 2018): Dibaca 20.463; sitasi 10.
2. Penerapan revisi sumpah dokter terbaru oleh WMA di Indonesia (Purwadianto et al, 2018): Dibaca 12.010; sitasi 2.
3. Dokter Beriklan: sebuah tinjauan menurut KODEKI tahun 2012 (Prawiroharjo et al, 2017): Dibaca 9.885, sitasi 11.
4. Tinjauan etika penggunaan media sosial oleh dokter (Prawiroharjo et al, 2017): Dibaca 5.800, sitasi 13.
5. Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal (Digdowirogo et al, 2019): Dibaca 4.860.
6. Kampanye Antivaksin oleh seorang dokter, apakah melanggar etik? (Sundoro et al, 2018): Dibaca 4.848, sitasi 4.
7. Tinjauan Etik Penyampaian Diagnosis HIV/AIDS pada Pihak Ketiga (Prawiroharjo et al, 2019): Dibaca 3.990.
8. Konflik Kepentingan dalam Profesi Dokter (Setiabudy et al, 2019): Dibaca 3.301.
9. Etika kedokteran dalam kegiatan tanggap darurat bencana (Sjamsuhidajat et al, 2020): Dibaca 3.450, sitasi 1.
10. Etika menyampaikan Informasi Diagnosis Penyakit Terminal kepada Pasien sesuai konteks budaya Indonesia
(Prawiroharjo et al, 2020): Dibaca 3.605.
11. Layanan Telemedis di Indonesia: Keniscayaan, Risiko, Batasan Etika (Prawiroharjo et al, 2019): Dibaca 3.264, sitasi 10.
12. Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring & Kunjungan Rumah (Prawiroharjo et al, 2019): Dibaca 1.736, sitasi 1.
13. Tinjauan Etis Rangkap Profesi Dokter- Pengacara (Purwadianto et al, 2017): Dibaca 1.538, sitasi 4.
14. Menjaga Etika Kedokteran pada Masa Tahun Politik (Prawiroharjo et al, 2018): Dibaca 1.533, sitasi 2.
15. Bullying (Perundungan) di Lingkungan Pendidikan Kedokteran (Rozaliyani et al, 2019): Dibaca 1.430, sitasi 1.
16. Sikap etis dokter terhadap pasien yang mendiagnosis diri sendiri menggunakan informasi internet (Santosa et al, 2018):
Dibaca 1.147, sitasi 5.
Fatwa Etik MKEK yang telah rilis

 Tambahan terbaru:
 1. Perundungan di
lingkungan kedokteran

Kepengurusan
2018-2021* Kepengurusan
2. Etika hubungan dokter- 2015-2018
pasien dan terminasinya

Kepengurusan
2018-2021

Kepengurusan
2018-2021*

Pukovisa Prawiroharjo, 2022


Beberapa teknologi
Iptekdokkes yang
memunculkan dilema etis

Perwakilan kehamilan Donor organ intraspesies


Kloning
(surrogate pregnancy) dan antarspesies

Penyuntingan genetik
Konseling genetik Sel punca embrionik
(gene editing)

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Teknologi yang memunculkan
perubahan perilaku/budaya
kalangan medis dan pasien.

Media sosial & potensi Beriklan/”budaya” Telemedis/telehealth:


monetasinya. konsumerisme global keunggulan & keterbatasan

Unggahan/AI yg menggiring pasien IoT & wearable devices Ramalan medis (studi
“mendiagnosis diri sendiri” –vs Dr?  data medis pasien prognostik) & presisi.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Penegakan etik pasca Fatwa
Etika Kedokteran oleh MKEK

 Fatwa sifatnya mengikat dokter di Indonesia. Sebelumnya terdapat kajian akademik


yang bersifat terbuka, dan pasca diberlakukan, terdapat masa sosialisasi.
 Penegakan etik menggunakan acuan Ortala MKEK 2018. Dapat bersifat proaktif melalui
temuan Divisi Pembinaan MKEK.
 Fatwa MKEK sebagai bagian dari suatu sumber nilai, diharapkan dapat menjadi bagian
dari masukan kepada pembuatan norma di tingkatan lainnya jika diperlukan, sebagai
suatu sinergisasi bidang etik, disiplin, dan hukum kedokteran di Indonesia.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Kesimpulan

Perkembangan IPTEKDOKKES dapat memunculkan budaya baru yang turut mempengaruhi


perubahan perilaku/budaya di kalangan medis & pasien.
Perkembangan IPTEKDOKKES memunculkan pertanyaan-pertanyaan etik baru  perlunya
kajian normatif mendalam dan sesuai dengan kaidah akademik agar melahirkan acuan
yang bernas.
Pertimbangan meliputi kaidah etik internasional (mis Deklarasi Helsinki, Geneva, dsb),
prinsip dasar KDM/KDB, serta kajian budaya-norma di Indonesia.
MKEK IDI memiliki kewenangan membuat fatwa etik yang didahului oleh kajian akademis,
 menerapkan “the living ethics” dalam merespon perkembangan teknologi kedokteran.

Pukovisa
PukovisaPrawiroharjo,
Prawiroharjo,2022
2022
Terima Kasih
Kontak pertanyaan: pukovisa@ui.ac.id

pukovisa@ui.ac.id

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai