Anda di halaman 1dari 16

AKTUALITA, Vol.2 No.2 (Desember) 2019 hal.

643-658

TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM PENERAPAN PENGEMBANGAN


KEILMUAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

Evy Silviani Agustina


Alumni Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Unisba
Pengajar Pada LKP Profesional Medis Medicuss Group Bandung
e-mail : evy.silviania@gmail.com

Abstrak - Perkembangan teknologi kesehatan sering menimbulkan kontroversi masalah etik,


hukum dan manfaatnya bagi masyarakat, seperti kasus cuci otak dan terapi kanker dengan
obat racikan atau alat temuan baru. Masalah yang diteliti adalah bagaimana tanggung jawab
hukum dokter dalam penerapan pengembangan keilmuan, penelitian, dan pengembangan
kesehatan dihubungkan dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Metoda penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan normatif yuridis. Data dianalisis
secara analitis kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif analitis.. Hasil penelitian
didapatkan adanya pelanggaran terhadap hubungan perikatan antara dokter dengan pasien,
pelanggaran terhadap standar profesi medis, kode etik kedokteran Indonesia, etika penelitian
kesehatan, disiplin kedokteran dan peraturan perundang-undangan. Situasi ini menjadi
polemik saat MKEK menjatuhkan sanksi karena pelanggaran etik berat.

Kata kunci : Tanggung jawab dokter, pengembangan keilmuan, penelitian, pengembangan


kesehatan.

Abstract - The development of health technology often cause controversy between ethical
problem, law and the benefits for the community, such as btain wash and cancer teraphy with
medicinal concoction or new tool. Problem which were research were how doctor
responsibility in the eyes of the law in the application of scientific development, research, and
health development related to health law No. 36 of 2009 and medical practice law No. 29 of
2004. . The Method used in this study is analytical descriptive with juridical normative
approach. The data was then analyzed by qualitative analysis to produce analytical
descriptive data. The result of this study show there was infraction that enforced by the
doctors for instance patient and doctor relationship, infringement to the medical profession
standards, medical ethic code, health research ethic, medical discipline, and law. This
situation is becoming a polemic when Indonesian Medical Ethical Board (MKEK) gave
ethical sanctions for doing heavy ethical violations.

Keywords : Doctors liability, science development, research, health development.

A. PENDAHULUAN statis. Pergeseran dinamika nilai dan


1. Latar Belakang disiplin dalam praktik kedokteran
Ilmu dan praktik kedokteran, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
seperti halnya hukum, nilai dan norma salah satunya adalah penelitian serta
sosial merupakan hal yang sangat perkembangan ilmu dan teknologi
dinamis, bukan merupakan hal yang kedokteran yang pesat. Pelaksanaan

ISSN: 2620-9098 643


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

pelayanan kesehatan dengan standar melakukan “cara baru” penyembuhan


profesi tertinggi membuat seorang dokter penyakit kanker dengan melakukan
harus dibekali dengan tingkat racikan obat sendiri untuk pasiennya,
kemampuan dan ilmu pengetahuan yang Kasus lain adalah mengenai penemuan
mumpuni dan selalu senantiasa harus alat Electro Capacitance Volume
melakukan pengembangan dirinya Tomography (ECVT) untuk mendiagnosis
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi kanker dan Electro Capacitance Cancer
yang terus berkembang Theraphy (ECCT) sebagai terapi kanker,
Teknologi dan produk teknologi yang izinnya dihentikan atas rekomendasi
kesehatan harus terus diteliti, dari Kementrian Kesehatan dengan alasan
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan yang dilakukan tidak sesuai
kesehatan masyarakat. Dokter harus dengan tahapan proses penelitian yang
bertanggung jawab dalam melakukan dan sudah ditetapkan badan penelitian dan
mengikuti perkembangan ilmu pengembangan Kementrian Kesehatan
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perihal jaminan keamanan dan
yang tercantum pada Kode Etik kemanfaatan penerapan pada manusia.
Kedokteran Indonesia, UU No. 29 tahun Permasalahan-permasalahan ini perlu
2004 tentang Praktik Kedokteran, UU disikapi dengan bijaksana agar
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendapatkan solusi yang terbaik, terlebih
dan UU No. 36 tahun 2014 tentang bila inovasi tersebut satu-satunya ciptaan
Tenaga Kesehatan. anak bangsa Indonesia yang
Perkembangan teknologi dalam membanggakan dan memberikan manfaat
dunia kesehatan sering menimbulkan bagi masyarakat luas.
kontroversi antara masalah etik, hukum 2. Rumusan Masalah
dan manfaatnya bagi masyarakat, 1. Bagaimanakah tanggung jawab
misalnya kasus Metode Digital hukum dokter dalam penerapan
Substraction Angiography (DSA) atau pengembangan keilmuan, penelitian
yang dikenal dengan “Brain Wash” atau dan pengembangan kesehatan
cuci otak yang diterapkan oleh dokter dihubungkan dengan Undang-
Terawan. Kasus serupa yang mirip adalah Undang No. 36 Tahun 2009
kasus dokter Gunawan Simon yang tentang Kesehatan ?

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 644


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

2. Bagaimanakah tanggung jawab dilaksanakan berdasarkan prinsip non


hukum dokter dalam penerapan diskriminatif, partisipatif, dan
pengembangan keilmuan, penelitian berkelanjutan dalam rangka pembentukan
dan pengembangan kesehatan sumber daya manusia Indonesia, serta
dihubungkan dengan Undang- peningkatan ketahanan dan daya saing
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang bangsa bagi pembangunan nasional. Hal
Praktik Kedokteran ? ini dapat tercapai apabila didukung oleh
3. Metode Penelitian adanya dasar ilmu pengetahuan yang kuat
Penelitian ini dilakukan dengan dan metode-metode pengobatan terbaik
menggunakan metode penelitian agar dapat mendukung terlaksananya
deskriptif analitik melalui pendekatan peningkatan derajat kesehatan tersebut.
normatif yuridis, menggunakan data Teknologi kesehatan sendiri seperti
sekunder berupa bahan hukum yang ada yang disebutkan pada penjelasan pasal 42
kaitannya dengan masalah yang diteliti. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
Data kemudian dianalisis secara analitis tentang kesehatan, merupakan suatu
kualitatif sehingga menghasilkan data produk yang dihasilkan dari penerapan
deskriptif analitis. dan pemanfaatan disiplin ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan yang
B. PEMBAHASAN menghasilkan nilai bagi pemenuhan
1. Tanggung jawab hukum dokter kebutuhan, kelangsungan dan
dalam penerapan pengembangan peningkatan mutu kehidupan manusia.
keilmuan, penelitian dan Hal ini merupakan bagian dari upaya
pengembangan kesehatan kesehatan yang bersifat promosi
dihubungkan dengan Undang- kesehatan, pencegahan penyakit
Undang No. 36 Tahun 2009 (preventif), pelayanan kesehatan kuratif
tentang Kesehatan. berupa kegiatan pengobatan yang
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 ditujukan untuk penyembuhan,
tentang kesehatan menyebutkan bahwa pengurangan penderitaan akibat penyakit,
setiap kegiatan dalam upaya memelihara pengendalian penyakit, atau pengendalian
dan meningkatkan derajat kesehatan kecacatan, serta pelayanan rehabilitatif.
masyarakat yang setinggi-tingginya

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 645


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

Kasus yang saat ini ramai Pasal 1320. Pada kasus diatas terdapat
dibicarakan adalah perihal kasus dokter ketidakjujuran, ketidakjelasan dalam
Terawan yang menerapkan metode penyampaian informasi dimana
“Brain Wash” atau cuci otak untuk penerapan metode terapi tanpa melalui uji
pasiennya, atau kasus dokter Gunawan klinis, sama halnya dengan melakukan
Simon yang melakukan “cara baru” penipuan atau kesilapan terhadap pasien,
penyembuhan penyakit kanker dengan sehingga melanggar syarat sah subjektif
obat racikan sendiri untuk menangani dari suatu perjanjian yaitu adanya
pasien-pasiennya, dan kasus serupa kesepakatan para pihak dan melanggar
lainnya yaitu dengan ditemukannya alat syarat sah objektif, yaitu tidak berbuat
Electro Capacitance Volume baik, merugikan dan bertentangan dengan
Tomography (ECVT) untuk mendiagnosis hukum sehingga tidak memenuhi syarat
kanker dan Electro Capacitance Cancer perihal tertentu dan kausa yang halal.
Theraphy (ECCT) sebagai terapi kanker Pada umumnya hubungan dokter dengan
yang ditemukan oleh seorang ilmuwan pasien terbangun berdasarkan perjanjian
teknik yaitu DR. Warsito. upaya (inspanningverbintenis), dalam hal
Bercermin dari kasus dokter ini seorang dokter berjanji berdaya upaya
Terawan ada beberapa hal yang dirasakan secara semaksimal mungkin untuk
tidak sesuai dengan aturan penelitian mewujudkan apa yang terbaik yang
yang telah ada. Penelitiannya seolah-olah diperjanjikan bagi pasiennya, bukan
memberikan janji berupa tercapainya berdasarkan suatu hasil yang nyata
pemulihan bagi penderita stroke padahal (resultaatverbintenis). Menjanjikan suatu
pada kenyataannya hanya pemulihan kesembuhan bagi pasien dengan metode
aliran darah. Seorang dokter yang tertentu akan melanggar pola hubungan
menerapkan suatu penemuannya dan dokter pasien dari sisi hukum perikatan
bahkan seolah-olah menjanjikan suatu tersebut.
kesembuhan bila menjalankan metode Kasus Terawan menjadi
tersebut, dianggap sebagai tindakan yang kontroversi karena sebelum dilakukan uji
tidak sesuai dengan pola hubungan dokter klinis dari hasil penelitiannya, dokter
pasien yang merupakan suatu hukum tersebut telah mengaplikasikan metode
perikatan yang diatur dalam KUHPerdata cuci otak bagi pasien-pasiennya. Metode

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 646


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

yang diterapkan Terawan masih harus Belum terujinya keamanan dan resiko
melalui pengujian lebih lanjut dari hasil metode temuan Terawan,
dikarenakan berhubungan dengan bahaya menjadikan kemungkinan penerapan
atau efek samping yang kemungkinan metode ini dapat membawa resiko buruk
muncul, apalagi bila uji ini diterapkan bagi orang yang melakukannya, hal ini
pada kelompok dengan skala besar. melanggar pasal 45 ayat (1) Undang-
Dalam hal ini dokter tersebut telah Undang No. 36 tahun 2009 tentang
melanggar ketentuan pasal 44 Undang- kesehatan yang menjelaskan bahwa setiap
Undang No. 36 tahun 2009 tentang orang dilarang mengembangkan
kesehatan yang menyebutkan bahwa teknologi atau produk teknologi yang
dalam melakukan pengembangan dapat memberikan resiko buruk terhadap
teknologi kesehatan dilakukan melalui uji kesehatan masyarakat.
coba teknologi terhadap manusia atau Peraturan Pemerintah RI no. 48
hewan, dan uji coba yang dilakukan Tahun 2009 Tentang Perizinan
tidak boleh merugikan manusia yang Pelaksanaan Kegiatan Penelitian,
dijadikan uji coba. Terawan tidak Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
memperhatikan ketentuan ini, dia bahkan Pengetahuan dan Teknologi Yang
telah menerapkan penemuannya pada Beresiko Tinggi dan Berbahaya
pasien-pasiennya tanpa uji coba klinis Penelitian Terawan termasuk ke dalam
dengan resiko keamanan yang belum penelitian yang beresiko tinggi dan
jelas. Hal ini juga melanggar ketentuan berbahaya karena bidang kegiatannya
pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 39 termasuk dalam bidang pengembangan
Tahun 1995 Tentang Penelitian dan teknologi kesehatan, hal ini disebutkan
Pengembangan Kesehatan, dimana pada penjelasan Pasal 5 ayat (2) huruf a
disebutkan bahwa penerapan hasil yang menyebutkan bahwa salah satu yang
penelitian dan pengembangan kesehatan termasuk ke dalam daftar bidang
pada tubuh manusia hanya dapat penelitian beresiko tinggi dan berbahaya
dilakukan setelah sebelumnya diterapkan adalah penelitian di bidang
pada hewan percobaan, sehingga dapat pengembangan teknologi kesehatan dan
dipertanggungjawabkan dari sisi obat. Penelitian Terawan dikatakan
kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. beresiko tinggi karena penerapan metode

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 647


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

ini sifatnya langsung, mempunyai potensi kemudian akan diberikan persetujuan etik
membahayakan, mencemarkan dan (ethical clearance) oleh KEPPKN.
merusak hidup manusia. Dikatakan Penelitian Terawan tidak melalui proses
berbahaya karena menggunakan zat yang sesuai dengan yang tertera pada pedoman
berpotensi menimbulkan efek samping diatas, dia bahkan langsung menerapkan
serius sampai kematian. Pada pasal 3 penelitiannya pada pasien-pasiennya
peraturan diatas disebutkan bahwa tanpa melalui prosedur ethical clearance
kegiatan litbangrap Iptek yang beresiko terlebih dahulu.
tinggi dan berbahaya hanya dapat Penelitian yang dilakukan,
dilakukan atas dasar izin tertulis dari seharusnya melalui 4 tahapan uji klinis
pemerintah, dimana dalam hal ini harus yang sesuai, dan semua uji coba yang
mendapatkan izin dari Komite Etik menggunakan manusia sebagai subjek
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan wajib didasarkan pada tiga prinsip etik
Nasional (KEPPKN). umum, yaitu menghormati harkat
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. martabat manusia (respect for persons)
7 Tahun 2016 Tentang Komisi Etik yang bertujuan menghormati otonomi
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan melindungi manusia yang
Nasional menyatakan bahwa penelitian otonominya terganggu/kurang, berbuat
dan pengembangan kesehatan yang baik (beneficience), tidak merugikan
mengikutsertakan manusia sebagai subjek (nonmaleficience) dan keadilan (justice).
dan memanfaatkan hewan coba sebagai Proses tahapan uji klinis ini tidak
subjek harus sesuai dengan pedoman dilakukan oleh Terawan, sehingga timbul
kaidah etika penelitian (Keputusan keraguan apakah manfaat yang
Menteri Kesehatan RI Nomor didapatkan melalui penerapan
1031/Menkes/SK/VII/2005). Butir penelitiannya bermakna atau tidak, bila
pedoman 2 kaidah etika penelitian dibandingkan dengan resiko yang
kesehatan yang menyatakan bahwa kemungkinan akan timbul. Dengan
semua protokol penelitian yang mengikut menerapkan penelitian yang belum
sertakan manusa harus diajukan untuk diketahuai manfaat dan resikonya secara
dinilai kebaikan ilmiahnya dan benar, Terawan juga jelas melakukan
kepantasan etiknya oleh KEPPKN, untuk

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 648


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

pelanggaran terhadap tiga prinsip umum 1. Penggunaan heparin untuk pasien


etik diatas. stroke karena sumbatan. Pada
2. Tanggung jawab hukum dokter panduan pengobatan stroke yang
dalam penerapam pengembangan dikeluarkan oleh American Heart
keilmuan, penelitian dan Association (AHA) dan American
2
pengembangan kesehatan Stroke Association (ASA )
dihubungkan dengan Undang- merekomendasikan ateplase sebagai
Undang No. 29 Tahun 2004 terapi kasus stroke karena sumbatan,
tentang Praktik Kedokteran bukan penggunaan heparin,
Penjelasan pasal 2 Undang-Undang sedangkan Terawan menggunakan
Praktik kedokteran menyebutkan heparin melalui metode brain
pentingnya peran nilai ilmiah, bahwa washnya untuk mengobati kasus
praktik kedokteran harus didasarkan pada stroke karena sumbatan ini.
ilmu pengetahuan dan teknologi yang 2. Terawan menggunakan dasar ilmiah
diperoleh baik dalam pendidikan yang keliru sebagai landasan
termasuk pendidikan berkelanjutan teorinya. Ia menggunakan referensi
maupun pengalaman serta etika profesi. penelitian dari Guggenmos (2013)
3
serta harus memberikan manfaat bagi dan Schwerin (2013), bahwa
kemanusiaan, mempertahankan dan menurut Guggenmos perbaikan
meningkatkan derajat kesehatan stroke dapat dilakukan dengan
masyarakat. implantasi microelectrodes di otak,
Dunia kedokteran mengenal istilah sedangkan Schwerin hanya
ini sebagai Evidence Based Medicine membahas mengenai fungsi motorik
1
(EBM) dan setiap tindakan yang badan yang diatur oleh korteks
dilakukan dokter harus mengacu pada 2
William J. Power et al, Guideline For The Early
EBM ini. Pada kasus Terawan didapatkan Management of Patients With Acute Ischemic
Stroke, American Heart Association, Inc, Dallas,
kelemahan nilai ilmiah yang dijadikan 2018, Hlm 63.
3
M. Hasan Machfoed et al, Reviewed Article :
dasar dari metodenya, yaitu : Does Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF)
Can Actually Increase Manual Muscle Test
1
(MMT) Score in Chronic Ischemic Stroke Patients
Amit Kaura, Crash Course Evidence-Based ?, Jurnal Folia Medica Indonesia, Vol 2, No 2,
Medicine : Reading and Writing Medical Papers, The Center For Medical Science Community-
Mosby Elsevier, London, 2013, Hlm 1 Faculty of Medicine Universitas Airlangga,
Surabaya, 2016, Hlm 150.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 649


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

motorik di otak. Kedua referensi ini dalam hal penelitiannya yang tidak
tidak menyebutkan adanya perbaikan berdasarkan EBM, ceroboh atau lalai
stroke dengan pemberian heparin. dalam penerapan metodenya yang belum
Contoh diatas memberikan gambaran teruji pada pasiennya dan tidak
bahwa dengan menerapkan hasil melakukan perbandingan manfaat dan
temuannya langsung pada pasien, tanpa kerugian dalam penerapan metodenya
dilandasi adanya nilai ilmiah yang kuat sehingga tidak melakukan minimalisasi
sebagai dasar penelitian yang terhadap resiko yang mungkin akan
dilakukannya, Terawan dapat dikatakan timbul.
tidak mengikuti perkembangan ilmu Minimalisasi resiko dan melakukan
kedokteran yang ada, kondisi ini perbandingan manfaat dan kerugian,
menyalahi aturan yang ditetapkan oleh harus selalu dilakukan dalam menerapkan
UUPK baik di penjelasan pasal 2 butir a temuan bidang teknologi kesehatan,
mengenai nilai ilmiah dan juga pasal 52 seperti tertera pada penjelasan UUPK
bagian e yang menyebutkan bahwa pasal 2 butir e dan f yang menyebutkan
dokter dalam menjalankan praktik bahwa dokter harus menjaga
kedokterannya mempunyai kewajiban keseimbangan dalam praktek, keselarasan
untuk selalu mengikuti perkembangan antara kepentingan pribadi dalam
ilmu kedokteran. melakukan kewajiban pengembangan
Kasus Terawan juga telah iptek kedokteran dengan kepentingan
menyalahi aturan standar profesi dalam masyarakat berupa keselamatan pasien.
melakukan pengembangan iptek Perlindungan dan keselamatan pasien
kedokteran seperti disebutkan oleh yang dimaksud adalah, dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 39 Tahun memberikan pelayanan kesehatan dokter
1995, dengan tidak melanjutkan hasil harus memperhatikan perlindungan dan
temuannya ke tahap uji klinis dan keselamatan pasien. Pada kasus terawan
mengabaikan nilai ilmiah pembuktian hal ini juga tidak diperhatikan, terbukti
teorinya. Selain itu Terawan juga dengan langsung diterapkannya metode
menyalahi aturan standar profesi yang brain wash untuk terapi kasus stroke,
dikemukakan oleh Leenen, yaitu dia tanpa dilakukan dan pengujian
melakukan perbuatan yang tidak teliti kemanfaatan dan kemungkinan resiko

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 650


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

yang mungkin timbul, padahal tahap ini Pada kasus diatas semestinya
diperlukan untuk tujuan trial and error Komite HTA melakukan kajian ditahap-
yang diujikan pada manusia. tahap awal saat inovasi teknologi
Perlindungan terhadap keamanan dan kesehatan tersebut mulai diterapkan, pada
keselamatan pasien juga tidak hanya kenyataannya adalah baru setelah kasus
dilakukan oleh dokter saja, akan tetapi ini lama berkembang dan menjadi
termasuk dalam lingkungan dimana dia konsumsi publik dengan menimbulkan
bekerja, misalnya rumah sakit. Rumah berbagai polemik yang menyangkut
sakit mempunyai peran sebagai kredibilitas beberapa pihak, kementrian
penyelenggara penelitian, pengembangan kesehatan baru memberikan instruksi
dan penapisan teknologi, yang mana untuk melakukan kajian terhadap
proses penapisan teknologi inilah yang penemuan tersebut.
akan memberikan perlindungan Badan Penelitian dan Pengembangan
keamanan dan keselamatan pasien. Hal Kesehatan (balitbangkes) sebagai bagian
ini seperti dikemukakan pada Pasal 5 dari kementrian kesehatan, yang
butir d Undang-Undang No. 44 Tahun mempunyai tugas melaksanakan
2009 Tentang Rumah Sakit. Pada kasus penelitian dan pengembangan di bidang
Terawan, institusi tempatnya bernaung kesehatan, sesuai dengan ketentuan
seharusnya melakukan fungsi penapisan Peraturan Menteri Kesehatan No. 64
teknologi ini dengan cermat sehingga Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
penerapan teknologi yang dilakukan Kerja Kementrian Kesehatan, dapat
memenuhi semua kriteria etika penelitian bekerjasama membantu mengatasi
kesehatan dan sesuai dengan nilai ilmiah polemik temuan ini dengan merangkul
yang ada. Pada kenyataannya rumah sakit penelitian dan pengembangan teknologi
tempatnya bekerja tidak melakukan kedokteran yang dilakukan, sehingga
fungsi ini, terbukti dengan diterapkannya sekaligus dapat melakukan pemantauan,
metode brain wash yang belum evaluasi dan pelaporan dari penelitian
memenuhi uji klinis pada pasien-pasien yang dilakukan. Bila hal ini dilakukan
di rumah sakit tersebut. Hal ini bahkan lebih awal sebelum polemik tersebut
sudah berlangsung selama beberapa berkembang, kemungkinan kasus ini akan
tahun. terselesaikan dengan baik, dan bila

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 651


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

seandainya penemuan tersebut berkomunikasi dengan anggota profesi


dinyatakan efektif dan efisien dapat lainnya.
memberikan manfaat yang besar bagi Suatu penelitian klinis yang belum
dunia kesehatan, tentunya hal ini menjadi teruji dengan baik, tetapi sudah
suatu kebanggaan bagi dunia teknologi diterapkan oleh dokter dalam bidang
kedokteran. kesehatan bahkan untuk pengobatan,
Pasal 28 Undang-Undang praktik maka hal ini melanggar KODEKI pasal 6,
kedokteran menyebutkan bahwa setiap yang menyebutkan bahwa setiap dokter
dokter yang berpraktek wajib mengikuti senantiasa berhati-hati dalam
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan mengumumkan dan menerapkan setiap
dalam rangka penyerapan perkembangan penemuan teknik atau pengobatan baru
ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum diuji kebenarannya. Pasal ini
kedokteran yang dilaksanakan sesuai juga menyebutkan bahwa penelitian baru
dengan standar yang ditetapkan oleh yang dilakukan, harus telah lolos uji kaji
organisasi profesi kedokteran. Organisasi etik dari komite/panitia penilai sesuai
profesi yang dimaksud adalah Ikatan dengan ketentuan yang berlaku, dan
Dokter Indonesia (IDI) yang memelihara setiap dokter wajib untuk menerapkan
dan membina terlaksananya sumpah praktik kedokteran berbasis bukti ilmiah
dokter dan kode etik kedokteran yang telah diuji kebenarannya dan
Indonesia (KODEKI). diterima dalam standar praktek
Dalam hal kasus Terawan dan kedokteran. Prosedur ini telah diabaikan
Gunawan Simon, saat dilakukan oleh Terawan sehingga menimbulkan
pemanggilan oleh MKEK, yang polemik saat dia menerapkan metode
bersangkutan tidak terbuka dalam temuannya pada pasien-pasien yang dia
memberikan informasi dan bahkan tangani.
mangkir dari panggilan yang seharusnya. Pelanggaran lainnya adalah saat
Sikap seperti ini melanggar KODEKI seorang dokter melakukan promosi atau
Pasal 21, yang menyebutkan bahwa mengiklankan inovasi penemuannya
setiap dokter wajib bersifat terbuka, seolah-olah merupakan suatu solusi
bicara benar, faktual dan sopan santun terbaik yang menyatakan bahwa tindakan
secara professional pada saat tersebut merupakan satu-satunya di

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 652


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

Indonesia bahkan di dunia, serta berkisar antara 23-25 juta,4 dan ada juga
menonjolkan hasil kesimpulan yang yang sampai 49 juta.5
berlebihan. Hal ini melanggar KODEKI Kasus diatas juga mengindikasikan
pasal 4 bahwa setiap dokter harus adanya pelanggaran dalam etika
menghindarkan diri dari perbuatan yang penelitian kesehatan, yang menyatakan
bersifat memuji diri. suatu penelitian yang dilakukan harus
Seorang dokter yang melakukan menganut asas kejujuran (veracity) atau
penerapan hasil penelitiannya yang belum honesty, dimana antara dokter harus
teruji secara klinis dan memungut bicara jujur mengemukakan hasil
sejumlah biaya daripadanya yang tidak pengamatan dan pemeriksaannya kepada
sedikit telah melanggar KODEKI pasal 3, pasien apalagi menerapkan suatu metode
Pasal ini menjelaskan bahwa setiap yang belum teruji secara klinis, selain itu
dokter dilarang melakukan perbuatan tidak diinformasikan perihal proses,
yang dapat mengakibatkan hilangnya manfaat dan kerugiannya secara benar
kebebasan dan kemandirian profesi antara sehingga pasien tidak memahami
lain penerapan ilmu pengetahuan, sepenuhnya tindakan yang dilakukan
teknologi, keterampilan kedokteran yang pada dirinya. Etik penelitian kesehatan
belum berdasarkan bukti ilmiah yang juga mengharuskan bahwa suatu
mengakibatkan hilangnya integritas penelitian kesehatan yang akan
moral dan keilmuannya. Seorang dokter diterapkan dengan subjek manusia harus
juga dilarang melibatkan dirinya secara melalui serangkaian tahapan uji klinis
langsung atau tidak langsung dalam
segala bentuk kegiatan yang bertujuan 4
Haris Prabowo, Biaya Perawatan Cuci Otak
untuk mempromosikan atau Dokter Terawan Rata-Rata 25 Juta,
https://tirto.id/biaya-perawatan-cuci-otak-dokter-
mengiklankan dirinya, Seorang dokter terawan-rata-rata-25-juta-c9SD, diunduh tanggal
sebaiknya tidak menarik honorarium 8 Mei 2019 pukul 08.36 WIB
5
dalam jumlah yang tidak pantas dan Widia Wiyanti, Banyak Dipakai Pejabat,
Berapa Sih Biaya ‘Cuci Otak’ dr Terawan,
bertentangan dengan rasa https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
perikemanusiaan. Contoh pada kasus 3957059/banyak-dipakai-pejabat-berapa-sih-
biaya-cuci-otak-dr-terawan, diunduh tanggal 8
Terawan dimana harga yang diterapkan Mei 2019 pukul 08.11 WIB
untuk pasien cukup besar dan bervariasi,

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 653


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

yang valid sesuai dengan pernyataan dan memadai, hal ini merupakan
Deklarasi Helsinky. pelanggaran dari disiplin profesional
Kasus diatas akan menimbulkan dokter butir ke-8. Saat dokter yang
pelanggaran dalam hal disiplin bersangkutan menjalankan praktik
kedokteran, apabila terbukti menyalahi kedokteran dengan menerapkan
ranah disiplin kedokteran yang dalam pengetahuan, keterampilan, atau
penatalaksanaan tehadap pasien, dokter teknologi yang belum diterima atau diluar
tersebut melakukan suatu tindakan yang tata cara praktik kedokteran yang layak
seharusnya tidak dilakukan yaitu dengan menggunakan metode brain
(commission), atau tidak melakukan wash sebagai terapi stroke yang belum
tindakan yang seharusnya dilakukan diterima sebagai sarana terapi, dan
(omission), sesuai dengan tanggung bahkan menerapkan penelitian tersebut
jawab profesionalnya, tanpa alasan tanpa adanya ethical clearance dari
pembenar atau pemaaf yang sah, lembaga pemerintah, sehingga diragukan
sehingga dapat membahayakan pasien, mengenai keabsahan penelitian yang
dalam hal ini dokter menerapkan metode dilakukan, maka dokter tersebut dapat
terapi yang belum teruji klinis. Hal ini dikatakan melakukan pelanggaran
juga telah menyalahi unsur-unsur standar disiplin profesional dokter butir ke-13
profesi medis dari Leenen yang and butir ke-14. Mengklaim bahwa
mengharuskan seorang dokter bertindak terapinya sebagai terapi yang terbaik dan
secara teliti, hati-hati, sesuai ukuran bahkan satu-satunya, maka dokter
medis yang didasarkan pada ilmu medis tersebut melakukan pelanggaran disiplin
dan pengalaman dalam bidang medis, dan kedokteran butir ke-24 karena
senantiasa melakukan profesinya menurut mengiklankan kemampuan atau
ukuran yang tertinggi. kelebihan baik lisan maupun tulisan yang
Saat seorang dokter dalam tidak benar atau menyesatkan.
menjalankan praktek kedokterannya telah Pada kasus diatas
melakukan tindakan yang tidak teliti, Kasus diatas memberikan
tidak hati-hati dan tidak etis, atau dapat gambaran bahwa sebetulnya dokter
dikatakan dokter tersebut tidak tersebut berusaha menerapkan tanggung
memberikan penjelasan yang jujur, etis jawabnya dalam melakukan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 654


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dilaksanakan dan adanya


penelitian dan pengembangan kesehatan, pelanggaran disiplin profesional dokter
dimana masing-masing melakukan yang dilakukan.
pengembangan keilmuan dan penelitian Seorang dokter senior yang sudah
sesuai dengan bidangnya, hanya saja ada berpraktik puluhan tahun, rasanya sangat
beberapa yang dirasakan mengganjal dari diragukan bila dokter tersebut tidak
sisi etika dalam hal implementasi dari memahami ranah aturan yang ada
hasil penemuan yang dihasilkan. Saat disekelilingnya. Dalam menjalankan
informasi yang diperoleh tidak secara tanggung jawabnya untuk penerapan
jelas dipaparkan di forum komunikasi pengembangan keilmuan, penelitian dan
antar kolega sendiri, bahkan saat dokter pengembangan kesehatan sesuai dengan
yang bersangkutan dipanggil oleh yang diamanatkan oleh peraturan
MKEK untuk mengklarifikasi perundang-undangan, dokter tersebut
penemuannya dokter tersebut beberapa harus selalu mengacu pada aturan-aturan
kali tidak hadir dalam pertemuan yang mengikatnya sebagai seorang
tersebut, hingga akhirnya kasus ini profesional, baik berupa kode etik,
berkembang, dan menimbulkan kericuhan standar profesi, SOP, dan aturan lainnya
publik pro dan kontra. Pro dari sehubungan dengan aktivitas yang
masyarakat yang telah mendapatkan efek dilakukan.
positif dari penemuan yang dilakukan
dengan mengabaikan proses bagaimana C. PENUTUP
penemuan tersebut dihasilkan, dan kontra 1. SIMPULAN
dari kalangan peneliti dan profesional a. Hasil kajian didapatkan bahwa dokter
medis yang menjunjung tinggi aturan- tersebut melakukan penerapan
aturan yang ada dalam pengembangan pengembangan ilmu pengetahuan dan
iptek kedokteran. Bila kita telusuri kasus penelitian dalam bidang
diatas maka beberpa pelanggaran telah kesehatan/kedokteran yang tidak
dilakukan yaitu pelanggaran, etika sesuai dengan peraturan yang ada.
penelitian, pelanggaran etika kedokteran, Dokter telah menjanjikan suatu hasil
pelanggaran hukum karena berhubungan (resultaatverbintenis), yang
dengan aturan perundang-undangan yang seharusnya hanya menjanjikan upaya

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 655


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

(inspanningverbintenis), dan telah pengawasan dan pengendalian dari


menerapkan penelitian langsung pada rumah sakit dimana dokter tersebut
manusia (pasien) tanpa melalui syarat bekerja, serta terlambatnya proses
uji klinis dan proses ethical clearance kajian dari Komite Penilaian
yang berarti dokter tersebut telah Teknologi Kesehatan sehingga kasus
mengabaikan prinsip etik umum, dan ini menjadi polemik. Perilaku yang
telah melakukan pelanggaran dari sisi mengabaikan panggilan MKEK atas
etika penelitian, etika kedokteran, dasar dugaan pelanggaran kode etik
disiplin kedokteran, dan bahkan kedokteran menyebabkan diambilnya
hukum. keputusan pemberian sanksi secara in
b. Hasil kajian didapatkan penerapan absentia.
pengembangan ilmu pengetahuan, dan 2. SARAN
melakukan penelitian yang dilakukan a. Penerapan pengembangan ilmu
dokter tersebut tidak memenuhi pengetahuan dan teknologi serta
standar penelitian ilmiah yang penelitian kesehatan yang dilakukan
dipersyaratkan di bidang kesehatan. oleh dokter harus mengacu kepada
Penerapan penelitiannya menyalahi peraturan perundang-undangan yang
aturan Kode Etik Kedokteran ada, mengkaji ulang penelitiannya
Indonesia (KODEKI), dan tidak dengan melakukan ethical clearance
memenuhi standar ilmu kedokteran dan uji klinis sesuai pedoman kaidah
berbasis bukti (Evidence Based etika penelitian kesehatan, yaitu
Medicine. Dokter tersebut juga dengan cara melakukan uji coba
menyalahi aturan standar profesi terhadap binatang sebelum diterapkan
medis dalam hal ketidak hati-hatian, pada manusia. Pengembangan ilmu
kelalaian, tidak memperhatikan dan penelitian yang dilakukan seorang
keselamatan pasien, dengan cara dokter, apalagi yang menyertakan
melakukan penerapan penelitian manusia sebagai subjek, harus
langsung pada manusia tanpa mengacu pada prinsip etik umum
mempertimbangkan manfaat dan sesuai yang dinyatakan dalam
kerugian dalam penerapannya, Deklarasi Helsinky.
ditambah dengan lemahnya

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 656


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

b. Ketetapan putusan in absentia untuk Bahder Johan Nasution, Hukum


Kesehatan Pertanggungjawab
dokter berupa pencabutan izin dan
Dokter, Rineka Cipta, Jakarta,
pemecatan sementara untuk dokter 2013.
tersebut, menandakan MKEK dan IDI
H. M. Ali Firdaus, Dokter Dalam
sangat serius menangani kasus ini. Bayang-Bayang Malpraktik Medik,
Widyaparamarta, Bandung, 2017.
Dokter yang bersangkutan diberikan
Komisi Nasional Etik Penelitian
kesempatan untuk dapat membela Kesehatan, Buku Ajar Etik
Penelitian Kesehatan, Universitas
dirinya di Muktamar IDI. Untuk
Brawijaya Press, Malang, 2017.
keberlangsungan pengembangan
M. Hasan Machfoed et al, Reviewed
penelitiannya, maka dokter tersebut
Article : Does Intra-Arterial
dapat memanfaatkan sarana rumah Heparin Flushing (IAHF) Can
Actually Increase Manual Muscle
sakit dimana dokter tersebut bekerja,
Test (MMT) Score in Chronic
dibawah pengawasan pemerintah yang Ischemic Stroke Patients ?, Jurnal
Folia Medica Indonesia, vol 2, No
melindungi warga negaranya untuk
2, The Center For Medical Science
membantu melakukan penapisan Community-Faculty of Medicine
Universitas Airlangga, Surabaya,
teknologi atau melakukan Health
2016.
Technology Assessment (HTA), agar
M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir, Etika
aspek resiko, manfaat, dan efisiensi
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
dari penelitiannya dapat diketahui dan EGC, Jakarta, 2018.
mampu memberikan dampak positif
M. Sajid Darmadipura, Kajian Bioetik,
bagi dunia kesehatan. Pemerintah juga Pusat Penerbitan dan Percetakan
Unair (AUP), Surabaya, 2008.
diharapkan dapat membantu
memfasilitasi penyelesaian polemik Merdias Almatsier dkk, Himpunan
Peraturan Tentang Majelis
yang terjadi antara pihak peneliti, dan
Kehormatan Disiplin Kedokteran
organisasi profesi. Indonesia, Konsil Kedokteran
Indonesia, Jakarta, 2006.

D. DAFTAR PUSTAKA Purwadianto Agus, dkk, Kode Etik


Kedokteran Indonesia, Pengurus
Alauddin, Perlindungan Hukum Kontrak
Besar Ikatan Dokter Indonesia,
Terapeutik, Genta Publishing, Jakarta, 2012.
Yogyakarta, 2016.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 657


Evy Silviani Agustina, Tanggung Jawab Dokter Dalam Penerapan Pengembangan Keilmuan, Penelitian Dan…

Soekidjo Notoatmodjo, Etika Dan Hukum


Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
2010.

Suharyono Putera Taat, Filsafat Ilmu


Kedokteran, Airlangga University
Press, Surabaya, 2010.

Tim Komisi Nasional Etik Penelitian


Kesehatan, Pedoman Nasional Etik
Penelitian Kesehatan, Komisi
Nasional Etik Penelitian Kesehatan,
Jakarta, 2011

William J. Power et al, Guideline For


The Early Management of Patients
With Acute Ischemic Stroke,
American Heart Association, Inc,
Dallas, 2018

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5177 658

Anda mungkin juga menyukai