643-658
Abstract - The development of health technology often cause controversy between ethical
problem, law and the benefits for the community, such as btain wash and cancer teraphy with
medicinal concoction or new tool. Problem which were research were how doctor
responsibility in the eyes of the law in the application of scientific development, research, and
health development related to health law No. 36 of 2009 and medical practice law No. 29 of
2004. . The Method used in this study is analytical descriptive with juridical normative
approach. The data was then analyzed by qualitative analysis to produce analytical
descriptive data. The result of this study show there was infraction that enforced by the
doctors for instance patient and doctor relationship, infringement to the medical profession
standards, medical ethic code, health research ethic, medical discipline, and law. This
situation is becoming a polemic when Indonesian Medical Ethical Board (MKEK) gave
ethical sanctions for doing heavy ethical violations.
Kasus yang saat ini ramai Pasal 1320. Pada kasus diatas terdapat
dibicarakan adalah perihal kasus dokter ketidakjujuran, ketidakjelasan dalam
Terawan yang menerapkan metode penyampaian informasi dimana
“Brain Wash” atau cuci otak untuk penerapan metode terapi tanpa melalui uji
pasiennya, atau kasus dokter Gunawan klinis, sama halnya dengan melakukan
Simon yang melakukan “cara baru” penipuan atau kesilapan terhadap pasien,
penyembuhan penyakit kanker dengan sehingga melanggar syarat sah subjektif
obat racikan sendiri untuk menangani dari suatu perjanjian yaitu adanya
pasien-pasiennya, dan kasus serupa kesepakatan para pihak dan melanggar
lainnya yaitu dengan ditemukannya alat syarat sah objektif, yaitu tidak berbuat
Electro Capacitance Volume baik, merugikan dan bertentangan dengan
Tomography (ECVT) untuk mendiagnosis hukum sehingga tidak memenuhi syarat
kanker dan Electro Capacitance Cancer perihal tertentu dan kausa yang halal.
Theraphy (ECCT) sebagai terapi kanker Pada umumnya hubungan dokter dengan
yang ditemukan oleh seorang ilmuwan pasien terbangun berdasarkan perjanjian
teknik yaitu DR. Warsito. upaya (inspanningverbintenis), dalam hal
Bercermin dari kasus dokter ini seorang dokter berjanji berdaya upaya
Terawan ada beberapa hal yang dirasakan secara semaksimal mungkin untuk
tidak sesuai dengan aturan penelitian mewujudkan apa yang terbaik yang
yang telah ada. Penelitiannya seolah-olah diperjanjikan bagi pasiennya, bukan
memberikan janji berupa tercapainya berdasarkan suatu hasil yang nyata
pemulihan bagi penderita stroke padahal (resultaatverbintenis). Menjanjikan suatu
pada kenyataannya hanya pemulihan kesembuhan bagi pasien dengan metode
aliran darah. Seorang dokter yang tertentu akan melanggar pola hubungan
menerapkan suatu penemuannya dan dokter pasien dari sisi hukum perikatan
bahkan seolah-olah menjanjikan suatu tersebut.
kesembuhan bila menjalankan metode Kasus Terawan menjadi
tersebut, dianggap sebagai tindakan yang kontroversi karena sebelum dilakukan uji
tidak sesuai dengan pola hubungan dokter klinis dari hasil penelitiannya, dokter
pasien yang merupakan suatu hukum tersebut telah mengaplikasikan metode
perikatan yang diatur dalam KUHPerdata cuci otak bagi pasien-pasiennya. Metode
yang diterapkan Terawan masih harus Belum terujinya keamanan dan resiko
melalui pengujian lebih lanjut dari hasil metode temuan Terawan,
dikarenakan berhubungan dengan bahaya menjadikan kemungkinan penerapan
atau efek samping yang kemungkinan metode ini dapat membawa resiko buruk
muncul, apalagi bila uji ini diterapkan bagi orang yang melakukannya, hal ini
pada kelompok dengan skala besar. melanggar pasal 45 ayat (1) Undang-
Dalam hal ini dokter tersebut telah Undang No. 36 tahun 2009 tentang
melanggar ketentuan pasal 44 Undang- kesehatan yang menjelaskan bahwa setiap
Undang No. 36 tahun 2009 tentang orang dilarang mengembangkan
kesehatan yang menyebutkan bahwa teknologi atau produk teknologi yang
dalam melakukan pengembangan dapat memberikan resiko buruk terhadap
teknologi kesehatan dilakukan melalui uji kesehatan masyarakat.
coba teknologi terhadap manusia atau Peraturan Pemerintah RI no. 48
hewan, dan uji coba yang dilakukan Tahun 2009 Tentang Perizinan
tidak boleh merugikan manusia yang Pelaksanaan Kegiatan Penelitian,
dijadikan uji coba. Terawan tidak Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
memperhatikan ketentuan ini, dia bahkan Pengetahuan dan Teknologi Yang
telah menerapkan penemuannya pada Beresiko Tinggi dan Berbahaya
pasien-pasiennya tanpa uji coba klinis Penelitian Terawan termasuk ke dalam
dengan resiko keamanan yang belum penelitian yang beresiko tinggi dan
jelas. Hal ini juga melanggar ketentuan berbahaya karena bidang kegiatannya
pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 39 termasuk dalam bidang pengembangan
Tahun 1995 Tentang Penelitian dan teknologi kesehatan, hal ini disebutkan
Pengembangan Kesehatan, dimana pada penjelasan Pasal 5 ayat (2) huruf a
disebutkan bahwa penerapan hasil yang menyebutkan bahwa salah satu yang
penelitian dan pengembangan kesehatan termasuk ke dalam daftar bidang
pada tubuh manusia hanya dapat penelitian beresiko tinggi dan berbahaya
dilakukan setelah sebelumnya diterapkan adalah penelitian di bidang
pada hewan percobaan, sehingga dapat pengembangan teknologi kesehatan dan
dipertanggungjawabkan dari sisi obat. Penelitian Terawan dikatakan
kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. beresiko tinggi karena penerapan metode
ini sifatnya langsung, mempunyai potensi kemudian akan diberikan persetujuan etik
membahayakan, mencemarkan dan (ethical clearance) oleh KEPPKN.
merusak hidup manusia. Dikatakan Penelitian Terawan tidak melalui proses
berbahaya karena menggunakan zat yang sesuai dengan yang tertera pada pedoman
berpotensi menimbulkan efek samping diatas, dia bahkan langsung menerapkan
serius sampai kematian. Pada pasal 3 penelitiannya pada pasien-pasiennya
peraturan diatas disebutkan bahwa tanpa melalui prosedur ethical clearance
kegiatan litbangrap Iptek yang beresiko terlebih dahulu.
tinggi dan berbahaya hanya dapat Penelitian yang dilakukan,
dilakukan atas dasar izin tertulis dari seharusnya melalui 4 tahapan uji klinis
pemerintah, dimana dalam hal ini harus yang sesuai, dan semua uji coba yang
mendapatkan izin dari Komite Etik menggunakan manusia sebagai subjek
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan wajib didasarkan pada tiga prinsip etik
Nasional (KEPPKN). umum, yaitu menghormati harkat
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. martabat manusia (respect for persons)
7 Tahun 2016 Tentang Komisi Etik yang bertujuan menghormati otonomi
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan melindungi manusia yang
Nasional menyatakan bahwa penelitian otonominya terganggu/kurang, berbuat
dan pengembangan kesehatan yang baik (beneficience), tidak merugikan
mengikutsertakan manusia sebagai subjek (nonmaleficience) dan keadilan (justice).
dan memanfaatkan hewan coba sebagai Proses tahapan uji klinis ini tidak
subjek harus sesuai dengan pedoman dilakukan oleh Terawan, sehingga timbul
kaidah etika penelitian (Keputusan keraguan apakah manfaat yang
Menteri Kesehatan RI Nomor didapatkan melalui penerapan
1031/Menkes/SK/VII/2005). Butir penelitiannya bermakna atau tidak, bila
pedoman 2 kaidah etika penelitian dibandingkan dengan resiko yang
kesehatan yang menyatakan bahwa kemungkinan akan timbul. Dengan
semua protokol penelitian yang mengikut menerapkan penelitian yang belum
sertakan manusa harus diajukan untuk diketahuai manfaat dan resikonya secara
dinilai kebaikan ilmiahnya dan benar, Terawan juga jelas melakukan
kepantasan etiknya oleh KEPPKN, untuk
motorik di otak. Kedua referensi ini dalam hal penelitiannya yang tidak
tidak menyebutkan adanya perbaikan berdasarkan EBM, ceroboh atau lalai
stroke dengan pemberian heparin. dalam penerapan metodenya yang belum
Contoh diatas memberikan gambaran teruji pada pasiennya dan tidak
bahwa dengan menerapkan hasil melakukan perbandingan manfaat dan
temuannya langsung pada pasien, tanpa kerugian dalam penerapan metodenya
dilandasi adanya nilai ilmiah yang kuat sehingga tidak melakukan minimalisasi
sebagai dasar penelitian yang terhadap resiko yang mungkin akan
dilakukannya, Terawan dapat dikatakan timbul.
tidak mengikuti perkembangan ilmu Minimalisasi resiko dan melakukan
kedokteran yang ada, kondisi ini perbandingan manfaat dan kerugian,
menyalahi aturan yang ditetapkan oleh harus selalu dilakukan dalam menerapkan
UUPK baik di penjelasan pasal 2 butir a temuan bidang teknologi kesehatan,
mengenai nilai ilmiah dan juga pasal 52 seperti tertera pada penjelasan UUPK
bagian e yang menyebutkan bahwa pasal 2 butir e dan f yang menyebutkan
dokter dalam menjalankan praktik bahwa dokter harus menjaga
kedokterannya mempunyai kewajiban keseimbangan dalam praktek, keselarasan
untuk selalu mengikuti perkembangan antara kepentingan pribadi dalam
ilmu kedokteran. melakukan kewajiban pengembangan
Kasus Terawan juga telah iptek kedokteran dengan kepentingan
menyalahi aturan standar profesi dalam masyarakat berupa keselamatan pasien.
melakukan pengembangan iptek Perlindungan dan keselamatan pasien
kedokteran seperti disebutkan oleh yang dimaksud adalah, dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 39 Tahun memberikan pelayanan kesehatan dokter
1995, dengan tidak melanjutkan hasil harus memperhatikan perlindungan dan
temuannya ke tahap uji klinis dan keselamatan pasien. Pada kasus terawan
mengabaikan nilai ilmiah pembuktian hal ini juga tidak diperhatikan, terbukti
teorinya. Selain itu Terawan juga dengan langsung diterapkannya metode
menyalahi aturan standar profesi yang brain wash untuk terapi kasus stroke,
dikemukakan oleh Leenen, yaitu dia tanpa dilakukan dan pengujian
melakukan perbuatan yang tidak teliti kemanfaatan dan kemungkinan resiko
yang mungkin timbul, padahal tahap ini Pada kasus diatas semestinya
diperlukan untuk tujuan trial and error Komite HTA melakukan kajian ditahap-
yang diujikan pada manusia. tahap awal saat inovasi teknologi
Perlindungan terhadap keamanan dan kesehatan tersebut mulai diterapkan, pada
keselamatan pasien juga tidak hanya kenyataannya adalah baru setelah kasus
dilakukan oleh dokter saja, akan tetapi ini lama berkembang dan menjadi
termasuk dalam lingkungan dimana dia konsumsi publik dengan menimbulkan
bekerja, misalnya rumah sakit. Rumah berbagai polemik yang menyangkut
sakit mempunyai peran sebagai kredibilitas beberapa pihak, kementrian
penyelenggara penelitian, pengembangan kesehatan baru memberikan instruksi
dan penapisan teknologi, yang mana untuk melakukan kajian terhadap
proses penapisan teknologi inilah yang penemuan tersebut.
akan memberikan perlindungan Badan Penelitian dan Pengembangan
keamanan dan keselamatan pasien. Hal Kesehatan (balitbangkes) sebagai bagian
ini seperti dikemukakan pada Pasal 5 dari kementrian kesehatan, yang
butir d Undang-Undang No. 44 Tahun mempunyai tugas melaksanakan
2009 Tentang Rumah Sakit. Pada kasus penelitian dan pengembangan di bidang
Terawan, institusi tempatnya bernaung kesehatan, sesuai dengan ketentuan
seharusnya melakukan fungsi penapisan Peraturan Menteri Kesehatan No. 64
teknologi ini dengan cermat sehingga Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
penerapan teknologi yang dilakukan Kerja Kementrian Kesehatan, dapat
memenuhi semua kriteria etika penelitian bekerjasama membantu mengatasi
kesehatan dan sesuai dengan nilai ilmiah polemik temuan ini dengan merangkul
yang ada. Pada kenyataannya rumah sakit penelitian dan pengembangan teknologi
tempatnya bekerja tidak melakukan kedokteran yang dilakukan, sehingga
fungsi ini, terbukti dengan diterapkannya sekaligus dapat melakukan pemantauan,
metode brain wash yang belum evaluasi dan pelaporan dari penelitian
memenuhi uji klinis pada pasien-pasien yang dilakukan. Bila hal ini dilakukan
di rumah sakit tersebut. Hal ini bahkan lebih awal sebelum polemik tersebut
sudah berlangsung selama beberapa berkembang, kemungkinan kasus ini akan
tahun. terselesaikan dengan baik, dan bila
Indonesia bahkan di dunia, serta berkisar antara 23-25 juta,4 dan ada juga
menonjolkan hasil kesimpulan yang yang sampai 49 juta.5
berlebihan. Hal ini melanggar KODEKI Kasus diatas juga mengindikasikan
pasal 4 bahwa setiap dokter harus adanya pelanggaran dalam etika
menghindarkan diri dari perbuatan yang penelitian kesehatan, yang menyatakan
bersifat memuji diri. suatu penelitian yang dilakukan harus
Seorang dokter yang melakukan menganut asas kejujuran (veracity) atau
penerapan hasil penelitiannya yang belum honesty, dimana antara dokter harus
teruji secara klinis dan memungut bicara jujur mengemukakan hasil
sejumlah biaya daripadanya yang tidak pengamatan dan pemeriksaannya kepada
sedikit telah melanggar KODEKI pasal 3, pasien apalagi menerapkan suatu metode
Pasal ini menjelaskan bahwa setiap yang belum teruji secara klinis, selain itu
dokter dilarang melakukan perbuatan tidak diinformasikan perihal proses,
yang dapat mengakibatkan hilangnya manfaat dan kerugiannya secara benar
kebebasan dan kemandirian profesi antara sehingga pasien tidak memahami
lain penerapan ilmu pengetahuan, sepenuhnya tindakan yang dilakukan
teknologi, keterampilan kedokteran yang pada dirinya. Etik penelitian kesehatan
belum berdasarkan bukti ilmiah yang juga mengharuskan bahwa suatu
mengakibatkan hilangnya integritas penelitian kesehatan yang akan
moral dan keilmuannya. Seorang dokter diterapkan dengan subjek manusia harus
juga dilarang melibatkan dirinya secara melalui serangkaian tahapan uji klinis
langsung atau tidak langsung dalam
segala bentuk kegiatan yang bertujuan 4
Haris Prabowo, Biaya Perawatan Cuci Otak
untuk mempromosikan atau Dokter Terawan Rata-Rata 25 Juta,
https://tirto.id/biaya-perawatan-cuci-otak-dokter-
mengiklankan dirinya, Seorang dokter terawan-rata-rata-25-juta-c9SD, diunduh tanggal
sebaiknya tidak menarik honorarium 8 Mei 2019 pukul 08.36 WIB
5
dalam jumlah yang tidak pantas dan Widia Wiyanti, Banyak Dipakai Pejabat,
Berapa Sih Biaya ‘Cuci Otak’ dr Terawan,
bertentangan dengan rasa https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
perikemanusiaan. Contoh pada kasus 3957059/banyak-dipakai-pejabat-berapa-sih-
biaya-cuci-otak-dr-terawan, diunduh tanggal 8
Terawan dimana harga yang diterapkan Mei 2019 pukul 08.11 WIB
untuk pasien cukup besar dan bervariasi,
yang valid sesuai dengan pernyataan dan memadai, hal ini merupakan
Deklarasi Helsinky. pelanggaran dari disiplin profesional
Kasus diatas akan menimbulkan dokter butir ke-8. Saat dokter yang
pelanggaran dalam hal disiplin bersangkutan menjalankan praktik
kedokteran, apabila terbukti menyalahi kedokteran dengan menerapkan
ranah disiplin kedokteran yang dalam pengetahuan, keterampilan, atau
penatalaksanaan tehadap pasien, dokter teknologi yang belum diterima atau diluar
tersebut melakukan suatu tindakan yang tata cara praktik kedokteran yang layak
seharusnya tidak dilakukan yaitu dengan menggunakan metode brain
(commission), atau tidak melakukan wash sebagai terapi stroke yang belum
tindakan yang seharusnya dilakukan diterima sebagai sarana terapi, dan
(omission), sesuai dengan tanggung bahkan menerapkan penelitian tersebut
jawab profesionalnya, tanpa alasan tanpa adanya ethical clearance dari
pembenar atau pemaaf yang sah, lembaga pemerintah, sehingga diragukan
sehingga dapat membahayakan pasien, mengenai keabsahan penelitian yang
dalam hal ini dokter menerapkan metode dilakukan, maka dokter tersebut dapat
terapi yang belum teruji klinis. Hal ini dikatakan melakukan pelanggaran
juga telah menyalahi unsur-unsur standar disiplin profesional dokter butir ke-13
profesi medis dari Leenen yang and butir ke-14. Mengklaim bahwa
mengharuskan seorang dokter bertindak terapinya sebagai terapi yang terbaik dan
secara teliti, hati-hati, sesuai ukuran bahkan satu-satunya, maka dokter
medis yang didasarkan pada ilmu medis tersebut melakukan pelanggaran disiplin
dan pengalaman dalam bidang medis, dan kedokteran butir ke-24 karena
senantiasa melakukan profesinya menurut mengiklankan kemampuan atau
ukuran yang tertinggi. kelebihan baik lisan maupun tulisan yang
Saat seorang dokter dalam tidak benar atau menyesatkan.
menjalankan praktek kedokterannya telah Pada kasus diatas
melakukan tindakan yang tidak teliti, Kasus diatas memberikan
tidak hati-hati dan tidak etis, atau dapat gambaran bahwa sebetulnya dokter
dikatakan dokter tersebut tidak tersebut berusaha menerapkan tanggung
memberikan penjelasan yang jujur, etis jawabnya dalam melakukan