Anda di halaman 1dari 47

1

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


KESEHATAN UNTUK MENJAWAB TANTANGAN DAN KEBUTUHAN
MASA DEPAN

GURU PEMBIMBING
I Gusti Ayu PA, M. Pd

DISUSUN OLEH
Tria Marsella Nimaswati
XII IBBU

SMAN 1 BERAU
2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan untuk Menjawab Tantangan dan
Kebutuhan Masa Depan" dengan baik.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang apa saja hal-hal yang bersangkutan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap bidang kesehatan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu I Gusti Ayu PA, M. P selaku guru


Mata Pendidikan Kewarnegaraan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman dan pihak Google yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Berau, Januari 2023

Tria Marsella Nimaswati


3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. I

KATA PENGANTAR…..………………..……………………………………… II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………....……………………………….. 4

C. Tujuan Penulisan……………..……………………….…….………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK dan Dunia Kesehatan…………………………………… 6

B. Hubungan antara perkembangan teknologi terhadap dunia kesehatan...……12

C. Tahapan Perkembangan IPTEK Pada Dunia Kesehatan……………………14

D. Dampak Perkembangan IPTEK terhadap Dunia Kesehatan……….……….20

E. Upaya Mengatasi Dampak Negatif Perkembangan IPTEK terhadap Dunia

Kesehatan ………………………………………………………………………28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran .…………………………………………………… 39

B. Daftar Pustaka ………………………..…………………………………… 40


4

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Revolusi teknologi di bidang kesehatan yang telah dicapai sampai saat ini
merupakan ciri yang bermakna dalam kehidupan modern. Walaupun demikian
kekuatan teknologi harus dimanfaatkan secara hati-hati dan penuh tanggungjawab,
untuk menjamin bahwa kita menerapkan secara efisien dan manusiawi.
Penggunaan
teknologi kesehatan yang tepat melibatkan tidak hanya penguasaan ilmu
pengetahuan, peralatan teknik atau mesin dan konsep-konsep tetapi juga untuk
mengetahui masalah-masalah ekonomi, etika dan moral (Raymond, 1998).

Manusia yang dikaruniai akal dan budi akan selalalu berusaha dalam
menemukan dan menggunakan teknologi untuk mengeksploatasi alam dalam
kehidupannya. Perkembangan dalam menemukan dan mengunakan teknologi
yang
diperoleh melalui ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan kebudayaan
manusia dengan ruang dan waktunya.

Menurut Anbar (1984) teknologi kesehatan dipandang dari perspektif


peralatan secara praktis melibatkan semua jenis teknologi : akustik, mekanik,
elektrik dan elektronik; kimiawi, fisikokimiawi, elektromagnit dan optik seperti
yang ditunjukkan pada gambar 1.
5

Gambar 1. Kontribusi disiplin-disiplin ilmu pada teknologi Kesehatan.


Sumber : Reiser. SJ., Anbar. M., 1984, The Machine At The Bedside : Strategies for using
technology in patient care., Cambridge : Cambridge University Press, hal 23-34

Dari gambar 1 menunjukkan bahwa teknologi kesehatan melibatkan


hampir semua bidang ilmu pengetahuan sebagai pendorong munculnya teknologi
kesehatan dari yang sederhana (thermometer, stetoskop) sampai yang sangat
kompleks (CT Scan, MRI).

Terminologi teknologi berasal dari kata Yunani techne yang berarti seni
(art) atau ketrampilan (craft) (Hall, 2002). Dari kata itu dapat diturunkan kata
teknik dan teknologi. Teknik adalah cara, metoda atau kemampuan untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan ketrampilan dalam bidang tertentu. Teknologi
mempunyai arti yang banyak antara lain :
(1) Penerapan ilmu pengetahun untuk tujuan-tujuan praktis; (2) cabang ilmu
pengetahuan mengenai penerapannya; (3) kumpulan semua cara dari suatu
kelompok sosial dalam memenuhi obyek-obyek material dari kebudayaannya
6

(Bahtiar, 1996).

Teknologi harus selalu dipelajari apakah dalam bentuk ketrampilan


manual atau sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science). Teknologi
berkembang dan
dikembangkan oleh karena ada tantangan dan perubahan yang timbul dari luar.

Menurut Feeny (1986), teknologi kesehatan didefinisikan sebagai


seperangkat teknik-teknik, obat-obatan, prosedur yang digunakan oleh profesional
kesehatan dalam memberikan pelayanan medis kepada perorangan dan pelayanan
kesehatan di masyarakat.

Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang tercantum


dalam pasal 42 dinyatakan bahwa :
Ayat 1. Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan diteliti, diedarkan
dan dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
Ayat 2. Teknologi kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mencakup
segala metode dan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi dan memulihkan kesehatan setelah
sakit.

Menurut Rogowski (2007) Teknologi kesehatan dibagi dalam 5 kelompok


sebagai berikut : (1) Obat-obat; meliputi : bahan-bahan kimia dan subtansi
biologis yang dipakai untuk dimakan, diinjeksikan ke tubuh manusia untuk
kepentingan medis; (2) alat-alat (device) meliputi : alat-alat khusus untuk tujuan :
diagnostik, terapi; (3) prosedur bedah dan medis atau kombinasinya yang sering
kali sangat komplek; (4) sistem penunjang atau support system : adalah teknologi
yang digunakan untuk memberikan pelayanan medis di rumah sakit.; (5) sistem
organisasional, adalah teknologi yang digunakan untuk menjamin penyampaian
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
7

Sebagai bagian dari dunia yang berubah, saat ini pelayanan kesehatan dan
sistem kesehatan menghadapi perubahan-perubahan yang dramatis dalam
teknologi kesehatan. Perubahan ini akan mempengaruhi arah pelayanan kesehatan
yang disampaikan dan digunakan dan hubungan antara penyedia pelayanan
kesehatan dan pemakai atau pasien.

Perkembangan yang cepat dalam teknologi kesehatan memberikan peluang


(opportunities) dan tantangan-tantangan (challenges) dalam penyampaian
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi (high quality) dan efisien. Di samping
itu juga untuk pengendalian terjadinya kesalahan medis (medical error),
penurunan biaya dan perbaikan hubungan pasien-dokter. Riset-riset pelayanan
kesehatan dipusatkan pada pengembangan teknologi (technology development)
dan aplikasi klinis untuk keberhasilan implementasi di lingkungan pelayanan
kesehatan.

Lebih dari 95% peralatan medis yang digunakan di rumah sakit- rumah
sakit, peralatan medis dan perbekalan medis yang digunakan oleh rumah sakit
masih diimpor (Malkin, 2008). Pada dasarnya produksi alat kesehatan lokal
sedikit
jumlahnya, bilamana ada dikendalikan oleh perusahaan multinasional. Peralatan
medis yang diimpor 30% tidak berfungsi karena penggunaannya tidak disertai
petunjuk yang lengkap dan tidak dilengkapi dengan alat-alat tambahan yang
diperlukan, di samping kurang pelatihan terhadap operator yang menjalankan alat-
alat tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan IPTEK dan dunia kesehatan?
2. Apa hubungan antara perkembangan teknologi terhadap dunia kesehatan?
3. Tahapan-tahapan apa saja yang terjadi pada perkembangan teknologi terhadap
dunia kesehatan?
8

4. Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat perkembangan teknologi terhadap


dunia kesehatan?
5. Bagaimana upaya untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi pada
dunia kesehatan dan kebutuhan masa depan?

C. Tujuan Penulisan
1) Menganalisis pengaruh perkembangan IPTEK terhadap dunia kesehatan
2) Menganalisis hubungan IPTEK terhadap dunia kesehatan
3) Menganalisis tahapan-tahapan perkembangan IPTEK terhadap dunia
kesehatan
4) Menganalisis dampak perkembangan IPTEK terhadap dunia kesehatan
5) Menganalisis upaya perkembangan IPTEK pada dunia kesehatan untuk
kebutuhan masa depan
9

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK dan Dunia Kesehatan

Iptek adalah – IPTEK sebagai suatu akronim dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu, IPTEK juga mengiringi sejarah peradaban manusia. Bahkan,
pada sejumlah kajian juga menyebutkan bahwa IPTEK kemudian telah ada
semenjak jutaan tahun yang lalu, dengan istilah yang berbeda.

IPTEK juga menjadi bagian terpenting di dalam kemajuan dunia, yang menyertai
interaksi dengan masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, IPTEK kemudian
menjadi semakin berkembang serta berdampak besar. Lalu, sebenarnya apa sih
yang dimaksud dengan IPTEK?

Pengertian IPTEK sebagai singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. IPTEK
juga sebagai ilmu yang mempelajari mengenai perkembangan teknologi
berdasarkan kepada pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga berjalan
secara beriringan untuk membangun sebuah kemajuan dalam perkembangan
global. Dengan kata lain, perkembangan IPTEK akan selalu mengikuti
perkembangan zaman.

Ilmu pengetahuan juga menjadi studi mengenai alam serta perilaku dunia fisik
dengan alam melalui berbagai metode ilmiah. Ilmu pengetahuan sendiri
didefinisikan sebagai proses mengamati, mengidentifikasi, eksperimen, deskripsi,
penyelidikan, serta penjelasan teoritis mengenai fenomena alam tersebut.

Sementara itu, teknologi adalah kumpulan teknik dan proses yang digunakan
dalam produksi barang ataupun jasa, serta pencapaian tujuan seperti diantaranya
10

pada penyelidikan ilmiah. Teknologi ini juga berpacu kepada metode, perangkat
dan sistem yang berasal dari ilmu pengetahuan ilmiah sebagai tujuan praktis.

Jadi, ilmu pengetahuan dan teknologi atau biasa disingkat menjadi IPTEK adalah
suatu ilmu pengetahuan tentang teknologi yang dapat memudahkan seseorang
dalam menjalani aktivitasnya.

Setelah mengetahui pengertian IPTEK secara umum, maka pada poin ini, kita
akan membahas tentang pengertian IPTEK menurut para ahli. Berikut di bawah
ini pengertian IPTEK menurut para ahli.

Menurut Read Bain (1937)

Menurut Read Bain, IPTEK pada dasarnya kemudian


mencakup kepada semua mesin, alat, peralatan,
perlengkapan, senjata, perumahan, pakaian, alat
transportasi serta komunikasi perangkat, juga
keterampilan, yang akan memungkinkan kita sebagai
manusia dan memproduksinya.

Jaques Ellul (1967: 1967 xxv)

Jaques Ellul mengatakan bahwa IPTEK sebagai


keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan
memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan
manusia. Termasuk di antaranya pada proses yang
meningkatkan nilai tambah. Produk yang digunakan ini kemudian dihasilkan
untuk memudahkan serta meningkatkan kinerja Struktur juga sistem di mana
proses dan produk ini kemudian dikembamngkan serta digunakan

Kast & Rosenweig

IPTEK menurut Kast, teknologi sebagai suatu seni memanfaatkan pengetahuan


ilmiah. “Technology is the art of utilizing scientific knowledge.”
11

Cakupan bidang kesehatan sangat luas. Inti dari bidang


ini adalah studi mengenai kesehatan, baik kesehatan
individu maupun masyarakat, termasuk hal yang
menunjang itu semua. Misalnya, kondisi lingkungan,
obat-obatan, pusat pengobatan, teknologi kesehatan, dan
lainnya. Tujuan utama ilmu bidang kesehatan adalah
meningkatkan kualitas kesehatan manusia (dan hewan)
sera mencegah dan mengobati penyakit.

Ada banyak hal yang termasuk bagian dari bidang kesehatan, dari mulai bagan
pelayanan dan administrasi medis, gizi, manajemen kesehatan, manajemen
lingkungan, penyediaan obat-obatan, teknologi kesehatan, dan lainnya.

Ilmu kesehatan sendiri selalu berkembang, di mana penelitian dan temuan terbaru
seputar kesehatan terus bermunculan. Karena subjeknya adalah makhluk hidup,
maka yang dipelajari dalam ilmu kesehatan sangat dinamis.

Misalnya, penanganan problem kesehatan individu A


bisa sangat berbeda dengan individu B meskipun
gejalanya sama. Lalu, solusi kesehatan untuk
masyarakat di Indonesia berbeda sekali denga di
Eropa atau Afrika. Orang yang menekuni bidang
kesehatan akan menemukan banyak tantangan dan hal
baru setiap harinya. Oleh karena itu, pengetahuan
kesehatan harus terus di-upgrade!

Cikal bakal studi bidang kesehatan sudah ada dari praktik pengobatan di zaman
sebelum Masehi di Mesir, Cina, hingga Yunani dan Romawi. Tokoh yang terkenal
adalah Hippocrates, yang dianggap sebagai Bapak lImu Kesehatan di Barat.
Kemudian, di akhir tahun 900 Masehi ada pula Avicenna dari timur tengah yang
mendalami ilmu kesehatan. Pada abad ke-9, sekolah Kesehatan (Kedokteran)
pertama berdiri di Italia. Ilmu kesehatan pun mulai berkembang.
12

Sejarah studi kesehatan di Indonesia sendiri dimulai sebelum zaman


kemerdekaan, yaitu dengan berdirinya sekolah kedokteran, Dokter-Jawa tahun
1851 dan STOVIA di tahun 1902. Alasan Belanda mendirikan sekolah medis
adalah untuk mengatasi berbagai wabah penyakit, sebab pengobatan tradisional
dianggap tak mampu lagi mengatasinya.

Mulai sekitar tahun 1950-an, industri kesehatan berkembang di dunia, terutama


produksi obat- obatan dan usaha rumah sakit. Industri ini pun terus maju seiring
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan kemajuan teknologi.

Mungkin sepuluh hingga lima belas tahun yang lalu, belum terbayang jika
manajemen rumah sakit dan terapi medis akan banyak mengandalkan gadget,
konsultasi kesehatan bisa dilakukan secara online, hingga munculnya medical
tourism alias wisata dalam dengan agenda utama pemeriksaan kesehatan.
Diprediksikan bahwa ke depannya, bidang kesehatan akan semakin banyak
menggunakan teknologi.

Data World Economic Forum menunjukkan bahwa penemuan dan inovasi


teknologi terbaru dalam 2 tahun terakhir didominasi bidang kesehatan. Lalu,
smartphone juga mulai menjadi bagian penting dalam indsutri kesehatan. Dokter,
pasien, perawat, dan pihak rumah sakit akan menggunakannya, dan semua yang
terkait dengan pelayanan kesehatan akan menjadi serba digital.

Lebih jauh ilmu yang disebut berkembang pest di abad 21 adalah Teknogi
Informatika, bioteknologi, dan nanoteknologi, dan ketiganya member pengaruh ke
bidang kesehatan.

Akan banyak bermunculan jurusan kuliah yang merupakan gabungan antara lImu
kesehatan dengan teknologi informasi, sains, teknik, bioteknik, hingga sosial
ekonomi. Di antaranya adalah Biomedical Engineering, Biomedis, dan
Prostethics.
13

Secara umum menurut pemaparan World Economic Forum salah satu masalah
kesehatan dunia adalah meningkatya biaya kesehatan (berobat) secara signifikan,
terutama di negara berkembang. Semestinya, yang ditingkatkan adalah proporsi
pencegahan penyakit dan kampanye hidup sehat, sehingga taraf kesehatan
masyarakat meningkat

Bagaimana posisi Indonesia di tengah perkembangan kesehatan di dunia?

Tentu saja ikut berkembang, khusunya selama 2 dekade ini. "Prestasi" Indonesia
menurut laporan WHO antara lain berhasil menekan angka kematian bayi dan
balita hingga 30-40 persen. Dari 41 kematian di usia bayi per 1,000 bayi yang
lahir hidup, menjadi 26 per 1,000 bayi, dan dari 52 kematian per 1,000 balita
menjadi 31 per 1,000. Angka harapan hidup di Indonesia pun meningkat dari 63
tahun menjadi 71 tahun. Sayangnya, masih banyak juga rapor merah, alias
ketertinggalan Indonesia di bidang kesehatan.

Proporsi dokter dan petugas medis serta kuota rumah sakit dan puskesmas masih
di bawah standar WHO, dan termasuk tertinggal dibandingkan negara Asia
Pasifik. Bahkan masih ada daerah yang langka bidan dan perawat.

Problem kematian bayi baru lahir, penyakit menular, malnutrisi pun masih tetap
ada. Muncul pula masalah penyakit tidak menular, seperti jantung dan kelebihan
berat badan. Masalah bidang kesehatan lain di Indonesia adalah soal kesenjangan
untuk mendapatkan akses dan layanan kesehatan.

Misalnya saja, sudah ada Rumah Sakit super canggih yang mengaplikasikan
teknologi dan pelayanan kelas satu. Namun masih untuk kalangan tertentu,
dengan harga tinggi. Sedangkan di beberapa wilayah desa, fasilitanya sangat
minim. Lalu, masih ada rakyat yang tidak mendapatkan layanan kesehatan.

Di samping itu, WHO juga menyoroti masyarakat Indonesia sebagai salah satu
pemakai internet terbesar di dunia, yaitu peringkat ke 8 pengguna teknologi
mobile. Tapi penggunaan teknologi tersebut belum menyentuh bidang kesehatan.
14

Padahal pemanfaatan teknologi dan gadget untuk kesehatan menjadi trend dunia.
Contoh sederhana yang cukup penting adalah soal medical records. Semestinya,
catatan kesehatan masyarakat (per individu) dicatat dan disimpan secara digital.
Tapi kenyataannya, hal ini masih belum diterapkan di Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyadari kekurangan dan permasalahan di bidang


kesehatan. Maka, Indonesia pun berusaha membenahi fasilitas dan layanan

kesehatan dengan meningkatkan anggaran kesehatan (APBN) sebanyak 222


persen selama 8 tahun terakhir. Pemerintah juga mencanangkan Jaminan
Kesehatan Nasional, melalui program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) yang mulai beroperasi 2014. Targetnya, pada tahun 2019 mendatang
seluruh masyarakat bisa merasakan layanan kesehatan. Di sisi lain, karena
kebutuhan layanan kesehatan yang tinggi, pihak swasta pun berlomba-lomba
meningkatkan kuantitas dan kualitas.

Dari segi pendidikan, sekolah untuk tenaga kesehatan (jurusan-jurusan bidang


kesehatan) juga perlu ditingkatkan kuantitas sera kualitasnya, untuk memenuhi
15

kebutuhan tenaga kesehatan. Faktanya, hingga sat ini Indonesia masih kekurangan
pekerja dan profesional bidang kesehatan.

B. Hubungan antara Teknologi dengan Dunia Kesehatan


16

Era Globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi sangat berkembang


dengan begitu pesat. Salah satu kemajuan teknologi tersebut ialah teknologi
informasi (TI) yang telah merambah keberbagai bidang kehidupan manusia.
Defenisi Teknologi Informasi itu sendiri adalah Studi atau penggunaan peralatan
elektronika, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa
saja melalui berbagai media (seperti internet), termasuk kata-kata, bilangan dan
gambar.

Salah satu kemajuan teknologi informasi merambah pada bidang Kesehatan


seperti kedokteran. Kemajuan dalam bidang kesehatan ini sangat berkembang
dengan begitu pesat, sehingga banyak temuan-temuan yang didapatkan dengan
bantuan Teknologi Informasi baik dalam bidang pengorganisasian rumah sakit,
pengobatan, maupun penelitian pengembangan dari ilmu kesehatan itu sendiri.
Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi tengah mendapat banyak
perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi
mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Dalam bidang kesehatan sendiri kemajuan Teknologi Informasi sudah sangat


menunjang pelayanan, apalagi di dunia medis, dengan perkembangan
pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal
kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru, tidak hany
itu teknologi informasi juga memiliki kemampuan dalam memfilter data dan
mengolah menjadi informasi.

Beberapa penelitian terkait dengan perkembangan teknologi seperti penelitian


yang dilakukan oleh Manganello, Jennifer, et al. (2017) dalam artikelnya yang
berjudul "The relationship of health literacy with use of digital technology for
health information: implications for public health practice." (Journal of public
health management and practice) menyebutkan pelayanan kesehatan masyarakat
sangat dipengaruhi penggunaan teknologi digital, penerapan intervensi kesehatan
17

dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif dalam melayani masyarakat.


Hal yang serupa juga yang disampaikan oleh Moller, Arlen C., et al. (2017) dalam
artikelnya yang berjudul "Applying and advancing behavior change theories and
techniques in the context of a digital health revolution: proposals for more
effectively realizing untapped potential." (Journal of behavioral medicine) bahwa
penerapan intervensi Kesehatan berbasis teknologi digital dinilai sangat
menguntungkan. Pertama, dapat memperlancar akses pelayanan, mempermudah
jangkauan pelayanan terhadap masyarakat. Kedua, dapat memindahkan intervensi
kesehatan ke platform digital dan menghadirkan riset dengan peluang baru untuk
memajukan teori dan konsep pelayanan kesehatan.

Secara teori dan konsep, juga dikatakan bahwa pelayanan publik yang prima
merupakan sumber kemajuan yang sangat menentukan daya saing, ada baiknya
jika sektor pelayanan harus terus-menerus ditingkatkan mutunya. Penggunaan dan
pemanfaatan teknologi ini merupakan salah satu solusi tepat bagi pemecahan
masalah layanan publik. Setidaknya pemanfaatan hal itu akan mengatasi masalah-
masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan teknologi juga akan
membantu kinerja layanan publik secara terpadu sehingga akan terwujud
manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel. Itu artinya,
penggunaan teknologi digital dalam pelayanan kesehatan akan memberikan
kontribusi pada efektifitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian untuk
mengaplikasikan teknologi tersebut dalam pelayanan, tentu banyak hambatan dan
kendala yang dihadapi misalnya: sumberdaya manusia, finansial, kebijakan, dan
faktor keamanan.

Di sisi lain, ilmu kesehatan semakin hari semakin berkembang. Tenaga Kesehatan
perlu menerapkan ilmu kesehatannya sebagai upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat. Kiranya Sumber Daya kesehatan ini perlu diberdayakan dan
didukung dalam hal mengembangkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi. Hal
ini tentu bertujuan untuk melibatkan peran aktif segenap subsistem yang berada
18

dalam naungan sektor Kesehatan untuk mengupayakan perubahan sebuah sistem


pelayanan kesehatan yang merata, tepat sasaran dan terjangkau di masa yang akan
datang. Teknologi memang bukan satu- satunya solusi untuk permasalahan di
berbagai instansi pemberi jasa layanan kesehatan. Tetapi perlu diperhatikan, pent-
ingnya keseriusan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah diharapkan
mampu membuat perubahan sistem kesehatan yang lebih baik ke depannya.
Tujuan dari literature review ini untuk melihat manfaat teknologi dalam
bidang kesehatan.

C. Tahapan-Tahapan Perkembangan Teknologi pada Dunia Kesehatan


Pengembangan mempunyai makna proses, cara mengembangkan agar
menjadi maju, baik atau sempurna. Pengembangan teknologi kesehatan dapat
dibedakan dalam 4 tahapan : (1) inovasi; (2) pengembangan; (3) difusi atau
disiminasi; (4) evaluasi (Feeney, 1986).

1.Inovasi
Kata inovasi yang digunakan disini menunjukkan kepada kreasi baru alat
atau teknik atau kombinasi alat yang lama menjadi konfigurasi yang baru atau
untuk
19

aplikasi yang baru (Eden, 1986). Inovasi memunculkan kebaruan (novelty) dalam
pengetahuan ilmu kedokteran, praktik kedokteran atau organisasi. Kebanyakan
inovasi adalah sebagai hasil dari banyaknya kemajuan-kemajuan yang kecil yang
secara individual mungkin tidak berarti tetapi mempunyai efek yang kumulatif.
Teknologi yang baru jarang berkembang dalam satu langkah saja. Modifikasi dan
pengembangan teknologi merupakan proses yang berjalan berkesinambungan.
Menurut McKinlay (1981) melukiskan tujuh tahap dalam inovasi medis
sebagai berikut : (1) laporan pendahuluan yang menjanjikan berdasarkan evokasi,
inovasi medis terhadap beberapa kasus tanpa kontrol; (2) pemakaian atau
pengambilan teknologi oleh profesional atau organisasional; (3) penerimaan
publik
(pihak ketiga); (4) laporan observasional dan prosedur standar; (5) uji kendali
acak
(randomize control trial); (6) pengaduan oleh profesional; (7) teknologi
mengalami
kehilangan kepercayaannya dan erosi.
20

Tahap yang paling kritis ada pada tahap 5, uji kendali acak, disini dengan
cermat dilakukan evaluasi klinis tentang efektivitas inovasi. Biasanya hasil-hasil
uji
klinis kendali acak kurang disukai untuk teknologi inovasi daripada laporan kasus
yang tanpa kontrol. Pada tahap 6, dimana ada bukti-bukti yang negatif dalam
penelitian uji klinik kendali acak dapat menimbulkan pengaduan oleh profesional.
Laporan bukti-bukti laporan kasus yang positif tampaknya mencukupi untuk
memperluas difusi dari suatu inovasi. Sedangkan uji kendali acak yang
mendukung
praktik klinis kelihatannya lebih banyak diterima persetujuannya dari pada hasil
yang negatif.

Inovasi teknologi kesehatan merupakan suatu proses yang saling terkait jarang
mempunyai pengembangan teknologi yang merupakan garis lurus. Biasanya
dimulai dengan pengenalan akan kebutuhan, dimana klinisi sebagai penyedia
utama
pelayanan kesehatan sebagai orang yang kemungkinan paling mengetahui apa
yang
dibutuhkan dan menyatakan masalah dalam konteks yang secara medis tepat.
Proses inovasi teknologi pada umumnya diawali dengan suatu proses
pengembangan ilmu pengetahuan melalui riset dasar. Pengembangan mempunyai
makna proses, cara mengembangkan agar menjadi maju, baik atau sempurna.

Menurut Basari (2006), masih banyak universitas dan lembaga-lembaga di


Indonesia yang belum mempunyai kesadaran bahwa penelitian merupakan ’ruh’
dari pendidikan universitas Kemampuan riset pendidikan tinggi saat ini masih
rendah karena laboratorium miskin peralatan, para dosen penelitinya tidak cukup
waktu merenung (contemplating) mengenai bidang spesialisasinya. Dosen peneliti
21

meninggalkan tugas penelitiannya demi memenuhi kebutuhan dasar bagi


kehidupannya yang layak. Masih banyak masalah yang perlu diselesaikan namun
perlengkapan laboratorium dan kesejahteraan minimal dosen peneliti merupakan
masalah utama di Indonesia.

2. Proses pengembangan teknologi


22

Proses pengembangan teknologi dibedakan menjadi : (1) teknologi


bakalan
(emerging technology) adalah teknologi yang sedang diterapkan dalam taraf
pengembangan di laboratorium inkubator atau sedang dalam uji coba
laboratorium;
(2) teknologi baru (new technology). Teknologi baru secara fundamental berbeda
dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Teknologi ini biasanya
menunjukkan perbaikan dalam diagnosis dan ketepatan diagnosis, demikian juga
memberikan teknologi terapi yang baru. Contoh teknologi diagnostik baru :
Multislices CT (Computerized
Tomograph) Scan lebih baik bila
dibandingkan dengan CT scan
tipe lama. Teknologi terapi baru :
intervensi endovaskuler,
transplantasi organ, organ buatan
(Artifisial Organ), katup jantung
prostetik. (3) teknologi masa kini
(current technology, establish technology) adalah teknologi yang sudah biasa
dikenal, contohnya : MRI (Magnetic Resonance Imaging). (4) teknologi masa
depan (future technology) seperti : sistem mikroelektro mekanik, robotik untuk
membantu pembedahan sebagai pengembangan dari kombinasi Ilmu Fisika,
Teknik dan Ilmu Informasi, Nano teknologi, Rekayasa Genetik dan sebagainya.

3. Difusi teknologi
Difusi teknologi adalah suatu proses dimana teknologi memasuki dan
menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan (Banta et al, 1981). Fase ini
mengikuti tahap riset dan pengembangan dan mungkin juga tidak mengikuti uji
klinik yang teliti untuk menunjukkan efikasi dan keselamatan pasien. Pada awal
fase difusi biasanya berjalan lambat, hal ini menunjukkan kehati-hatian dari
sebagian pengguna walaupun boleh jadi juga menunjukkan masalah komunikasi
informasi tentang inovasi yang sudah dikembangkan. Penelitian-penelitian yang
23

telah dilakukan menunjukkan bahwa difusi ini dipengaruhi oleh pembuat


keputusan dan kendala- kendala yang dihadapi oleh perorangan terhadap
keputusan untuk penggunaan teknologi tersebut. Untuk rumah sakit biasanya
terkendala dengan keterbatasan anggaran atau kendala dalam penggunaannya.

Hasil-hasil dari uji klinik dan pengalaman di praktik lapangan terpengaruh


terhadap sikap dan perilaku dokter. Jika hasilnya positif difusi berjalan cepat dan
akan berlanjut sampai ada teknologi baru yang menggantikannya. Bila bukti-bukti
klinis tidak jelas atau negatif mungkin akan memperlambat difusi atau bahkan
menolak teknologi tersebut.

4. Evaluasi
Evaluasi teknologi kesehatan menyangkut beberapa faktor, diantaranya :
(a)
potensi terapi, (b) kemampuan diagnosis dan skrining, (c) efektivitas di
masyarakat,
(d) kepatuhan pasien dan (e) cakupannya (Tugwell et al, 1986).

a. Potensi untuk terapi.


Evaluasi teknologi kesehatan hendaknya dikaitkan dengan kemampuan
teknologi baru itu untuk meningkatkan derajat kesehatan secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam hal ini yang perlu dipertanyakan adalah apakah teknologi
terapi yang baru itu lebih bermanfaat dibandingkan dengan kerugian terhadap
pasien yang diagnosanya tepat, diobati dengan tepat dan taat pada rekomendasi
pengobatan tersebut.

b. Kemampuan untuk diagnosis dan skrining.


24

Teknologi untuk diagnosis dan


skrining kemungkinan merupakan
area yang
tumbuh paling cepat dalam
teknologi kesehatan, misalnya
pengembangan dalam CT
Scan dan MRI. Biasanya
teknologi untuk diagnosis dan
skrining dikaitkan dengan kemanfaatan terapi dan untuk meningkatkan perbaikan
hasil akhir (outcome). Hal ini dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan sebagai
berikut : 1) kemampuan teknologis dari alat diagnostik yang menunjukkan kinerja
spesifikasi yang dilakukan di lingkungan laboratorium, 2) akurasi diagnostik.
Teknologi memberikan informasi yang memungkinkan personil kesehatan
membuat lebih akurat penilaiannya dan berat ringannya penyakit, 3) pengaruh
terhadap penyedia pelayanan. Teknologi memberikan personil kesehatan lebih
percaya terhadap diagnosis dan oleh karenanya mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan, 4) efek terapi. Keputusan terapi yang dibuat oleh
profesional kesehatan dapat berubah sebagai hasil aplikasi teknologi, 5) outcome
pasien akan menentukan aplikasi teknologi yang bermanfaat bagi pasien.

c. Efektivitas di masyarakat
Untuk menentukan efektivitas teknologi di masyarakat perlu dilibatkan
penilaian terhadap besarnya peningkatan derajat kesehatan yang dapat diharapkan
sebagai akibat aplikasi dari teknologi spesifik di dalam masyarakat atau populasi
yang terjangkau. Kepatuhan profesional kesehatan merupakan salah satu
komponen
efektivitas penggunaan teknologi di masyarakat di sini diperlukan informasi
sejauh
mana profesional kesehatan tersebut mematuhi aplikasi teknologi yang diperlukan
untuk aplikasi diagnosa yang tepat dan teknologi manajemen (pencegahan,
penyembuhan paliatif dan rehabilitasi). Pendidikan kedokteran berkelanjutan
25

sangat penting untuk menjamin bahwa dokter dan profesional kesehatan terlibat
secara benar dalam penerapan teknologi baru.

d. Evaluasi kepatuhan pasien


Seberapa jauh kepatuhan pasien terhadap penyedia pelayanan kesehatan
dalam hal rekomendasi dan terapi dapat dinilai tergantung dari jenis teknologi
yang
secara substansial mempengaruhi besarnya manfaat yang diperoleh darinya.

e. Evaluasi cakupan (Evaluation Coverage)


Cakupan disini diartikan sebagai seberapa jauh teknologi yang bermanfaat
diterapkan secara tepat terhadap semua pasien atau masyarakat yang memperoleh
manfaat darinya. Cakupan melukiskan apakah pasien secara individual
memerlukan
atau tidak teknologi tersebut.

D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Perkembangan Teknologi terhadap


Dunia Kesehatan

Media pendidikan adalah alat atau saluran yang digunakan untuk


penyampaian pesan (Machfoedz & Suryani, 2008). Media adalah sesuatu yang
mengantarkan pesan pembelajaran antara
pemberi pesan kepada penerima pesan.
Media pembelajaran adalah media yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu
meliputi alat bantu pendidik dalam
mengajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke penerima pesan belajar (Anitah, 2009). Media sebagai penyaji
dan penyalur pesan, media pendidikan dalam hal-hal tertentu bisa mewakili
pendidik menyajikan informasi belajar kepada peserta didik. Manusia
menggunakan indera untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga untuk
26

memengaruhi interaksi tersebut digunakanlah media. Semakin banyak indera yang


digunakan untuk menerima suatu pesan maka akan semakin mudah pesan itu
diterima atau dipahami (Suparman, 2012).

Hasil Penelitian Herlina, Sanjaya, & Emilia, (2013) menyebutkan bahwa


penggunaan media telepon dan SMS mampu meningkatkan pemahaman,
wawasan, serta kebutuhan informasi pada saat perawatan dan persalinan,
Penelitian ini bertujuan untuk melihat manfaat teknologi SMS sebagai media
promosi kesehatan, khususnya terhadap pengetahuan ibu hamil tentang
komplikasi dan asupan gizi.

Hasil Penelitian Cormick et al., (2012) menunjukkan bahwa ponsel akan menjadi
pendekatan untuk memberikan dukungan kepada wanita hamil dari tingkat sosial
ekonomi rendah di negara berpenghasilan menengah, karena mayoritas
perempuan yang diwawancarai mengatakan lebih mudah mengakses
komunikasi melalui ponsel.

Proses pendidikan kesehatan merupakan proses transfer informasi tentang


kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen komunikasi tersusun
atas pengirim dan penerima pesan, isi pesan, media dan efek dari pesan. Metode
penyampaian pesan dalam komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah maupun
27

komunikasi dua arah (Gafur, 2012). Media sebagai saluran informasi merupakan
salah satu komponen penting dalam pendidikan kesehatan.

Media pendidikan sangat beragam sehingga dalam pemilihan media dapat


disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Berdasarkan hasil penelitian para ahli,
ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat. Cukup banyak
jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana sampai
yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural sampai
kepada media yang harus dirancang sendiri oleh pendidik. Berdasarkan fungsinya
sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan. Media dibagi menjadi tiga kategori yaitu
media cetak, media eletronik dan media papan (billboard) (Anitah, 2009;
Notoatmodjo, 2012; Suparman, 2012) Adapun keterangan dari ketiga jenis media
tersebut adalah sebagai berikut:

-Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat


bervariasi antara lain: Booklet, adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan dalam bentuk buku, baik berupa
tulisan maupun gambar.

Leaflet, adalah bentuk penyampaian


informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembaran yang dilipat. Isi
informasi dapat dalam bentuk kalimat
maupun gambar, atau kombinasi
keduanya. Flyer (selebaran), berbentuk
seperti leaflet namun tidak berlipat. Flip
chart atau biasa disebut lembar balik
merupakan media penyampaian pesan
atau informasi kesehatan dalam bentuk
28

lembar balik. Media ini berbentuk buku dimana tiap halaman berisi gambar
peragaan dan halaman sebaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
yang berkaitan dengan gambar tersebut. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau
majalah yang membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.

Poster adalah bentuk media cetak. yang berisi pesan-pesan informasi kesehatan
yang biasanya ditempelkan ditembok-tembok, tempat umum maupun kendaraan
umum. Foto mengungkapkan informasi kesehatan hasil bidikan kamera atau
lensa.

-Media Elektronik
Media elektronik sebagai sarana
untuk menyampaikan pesan- pesan
atau informasi kesehatan memiliki
jenis yang berbeda antara lain:
Televisi, televisi menyampaikan
pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk audio visual, dapat berupa
sandiwara, sinetron, forum diskusi tanya jawab seputar masalah kesehatan, reality
show, ceramah, TV Spot, kuis cerdas cermat dan sebagainya.
29

Radio, radio merupakan perlengkapan


elektronik yang dapat digunakan untuk
mendengarkan berita aktual, dapat
mengetahui beberapa kejadian dan
peristiwa-peristiwa penting dan baru,
masalah-masalah kehidupan dan
sebagainya. Radio dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang cukup efektif. Video, video adalah teknologi
pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Aplikasi umum dari
sinyal video adalah televisi, tetapi dia: dapat juga digunakan dalam aplikasi lain di
dalam bidang teknik sains, produksi dan keamanan. Slide, slide adalah lembar
kerja tempat presentasi dibuat. Slide dapat kita temui di sebuah software di
komputer yang bernama power point. Slide ini dapat digunakan saat pendidikan
berlangsung dengan bantuan LCD atau proyektor. Flim Strip, Film bingkai atau
slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai
2x2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama
lain. Internet, internet kependekan dari interconnection-networking adalah seluruh
jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global
Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol
pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani
milyaran pengguna di seluruh dunia.
30

Beberapa aplikasi yang dapat digunakan dengan internet adalah layanan Website,
Blog, Sosial Media (Facebook, Twitter, Kaskus, Instagram dan lain sebagainya)
yang dapat digunakan baik melalui komputer, tablet, maupun telepon seluler
(Pustekom, 2007). Kelebihan internet antara lain: Menyajikan variasi media,
memperoleh informasi mutakhir, kemudahan dan kecepatan mengakses,
pertukaran ide, komunikasi yang luwes, biaya ringan. Kelemahan internet antara
lain: Materi tidak sesuai dengan umur peserta didik, pemanfaatan hak cipta untuk
tugas-tugas sekolah, perkembangan yang tidak terprediksi, pengaksesan,
kecepatan mengakses, kurangnya pengontrolan kualitas
Telepon Seluler, Media pengirim pesan yang sudah pasti
terdapat dalam sebuah telepon seluler adalah fasilitas SMS.
SMS adalah sebuah sistem yang memungkinkan pengguna
ponsel untuk bertukar pesan teks (Un, 2012). Short
Message Service (SMS) adalah mekanisme pengiriman
pesan singkat melalui jaringan seluler yang dapat mengirim
dan meneruskan pesan dari dan ke telepon genggam. Pesan
yang dikirimkan diatur oleh pusat pesan yang kemudian
dapat meneruskan pesan kepada nomor tujuan, hal ini berarti jika telepon
genggam yang dituju sedang tidak aktif, maka pesan tersebut akan disimpan dan
dikirim lagi di waktu kemudian saat telepon genggam tujuan tersebut sudah aktif
kembali (Katankar & Thakare, 2010).

Short Message Service (SMS) adalah media komunikasi populer yang sudah
dibuktikan pertumbuhannya tahun ke tahun. Banyak studi penelitian yang telah
menunjukkan bahwa SMS sangat populer di kalangan anak muda terutama pelajar
(Gasaymeh & Qablan, 2013). Alasan banyaknya pelajar yang menggunakan SMS
karena yang dirasakan sebagai sebuah komunikasi pribadi yang murah, mudah
digunakan, cepat, nyaman, menyenangkan dan merupakan bagian dari gaya
komunikasi (Un, 2012). Sebagai alat komunikasi yang tersedia di penjuru dunia
dan hampir semua orang memilikinya, SMS dianggap sebagai alat komunikasi
yang fleksibel dan tidak mengganggu. Namun, SMS memiliki beberapa
31

keterbatasan sebagai alat komunikasi. SMS memiliki jumlah karakter yang


terbatas dalam satu pesan pengiriman (160 karakter dalam huruf Latin dan 70
karakter dalam huruf non-Latin) dan tidak dapat digunakan untuk mengirim
gambar dan stimulasi visual (Un, 2012).

Short Message Service (SMS) tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi
pribadi saja namun telah digunakan untuk iklan, jasa perbankan, dan jasa
pemerintah. Remaja juga menggunakan SMS untuk chatting, berpartisipasi dalam
acara TV, dan untuk berkirim salam (Un, 2012). Dengan adanya kemajuan
teknologi, kini SMS mulai digunakan dalam pengaturan pendidikan, misalnya
digunakan untuk mengomunikasikan informasi administrasi kepada siswa,
mengirimkan kutipan persuasif dan motivasi kepada siswa, dan lain sebagainya.

Telepon seluler dapat digunakan untuk mengakses internet dengan syarat minimal
memiliki fasilitas GPRS dan Sim Card kecepatan koneksinya 56-114 kbps.
Melalui akses internet ini dimungkinkan adanya berbagai macam media seperti
gambar, audio dan visual yang dapat di download. Layanan internet yang dapat
digunakan adalah email, BBM, Whats Up, Facebook, twitter dan lain sebagainya
(Pustekom, 2007).
Media Papan (Bill Board), Papan (Bill
board) merupakan media yang dipasang di
tempat umum seperti dipinggir jalan ataupun
gedung bertingkat dapat digunakan sebagai
media pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan pada bill board diisi dengan pesan-
pesan kesehatan yang menarik dan dapat pula
dituliskan pada lembaran seng kemudian
ditempelkan pada kendaraan umum seperti
bus.
32

Teknologi Sebagai Edukasi Kesehatan, Pemanfaatan media informasi sangat


berpengaruh pada penyampaian pesan kesehatan khususnya pemberian informasi
pada ibu hamil tentang konsumsi tablet Fe sehingga ibu hamil mendapatkan
pengetahuan tentang tablet Fe dimana akan memengaruhi perilakunya. Beberapa
penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan media pada ibu hamil yaitu
penelitian Ermiati at al.,(2014) menyatakan bahwa SMS reminder efektif terhadap
kepatuhan konsumsi tablet besi pada ibu hamil Di UPT Puskesmas Cibuntu Kota
Bandung. Penelitian O'Higgins, (2013) menyatakan bahwa peran media digital
mempermudah ibu hamil untuk mengakses informasi mengenai kehamilan untuk
meningkatkan pengahuan mereka. Paparan media massa efektif untuk
meningkatkan pengetahuan dalam Prenatal Care Services (Ghosh, 2006).

Penyampaian informasi menggunakan SMS (Short message service) untuk


kebutuhan edukasi pada ibu hamil dalam tindakan pencegahan listeriosis selama
kehamilan sangat membantu petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi
(Cates, Carter-Young, Conley, & O'Brien, 2004). Selain itu hasil penelitian
Acharya, Khanal, Singh, Adhikari, & Gautam, (2015) menyatakan bahwa ada
33

pengaruh positif dari media massa. Pada pemanfaatan layanan perawatan


antenatal di Nepal untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil.

Hasil penelitian Herlina, Sanjaya, & Emilia, (2013) menunjukkan bahwa


penerapan model SMS reminder sebagai media promosi kesehatan di Kecamatan
Astambul Kabupaten Banjar terbukti efektif untuk menyampaikan informasi
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang komplikasi dan
asupan gizi selama kehamilan. Kusfriyadi & Hadi (2010) menyatakan Ibu hamil
yang mendapat pendidikan gizi dan pesan gizi melalui SMS memiliki
pengetahuan, perilaku dan kepatuhan minum tablet besi lebih baik dibandingkan
ibu hamil yang hanya mendapatkan pendidikan gizi saja (kontrol). Kepatuhan
yang tinggi secara bermakna dapat meningkatkan kadar hemoglobin.

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil tampaknya dapat meningkatkan kesehatan


ibu hamil dan bayi. Di samping itu, didapatkan pula bahwa SMS Gateway yang
berisi pengetahuan seputar kehamilan dan doa-doa serta tausiah mampu
meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai permasalahan yang dialami
beserta cara untuk mengatasinya secara Islami (Yulian, Widodo, & Sudaryanto,
2015).

Penelitian yang dilakukan Yani, A., Suriah, S., & Jafar, N. (2017) mengatakan
bahwa menggunakan SMS Reminder dalam menyampaikan informasi pada ibu
hamil berpengaruh signifikan Terhadap perubahan Perilaku. Tidak hanya itu
Penelitian Megawati, M., Suriah, S., Ngatimin, R., & Yani, A. (2018)
menyebutkan memanfaatkan teknologi seperti membuat desain visual "Permainan
simulasi monopoli TB" dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Hal itu berkenaan dengan Teori Communication Competency yang dikemukan


oleh Spitzberg dan Cupac dalam (Liliweri, 2007), mengungkapkan bahwa
individu akan merubah sikapnya (komunikasi akan efektif) jika sumber informasi
mempunyai kompetensi; pengetahuan tentang apa yang diinformasikan,
34

keterampilan berkomunikasi dan motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh


sumber informasi. Artinya jika pengetahuan komunikator tentang pesan yang
disampaikan lengkap, komunikator terampil berkomunikasi dan menjelaskan
motivasi komunikasi maka hal tersebut akan efektif mengubah sikap sasaran.

Selanjutnya Teori Hirarki Belajar (Gagne, 1968) mengasumsikan bahwa


perubahan sikap manusia oleh karena terpapar informasi memiliki urutan yang
relatif tetap. Perubahan sikap diawali dengan perubahan pengetahuan, artinya
individu mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman ketika
akan memutuskan untuk menentukan sikap terhadap pesan yang diterima yang
sifatnya rasional, argumentatif apalagi jika disampaikan oleh sumber informasi
yang dapat diterima secara logis.

E. Upaya untuk Menjawab Tantangan Perkembangan Teknologi pada Dunia


Kesehatan dan Kebutuhan Masa Depan

1. Tantangan masa depan


Masalah dan tantangan masa depan haruslah didasari dengan kepercayaan
bahwa sebagai panggilan dasariah manusia adalah untuk menyingkapkan rahasia-
rahasia alam dan menggali sumber-sumbernya yang ada di dunia ini (Bone, 1988).
Dewasa ini riset tidak sekedar inisiatif pribadi tetapi telah menjadi bagian kolektif
dan serius yang semakin meningkat jumlahnya untuk mengembangkan
kemanusiaan dan juga merupakan tugas masyarakat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan lingkungannya secara menyeluruh. Karena teknologi
merupakan satu-satunya instrumen untuk menghasilkan nilai tambah (added
value), maka penguasaan dan kemampuan menciptakan teknologi menjadi
masalah yang krusial. Penguasaan ilmu pengetahuan merupakan prasyarat bagi
terciptanya teknologi modern (Basari, 2008). Hal tersebut berarti bahwa manusia
harus menjamin selain teknologi yang sudah ada atau sudah mapan (established
technology) juga teknologi dikemudian hari (future technology), seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia.
35

2. Prioritas riset
Untuk menyusun prioritas riset teknologi sangat kompleks dan penuh
dengan tujuan yang saling bersilangan hampir tidak pernah tersedia uang yang
cukup untuk mengeksplorasi setiap pertanyaan penelitian, peluang dan pemecahan
masalah untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Untuk pengembangan
teknologi kesehatan memerlukan uang yang banyak dan pemahaman bahwa bukti
nyata penggunaan investasi dalam riset masih terletak bertahun-tahun ke depan.
Dinamika dan arus pasar teknologi tidak selalu cocok dengan fasilitas institusi
akademik yang ada (Raymond, 1998).

3. Globalisasi dan Kecenderungan-Kecenderungan Teknologi Kesehatan yang


akan datang
Pengaruh globalisasi dan kebijakan-kebijakan dibidang ekonomi,
teknologi,
kebudayaan dan lingkungan hidup telah menjadi isu perdebatan yang melibatkan
baik negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Globalisasi dan sifat-
sifat multidimensi yang kompleks telah berpengaruh pada kehidupan manusia
dalam segala aspek termasuk bidang kesehatan, misalnyapelayanan-pelayanan
kesehatan, persoalan keuangan dan atau secara tidak langsung pendapatan,
pemerataan, lingkungan, dan kondisi kehidupan. Dampak globalisasiterhadap
sektor kesehatan masih sulit dinilai, ada beberapa jawaban kontradiksi tergantung
dari sudut pandang yang dikemukakan masing-masing orang, ahli ekonomi
biasanya menekankan bahwa perdagangan bebas : “meningkatkan kesejahteraan
ekonomis dan dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan“, dan
perdagangan di bidang pelayanan kesehatan memberikan peluang-peluang
ekonomi bagi negara-negara berkembang, namun banyak yang masih bersikap
ragu dan skeptis tentang pernyataan tersebut, yang bertentangan dengan pendapat
ini menyatakan bahwa kondisi kesehatan dinegara berkembang berdasarkan
beberapa indikator seperti angka kematian bayi, harapan hidup penduduk atau life
36

expectancy tidak meningkat seperti yang diharapkan di era globalisasi (Semin et


al, 2007).

Teknologi medis termasuk teknologi kesehatan merupakan salah satu


teknologi yang paling terpengaruh akibat dari peraturan-peraturan global baik di
negara maju maupun di negara-negara berkembang. Pada umumnya diakui bahwa
liberalisasi import dan stimulasi ekspor berpengaruh pada perdagangan
internasional dan produksi domestik teknologi kesehatan, namun demikian dapat
dikatakan bahwa negara berkembang lebih banyak mengalami kesulitan dalam
perdagangan, alih teknologi dan penggunaan teknologi kesehatan. Hal ini
disebabkan oleh masalah- masalah kesehatan di dalam negeri, keterbatasan
sumber-sumber daya khususnya sumber daya manusia, material dan
ketidakcukupan dalam produksi teknologi kesehatan atau medis. Sebagaimana
dikatakan oleh Malkin, (2008) bahwa 95% kebutuhan teknologi kesehatan yang
digunakan oleh rumah sakit-rumah sakit di negara berkembang di import dari luar
negeri. Sebagai ilustrasi disini dikemukakan hasil penelitian analisis
kecenderungan yang dilakukan oleh Semin et al, (2007) tentang import teknologi
medis dan eksport teknologi medis di negara berkembang di Turki yang
mempunyai pendapatan lebih dari USD 200 milyar per tahun.

Dalam penelitian tersebut teknologi medis diklasifikasi menjadi 3 golongan


utama :
(1) Perbekalan medis atau medical supplies
misalnya benang jahit untuk operasi, prostesis,
macam-macam kateter, film X-ray, macam-
macam perban dan sebagainya. (2) peralatan
medis atau medical devices misalnya alat-alat
laboratorium klinik, alat-alat bedah,
mikroskop, CT-Scan, MRI (Magnetic
Resonance Imaging),
37

(2) USG (Ultrasonografi), EKG ( Elektro


Kardiografi), elektroterapi, alat
pengukur tekanan darah dan
sebagainya (3) bahan-bahan kimia
medis (medical chemical), seperti
bahan obat, vaksin, reagen diagnostik.
Data import dan eksport tahun 2003 ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Import dan eksport teknologi medis kesehatan di Turki tahun 2003

Tabel 1 menunjukkan rasio eksport-import yang rendah 8,8 % berarti


ketergantungan import teknologi medis masih besar (91,2%).

Tingginya import teknologi medis dan rendahnya eksport teknologi medis


dinilai sebagai indikator penting yang menunjukkan meningkatnya kebutuhan
pelayanan medis di negara tersebut masih tergantung dari produk teknologi
Kesehatan negara lain. Kesimpulannya teknologi medis yang di import + 91,2%,
hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Malkin (2008), bahwa negara-
negara berkembang diperkirakan mengimport kebutuhan teknologi medis 95 %,
hal ini juga kemungkinan berlaku bagi negara Indonesia. Sampai saat ini belum
memperoleh data yang akurat tentang jumlah teknologi medis yang diimport oleh
negara kita.
38

Tidak ada invensi dan pengungkapan ilmu pengetahuan (discovery) yang


sempurna sejak awal. Semua peralatan medis atau kesehatan pasti pernah
mengalami kegagalan, perbaikan dan modifikasi sebelum nenjadi produk yang
ideal yang berguna bagi peningkatan derajat kesehatan. Dalam proses
pengembangan teknologi kegagalan dapat terjadi karena dalam proses berinovasi
kita tidak tahu apakah sebuah kreasi atau invensi akan menjadi produk yang
sukses atau tidak sebelum kita melakukan uji coba atau menguji berulang-ulang.

Lalu kita masuk kepada kebutuhan masa depan.


Kebutuhan masa depan
1. Transfer Teknologi
Negara berkembang seperti Indonesia umumnya masih relatif miskin akan
teknologi hasil pengembangan sendiri kebanyakan teknologi yang beroperasi atau
dipakai di masyarakat adalah hasil import dari bangsa lain. Dari perspektif
masyarakat yang mengadopsi teknologi, asing transfer teknologi berdampak pada
3 macam proses sosial yang berbeda satu sama lain: (1) transfer inovasi teknologi
(Transfer of Technology), (2) mengoperasikan teknologi (Operation Technology),
(3) mengonsumsi teknologi (Consuming Technology). Transfer teknologi
diharapkan menginduksi kemampuan produksi teknologi semacam serta
memelihara (maintenance) teknologi secara domestik.

Di bidang kesehatan kedokteran uji coba dapat dimulai dari tingkatan


laboratorium,
percobaan pada hewan, uji klinis terbatas, uji klinis kendali acak, dan
pemanfaatan di masyarakat luas. Bilamana dalam proses trial dan error dijumpai
kegagalan kita harus maju terus pantang mundur walaupun perbaikannya
memerlukan beberapa tahuntentu saja dengan resiko menghabiskan sumberdaya
keuangan dan sumber-sumber lain yang lebih banyak. Kita harus siap menghadapi
kegagalan dan siap belajar darikegagalan tanpa mengambil resiko kegagalan kita
39

tidak akan pernah menemukan yang lebih baik untuk membuat produk, proses dan
material yang lebih bermanfaat bagi upaya peningkatan derajat bangsa kita.

2. Teknologi Tepat Guna


Teknologi kesehatan tepat guna sering disalahartikan sebagai teknologi
yang memandang bahwa peralatannya harus sederhana. Menurut Organisasi
Kesehatan Sedunia WHO (1984). Teknologi kesehatan tepat guna atau
appropriate health technology adalah metoda-metoda, prosedur-prosedur, teknik-
teknik, dan peralatan yang secara ilmiah sah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
lokal dan dapat diterima oleh yang memakainya dan dapat dipelihara dan
dimanfaatkan dengan sumber-sumber masyarakat atau negara dapat menyediakan.
Hambatan-hambatan terhadap teknologi kesehatan tepat guna menurut Malkin,
2008, (1) penyebaran teknologi kesehatan tidak jelas organisasinya, (2) Produksi
alat kesehatan lokal masih sedikit jumlahnya, (3) pengguna kurang familiar
dengan peralatan yang baru, kurangnya pelatihan untuk menggunakan alat-alat
baru. Untuk menentukan apakah teknologi tersebut memenuhi syarat atau tidak
Centers for Medical care and medical Services (CMS) menetapkan kriteria
sebagai berikut (Clyde et al 2008): (1) teknologi memberikan pilihan terapi bagi
populasi pasien yang tidak merespon atau tidak memenuhi syarat dengan terapi
yang tersedia saat ini. (2) teknologi memberikan kemampuannya untuk
mendiagnosis kondisi pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode
yang tersedia saat ini atau mampu mendiagnose kondisi medis pasien lebih dini.

Harus ada bukti juga bahwa penggunaan alat tersebut mempengaruhi


manajemen pasien, (3) penggunaan teknologi baru secara bermakna memperbaiki
hasil (outcome klinis) bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia
saat ini. Hasil atau outcome yang sering dievaluasi dalam penelitian alat-alat
medis
adalah tentang kemampuannya, menurunkan angka mortalitas, komplikasi yang
terkait dengan pemakaian alat, menurunkan jumlah lama hari rawat di rumah sakit
40

(length of stay), dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit, mengurangi


waktu pemulihan.

Masih banyak kendala pengembangan teknologi kesehatan di negara


berkembang, oleh karena itu pilihan yang rasional adalah teknologi kesehatan
tepat
guna dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengenali kebutuhan
teknologi di masyarakat dengan melakukan riset pasar di rumah sakit pemerintah
maupun swasta dan sektor-sektor upaya pelayanan kesehatan yang lain untuk
memperoleh gambaran yang nyata tentang teknologi kesehatan apa saja yang
diperlukan saat ini, (2) pemahaman dan perumusan masalah teknologi dengan
membuat perencanaan-
perancanaan dan mengembangkan desainnya, (3) mengupayakan pemecahan
masalah. Dalam upaya pemecahan masalah dibuat suatu model atau prototip.
Model
adalah citra bayangan mengenai kenyataan yang tergantung dari obyek atau
proses
yang digambarkan serta tujuan penggunaannya, (4) perencanaan dan evaluasi
alternatif-alternatif, (5) memilih alternatif yang sesuai dengan kebutuhan, (6)
membuat produk atau proses teknologi diikuti dengan difusi dan distribusinya.
Dalam megembangkan rancang bangun atau desain perlu kolaborasi diantara
lembaga-lembaga riset, universitas, grup-grup di universitas, fakultas kedokteran,
pemerintah (Departemen Kesehatan) dan kalangan pengusaha atau industry

Beberapa contoh teknologi tepat guna


(1) Resusitator untuk bayi (Stix G. 2009)
Resusisator untuk bayi telah dikembangkan oleh
Christian Olson (38 tahun), dari konsorsium Boston
Teaching Hospitals dan Engineering Schools, dia
seorang spesialis anak dan penyakit dalam,
mengembangkan teknologi yang murah dan sederhana
41

yang mampu mempertahankan bayi bertahan hidup di luar tempat penampungan


dan di desa-desa. Alat ini seharga USD 7. Program ini mulai setelah bencana alam
Tsunami di Asia Tenggara tahun 2004. Sejak saat itu kira-kira 500 bidan di Aceh
telah dilatih untuk menggunakan alat tersebut dan berhasil baik. Di samping itu
juga Olson telah membuat prototip inkubator yang tujuannya untuk mencari
pemecahan masalah di negara yang miskin.

(2) Foto terapi


Foto terapi merupakan salah satu bentuk
teknologi terapi untuk bayi dengan
hiperbilirubinemia dengan menggunakan
lampu fluoresen biru atau putih. Bilirubin
mengabsorpsi sinar dengan rentang panjang
gelombang 450 sampai 460 nanometer
(nm). Lampu biru dengan keluaran panjang gelombang sinar yang paling efektif
antara 425 sampai 475 nanometer. Ketahanan lampu ini dapat berfungsi sampai
kurang lebih 2000 jam ( Lawson,E.E., 1984).

Program pengembangan teknologi tepat guna, alat foto terapi sinar biru atau
blue- ray phototherapy device, yang dilakukan di Duke University, USA
(Malkins,
2008). Alat ini menggunakan satu deretan blue LED (Light Emiting Diode) .
Lampu
ini memancarkan cahaya biru dan dapat berfungsi 5 – 10 kali lebih lama dari
standar
lampu fluoresen biasa. Jadi lampu ini dapat dinyalakan berkisar antara
10.000 – 20.000 jam. Sumber energi listrik dari lampu ini menggunakan baterei
sepeda motor yang diisi bila ada tenaga listrik. Bila listrik padam alat masih dapat
bekerja. Alat ini dibuat oleh fotogenesis medical incorporated dengan harga
kurang
lebih USD 625.
42

Saya sangat yakin dengan inovasi teknologi semacam ini, alat ini dapat dibuat
di lingkungan Universitas Gadjah Mada dengan harga yang jauh lebih murah
dengan bekerjasama interdisiplin yang ada di lingkungan Universitas Gadjah
Mada
khususnya di Fakultas Teknik Listrik Mesin Elektronik, MIPA, dan Fakultas
kedokteran.

(3) Alat pirau (shunt device) untuk terapi


pasien hidrosefalus
Pirau adalah unsur atau alat untuk
menyimpangkan aliran atau arus melalui
suatu sistem. Alat pirau ini digunakan untuk
mengalirkan kelebihan cairan otak di dalam rongga otak menuju ke rongga perut
dimana di dalam rongga perut cairan akan diserap kembali ke dalam sirkulasi
darah. Alat pirau dengan pompa di Amerika Serikat pertama kali dibuat oleh John
Holter pada tahun 1956. Untuk pertama kali di Indonesia alat pirau untuk terapi
pasien hidrosefalus dikembangkan antara tahun 1974 sampai tahun 1976 oleh
Prof. Dr. dr. SK Handoyo sebagai inventor dan Sudiharto sebagai asisten
penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Ciptomangunkusumo Jakarta. Sistem
pirau ini menggunakan katup diafragma datar dari bahan karet silikon dengan
kerangka dari baja anti karat yang dibuat di Lembaga Intrumentasi Bandung.
Dalam uji klinik pada pasien hidrosefalus ternyata katup ini hanya berfungsi
kurang dari satu tahun. Saat itu dibuat sebanyak kurang lebih 21 buah alat pirau,
banyak diantaranya terjadi sumbatan akibat perlekatan katup dengan kerangka
baja anti karat sehingga fungsinya kurang baik. Proyek tersebut untuk sementara
waktu dihentikan. Melihat kenyataan bahwa setelah proyek dihentikan masih
banyak pasien-pasien hidrosefalus yang datang ke rumah sakit Dr.
Ciptomangunkusumo kesulitan memperoleh alat pirau import, karena pada saat
didapat dan harganya mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien-pasien yang
kurang mampu.
43

Untuk melanjutkan upaya pembuatan alat pirau, maka pada akhir tahun 1978
saya kembangkan alat pirau dengan katup semilunar (half-moon) atau berbentuk
setengah bulan pada dinding pipa karet silikon yang belum dilengkapi dengan
pompa dan disebut sistem pirau tunggal atau unishunt. Atas dorongan Prof. Dr.
dr.Mahar Marjono (alm), Prof. Dr.dr. SK. Handoyo (alm) dan Prof. dr. RM.
Padmosantjojo, pada akhir tahun 1980 telah dapat dibuat pompa dengan dua katup
semilunar di dalamnya. Ide untuk mengembangkan katup celah semilunar ini
karena terinspirasi katup semilunaris aorta yang ada pada pangkal pembuluh darah
aorta, yang merupakan ciptaan Allah yang Maha Bijaksana, yang saya yakini
fungsinya lebih baik dari pada jenis katup yang lain yang sudah ada. Pada tahun
1981 sistem pirau katup semilunar ini dipasang untuk pertama kalinya pada
seorang anak perempuan umur 8 bulan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada
Bagian Bedah di Mangkuwilayan Yogyakarta. Penyempurnaan alat pirau ini
selanjutnya dilakukan di Yogyakarta.

Manfaat dari penggunaan sistem pirau katup semiluner, (1) desain dan produk
dapat dibuat di dalam negeri.walaupun bahan bakunya masih diimport, (2)
desainnya dapat disesuaikan dengan umur pasien dan jenis penyakit penyebab
hidrosefalus, (3) komplikasi yang timbul akibat pemasangan sistem pirau ini lebih
rendah dari sistem katup yang menggunakan katup celah longitudinal, (4)
ketahanan sistem pirau yang saat ini pernah dipasang dapat mencapai lebih dari 20
tahun tanpa revisi, (5) harga satuan dari sistem pirau katup semiluner ini masih
dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Sistem pirau ini terutama banyak dipakai
di RSUP Dr. Sardjito, berkisar antara 70 – 80 pasien hidrosefalus setiap tahunnya.
Khusus untuk keluarga miskin penggunaan sistem pirau semiluner untuk terapi
hidrosefalus menurut Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, Ibu dr. Sri Endarini,
MPH dan Direkur Pelayanan Medis Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.K (K) dapat
ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Sistem pirau
katup semiluner ini telah mendapat hak paten dari Direktur Jenderal Hak
44

Kekayaan Intelektual (Dirjen HKI) Departemen Hukum dan HAM RI pada


tanggal 4 September 2009 setelah menunggu selama 3 tahun.

Pengembangan derivat dari sistem pirau katup celah semiluner sudah dibuat
prototip baru yang direncanakan untuk digunakan pasien terapi glaukoma dimana
penyakit glaukoma menurut Prof. dr. Suhardjo, SU Sp.M (K) merupakan
penyebab
kebutaan nomor dua. Penelitian untuk uji coba pada hewan diharapkan akan
dilaksanakan bulan Februari 2010, yang akan dilakukan oleh dokter Spesialis
Mata
di Bagian Mata RSUP Dr. Sardjito/FK UGM.

(4) Radiografi digital


Tim riset dari Grup Riset Fisika Citra
jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Gadjah Mada telah menemukan alat
radiografi digital, tim riset ini terdiri dari
empat Dosen MIPA (Gde Bayu Suparta dan kawan-kawan) 2009, temuan ini
sudah mendapatkan hak paten dari Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual
(Dirjen HKI) Departemen Hukum dan HAM RI pada tanggal 19 Oktober 2009.

Inti dari penemuan ini adalah (1). menemukan perangkat kendali sistem radiografi
digital, alat ini yang mengubah teknologi analog menjadi digital ini satu-satunya
di
Indonesia., (2) Penghematan daya listrik yang digunakan, sekali pengambilan
gambar dihasilkan 20 citra sehingga dosis penggunaan X-ray sangat rendah., (3)
dapat dirakit di dalam negeri dengan kandungan lokal 70%, biaya operasi dan
biaya sistem murah., (4) harganya terjangkau bagi Rumah Sakit atau Puskesmas
serta biaya pemeriksaan murah bagi pasien.
45

Contoh-contoh tersebut merupakan ilustrasi pengembangan teknologi tepat guna


mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

a) Kesimpulan

Pada era global sekarang ini, kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan
umum masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat yang tinggal di desa yang jauh
dari kota. Teknologi informasi sudah tidak lagi dinikmati oleh sebagian orang
yang bertaraf hidup tinggi, tetapi masyarakat menengah ke bawah pun sudah bisa
menikmatinya. Hal ini terbukti dengan ditemukannya alat telekomunikasi HP di
berbagai pelosok pedesaan. Bukti ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah
berkeinginan untuk dapat berkomunikasi secara cepat dan memperoleh informasi
dari berbagai tempat tidak hanya di Indonesia, tetapi bisa sampai ke manca
negara. Kombinasi alat komunikasi yang ada sekarang ini dengan media
pendukung berupa komputer akan memiliki nilai tambah dan memungkinkan
orang untuk menyimpan data lebih banyak. Di samping itu, kelengkapan fasilitas
yang ada dalam komputer sangat membantu pemenuhan kebutuhan informasi dan
telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menyebar ke
berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan merupakan bidang
yang bersifat information-intensive, tetapi teknologi informasi relatif tertinggal.
Di sisi lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah
satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi masalah arus
informasi. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini merupakan bagian
penting dalam manajemen informasi. Dengan perkembangan pengetahuan yang
begitu cepat ( lebih kurang 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun ), dokter akan tertinggal jika tidak memanfaatkan
46

berbagai tool untuk mengupdate perkembangan terbaru. Teknologi informasi telah


diaplikasikan pada bidang medis. Banyak rumah sakit menggunakan sistem
informasi untuk menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru
medis, dan pasien. Pemanfaatan komputer dalam kesehatan ini berawal dari
otomatisasi di bidang administatif, dilanjutkan dalam produktivitas secara
departemen misalnya di dalam laboratorium pemberdayaan dalam kesehatan.
Sistem informasi saat ini diperluas bukan hanya pada pemakaian internal,
melainkan juga pemakaian eksternal (pengunjung) agar pasien yang sedang
menginap di rumah sakit dimudahkan untuk mencari data. Teknologi informasi
juga diterapkan pada peralatan-peralatan medis, misalnya pada CT scan
(Computer Tomography) dan juga USG.

b) Saran

Mengupas mengenai perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat dan


masif, sehingga dalam layanan kesehatan, dibutuhkanlah teknologi dalam
mengoptimalkan kinerja para ahli medis. Terlebih lagi, di negara-negara maju,
fasilitas layanan kesehatan mereka lengkap, sudah dioptimalisasi menggunakan
teknologi, sehingga, masyarakat di sana memiliki taraf hidup yang layak dan tidak
perlu takut lagi untuk berobat. Apabila negara berkembang termasuk Indonesia
mencoba menerapkan dan meniru seperti yang ada di negara maju tersebut, bukan
tidak mungkin, kualitas hidup masyarakatnya juga jauh lebih baik. Bahkan, bisa
meminimalisir masyarakat untuk berobat ke luar negeri, karena di dalam negeri
sudah didukung atau berbasis teknologi. Ditekankan di sini, teknologi hadir di
dalam dunia kesehatan atau medis, hanya sebagai alat bantu saja, bukan untuk
menggantikan peran dari para ahli medis.
47

B. Daftar Pustaka

https://www.ugm.ac.id/downloads/Orasi%20Ilmiah%20Dr.%20Sudiharto.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/iptek/
https://rencanamu.id/post/panduan-persiapan-kuliah/pengenalan-bidang-program-studi/
bidang-kesehatan
https://pdfs.semanticscholar.org/7380/38dde0de1bdc29786b176ab16799dd4e4166.pdf
https://www.academia.edu/38573583/
Makalah_Pentingnya_Peranan_IT_di_Bidang_Kesehatan_atau_Medis
https://www.academia.edu/20182883/
Pengaruh_Teknologi_Informasi_di_Bidang_Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai