Disusun Oleh :
1. Dini unita Sari (010117A019)
2. Emma Fiana (010117A025)
3. Luthfi Oktafiani (010117A052)
4. Mela Anggraeni (010117A056)
5. Siska Nuraini (010117A099)
6. Sismianita Astuti (010117A100)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 11
BAB I
PENDAHULUAN
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan
akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya.
Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Era Globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi sangat berkembang dengan begitu
pesat. Salah satu kemajuan teknologi tersebut ialah teknologi informasi (TI) yang telah
merambah keberbagai bidang kehidupan manusia. Defenisi Teknologi Informasi itu sendiri
adalah Studi atau penggunaan peralatan elektronika, untuk menyimpan, menganalisa, dan
mendistribusikan informasi apa saja melalui berbagai media (seperti internet), termasuk kata-
kata, bilangan dan gambar.
Salah satu kemajuan teknologi informasi merambah pada bidang kesehatan seperti
kedokteran. Kemajuan dalam bidang kesehatan ini sangat berkembang dengan begitu pesat,
sehingga banyak temuan-temuan yang didapatkan dengan bantuan Teknologi Informasi baik
dalam bidang pengorganisasian rumah sakit, pengobatan, maupun penelitian pengembangan
dari ilmu kesehatan itu sendiri. Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi tengah
mendapat banyak perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa
teknologi mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia
Di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih
750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat
tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru,
Selain teknologi informasi juga memiliki kemampuan dalam memfilter data dan mengolah
menjadi informasi,
Berdasarkan dari judul dan latar belakang diatas, maka timbul Perumusan Masalah
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak
kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi
global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Banyak proses
teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar,
dan menguras sumber daya alam, merugikan, dan merusak Bumi dan lingkungannya.
Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilaisuatu masyarakat, dan
teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh,
meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang
pada awalnynya hanya menyangku permesinan, contoh lainnya adalah tantangan norma-
norma tradisional. bahwa keadaan ini membahayakan lingkungan, dan mengucilkan manusia;
penyokong paham-paham seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang
proses teknologi yang berkelanjutan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat, dan
kondisi manusia. Tentu saja, paling sedikit hingga saat ini, diyakini bahwa pengembangan
teknologi hanya terbatas bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian ilmiah terbaru
mengisyaratkan bahwa primatalainnya, dan komunitas lumba-lumba tertentu telah
mengembangkan alat-alat sederhana, dan belajar untuk mewariskan pengetahuan mereka
kepada keturunan mereka.
Kondisi tersebut nampaknya sudah jauh berubah saat ini. Semenjak diterapkannya
kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2014, seluruh fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) diwajibkan menggunakan PCare. Ini merupakan aplikasi
berbasis cloud yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan untuk mencatat transaksi
yang dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
yang bermitra dengan BPJS Kesehatan.
Hasil penelitian Konsep dan Teori Telehealth Indonesia dengan geografis dan mayoritas
terdiri dari kepulauan menjadi tantangan tersendiri bagi perawat. Aplikasi telehealth telah
dikembangkan sejak lama sebagai solusi dalam mengatasi akses pelayanan kesehatan.
Cakupan layanan yang dikembangkan aplikasi telehealth memiliki ruang lingkup yang lebih
luas dan berfokus pada upaya kesehatan masyarakat dan pendidikan kesehatan (Soemitro,
2016; Olson & Thomas, 2017). Hal ini diprediksikan bahwa telehealth dapat diaplikasikan
dalam upaya preventif dan rehabilitatif, seperti pelayanan homecare.
Telehealth dibagi menjadi dua metode, yaitu secara langsung/real time dan secara tidak
langsung atau store & forward (Farrar, 2015). Konsep layanan telehealth secara langsung
menggunakan videoconferencing yang disampaikan pasien pada perawat dalam
menyampaikan masalahnya. Penerapan telehealth pada layanan homecare adalah salah satu
bentuk aplikasi metode telehealth secara langsung. Pasien secara langsung berinteraksi pada
perawat mengenai masalahnya, kemudian mendapatkan umpan balik secara langsung dari
perawat (Farrar, 2015).
Berbeda hal-nya dengan metode aplikasi telehealth secara tidak langsung. Pasien dan perawat
berinteraksi dengan menggunakan e-mail sebagai penghubung interaksi antara keduanya
(Farrar, 2015). Pasien berkonsultasi mengenai masalah atau hasil laboratoriumnya pada
perawat. Kelemahan dari metode ini adalah lambatnya respon yang diberikan perawat.
Telehealth pada layanan homecare merupakan bagian dari konsep keperawatan berkelanjutan
(continuum of care). Pelayanan dapat berfokus pada upaya rehabilitasi dan
pemulihan/recovery (Farrar, 2015). Pada umumnya, tahap pelaksanaan telehealth tidak ada
perbedaan antara model rehabilitasi dan pemulihan/recovery. Tahap awal, perawat
melakukan pengkajian pada pasien yang disesuaikan kriteria penerima layanan homecare
(Taylor, dkk, 2015). Setelah itu, pasien diberikan pilihan intervensi yang diberikan sesuai
dengan hasil yang diharapkan (Taylor, dkk, 2015). Tahap kedua, perawat memberikan
intervensi dan selanjutnya melakukan pengawasan atau monitoring terhadap perkembangan
pasien (Taylor, dkk, 2015). Hal yang 56 Nursing Current Vol. 5 No. 1, Januari 2017 – Juni
2017 perlu diperhatikan dalam layanan homecare dengan telehealth, pasien harus kooperatif
dan berkomitmen untuk melakukan intervensi secara mandiri di rumah (Taylor, dkk, 2015).
1. Berterus terang,
2. Jujur,
3. Mempertahankan kualitas,
4. Adanya inform consent,
5. Menjaga privasi,
6. Profesionalisme,
7. Bertanggung jawab,
8. Dan akuntabilitas (Farrar, 2015).
Meskipun pelayanan kesehatan yang diberikan secara virtual, namun pentingnya informed
consent sebagai bukti legal pasien dalam menerima intervensi yang diberikan (Sri & Sahar,
2012). Penyusunan kode etik layanan kesehatan berbasis teknologi ini sesuai dengan prinsip
aspek legal hukum untuk melindungi perawat dan pasien. The National Council of State
Boards of Nursing (NCSBN) menyusun cakupan layanan kesehatan dalam penggunaan
telehealth, seperti layanan homecare.. Perawat yang lulus uji kompetensi dengan dibuktikan
memiliki sertifikasi/license dilegalkan untuk memberikan layanan homecare dengan
telehealth (Farrar, 2015). NCBSN mendukung penggunaan video dan teknologi oleh perawat
sebagai deteksi awal tanda/gejala dari masalah komplikasi yang dimiliki oleh pasien
(NCSBN, 2014).
Aplikasi yang kedua ada pada sistem berbasis kartu cerdas (smart card) yang
digunakan untuk mengetahui riwayat penyakit pasien. Dengan ini, para dokter, perawat, dan
ahli medis lainnya dapat dengan mudah mengetahui penyakit apa saja yang pernah atau
sedang diderita oleh pasien. Sayangnya, smart card ini belum banyak digunakan di
Indonesia.
Selanjutnya, dengan perkembangan teknologi, pelaksanaan survei epidemiologi
penyakit atau pengamatan kejadian penyakit dari hari ke hari akan menjadi lebih mudah,
sehingga kejadian yang tidak diinginkan , misalnya penyebaran penyakit yang melampaui
batas kewajaran dapat secara cepat diantisipasi. Dengan teknologi, kita bisa mengetahui
penyakit apa saja yang banyak diidap oleh masyarakat di daerah tertentu, juga dapat
membandingkannya dengan kondisi di daerah lain. Misalnya, peningkatan gizi buruk,
peningkatan kejadian malaria, diare, dan demam berdarah pada suatu daerah dapat terdeteksi
lebih dini melalui perangkat teknologi yang telah didesain sedemikian rupa sebelumnya. Oleh
karena itu, penanganan penyakit pun dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Selain itu, baru-baru ini robot mulai digunakan untuk membantu proses operasi
pembedahan. Ada pula penggunaan komputer hasil pencitraan tiga dimensi untuk
menunjukkan letak tumor dalam tubuh pasien. Kedua hal ini jelas sangat membantu dokter
dalam melakukan pendeteksian penyakit sampai pembedahan tubuh pasien. Dokter juga tidak
perlu terlebih dahulu “membongkar” tubuh pasien jika hanya ingin mendeteksi penyebab atau
letak penyakit (tumor) tersebut. Cukup dengan menggunakan peralatan hasil teknologi,
kondisi dalam tubuh pasien pun akan dapat terlihat pada layar komputer.
Lalu, USG (ultrasonografi) juga merupakan aplikasi teknologi bidang kesehatan.
USG—yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita—ini adalah sebuah teknik
diagnostic menggunakan suara ultra yang digunakan memeriksa atau melihat organ-organ
dalam. Dalam kasus kehamilan, USG digunakan oleh dokter spesialis kandungan untuk
memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan, sementara dalam dunia
kedokteran secara luas, USG digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa pada
bagian tubuh yang terdiri dari cairan.
Alat USG
Selain USG, aplikasi lain, yaitu rontgen juga biasa digunakan untuk memeriksa
bagian-bagian yang perlu didiagnosa penyakitnya, misalnya pada bagian kepala, sinus,
tulang, paru-paru, juga gigi. Terus bedanya rontgen sama USG apa? Bedanya, USG
menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz dan umumnya digunakan untuk
meliat kondisi janin pada rahim seorang ibu hamil. Sementara rontgen menggunakan sinar X
dan digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada organ-organ tubuh bagian
dalam, baik anak maupun dewasa.
Alat rontgen dan Contoh hasil rontgen
KESIMPILAN
3.1 Kesimpulan
Riset dan teknologi dalam bidang kesehatan, dengan adanya penemuan serta alat-alat
pengobatan dengan tingkat kecanggihan yang tinggi, seorang perawat harus mengetahui dan
menguasai bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut. Selain itu, dalam kinerja yang
baik dari seorang perawat juga merupakan hal penting karena hal tersebut akan berpengaruh
pada pelayanan kesehatan yang akan diberikan pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
http://healthcareitnews.informatikakesehatan.net/tantangan-penggunaan-tehnologi-informasi-
dalam-perbaikan-sistem-informasi-kesehatan/
https://idzamdewandaru.wordpress.com/2016/11/14/makalah-teknologi-di-bidang-kesehatan/