Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azkya Meizha Putri A

Nim : 200106031
Kelas : FA 20- 1A
Mata Kuliah : Farmasi Digital
Dosen Pengampu : apt. Anis Puji Rahayu, S.Farm., M.Si

SOAL

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk tertinggi keempat di dunia dengan total
penduduk mencapai 277 juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk diiringi dengan peningkatan kebutuhan
pelayanan berupa jasa dan pembelian produk di bidang kesehatan. Sebagai calon sarjana farmasi dan
telah mempelajari ilmu farmasi selama 3 (tiga) tahun uraikan inovasi teknologi di bidang kesehatan
(bisa kesehatan secara umum atau spesifik terkait farmasi) yang menurut Saudara dapat dikembangkan
di Indonesia. Tulis dalam bentuk essai (minimum 3000 kata) yang diawali dengan permasalahan
kesehatan yang dipilih, solusi yang diberikan, dan uraian inovasi teknologi yang akan dikembangkan.

JAWABAN

Permasalahan: Keterbatasan Aksesibilitas dan Edukasi Kesehatan

Indonesia, salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, menghadapi
tantangan besar dalam menyediakan layanan kesehatan yang memadai bagi seluruh warganya.
Terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan rendahnya tingkat pendidikan kesehatan di
beberapa daerah terpencil membuat masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari kemajuan medis.
Sebagai lulusan farmasi yang mempelajari ilmu farmasi selama tiga tahun, saya berpendapat bahwa
inovasi teknologi bisa menjadi kunci permasalahan ini.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang. Sehat juga menjadi
dambaan setiap orang yang dijadikan sebagai investasi dalam hidup produktif. Menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat jasmani, rohani, rohani, dan sosial yang
menunjang setiap orang untuk hidup sejahtera dan produktif secara sosial dan ekonomi yang
multidimensi (Endang Wahyati Yustina, 2018).

Untuk mencapai tujuan Konstitusi, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memelihara
apa yang disebut “kesejahteraan umum”. Oleh karena itu, tujuan pelayanan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan umum (Indar, Muh Alwy., Darmawansyah, 2020). Mendapatkan dan
memelihara kesehatan dapat dilakukan dengan adanya akses terhadap pelayanan kesehatan dan akses
terhadap pelayanan kesehatan.

Akses adalah kemampuan masyarakat dalam mencari dan menerima layanan. Aksesibilitas
layanan merupakan tingkat adaptasi sumber daya layanan kesehatan dan karakteristik masyarakat
dalam proses mencari dan menerima layanan (Frenk, 1992). Akses terhadap pelayanan kesehatan
adalah kemampuan setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Dimensi akses mencakup fisik (termasuk masalah geografis), biaya dan akses sosial. Lima dimensi yang
digunakan untuk mengukur akses terhadap layanan kesehatan seperti yang dikemukakan oleh Levesque
et al., antara lain; Kedekatan (proximity), akseptabilitas, ketersediaan dan akomodasi, keterjangkauan,
kesesuaian. Akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi masalah di Indonesia apalagi untuk
masyarakat terpencil.

Sarana dan Prasarana Kesehatan yang Terbatas:

Daerah terpencil di Indonesia sering menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan.
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan dapat berdampak negatif pada prognosis pasien. Selain itu,
kurangnya akses ke obat-obatan dan informasi kesehatan dapat meningkatkan risiko penyakit yang
dapat dicegah.

Solusi: Pemanfaatan Teknologi dalam Meningkatkan Akses dan Edukasi Kesehatan

1. Aplikasi Telefarmasi untuk Konsultasi Online: Pengembangan aplikasi telefarmasi dapat


membantu masyarakat terpencil untuk berkonsultasi dengan apoteker atau tenaga kesehatan
melalui platform digital. Ini dapat memungkinkan pemberian saran dan resep obat tanpa perlu
ke hadapan dokter secara fisik.

2. Pendistribusian Obat Otomatis: Implementasi mesin otomatis pendistribusian obat di pusat-


pusat kesehatan dapat membantu mengatasi masalah kelangkaan obat dan meningkatkan
efisiensi dalam proses pendistribusian.

3. Pendidikan Kesehatan melalui Aplikasi dan Konten Digital: Membangun aplikasi dan platform
digital yang menyediakan informasi kesehatan yang mudah dimengerti dan relevan. Ini bisa
mencakup panduan penggunaan obat, informasi penyakit, dan langkah-langkah pencegahan.

4. Implementasi Internet of Things (IoT) dalam Pemantauan Pasien: Menggunakan sensor dan
perangkat IoT untuk memantau pasien jarak jauh. Hal ini dapat membantu dalam pemantauan
kondisi pasien kronis, memastikan kepatuhan terhadap pengobatan, dan memberikan
peringatan dini tentang perubahan kondisi kesehatan.

5. Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi: Membangun sistem informasi kesehatan terintegrasi


yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan koordinasi
antarfasilitas kesehatan dan memberikan akses yang lebih cepat ke riwayat kesehatan pasien.

Manfaat Inovasi Teknologi dalam Praktik Farmasi:

Pengembangan teknologi di bidang farmasi dapat membawa manfaat yang signifikan dalam
praktik farmasi di Indonesia. Misalnya, implementasi sistem informasi farmasi yang terintegrasi dapat
membantu apoteker dalam manajemen stok obat, pelacakan tanggal kedaluwarsa, dan penyediaan
obat-obatan yang lebih akurat.
Pentingnya Regulasi dan Pelibatan Masyarakat:

Dalam menerapkan inovasi ini, aspek peraturan harus diperhatikan untuk memastikan
keamanan dan efektivitas. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam program pelatihan sangat penting
untuk memastikan penerimaan dan penggunaan teknologi ini secara berkelanjutan.

Kesimpulan: Membentuk Masa Depan Kesehatan Indonesia

Dengan menggabungkan pengetahuan farmasi dan inovasi teknologi, kita dapat membentuk
masa depan kesehatan Indonesia yang lebih inklusif dan efisien. Penerapan solusi di atas dapat menjadi
langkah awal dalam meningkatkan aksesibilitas, edukasi / pendididkan kesehatan, dan efisiensi sistem
kesehatan secara keseluruhan di Indonesia. Sebagai calon sarjana farmasi, saya berkomitmen untuk
terus berkontribusi pada perkembangan dan penerapan inovasi di bidang farmasi untuk kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka :

 Endang Wahyati Yustina, D. (2018) ‘Jurnal kedokteran indonesia’, jurnal kedokteran indonesia,
6(1), pp.
 4–21.
 Frenk J. 1992. The concept and measurement of accessibility. In Health Services Research: An
Anthology. Edited by White KL, Frenk J, Ordonez C, Paganini JM, Starfield B. Washington: Pan
American Health Organization. 858–864
 Indar,.Muh Alwy., Darmawansyah, N. (2020) Sengketa pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional

Anda mungkin juga menyukai