Online (E-Health)
Abstrak: Internet menawarkan kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya untuk
menyediakan pengguna informasi Kesehatan bagi pasien, tenaga Kesehatan dan
profesional. Menjaga integritas, sistem data, dan kerahasiaan informasi kesehatan
individu, kualitas isi, dan perlindungan konsumen dan kepentingan komersial industry
Kesehatan terhadap praktik-praktik yang tidak etis, adalah bidang yang menjadi
perhatian terbesar dalam implementasi dan penggunaan Internet. Namun belum ada
legislasinasional dan internasional untuk pengaturant entang penggunaanl ayanan
Kesehatan berbasis online.
Penelitian ini merupakan Literature review yang bertujuan untuk mengeksplorasi issue
etikdan hukum dalam penggunaan layanan kesehatan berbasis online (E-Health). Proses
review dimulai dengan mengidentifikasi jurnal artikel yang relevan dengan topik
penelitian.
Simpulan penelitian ini bahwa penggunaan layanan kesehatan berbasis online (E-
Health) adalah masalah Kesehatan masyarakat yang penting. E-Health muncul sebagai
alat pengembangan diagnostic baru dan intervensiterapeutik. A dan ya masalah
etikayangberkaitan dengan persimpangan praktik klinik dan komunikasi online tentang
pelayanankesehatan. Hal ini memungkinkan adanya perilaku diskriminatif atau tidak
etis serta tidak sesuai dengan kode etik profesi. Standar lisensi dan regulasiE-Health
belumdilakukan
PENDAHULUAN
METODEPENELITIAN
Penelitian ini merupakan Literature review yang bertujuan untuk mengeksplorasi issue
etikdan hukum dalam penggunaan layanan kesehatan berbasis online (E-Health). Proses
reviewdimulai dengan mengidentifikasi jurnal artikel yang relevan dengan topik
penelitian. Artikelyang akan direview dalam penelitian ini mencakup penelitian
kualitatif maupun kuantitatiftentang penggunaan layanan kesehatan berbasis online (E-
Health). Artikel memuat hasil penelitian dari negara-negara yang telah menggunakan
layanan Kesehatan berbasisonline(E-Health).
PEMBAHASAN
Efek media social pada Kesehatan individu dan populasi sangat luas dan bisa
dibilang lebih cepat dan jauh jangkauannya dari pada beberapa perkembangan
penting dalam ilmu kedokteran (Eubanks,2007). Sekarang saatnya tenaga Kesehatan
Bersama dengan lembaga penelitian dan penyandang dana swasta, untuk
berkomitmen untuk menelitiimplikasietis, hukum, dan social dari revolusi
mediasosial (LuptonandMaslen,2011).
2. RegulasiPenggunaanLayananKesehatanBerbasisOnline
Standar lisensi dan regulasiE-Healthbelumdilakukan di banyak negara pada
tingkatregional atau negara bagian. Lisensi profesional, alternatif dan praktik
kesehatan yangtidak disetujui, bertentangan dengan praktik penipuan dan klaim
menyesatkan, regulasi,dan masalah yurisdiksi hukum secara nasional dan
internasional adalah masalah regulasi dan jaminan kualitas utama dalam kondisi
sekarang ini (A.D.I.Kramer,J.E.Guillory,andJ. T.Hancock, 2014).
Sektorkesehatanbelummenanganikeamananinformasisecarakomprehensif.Organisasil
ayanan kesehatan menghadapi beragam risiko keamanan, privasi, dan kerahasiaan
danharusbertanggungjawabpenuhuntukmenjagasemuaaspekkeamanandankerahasiaan
data dan informasi (D. Luxton, J. D. June, and J. M. Fairall, 2012). Konflik akhirnya
antaraberbagi data, keamanan data, dan kerahasiaan harus diatasi sejak awal dalam
prosespengadaan dan pengembangan sistem dan setelah implementasi. Beberapa
organisasi Kesehatan telah menerapkan fitur keamanan dalam system informasi
mereka, tetapi sebagian besar organisasi tidak memiliki aturan atau prosedur tertulis
untuk penyedialayanan yang diberi wewenang untuk mengakses informasi klien,
seperti kebijakan pengungkapan informasisensitif, atau kebijakanpersonal
(FarnanJM,et.al,2013). Namun demikian, peraturan dan standar teknis untuk jaminan
privasi dan pemeliharaa nintegritas data dan keamanan akses harus masuk akal,
dalam hal mengakui realitas pemberianperawatan kesehatan, variabilitas lingkungan
aplikasi, dan keragaman nilai etika nasionaldansistem hukum (N. Diviani, et.al,
2015).
Disarankan agar tenaga kesehatan yang memiliki akun media sosial membuat dua
akunberbeda antara akunnya sebagai pemberi edukasi kesehatan dan akun ekspresi
pribadi.Pada akun yang ditujukan untuk pribadi, tenaga kesehatan perlu menolak
pertemananatau pemberian akses kepada pasien. Sedangkan, bagi akun yang dibuat
untuk pribadi, tenaga kesehatan perlu menolak pertemananatau pemberian akses
kepada pasien. Sedangkan, bagi akun yang dibuat untuk edukasi Kesehatan, maka
informasi yang layaknya terbatas pada kalangan professional tidak boleh
disampaikan pada media sosial yang tidak dapat atau minim diatur tingkat
privasinya. Disarankan informasi ini disebarkan melalui jenis media social yang
terenkripsibaik, sehinggasasaran dapat diatursecaratepat(Budd L.,2013).
Untuk menghindari masalah etik yang timbul dari penggunaan media sosial,
terdapatbeberapa hal yang dapat dilakukan yaitu memperketat pengaturan privasi
pegawai danpasien di layanan kesehatan. Hal tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui siapa sajayang mengakses konten yang dibuat atau disimpan oleh tenaga
kesehatan. Meskipun terdapat pengaturan privasi, dianjurkan untuk tetap waspada
dengan ketidak sempurnaan sistem privasi di media sosial. Selain itu, batasan antara
tenaga kesehatan dengan pasienjuga perlu diperjelas. Penetapan batasan tersebut
dapat dilakukan dengan menghindarihubungan non profesional secara online dengan
pasien, misalnya dengan membatasipertemanan dengan pasien di situs profesi dan
menolak pertemanan dengan pasien disitus pribadi. Ketika berbagi kasus secara
online, dokter hendaknya menjaga kerahasiaanpasien dengan menghilangkan
identitas pasien dan tetap meminta persetujuan pasien yang bersangkutan.
Perluberhati-hati dalam memberikan opini mengenai sejawat, pegawai, fasilitas
pelayanan kesehatan, atau birokrasi kesehatan. Tenagakesehatan dituntut untuk jujur
dalam berinteraksi secara online, termasuk dalam beriklan. Hanya boleh beriklan
secara online untuk layanan yang sah berdasarkan informasi yang terpercaya, akurat,
dan relevan(PrawiroharjoP,2017).
Berikut ini kode etik dalam penggunaan layanan kesehatan berbasis online (E-Health)
yaitupertama, keterbukaan (penyedialayanan Kesehatan diwajibkan untuk
menjelaskan informasi tentang keadaan pasien. Proses keterbukaan juga harus
mencakup kejelasan kepemilikan situs dan kepentingan finansial pemilik pada situs
tersebut, tujuan keberadaan situs, dan hubungannya dengan pihak sponsor). Kedua,
kejujuran (penyedialayanan Kesehatan harus memastikan bahwa informasi, termasuk
konten dan klaim terkait produk kesehatan, adalah benar dan tidak menyesatkan).
Ketiga, kualitas (penyedialayanankesehatan diwajibkan untuk menyediakan
informasi yang akurat,mudah dimengerti, selalu diperbarui). Keempat, informed
consent (penyedia layanankesehatan harus menghormatihak pengguna untuk
menentukan data apa saja dan bagaimana data pribadi mereka
dikumpulkan,digunakan,ataudibagikan).Kelima,privacy(penyedia layanan kesehatan
harus menghormati serta melindungi privasi pengguna.Memastikan keamanan
layanan mereka untuk mencegah akses yang tidak sah terhadap penggunaan datap
ribadi). Keenam, professionalis minonlinehealthcare (tenagakesehatan yang
memberikan nasihat atau perawatan medis secara online harus mematuhi kode etik
masing-masing profesi.Para professional harus menjelaskan keterbatasan
Rekomendasi terapi maupun diagnosis yang dilakukan secara online. Ketujuh,
responsiblepartnering (sponsor atau afiliasi yang bekerja sama dengan penyedia jasa
layanan kesehatan harus dapat dipercaya serta mematuhi hukum yang berlaku dan
menjunjungtinggi standar etika yang sama). Kedelapan, accountability (penyedia
layanan Kesehatan wajib untuk menyediakan kesempatan bagi para pengguna jasa
untuk memberikan umpan balik, dalam bentuk saran, kritik, mau pun pengawasan
kepatuhan situs terhadapkodeetik).
KESIMPULAN
SARAN
Pembuat kebijakan dalam hal ini Kementrian Kesehatan perlu membuat pengaturan
penggunaan pelayanan kesehatan berbasis online (E-Health) agar tidak menimbulkan
masalah etik dan memiliki landasan hukum yang jelas.
1. Penelitiselanjutnyadiharapkanuntukdapatmengkajilebihbanyaksumbermaupunreferen
siyang terkaitdengan pelayanankesehatan berbasis online.
2. Tenaga kesehatan diharapkan tetap harus untuk jujur dalam berinteraksi secara
online. Untuk memberikan layanan Kesehatan berbasis online (E-Helath) harus
terpercaya, akurat, dan relevan.
DAFTARPUSTAKA
Amelia, Fiona. ( 2016, September1). Urgensi Keberadaan Kode Etik Layanan Kesehatan
Onlinee Health. Retrieved fromhttp://klik dokter.com.
Smith and M. Anderson, “Social Media Use in 2018,” Pew Research Center, March 1,
2018,http://www.pewinternet.org/2018/03/01/social-media-use-in-2018/.
US Department of Health and Human Services, authors. Proposed Standards for Privacy
ofIn dividually Identifiable
Health Information. 1999.
http://aspe.hhs.gov/admnsimp/pvcsumm.htm.
G. C .BowkerandS .L. Star, Sorting Things Out: Classification and Its Consequences
(Cambridge, MA: MIT Press, 1999); H. K. Andreassen and K. Dyb, “Differences
and Inequaliti esin Health: Empirical Reflectionson Telemedi cineand Politics,
”Information Communicationand Society 13,no. 7 (2010): 956-75.
Clark, Capuzzi, and Harrison, “Telemedicine: Medical, Legal and Ethical Perspectives”;
E.L.Egedeetal., “Psychotherapy for Depressionin Older Veteransvia
Telemedecine: Effecton Quality of Life, Satisfaction, Treatment Credibility, and
Service Delivery Perception,”Journalof Clinical Psychiatry 77, no. 12 (2016):
1704- 11.
R.Martinson,“TheDouble-Edged Sword of Prison Video Visitation: Claimingto Keep
Families Together While Furthering the Aims of the Prison Industrial Complex,”
Florida A & MUniversityLaw Review 9,no.1 (2013): 83-110.
M. Simon, “HP Looking into Claim Webcams Can’t See Black People,” CNN,
December 23,2009.
Lupton and Maslen, “Telemedicine and the Senses,” 1564; see also P. Måseide, “Body
Workin Respiratory Physiological Examinations,” Sociology of Health and Illness
33, no. 2(2011):296-307.
Luxton, J. D. June, and J. M. Fairall, “Social Media and Suicide: A Public Health
Perspective,”AmericanJournal ofPublic Health102, supplementno. 2 (2012):195-
200.
Farnan JM, Sulmasy LS, Worster BK, Chaudhry HJ, Rhyne JA, Arora VM. Online
medical professionalism: Patient and public relationships: Policy statement from
the American College of physicians and the federation of State Medical Boards.
Ann Intern Med.2013;158(8):620–7.doi:10.7326/0003-4819-158-8- 201304160-
00100.
N. Diviani, B. van den Putte, S. Giani, and J. C. M. van Weert, “Low Health Literacy
and Evaluationof Online Health Information: ASystematic Reviewofthe
Literature,”Journalof MedicalInternet Research17, no.5 (2015):e112.
Internet Healthcare Coalition, authors. Tips For Health Consumers Finding Quality
HealthInformationontheInternet.2000.http://www.ihealthcoalition.org/content/
tips.html.
Budd L. Physician tweet thyself: A guide for integrating social media into medical
practice. BCMed J. 2013;55(1):38–41.
PrawiroharjoP, Libritany N. Tinjauan etika penggunaan media social oleh dokter. JEKI.
2017;1 (1): 31–4.doi:10.26880/jeki.v1i1.7