Anda di halaman 1dari 3

Halaman 210-212 ( di dalam- cummings 2000)

Di dalam sel bakteri F faktor dapat berintegrasi dengan kromosom inang


atau bebas tidak berintegrasi.
Bakteri F+ F- dan Hfr
Suatu sel donor yang mengandung faktor F otonom tidak terintegrasi
disebut sebagai F+ , sebaliknya sel yang tidak mengandung F disebut sel F - (sel
resipien). Sel F+ mempunyai kemampuan membentuk F pili maupun tabung
konjugasi serta akhirnya melakukan transfer genetik, sedangkan sel F - tidak
memiliki kemampuan tersebut. Dewasa ini selain sel F + dan sel F- , sudah umum
diketahui adanya sel Hfr. Pada tahun 1950 Cavalilina S. member perlakuan
dengan mustard nitrogen terhadap suatu strain F+ E. colli. Dari perlakuan tersebut
diperoleh strain bakteri donor yang mempunyai laju atau frekuensi rekombinasi
yang tinggi. Pada tahun 1955 W. Hayes mengisolasi strain lain juga
memperlihatkan kaju atau frekuensi yang serupa. Strain yang memiliki laju atau
frekuensi tinggi tersebut disebut Hfr (High Frequency recombination).
Dari pengkajian lebih lanjut terungkap bahwa strain Hfr terbentuk melalui
suatu pndah silang tunggal yang berdampak pada terintegrasinya faktor F seperti
pada gambar 13.4.

Dalam keadaan terintegrasi dengan kromosom inang, faktor F tidak


bereplikasi secara bebas, tetapi justru bereplikasi bersama bagian-bagian
kromosom inang yang lain. Oleh karena itu gen-gen faktor F yang terintegrasi itu
masih fungsional, maka sel-sel Hfr juga dapat berkonjugasi dengan sel-sel F -.

disamping laju atau frekuensi yang sangat tingi ada strain bakteri hfr, perbedaan
lain antara strain Hfr dan strain F adalah bahwa setelah rekombinasi sel F hampir
tidak pernah berubah menjadi sel F+ ataupun sel Hfr. Di lain pihak setelah
konjugasi menyebabkan terjadinya rekombinasi antara sel F- dan sel F+
Di dalam sel bakteri F faktor dapat berintegrasi dengan kromosom inang
atau bebas tidak berintegrasi.
Bakteri F+ F- dan Hfr
Suatu sel donor yang mengandung faktor F otonom tidak terintegrasi
disebut sebagai F+ , sebaliknya sel yang tidak mengandung F disebut sel F - (sel
resipien). Sel F+ mempunyai kemampuan membentuk F pili maupun tabung
konjugasi serta akhirnya melakukan transfer genetik, sedangkan sel F - tidak
memiliki kemampuan tersebut. Dewasa ini selain sel F + dan sel F- , sudah umum
diketahui adanya sel Hfr. Pada tahun 1950 Cavalilina S. member perlakuan
dengan mustard nitrogen terhadap suatu strain F+ E. colli. Dari perlakuan tersebut
diperoleh strain bakteri donor yang mempunyai laju atau frekuensi rekombinasi
yang tinggi. Pada tahun 1955 W. Hayes mengisolasi strain lain juga
memperlihatkan kaju atau frekuensi yang serupa. Strain yang memiliki laju atau
frekuensi tinggi tersebut disebut Hfr (High Frequency recombination).
Dari pengkajian lebih lanjut terungkap bahwa strain Hfr terbentuk melalui
suatu pndah silang tunggal yang berdampak pada terintegrasinya faktor F seperti
pada gambar 13.4.

Dalam keadaan terintegrasi dengan kromosom inang, faktor F tidak bereplikasi


secara bebas, tetapi justru bereplikasi bersama bagian-bagian kromosom inang
yang lain. Oleh karena itu gen-gen faktor F yang terintegrasi itu masih fungsional,
maka sel-sel Hfr juga dapat berkonjugasi dengan sel-sel F-. disamping laju atau
frekuensi yang sangat tingi ada strain bakteri hfr, perbedaan lain antara strain Hfr
dan strain F adalah bahwa setelah rekombinasi sel F hampir tidak pernah berubah
menjadi sel F+ ataupun sel Hfr. Di lain pihak setelah konjugasi menyebabkan
terjadinya rekombinasi antara sel F-

Anda mungkin juga menyukai