Anda di halaman 1dari 21

PENGAMATAN KAPANG KELAS BASIDIOMYCETES

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mikologi
Yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hartuti M.Pd
dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si

Oleh kelompok 4:
Della Azizatul Faraoidah
Rofiqoh Lailatul Fitriyah
Yunita Nur Agustiningsih

140342600578
140342600944
140342601774

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2016

A. Topik
: Pengamatan Kapang Kelas Basidiomycetes
B. Waktu dan Tempat :
Praktikum pengamatan kapang kelas basidiomycetes dilakukan pada hari Jumat, 11
November 2016 di Laboratorium Mikologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Malang
C. Tujuan
:
1. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi koloni jamur yang termasuk dalam kelas
2.

Basidiomycetes
Untuk mengetahui ciri-ciri sitologi jamur yang termasuk dalam kelas

Basidiomycetes.
D. Dasar Teori
Jamur merupakan organisme bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki
hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Madigan et al., 2012).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah , dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi
mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilaman mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lain
(Pelczar, 2008).
Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang.Tubuh vegetatif kapang
berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan
memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur).
Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya
bulat atau oval (Risma 2011).
Terdapat jamur yang merugikan dan adapula yang menguntungkan. Jamur
merugikan adalah berbagai jenis jamur ( fungi ) penyebab penyakit pada manusia dan
tanaman, misalnya penyebab keracunan saat dikonsumsi; menjadi sumber penyakit
seperti panu, kadas, kurap atau jamur yang menyebabkan kayu cepat lapuk. Jamur
menguntungkan adalah berbagai jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
misalnya untuk menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotic untuk obat.
Atau jamur yang bermanfaat dalam pembuatan tempe, oncon dan alcohol. Termasuk
jamur menguntungkan adalah jamur konsumsi. yaitu jamur yang dapat dimakan tanpa

menimbulkan efek racun. Jenisnya antara lain jamur kuping, jamur tiram, merang,
shiitake, champignon dan jamur barat.
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang
saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan
atas miselium vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari lingkungan dan miselium
fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Campbell 2004).
Basidiomycotina merupakan kelompok dari jamur yang sangat tinggi tingkat
perkembangannya dibandingkan kelompok-kelompok jamur lain. Kelompok jamur ini
disebut Basidiomycotina karena

dalam

reproduksi

generatifnya

menghasilkan

basidiospora. Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai ciri ciri yaitu
dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa primer
dan sekunder, mengamdung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat,
membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetatife dengan
menghasilkan basidiospra (Irianto 2006).
Basidiomycetes merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian tumbuhan
lainnya. Divisi Basidiomycetes juga mencakup mutualis yang membentuk mikorhiza
dan parasit tumbuhan. Di antara semua fungi, basidomycetes saprobik adalah yang
paling baik dalam mengurai polimer lignin yang kompleks, suatu komponen kayu yang
sangat berlimpah. Banyak di antara fungi rak menjadi parasit pada kayu pohon yang
lemah atau yang rusak dan mengurai kayu tersebut setelah pohon itu mati. Dua
kelompok basidiomycetes, rust dan smut, mencakup terutama parasit tumbuhan yang
sangat merusak. Siklus hidup fungi gada biasanya meliputi miselium dikariotik yang
bertahan lama. Secara periodik, sebagai tanggapan terhadap rangsangan lingkungan,
miselium ini bereproduksi secara seksual dengan cara menghasilkan tubuh buah yang
rumit yang disebut basidiokarpus. Jumlah basidia suatu basidiokarpus yang banyak itu
merupakan sumber spora seksual. Reproduksi aseksual pada basidiomicetes lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan pada askomicetes.
Ciri-ciri Basidiomycotina
a. Sifat hidupnya heterotof, ada yang saprofit misalnya Auricularia polyricha dan
b.
c.
d.
e.

parasit misalnya Exobassidium vexans.


Ukurannya mikroskopis dan makroskopis dan bersel multiseluler.
Hifanya bersekat, hifa vegetatifnya mempunyai sati inti yang haploid.
Memiliki buah yang disebut basidiokarp (tempat terbentuknya basidium).
Umumnya badan buahnya berbentuk payung yang terdiri atas batang dan
tudung.

f. Miseliumnya memasuki ujung atau seluruh substrat.


g. Reproduksi aseksual dengan membentuk spora vegetatif yaitu konida.
h. Reproduksi seksual dengan membentuk spora generatif yaitu basidiospora

E. Alat dan Bahan


Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Kaca penutup
4. Pipet
5. Jarum inokulasi
6. Lampu spirtus
7. Silet
Bahan :
1. Aquades
2. Minyak emersi
3. Xylol
4. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
5. Jamur kuping (Auricularia auricular)
6. Jamur Amanita muscaria

F. Cara Kerja

G. Data Pengamatan
No
1

Pengamatan makroskopik
Jamur Amanita muscaria

Pengamatan mikroskopik

a. Tudung
Bentuk tudung: convex
Permukaan
atas tudung:
striate
basidiates
basidiospor
Irisan melintang tudung: plane
a
b.basidia
Gills
cystidia
Perlekatan pada batang: sinuate
Spasi gills: crowded
Margin gills: crenate
c. Batang
Bentuk batang: tapering to apex
Bentuk dasar batang: bulbous

Gambar 1. Jamur Amanita muscaria


2

(dokumen pribadi)
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
a. Tudung
Bentuk tudung: umbonate
Permukaan atas tudung: rimosa
Irisan melintang tudung: plane
b. Gills basidiospor
Perlekatan pada
cystidia
a batang:
decurrent
Spasi gills: distant basidiates
Margin gills: ragged, eraded
basidia
c. Batang
Bentuk batang: tapering to base
Bentuk dasar batang: bulbous

Gambar 2. Jamur Tiram


(Pleurotus ostreatus)
3

(dokumen pribadi)
Jamur kuping (Auricularia auricula)
a. Tudung
Bentuk tudung: deprsessed
Permukaan atas tudung: wavy

//

Irisan melintang tudung:


upterned
b. Gills
Perlekatan pada batang: sinuate
Spasi gills: Margin gills: wavy
c. Batang
Bentuk batang: Bentuk dasar batang: -

Gambar 3. Jamur kuping


(Auricularia auricula)
(dokumen pribadi)
H. Analisis Data
Pada pengamatan jamur kelas Basidiomycetes menggunakan pengamatan 2
metode yaitu dengan cara pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan
makroskopis dilakukan dengan menggambar dan mengetahui bagian-bagian dari jamur
kelas Basidiomycetes. Sedangkan pada pengamatan mikroskopis dilakukan dengan
pembuatan preparat dari jamur kelas Basidiomycetes. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan:
1. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Pada praktikum jamur dilakukan pengamatan makroskopik dan mikroskopik. Pada
pengamatan makroskopik jamur tiram didapatkan data bahwa jamur tiram terdiri atas
bagian-bagian yang meliputi tudung, lamella, dan tangkai. Pada bagian tudung terdapat
ciri yakni bentuk tudungnya bertipe umbonate dengan permukaan atas tudung tipe
rimosa dan irisan melintang tudung bertipe plane. Pada bagian gills atau lamella yakni
perlekatan pada batang bertipe decurrent, spasi gills distant, dan margin gills ragged

eroded. Sementara pada batang berbentuk tapering to base, dan bentuk dasar batang
bulbous.
Selanjutnya dilakukan pengamatan jamur tiram secara mikroskopik dan
didapatkan bentukan seperti gambar yang terlihat pada hasil pengamatan. Didapatkan
bagian-bagiannya yang meliputi basidiospora, basidia, sub hymenium, hymenium,
cystidia, basidiales.
2. Jamur Amanita muscarea
Pengamatan makroskopik

jamur

Amanita

muscarea

menunjukkan

hasil

pengamatan yaitu pada bagian tudung memilki bentuk convex, dengan permukaanyai
atas tudung strate dan irisan melintang tudung pada jamur Amanita muscarea yaitu
plane. Selanjutnya pada bagian gills memilki perlekatan pada batang yaitu sinuate,
dengan spasi gills crowded dan margin gills yaitu crenate. Berlanjut pada pengamatan
pada bagian batang jamur Amanita muscarea, memiliki bentuk batang tapering to apex
dengan bentuk dasar batang yaitu bulbous
Pada pengamatan mikroskopik yaitu dengan membuat preparat jamur Amanita
muscarea irisan melintang sehingga dapat terlihat bagian-bagian yang diduga sebagai
basidiospora, basidia, basidiales, cystidia, hymenium dan subhymenium.
3. Jamur Kuping (Auricularia auricula)
Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ciri morfologi dan struktur dari
jamur Basidiomycetes dari bahan amatan yaitu jamur kuping (Auricularia auricula).
Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis, bagian morfologi dari jamur kuping
dibedakan atas tiga bagian yaitu tudung (pileus), lamella (gills) dan batang (stipe). Pada
bagian tudung (pileus) jamur memiliki tipe bentuk tudung deprsessed, permukaan atas
tudung berbentuk tipe wavy, dan pada irisan melintang tudung berbentuk tipe upturned.
Pada bagian lamella (gills), bentuk perlekatan pada batang bertipe sinuate dan pada
margin gills berbentuk tipe wavy namun tidak terdapat bagian spasi gills. Pada bagian
batang (stipe), jamur kuping tidak memiliki bentuk batangnya dan bentuk dasar batang.
Pada hasil pengamatan mikroskopik struktur dari basidiospora jamur kuping
(Auricularia auricula) mempunyai struktur yang dinamakan hymenium dan cystida.
Pada hymenium hanya terdapat bagian basidium.
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik dan makroskopik dapat diambil
kesimpulan sementara bahwa pada jamur tiram dan jamur Amanita muscarea
mempunyai struktur morfologi dibedakan atas tiga bagian yaitu tudung (pileus), lamella

(gills) dan batang (stipe) sedangkan pada jamur kuping (Auricularia auricula) hanya
memiliki struktur tudung (pileus) dan lamella (gills). Pada pengamatan mikroskopik
didapatkan bagian-bagiannya yang meliputi basidiospora, basidia, sub hymenium,
hymenium, cystidia, basidiales.
I. Pembahasan
1. Jamur Tiram
Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak tumbuh pada media
kayu, baik kayu gelondongan ataupun serbuk kayu. Pada limbah hasil hutan dan hampir
semua kayu keras, produk samping kayu, tongkol jangung dan lainnya, jamur dapat
tumbuh secara luas pada media tersebut. Di Indonesia jamur tiram putih merupakan
salah satu jenis jamur yang banyak dibudiumurkan. Karena bentuk yang membulat,
lonjong, dan agak melengkung serupa cakra tiram maka jamur kayu ini disebut jamur
tiram. Menurut Cahyana dkk (1997) klasifikasi lengkap tanaman jamur tiram adalah
sebagai berikut :
Kingdom
: Mycetea
Division
: Amastigomycotae
Phylum
: Basidiomycotae
Class
: Hymenomycetes
Ordo
: Agaricales
Family
: Pleurotaceae
Genus
: Pleurotus
Species
: Pleurotus ostreatus
Jamur tiram adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk
dalam kelas Homobasidiomycetes. Bagian-bagiannya meliputi tudung, lamella, dan
tangkai. Tudung merupakan tubuh buah dari jamur. Lamella merupakan lembaranlambaran yang terdapat dibawah tudung. Tangkai merupan badan yang mendukung
tudung/tubuh buah. Substrat adalah tempat hidup jamur. Tubuh buah berwarna putih
hingga krem, tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung, tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh
menyamping (Suriawiria, 1993). Jamur tiram memiliki ciri-ciri fisik seperti
permukaannya yang licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian tepinya agak
bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan daging buah berwarna
putih. Jamur ini dapat tumbuh pada kayu-kayu lunak, spesies ini tidak memerlukan
intensitas cahaya tinggi karena dapat merusak miselia jamur dan tumbuhnya buah
jamur. Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dengan suhu 15- 30 oC pada pH 5,57 dan kelembaban 80%-90% (Achmad dkk, 2011)

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan data mengenai ciri-ciri dari tudung jamur
tiram yakni bentuk tudungnya umbonate, permukaan atas tudung tipe rimosa, dan irisan
melintang tudung bertipe plane. Pada bagian gills yakni perlekatan pada batang
decurrent, spasi gills distant, dan margin gills ragged eroded. Pada batang berbentuk
tapering to base, dan bentuk dasar batang bulbous.
Berdasarkan literature, miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan
cepat. Tubuh buah jamur berbentuk seperti payung dengan tangkai yang letaknya
sentral. Jamur tiram putih (P. ostreatus) mempunyai tudung berdiameter 4-15 cm atau
lebih, berbentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang
membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak
lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, atau coklat tua (kadang-kadang
kekuningan pada jamur dewasa), tetapi menggulung ke dalam, pada jamur muda
seringkali bergelombang atau bercuping, (Cahyana et al., 2005).
Pada waktu muda tubuh buah itu diselubungi oleh suatu selaput yang dinamakan
velum universale. Jika tubuh buah membesar, tinggalah selaput pada pangkal tangkai
tubuh buah yang disebut bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat juga selaput
yang menutupi sisi bawah tubuh buah yang dinamakan selaput velum partiale. Jika
tubuh buah membesar, selaput ini akan robek dan merupakan suatu cincin atau annulus
pada bagian atas tubuh buah (Tjitrosoepomo,2011).
Tangkai yang tumbuh umumnya pendek tergantung pada kondisi lingkungan
tempat tumbuhnya seperti kepadatan mediumnya. Medium serbuk gergaji yang padat
baik sebagai penyangga tangkai sehingga memudahkan tangkai tumbuh lebih baik
(Djarijah dan Djarijah 2001).
Menurut Achmad, dkk (2011), jamur tiram memiliki daging tebal, berwarna putih
kokoh tapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Habitat jamur tiram
tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada
batang kayu. Pada umumnya jamur tiram, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam
siklus hidupnya, yaitu secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi
aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui
jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya,
spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan
secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi
primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora

yang terletak pada kantung basidium. Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu
sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai anti bakterial dan anti tumor, serta
dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.
Menurut Cahyana dkk.,(1997) jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang
sekarang banyak dibudidayakan. Jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan antara
lain Pleurotus florida, Pleurotus sajor-caju, Pleurotus ostreatus, Pleurotus cysdiosus,
Pleurotus flabellatus dan Pleurotus sapidus. Di Indonesia Pleurotus ostreatus disebut
sebagai jamur tiram putih, sedangkan di Jepang disebut jamur mutiara atau hiratake.
Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella
yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh.
Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum
partiale. Letak himenium yang demikian ini disebut Angiokarp. Lapis himenium itu
terjadi secara serempak, jadi semua bagian sama umurnya dan terlihat dari bawah
setelah velum partiale sobek-sobek. Pleurotus sp. umumnya hidup bergerombol
menyerupai susunan pada batang kayu, beberapa jenis ada yang tumbuh soliter.
Pleurotus sp. juga dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi (Gunawan, 1999).
Berdasarkan pengamatan mikroskopik jamur tiram terdapat basidiospora, basidia,
sub hymenium, hymenium, cystidia, basidiales. Basidiospora umumnya haploid. Ketika
germinasi spora menghasilkan hifa yang memiliki nukleus tunggal pada setiap
kompatemennya.

Hifa

ini dikenal

dengan

nama

monokaryons.

Pada

tahap

pertumbuhannya, dua monokaryon yang berbeda melakukan fusi, hasilnya berupa spora
kecil yang dinamakan oidium. Hymenium adalah istilah yang diterapkan pada jaringan
bantalan spora dari banyak jamur. Kebanyakan basidiomycota tumbuh sebagai
dikaryons, hingga lingkungan menginduksi sinyal untuk membentuk tubuh buah.
Beberapa hifa menghasilkan sel khusus yang disebut basidia. Dua nukleus haploid dari
basidium berfusi untuk membentuk nucleus diploid, selanjutnya mengalami meiosis
menghasilkan empat nukleus haploid, kemudia nukleus hapoid bermigrasi membentuk
basidiospora yang tangkainya melekat pada basidium.
Saat pertumbuhan banyak cabang benang keluar permukaan dan akhirnya berhenti
dalam sel berbentuk klub. Sel-sel ini berdampingan, tegak lurus ke permukaan,
membentuk trotoar, di seluruh permukaan gills. Beberapa mengeluarkan empat prongs
kecil pada masing-masing spora, sementara yang lain hanya tetap sebagai sel steril. Selsel bantalan spora yakni basidia, yang lain disebut Parafisa yang mirip satu sama lain
dan jumlahnya sangat banyak. Basidia menanggung empat sterigmata dan spora. Dalam

beberapa spesies jumlah sterigmata berkurang dua dan dalam beberapa bentuk rendah
jumlahnya variabel. Lapisan tepat di bawah basidia yang biasanya lebih atau kurang
dimodifikasi, yang sering terdiri dari sel-sel kecil yang berbeda dari sisa Trama tersebut
ini disebut lapisan sub-hymenial atau sub-hymenium (Atkinson, 2007)

Gambar 1. Struktur mikroskopis jamur tiram (dokumen pribadi)

Gambar 2. Struktur mikroskopis jamur tiram


(ReeMoe_Island.com)
2. Jamur Amanita muscaria
Jamur Amanita muscaria
Klasifikasi (Birsyam, 1992) :
Kingdom
: Fungi
Divisi
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Amanitaceae
Genus
: Amanita
Spesies
: Amanita muscaria

Berdasarkan pengamatan yang di lakukan dapat diketahui bahwa Amanita


muscaria, yang ditemukan dalam keadaan menempel pada bebatuan yang basah ataupun
lembab. Jamur Amanita muscaria ini, menurut Birsyam (1992) termasuk dalam divisi
Basidiomycota. Divisi ini sebagian besar makroskopis dan sering dijumpai di tanah dan
di hutan. Menurut Suhandono (2012) ciri utamanya untuk ciri makroskopik adanya
bercak-bercak putih di bagian kepala, bentuk tudung convex, dengan permukaan atas
tudung plane. Pada bagian gills memilki gills yang cukup rapat. Memilki bentuk batang
tapering to apex dan bentuk dasar batang bulbous. Sedangkan untuk ciri
mikroskopiknya yaitu hifa septat dengan sambungan apit (clamp connection), spora
seksualnya terbentuk pada basidium yang berbentuk gada. Divisi ini terdiri dari
beberapa kelas, diantaranya ialah kelas Hymenomycetes, ordo Agaricales, family
Agariceae, yang mencakup jamur-jamur berlamela atau memiliki keping lipatan.
Berdasarkan literature diatas dapat diketahui bahwa hasil pengamatan dengan
literature yang ada adalah sesuai bahwa dalam jamur Amanita muscaria termasuk dalam
divisi basidiomycota. Dan persamaan yang lain terlihat bahwa dalam jamur ini terlihat
adanya bercak-bercak putih di bagian kepala, seperti pada gambar 3. Serta bentuk
tudung, gills dan batang yang sesuai dengan literatur.

Gambar 3. Bercak putih pada tudung jamur Amanita muscaria (dokumen


pribadi)
Amanita muscaria adalah jamur beracun yang termasuk ke dalam golongan
basidiomycota. Jamur ini memiliki warna yang bervariasi, mulai dari merah terang,
jingga, kuning, hingga putih. A. muscaria dapat ditemukan di berbagai daerah di seluruh
dunia karena jamur ini mampu tumbuh di berbagai suhu, mulai dari suhu dingin seperti
di kutub hingga daerah tropis sekalipun. Namun, ciri khas dari jamur ini adalah adanya
bercak-bercak putih di bagian kepala (Pangestu, 2009). A. muscaria memang terkenal

sangat beracun karena dalam 2-3 jam setelah menghirup jamur ini dapat terjadi diare,
vertigo, koma, muntah, dan beberapa efek lainnya. Pada bagian tubuh buah dari jamur
ini, terdapat senyawa asam ibotenat dan muscimol yang bersifat halusinogen dan
psikoaktif. Senyawa tersebut dapat mempercepat mengganggu sistem saraf, denyut
jantung, mulut kering, dan halusinasi (Roimil, 2002).
Ciri mikroskopik dari jamur A. Muscaria memiliki ukuran spora 6,5-9x2,8-3,5
mikrometer, Bentuk basidiospora silindris sampai oval, tekstur halus, warna
transparan/hialin, memiliki vakuola. Basidia berukuran 23,6-27x5-7 mikrometer.
Bentuk basidia slenderly clavate (Postlethwait dan Hopson, 2006)
Berdasarkan literatur tersebut, apabila dilihat pada gambar 5, bahwa bentuk
basidiospora pada pengamatan mikroskopik memang berbentuk oval, basidia berbentuk
agak silindris, dan juga terdapat basidiates. Pada gambar 4, juga terlihat bagian
menyerupai cystidia.

basidiatesbasidiospor
a
basidia
cystidia

Gambar 4. Pengamatn mikroskopik jamur A. Muscaria


(dokumen pribadi)
Menurut Postlethwait dan Hopson (2006) basidiospora umumnya haploid.
Ketika germinasi spora menghasilkan hifa yang memiliki nukleus tunggal pada setiap
kompatemennya. Hifa ini dikenal dengan nama monokaryons (bahasa yunani, mono
=satu; karyos = nukleus). Pada tahap pertumbuhannya, dua monokaryon yang berbeda
melakukan fusi (plasmogamy), hasilnya berupa spora kecil yang dinamakan oidium.
Kebanyakan basidiomycota tumbuh sebagai dikaryons, hingga lingkungan menginduksi
sinyal untuk membentuk tubuh buah. Perkembangan selanjutnya, beberapa hifa
menghasilkan sel khusus yang disebut basidia (tunggal: basidium).

Dua nukleus

haploid dari basidium berfusi (karyogamy) untuk membentuk nucleus diploid,

selanjutnya mengalami meiosis menghasilkan 4 nukleus haploid, kemudian nukleus


hapoid bermigrasi membentuk basidiospora yang tangkainya melekat pada basidium.
3. Jamur Kuping (Auricularia auricular)
Jamur kuping (Auricularia. Auricula Judae Schrot, sinonim Auricularia auricula,
Hirneola auricula-judae) merupakan salah satu jenis jamur pangan yang telah banyak
dikenal dan sudah memasyarakat. Miles dan Chang (1997) menyatakan bahwa A.
auricula merupakan jamur pangan penting skala Internasional dan menduduki urutan
keempat yaitu setelah Agaricus bisporus, Lentinus edodes dan Pleurotus ostreatus.
Jamur kuping dalam bentuk kering biasa digunakan dalam berbagai masakan Asia.
Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang
termasuk dalam kelas Basidiomycetes dan Phylum Basidiomycota (Alexopoulos, et al.,
1996). Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat
dengan mata telanjang.
Tubuh buah jamur kuping berwarna coklat tua kemerahan dan berbentuk mirip
dengan daun telinga manusia, bertekstur kenyal dan di alam bebas tumbuh di batang
pohon mati yang basah dan lembab (Alexopoulos, et al., 1996). Jamur kuping
(Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi dan mempunyai
tekstur jelly yang unik. Karakteristik dari jamur kuping adalah memiliki tubuh buah
yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering,
tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Jamur kuping
berbentuk lekukan yang berlekuk tidak teratur (Gunawan & Agustina, 2009).
Jamur ini dapat tumbuh secara alami, melekat pada pohon yang masih hidup
maupun yang sudah mati, di daerah tropis dan sub tropis (Kaul, 1997). Habitat jamur
kuping biasanya berada di tempat-tempat yang bersuhu dingin. Jamur tumbuh dan
berkembang di alam terbuka sesuai dengan habitat dan lingkungan (media) hidupnya
(Tjitrosoepomo, 2011). Jamur kuping dapat ditemukan sepanjang tahun di daerah yang
beriklim dingin sampai dengan daratan tropis beriklim panas dan tumbuh optimal pada
kisaran suhu 26 C - 28 C. Jamur kuping dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai
macam kayu di sembarang tempat. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada kayu
lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang
memiliki ketinggian antara 600 m - 800 m di atas permukaan laut dengan kelembaban
80% - 90% serta suhu udara berkisar 20 C - 30 C.
Menurut Chang & Miles. (1989), klasifikasi ilmiah jamur kuping (Auricularia
auricula) sebagai berikut:

Kingdom
: Fungi
Divisi
: Basidiomycota
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Auriculariales
Famili
: Auriculariaceae
Genus
: Auricularia
Spesies
: Auricularia auricula
Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis, bagian morfologi dari jamur
kuping dibedakan atas tiga bagian yaitu tudung (pileus), lamella (gills) dan batang
(stipe). Pada bagian tudung (pileus) jamur memiliki tipe bentuk tudung deprsessed,
permukaan atas tudung berbentuk tipe wavy, dan pada irisan melintang tudung
berbentuk tipe upturned. Pada bagian lamella (gills), bentuk perlekatan pada batang
bertipe sinuate dan pada margin gills berbentuk tipe wavy namun tidak terdapat bagian
spasi gills. Pada bagian batang (stipe), jamur kuping tidak memiliki bentuk batangnya
dan bentuk dasar batang.
Menurut Kaul (1997), tubuh buah jamur kuping terdiri dari tudung (cap), yang
berwarna merah sampai hitam, berukuran sedang dengan diameter 5-20 cm, tumbuh
saling tumpang tindih, lunak dan tidak mudah membusuk. Menurut Garcha et al,
(1993), sebagian besar jamur kuping tidak mempunyai tangkai, tudungnya langsung
melekat pada substrat dan tubuh buahnya seperti gelatin seperti pada gambar 5 dan 6.
Pada hasil pengamatan mikroskopik struktur dari basidiospora jamur kuping
(Auricularia auricular) mempunyai struktur yang dinamakan hymenium dan cystida.
Pada hymenium hanya terdapat bagian basidium. Menurut Miles dan Chang (1997),
pada permukaan bawah tudung terdapat pori-pori yang berisi basidiospora.
Menurut Postlethwait dan Hopson (2006) basidiospora umumnya haploid.
Ketika germinasi spora menghasilkan hifa yang memiliki nukleus tunggal pada setiap
kompatemennya. Hifa ini dikenal dengan nama monokaryons (bahasa yunani, mono
=satu; karyos = nukleus). Pada tahap pertumbuhannya, dua monokaryon yang berbeda
melakukan fusi (plasmogamy), hasilnya berupa spora kecil yang dinamakan oidium.
Kebanyakan basidiomycota tumbuh sebagai dikaryons, hingga lingkungan menginduksi
sinyal untuk membentuk tubuh buah. Perkembangan selanjutnya, beberapa hifa
menghasilkan sel khusus yang disebut basidia (tunggal: basidium).

Dua nukleus

haploid dari basidium berfusi (karyogamy) untuk membentuk nucleus diploid,


selanjutnya mengalami meiosis menghasilkan 4 nukleus haploid, kemudia nukleus
hapoid bermigrasi membentuk basidiospora yang tangkainya melekat pada basidium
seperti pada gambar 7.

Selain itu, miselium jamur kuping bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal
dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel
penyusunnya berinti dua) (Chang & Miles, 1978). Miselium ini merupakan hasil
konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora). Cara reproduksi:
vegetatif (dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium) dan
secara generatif (dengan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan
yang disebut basidiokarp, yang menghasilkan spora yang disebut basidiospora).
Gambar Makroskopis
Jamur kuping

Gambar literatur
Tudung bawah

Gambar Mikroskopis

Tudung bawah

Tudung atas
Tudung atas
Gambar 5. Morfologi

Gambar 6. Morfologi

Gambar 7. Mikroskopis Jamur

Jamur Kuping

Jamur Kuping

Kuping (Auricularia auricula)

(Auricularia auricula)

(Auricularia auricula)

(dokumen pribadi)

(dokumen pribadi)

(lailas, 2010)

Jamur kuping termasuk jamur yang dapat dikonsumsi dan memliki banyak
manfaat. Dalam bidang kesehatan, jamur kuping banyak digunakan untuk mengobati
penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka bakar (Tom, V. 2009).
Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir jamur kuping juga efektif untuk
menghambat pertumbuhan karsinoma dan sarkoma (sel kanker) hingga 80 90% serta
berfungsi sebagai zat anti koagulan (mencegah dan menghambat proses penggumpalan
darah). Manfaat lain dari jamur kuping dalam bidang kesehatan adalah untuk mengatasi
penyakit darah tinggi (hipertensi), kekurangan darah (anemia), pengerasan pembuluh
darah akibat penggumpalan darah, mengobati penyakit wasir (ambeien), dan
memperlancar proses buang air besar (Tom, V. 2009).

F. Kesimpulan
1. Pada kelas Basidiomycetes mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu pada jamur tiram
dan jamur Amanita muscarea mempunyai struktur morfologi dibedakan atas tiga
bagian yaitu tudung (pileus), lamella (gills) dan batang (stipe) sedangkan pada
jamur kuping (Auricularia auricula) hanya memiliki struktur tudung (pileus) dan
lamella (gills).
2. Pada kelas Basidiomycetes mempunyai ciri-ciri sitology yaitu mempunyai bagianbagiannya yang meliputi basidiospora, basidia, sub hymenium, hymenium, cystidia,
dan basidiales.

Daftar Rujukan
Alexopoulos, C. J.; C.W. Mims and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Birsyam, Inge. L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.
Campbell NA. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Chang, S.T. and W.A. Hayes. 1978. The Biology and Cultivation of Edible Mushroom.
Academic Press, New York.
Chang, S.T. and P.G. Miles. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. CRC Press.
Inc. Boca Raton, Florida.

Djarijah, AS. dan. NM Djarijah. 2001. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius
Garcha, H.S.; P.K. Khanna and G.L. Soni. 1993. Nutritional Importance of Mushrooms.
Proceedings of the First International Conference on Mushroom Biology and
Mushroom Products 23-26 August 1993. Hongkong: The Chinese University of
Hong Kong.
Gunawan AW & Agustina TW. 2009. Biologi Dan Bioteknologi Cendawan Dalam
Praktik. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Hal. 77-83
Gunawan, AW. 1999. Usaha Pembibitan Fungi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Irianto K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung: CV
Yrama Wijaya
Kaul, T.N. 1997. Introduction to Mushroom Science. Science Publishers, Inc. United
States of America.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, and D.P. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganisms. Pearson Education, Inc., San Francisco.
Miles. P.G. and S.T. Chang. 1997. Mushroom Biology : Concise Basics and Current
Developments. World Scientific Publishing Co, Pte, Ltd. Singapore.
Pangestu, Dwi. 2009. Isolasi, Identifikasi, Dinamika, dan Skrining Pertumbuhan Fungi
dari Biokonservasi Palm Kernel Meal. Jakarta: UI
Pelczar, Micheal. 2006. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston. Texas.
Risma. 2011. Tape Singkong (Peuyeum). Online, (http://undip.ac.id), diakses 17
November 2016
Roimil, L. 2002. Botani tumbuhan rendah. Malang: UNM press.
Suhandono, budi. 2012. Ensiklopedia tumbuhan runjung & jamur. Jakarta: lentera
abadi.
Suriawiria, U. 2001. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Tom Volk. 2009. Auricularia auricula-judae, wood ear or cloud ear mushroom a.k.a.
Judas' ear fungus, in honor of Easter. (Online), (http://botit.botany.wisc.edu/toms
fungi/apr2004), diakses 15 November 2016.

LAMPIRAN

Pengamatan Jamur tiram (Pleurotus


ostreatus) secara makroskopis

Pengamatan Jamur tiram (Pleurotus


ostreatus) secara mikroskopis

Pengamatan Jamur Amanita


muscaria secara makroskopis

Pengamatan Jamur kuping


(Auricularia auricular)
secara makroskopis

Pengamatan Jamur Amanita


muscaria secara mikroskopis

Pengamatan Jamur kuping


(Auricularia auricular)
secara mikroskopis

Anda mungkin juga menyukai