MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mikrobiologi Pangan
Yang diampu oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hartuti M.Pd
dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si
Oleh kelompok 1:
1.
2.
3.
4.
5.
( 140342603635 )
( 140342604423 )
(140342605435 )
( 140342600067 )
( 140342601774 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Mikrobiologi
Pangan yang berjudul Pengawetan Bahan Makanan dengan Pengeringan tepat pada
waktunya. Makalah ini berisikan tentang pengertian, macam dan manfaat pengolahan pangan
dengan pengeringan. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan dan pengawetan pangan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi
masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun
berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan
bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan
yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan
dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya
teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehinngga tidak mempunyai
banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan
mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji
(instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat
itu sendiri.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengeringan
Pengeringan ialah suatu cara/proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar air yang
dikandungnya dengan menggunakan energi panas (Muchtadi, 2010). Biasanya kandungan air
bahan dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya.
Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali ,
untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada
pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Kerusakan (kebusukan) bahan pangan tergantung dari jenis bahan pangan, yaitu
berlangsung secara lambat misalnya pada biji-bijian, kacang-kacangan atau sangat cepat
misalnya pada daging dan ikan. Penyebab utama kerusakan ini adalah karena pertumbuhan
dan aktivitas mikroba (bakteri, kapang, dan khamir) serta aktivitas enzim-enzim di dalam
bahan pangan. Mikroba penyebab kerusakan bahan pangan dapat ditemukan baik di tanah,
air, udara, pada kulit, atau bulu ternak dan di dalam usus (Muhtadi, 2010).
Cara mencegah pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan cara mengganggu
lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup mikroba dapat diganggu dengan merubah suhu,
kadar air substrat (aw), pH kadar oksigen, komposisi substrat, serta penggunaan bahan
pengawet anti mikroba. Kadar air substrat bahan mempunyai peranan penting dalam
menghambat atau mencegah pertumbuhan mikroba. Karena mikroba memerlukan air untuk
pertumbuhan dan aktivitasnya. Kondisi pertumbuhan air yang baik pada mikroba umumnya
mengandung sekitar 80% air.
mikroba dapat dilakukan dengan mengurangi kadar air bahan yaitu dengan cara pengeringan.
Jadi prinsip pengawetan pangan dengan cara pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan
(aw) sehingga tidak memungkinkan lagi mikroba untuk melakukan aktivitasnya.
Tujuan pengeringan, antara lain:
1. Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk
pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang,
maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan.
2. Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.
Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air
akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.
3. Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan penggunaannya. Misalnya kopi
instant.
4. Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan,
misalnya mineral, vitamin, dsb.
suhu
kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu pengeringan dapat diatur dan di
awasi. Pengeringan buatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pengeringan
adiabatic dan pengeringan isothermik.
a. Pengeringan adiabatic adalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering
oleh udara panas. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan pangan yang
b.
akan dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan.
Pengeringan isotermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan dikeringkan
Pengeringan vakum dan beku merupakan alternatif proses untuk menggantikan penjemuran
bagi bahan yang sensitif terhadap panas. kelemahan kedua metode ini :
1. biaya investasi alat yang tinggi
2. perlu tenaga kerja yang banyak
3. proses pengeringan yang lama
b. Pengeringan matahari (solar drying)
Metode menggunakan energi matahari yang biasanya dikombinasikan dengan sumber
energi yang lain. cara untuk mempercepat pengeringan yaitu menggunakan nampan (tray)
yang disusun dengan energi panas matahari seperti pada gambar 1 yang dikumpulkan dalam
suatu alat disebut surya collector (Muhtadi, 2010). Pengeringan dengan metode ini dapat
menghasilkan bahan dengan kepekatan yang tinggi dan kualitas yang lebih tahan. didasarkan
atas biaya, metode ini lebih menguntugkan tetapi tidak dapat dipraktikkan secara luas karena
beberapa daerah yang sesuai untuk pemukiman dan mengusahakan pertanian memiliki
kondisi cuaca yang tidak baik (Disrosier, 2008).
Pada gambar 1 merupakan alat pengeringan matahari
hot-air dryer 7
kondisi pengeringannya tidak tetap. Beberapa terowongan sebagai pengganti kereta dan
rigen pengering digunakan suatu konveyor yang bergerak. Keuntungannya yaitu untuk
pengurangan biaya buruh, dan memberikan kondisi pengeringan yang lebih seragam,
tetapi diperlukan suatu instalasi dan investasi yang besar (Disrosier, 2008)
lebih rendah seperti pada gambar 7. keuntungan penggunaan suhu yang lebih rendah yaitu
kerusakan akibat panas dapat diminimumkan dan proses oksidasi terhadap bahan selama
pengeringan dapat dihindari. bahan yang dikeringkan harus dalam bentuk cairan, pasta,
serpihan, partikel diskret ( Rohman, 2008).
Pada gambar 7 merupakan alat vacuum dryer
Hasil kombinasi pengeringan dan pembekuan. kualitas bahan pangan yang dikeringkan
dengan metode ini memiliki kualitas yang setara dengan bahan pangan yang dibekukan.
teknik pengeringan-pembekuan telah di terapkan pada pengawetan buah-buahan.
2.4 MEKANISME PENGERINGAN
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang berlangsung secara
simultan, yaitu :
1.
Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di
permukaan benda padat
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi, konveksi ,
radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur,
kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak
dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal
pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan
padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan
melalui lapisan film tipis udara.
2.
Perpindahan massa
Diffusi
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di bawah titik jenuh
atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem bersifat mutually soluble.
Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil dan sebagainya.
b.
Capillary flow
Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas. Pergerakan ini terjadi bila
equilibrium
moisture
content
berada
di
atas
titik
jenuh
atmosferik.
Contoh: pada pengeringan tanah, pasir, dll. Benda padat basah yang diletakkan dalam
aliran gas kontinyu akan kehilangan kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di
dalam padatan sama dengan tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini
disebut equilibrium dan kandungan air yang berada dalam padatan disebut equilibrium
moisture content. Pada kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali
apabila material diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang lebih
rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah).
2.5 KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
PENGOLAHAN
PANGAN
DENGAN
PENGERINGAN
1. Kelebihan
1. Kelebihan pengawetan dengan cara pengeringan :
a. Bahan lebih awet
b. Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk
pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
c. Kemudahan dalam penyajian
d. Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan
2. Kelebihan freeze drying :
a.Volume bahan tidak berubah
b.
Daya rehidrasi tinggi, menyerupai bahan asal
3. Kelebihan pengeringan buatan :
a. Suhu dan aliran udara dapat diatur
b. Waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat
c. Kebersihan dapat diawasi
2. Kekurangan
1. Kerugian pengeringan dengan sinar matahari :
a. Tergantung dari cuaca
b. Jumlah panas matahari tidak tetap
c. Kenaikan suhu tidak dapat diatur, sehingga waktu penjemuran tidak dapat
ditentukan dengan tepat.
d. Kebersihan sukar untuk diawasi
2. Kerugian pengeringan buatan
a. Memerlukan panas selain sinar matahari berupa bahan bakar, sehingga biaya
pengeringan menjadi mahal
b. Memerlukan peralatan yang relatif mahal harganya
c. Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tertentu
3. Kerugian pengeringan freeze drying
a. Lebih mahal daripada pengeringan buatan
b. Karena tingkat pendinginan yang kurang rendah suhunya dan relatif tidak
stabil sehingga tidak menjamin keawetan produk pangan yang dibekukan
2.6 Pengaruh Pengeringan
1. Pengaruh pengeringan terhadap nilai gizi bahan pangan
Selama pengeringan, bahan pangan kehilangan kadar air yang menyebabkan naiknya
kadar zat gizi dalam massa tertinggal. jumlah protein, lemak, dan karbohidrat yang ada
per satuan berat di dalam bahan pangan kering lebih besar dari bahan pangan segar.
kualitas bahan pangan yang di awetkan tidak pernah lebih tinggi dari bahan pangan asli.
Pada bahan pangan kering terdapat vitamin yang hilang (Disrosier, 2008).
2. Pengaruh pengeringan terhadap protein
Nilai biologis bahan kering tergantung pada metode pengeringan. pemanasan yang terlalu
lama pada suhu tinggi dapat mengakibatkan protein menjadi kurang berguna dalam
makanan. perlakuan suhu rendah terhadap protein dapat menaikkan daya cerna protein
dibandingkan bahan aslinya (Disrosier, 2008).
3. Pengaruh pengeringan terhadap mikrobia
Mikrobia akan menjadi aktif bila kondisi pertumbuhan mengizinkan. salah satu metode
pengendalian yaitu pembatasan air untuk pertumbuhannya. jumlah air dalam bahan
pangan menentukan jenis mikrobia yang memiliki kesempatan untuk tumbuh. pada
umumnya, netrium khlorida digunakan dalam pengeringan. garam bertindak sebagai
penyeleksi terhadap mikrobia yang dapat tumbuh.
Selain itu garam sangat bermanfaat dalam penghambatan pertumbuhan selama proses
pengeringan matahari dan dehidrasi misalnya pada pengeringan ikan dan daging.
pengendalian akan berhasil bila kualitas bahan pangan sangat baik dengan jumlah
kontaminan yang rendah, pasteurisasi bahan sebelum pengeringan, sanitasi pabrik
pengolah yang baik, dan penyimpanan dalam kondisi di mana bahan pangan terlindung
dati infeksi, debu, insekta, rodensia, dll (Disrosier, 2008).
4. Pengaruh pengeringan terhadap lemak
Ketengikan merupakan masalah penting pada bahan kering. pada suhu pengeringan yang
tinggi, oksidasi lemak dalam bahn pangan lebih besar daripada suhu yang rendah.
pengendalian yang efektif yaitu melindungi lemak dengan antioksidasi (Disrosier, 2008).
5. Pengaruh pengeringan terhadap aktivitas enzim
Umumnya enzim peka terhadap kondisi yang panas-lembab, terutama pada rentang
suhu di atas maksimum untuk aktivitasnya. suhu panas dan lembab yang mendekati titik
didih air mampu menginaktifkan enzim saat itu. ada dua macam enzim yang umumnya
dipakai sebagai indicator untuk mengetahui sisa aktivitas enzim yaitu enzim katalase dan
peroksidase. metode pengujiaanya sederhana dan cepat (Disrosier, 2008).
6. Pengaruh pengeringan terhadap zat warna dalam bahan pangan
Warna bahan pangan tergantung pada kenampakan pangan tersebut, dan kemampuan dari
bahan pangan untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap/ meneruskan sinar tampak.
pengeringan bahan pangan akan mengubah sifat fisis dan warna bahan pangan (Disrosier,
2008).
7. Pengaruh pengeringan terhadap akseptasi bahan pangan
Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan penting dan suatu kejadian alami
pada peristiwa pengawetan biji dan buah-buahan oleh tanamannya. pada masa ini teknik
pengeringan dapat menghasilkan produk bahan pangan dengan akseptabilitas yang tinggi
(Disrosier, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
2.
3.
dan
pengeringan
vakum
gelombang
mikro,
Pengeringan-pembekuan
(dehydrofreezing)
Mekanisme Pengolahan dengan Pengeringan yaitu dengan perpindahan energi dari
lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat, perpindahan
massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan yang meliputi: Diffusi dan
5.
Capillary flow
Kelebihan dan kekurangan pengolahan dengan pengeringan yaitu bahan lebih awet,
volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan,
pengangkutan, dan penyimpanan, kemudahan dalam penyajian, penganekaragaman
6.
3.2 Saran
Pengolahan pangan dengan pengeringan merupakan salah satu contoh upaya
masyarakat untuk dapat mempertahankan keawetan suatu bahan pangan. Oleh karena
itu,perlu diteliti lebih lanjut metode pengeringan yang murah,efisien namun tetap dapat
mempertahankan kandungan gizi suatu bahan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Bolland, Karin M.. 2000. Refractance Window food drying system delivers quality product
efficiently. MCD Technologies, Inc., South Tacoma Way, Tacoma, July 21, 2000,
http://www.foodonline.com/article.mvc/Refractance-Window-food-drying-sys
tem-
deliver-0001
Disrosier, Norman W. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press) , 2008 hlm. 179, 180, 188, 195-206, 213
Etiasih, Teti dan Kgs Ahmadi. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara ,
hlm. 87-106
FAO, 2010. Climate-Smart Agriculture - Policies, Practices and Financing for Food
Security, Adaptation and Mitigation. Food and Agriculture Organization of the United
Nations 2010. Document can be found at: http://www.fao.org
Hendrasty, Henny Krissetiana. 2003. Tepung Labu Kuning:Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Muchtadi, Tien R dan Ayustaningwarno, Fitriyono. 2010. Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. Bandung: Alfa Beta
Rohman, Saepul. 2008. Teknologi
Pengeringan
Bahan
Makanan.
magazine.com/2008/12/teknologi-pengeringan-bahan-makanan/.
September 2016.
Diakses
http://majari
pada
15