Anda di halaman 1dari 27

Langkah-langkah Metode Ilmiah

Langkah-langkah :
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan
KRITERIA METODE IMIAH
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.
1.1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah
penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.

1.2. Bebas dari Prasangka


Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang objektif.
1. 3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan
menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya
atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam.
1.4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah
tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan
tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
1.5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh
dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara
objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
1.6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk
artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik,
ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata
memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah
adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating

LANGKAH DALAM METODE ILMIAH


Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah
tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam
mereka melaksanakan penelitian.
Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah.
Langkah-langkah
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau
bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam
masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

Salain melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) mcmberikan langkahlangkah berikut:
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus:
a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul.
b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut
kepentingan umum
c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain
yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah. Dalain niemecahkan masalah harus diikuti hal-hal
berikut:
a).Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis. Demikian juga
halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah
b). Proscdur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperluka
d). Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan.
e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.
4. Kesimpulan
a). Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin
diperoleh
b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan
memberikan beberapa inferensi.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan
dengan masalah.
Nyalakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin
ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas,
maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sekurangkurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

2.1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah


langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk
menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas
masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam
masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap
pendapatan usaha tani di Aceh?
Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya
2.2. Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang
pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan
olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan
secara bersamaan.
2.3. Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan
masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa
unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut
antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang
diterima secara sementara sebelum diuji.
2.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk
menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu
ekonomi misalnva. pcngujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework)
yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan
antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik
yang tersedia.
Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut
bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
2.5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang
digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih
serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika
penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan
yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh
dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun
dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap

perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang
diselidikinya.
2.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa
dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data
dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data
dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
2.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan
selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan
dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.
2.8.Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

2. REPRODUKSI MAHLUK HIDUP

Reproduksi menggambarkan pembuatan telur, sperma dan proses-proses yang


menyertainya sampai pembuahan (fertilisasi). Sistem reproduksi terdiri atas organ
seks primer atau gonade (testis pada jantan dan indung telur pada betina ), yang
menyekresi hormone dan menghasilkan gamet

(sperma dan telur). Organ

reproduksi pelengkap meliputi saluran rahim (tube uterina), kelenjar, dan alat
genetalia eksternal.
Hewan invertebrate dapat melakukan reproduksi secara seksual (melibatkan sel
kelamin) maupun aseksual (tidak melibatkan sel kelamin ). Reproduksi aseksual
pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan. Biasanya reproduksia aseksual
merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari reproduksi seksual. Beberapa
invertebrata, misalnya jenis cacing pipih (Planaria) berkembang biak dengan cara
fragmentasi. Fragmentasi merupakan pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh
mencapai ukuran yang normal, Planaria secara spontan terbagi-bagi menjadi
beberapa bagian. Setiap bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tersebut
akan

terulang

Invertebrata

lain

melakukan

melakukan

kembali.
reproduksi

aseksual

dengan

cara

pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil


(yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk. Keturunan berkembang sebagai
tunas pada badan induk.
Beberapa spesies invertebrata yang tingkatannya lebih tinggi berkembang biak
dengan cara partenogenesis. Partenogenesis merupakan telur yang dihasilkan oleh
hewan betina yang berkembang menjadi individu baru tanpa dibuahi, contohnya
serangga. Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan satu-satunya cara yang
dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi pada umumnya
hewan tersebut melakukan partogenesis pada waktu tertentu, seperti yang
dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan partenogenesis pada musim ketika
banyak

terdapat

partenogenesis

sumber

lebih

cepat

makanan
daripada

di

sekelilingnya.

reproduksi

secara

Reproduksi
seksual,

secara
hal

ini

memungkinkan jenis tersebut untuk memanfaatkan sumber makanan yang tersedia


dengan cepat.

A.

Reproduksi Pada Hewan Invertebrata

Hewan invertebrate dapat melakukan reproduksi secara seksual (melibatkan sel


kelamin) maupun aseksual (tidak melibatkan ).
Reproduksi aseksual/vegetative meliputi :
1. Fragmentasi yaitu pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian
dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contohnya Planaria sp
dan Asterias sp.
2. Budding/tunas/gemmulae yaitu pembentukan tonjolan pada salah satu
bagian tubuh hewan dan adapat berkembang menjadi individu baru.
Contohnya hewan Acropora sp dan Euspongia sp.
3. Fisi yaitu pembelahan sel pada sel induk dan hasilnya akan berkembang
menjadi individu baru. Dibedakanmenjadi 2 yaitu pembelahan biner,
contohnya pada Bakteri dan pembelahan multiple paada Virus.
4. Sporulasi yaitu dengandibentuknya spora pada sel indukdan akhirnya spora
akan berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp.
5. Parthenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang
tanpa dibuahi. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan dan belalang.
Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpha.
Contohnya pada Class Trematoda/cacing isap yaitu Fasciola hepatica dan
Clonorchis sinensis.
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan. Biasanya
reproduksia aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari
reproduksi seksual. Beberapa invertebrata, misalnya jenis cacing pipih (Planaria)
berkembang biak dengan cara fragmentasi.
Fragmentasi merupakan pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh mencapai
ukuran
yang
normal, Planaria secara spontan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Setiap
bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tersebut akan terulang kembali.
Invertebrata

lain

melakukan

melakukan

reproduksi

aseksual

dengan

cara

pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil


(yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk. Keturunan berkembang sebagai
tunas pada badan induk. Pada beberapa spesies, seperti pada Obelia, tunas
tersebut lepas dan hidup bebas. Pada spesies lain, misalnya koral atau anemon laut,
tunas tersebut tetap terikat pada induk hingga menyebabkan terjadinya koloni
koral. Pertunasan juga dijumpai pada hewan parasit, contohnya cacing pita (Taenia
solium). Daging babi yang kurang matang dapat mengandung sistiserkus termakan
dari cacing pita, yang terdiri dari suatu kapsul yang mengandung skoleks. Bila
sistiserkus termakan, getah lambung akan melarutkan dinding kapsul sehingga
skoleks keluar dan melekatkan diri dengan alat penghisap dan kait, pada dinding
usus. Skoleks kemudian membuat tunas-tunas (proglotid) pada ujung
belakangnya. Tunas-tunas ini tetap terikat satu sama lain. Setelah dewasa proglotid
mengembangkan alat kelamin. Proglotid yang paling tua akhirnya lepas dan keluar
bersama kotoran. Namun, sebelum hal ini terjadi, rantai tersebut dapat mencapai
panjang 6 meter dan mengandung lebih dari 1000 proglotid, dimana tiap proglotid
merupakan individu yang dapat berdiri sendiri.
Beberapa spesies invertebrata yang tingkatannya lebih tinggi berkembang biak
dengan cara partenogenesis. Partenogenesis merupakan telur yang dihasilkan oleh
hewan betina yang berkembang menjadi individu baru tanpa dibuahi, contohnya
serangga. Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan satu-satunya cara yang
dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi pada umumnya
hewan tersebut melakukan partogenesis pada waktu tertentu, seperti yang
dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan partenogenesis pada musim ketika
banyak terdapat sumber makanan di sekelilingnya. Reproduksi secara
partenogenesis lebih cepat daripada reproduksi secara seksual, hal ini
memungkinkan jenis tersebut untuk memanfaatkan sumber makanan yang tersedia
dengan cepat.

Reproduksi seksual/generative
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual. Reproduksi
seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu sperma dan ovum.
Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing tanah yang bersifat
hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum.
1. Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami
spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma
(plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
2. Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat
dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

3. Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.
4. Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan
bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas sp.
5. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan
bentuk yang tidak sama. Contohnya pada Hydra sp.
B. Reproduksi Pada Vertebrata
1. Class Pisces yaitu dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar
dan vivipar. Organa reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang
urogenitalia untuk jantan dan untuk betina adalah ovarium, oviduk dan
lubang urogenitalia.
2. Class Amphibia yairu dengan fertilisasi eksternal. Organ reproduksinya
meliputi testis, vasa efferentia dan kloakauntuk jantan dan untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
3. Class Reptilia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi
testis, hemipenis, vas deferens, epididimis dan kloaka. Untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
4. Class Aves yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi bagi yang
jantan yaitu testis, vas deferens dan kloaka. Untuk yang betina meliputi
ovarium kiri, oviduk, dan kloaka.
5. Class Mammalia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi jantan
meliputi penis, vas deferens, testis dan anus. Untuk yang betina meliputi
ovarium, oviduk, uterus dan anus. Memiliki sistem menstruasi yang disebut
dengan fase estrus serta tipe uterus yang kompleks.

SISTEM REPRODUKSI VERTEBRATA


1.Pisces
Sistem Genitalia Jantan
a.

Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga

abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.


Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
b.

Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus

bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan
mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bagian posterior duktus aferen berdilatasi

membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus
deferen akan bermuara di kloaka.
Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka
secara terpisah.
SistemGenitaliaBetina
a.

Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior

rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada
Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b.

Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya

berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit
pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang
bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan
langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu
lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.
2. Amphibi
SistemGenitaliaJantan
a. Testis
berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh
mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior
rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi.
Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis
menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma
sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa
aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke
medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia
berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak
bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum
berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium
digantungkan
b.

oleh

mesovarium.

Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk

dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya

yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran


yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
3. Reptil
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu
testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat
musim kawin.
b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan
saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung
membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang
menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian
posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu
dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital
yang pendek.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke
rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding
bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk
membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell
gland akan menghasilkan cangkang kapur.
4.

Aves

Sistem Genitalia Jantan


a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burungburung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah
gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus
aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai

duktus

ejakulatori.duktus

eferen

berhubungan

dengan

epididimisyang

kecil

kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan
ureter ketika masuk kloaka.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang
kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian
terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus
atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur. (Buku SH II, diktat Asistensi
Anatomi Hewan, Zoologi).
5. Mamalia
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum,
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung
pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang
menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum
disebut saluran inguinal.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen
kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis
anterior (kaput epididimis) lalu kea rah posteriorkorpuus dan kauds yang
berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktud
deferen, dan vesikula seminalis.

Sistem Genitalia Betina


a. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di
dalam

rongga

pelvis.

b. Saluran reproduksi
Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus

Muller.

Oviduk

bagian

posteriornya

berdilatasi

membentuk

uterus

yang

mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di


kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan
vvagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang
terbuka kearah rongga selom.
Ada 4 macam tipe uterus:
o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina.
o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui
lubang.
o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke
vagina

dengan

satu

lubang.

o Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus. Kelenjar
seks

asesori

Jantan

Vesika Seminalisv
Berupa sepasang kantong yang dindingnya berkelok-kelok, salurannya bermuara
setelah bagian ampuladuktus deferen. Sekretnya berfungsi sebagai sumber energi
bagi sperma serta menetralkan sifat asam vagina.
Kelenjar Prostatv
Pada mamalia merupakan kelenjar tunggal, terletak di bagian inferior kantong urin,
mengelilingi uretra prostetik.
Kelenjar Cowperv
Pada manusia berjumlah sepasang, ukurannya kecil, bentuknya menyerupia kacang
polong, terletak di bawahnya kelenjar prostat. Organ Kopulatoris (Jantan)
1. Pisces
Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis
pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal
memanjang

membentuk

gonopodium.

2. Amphibi
Tidak memiliki organ kopulatoris jarena fertilisasinya terjadi secara eksternal.
3. Reptil
Semua reptil selain spenodon memilikiorgan kopulatoris, ular dan kadal mempunyai
hemi penis, sedangkan pada buaya penis.
4. Aves
Berupa

penis

yang

serupa

dengan

penis

pada

kura-kura

maupun

buaya.

5. Mamalia
Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk
mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum. Organ
Reproduksi

Interna

(Betina)

Vulva pada primata terdapat dua lapisan kulit, yaitu labia minora yang terletak di
tepi vestibulumyang terbuka. Pada kera dan manusia terdapat labia mayora. Di
bagian dinding ventral dari vestibula terdapat klitoris yang homolog dengan penis.
Di kedua sisi vesti bulum terdapat kelenjar seks asesori yaitu kelenjar Bartholin.
Kelenjar

Susu

(Betina)

Kelenjar susu hanya terdapat pada mamalia. Kelenjar susu merupakan modifikasi
dari kelenjar keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan
progesterone.

Produksi

susu

dirangsang

oleh

hormon

prolaktin,

sedangkan

pengeluaran susu dirangsang oleh hormon oksitosin


GANGGUAN REPRODUKSI
Sistem reproduksi manusia dapat mengalami gangguan, baik disebabkan oleh
kelainan maupun penyakit. Gangguan sistem reproduksi dapat terjadi baik pada
wanita maupun pria.
1. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
Gangguan pada sistem reproduksi wanita dapat berupa gangguan menstruasi,
kanker genitalia, endometriosis, dan infeksi vagina.
Gangguan menstruasi
gangguan menstruasi terdiri atas amenore primer dan amenore sekunder. Amenore
primer adalah tidak terjadinya manarkhe (menstruasi) sampai usia 17 tahun dengan
atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 6 bulan atau lebih pada orang yang telah
mengalami siklus menstruasi.
b. Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks, dan ovarium.
Kanker

vagina

tidak

diketahui

penyebabnya,

mungkin

karena

iritasi

yang

disebabkan oleh virus. Pengobatannya dengan kemoterapi dan bedah laser. Kanker

serviks terjadi bila pertumbuhan sel-sel yang abnormal di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dengan pengangkatan uterus, oviduk, ovarium, sepertiga
bagian atas vagina, dan kelenjar limfa panggul. Kanker ovarium gejalanya tidak
jelas. Biasanya dapat berupa rasa pegal pada panggul, perubahan fungsi saluran
pencernaan, atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganannya
dengan kemoterapi dan pembedahan.
c. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium terdapat di luar
rahim, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jalur di luar rahim.
Gejalanya berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan nyeri pada saat
menstruasi. Jika tidak ditangani akan menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Penanganannya dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi, atau bedah laser.
d. Infeksi vagina
Gejalanya berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi ini menyerang wanita
usia produktif terutama yang menikah. Penyebabnya adalah akibat hubungan
kelamin.
2. Gangguan pada sistem Reproduksi Pria
Gangguan

pada

sistem

reproduksi

pria

dapat

berupa

hipogonadisme,

kriptorkidisme, prostatitis, epididimitis, dan orkitis.


a. Hipogonadisme, merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan estrogen. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.
Penanganannya dapat dilakukan dengan terapi hormon.
b. Kriptorkidisme, merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari
rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi. Penangannya dapat dilakukan
dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang
testoteron.

c. Uretritis, peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering
buang

air

kecil.

Penyebabnya

adalah

Chlamydia

trachomatis,

Ureplasma

urealyticum, atau virus herpes.


d. Prostatitis,

merupakan

peradangan

prostat.

Penyebabnya

adalah

bakteri

Escherichia coli ataupun bukan bakteri.


e. Epididimitis, merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.
f. Orkitis, merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis.
Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas

Organisme yang mempunyai tingkat reproduksi tinggi memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila dibandingkan dengan organisme yang
mempunyai tingkat reproduksi rendah. Reproduksi merupakan ciri makhluk hidup yang penting
karena bertujuan melestarikan jenisnya agar tidak punah. Terdapat dua macam reproduksi, yaitu
reproduksi vegetatif (aseksual/tidak kawin) dan reproduksi generatif ( seksual/kawin ).
Reproduksi pada Tumbuhan
Tumbuhan Tidak Berpembuluh

Reproduksi Ganggang (Alga)

Reproduksi vegetatif, antara lain dengan membentuk zoospora. fragmentasi.


dan membelah diri.

1. Dengan membentuk oospora ( spora kembara).berupa sel reproduksi


aseksual yang memiliki flagel (bulu cambuk), misalnya pada Chlorococcum.
2. Secara Fragmentasi, yaitu pemotongan bagian tubuh menjadi beberapa
bagian. setiap potongan tubuh dapat berkembang menjadi organisme baru,
misalnya pada Spirogyra.
3. Dengan membelah diri, misalnya pada Navicula

Reproduksi generatif, antara lain dengan konjusasi dan membentuk sel


kelamin.

1. Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada organisme yang tidak diketahui


jenis kelaminnya. Untuk membedakan jenis kelamin ditandai dengan (+) dan
(-). Konjugasi diawali dengan plasmogonu (persatuan plasma) dilanjutkan

dengan kariogomi (persatuan inti sel). Reproduksi secara konjugasi terjadi


pada Spirogyra.
2. Dengan pembentukan gamet (sel kelamin). yaitu sel telur (ovum) oleh
oogonium dan sperma oleh anteridium. misalnya pada Ulva dan Oedogonium.
Tumbuhan Berpembuluh

Reproduksi Tumbuhan Paku

Pada tumbuhan paku terjadi metagenesis. Tumbuhan paku merupakan generasi sporofit yang
menghasilkan spora. Daun paku dibedakan menjadi dua macam, yaitu sporofil dan tropofil.
Sporofil adalah daun yang bersifat fertil (subur), dapat menghasilkan spora: sedangkan tropofil
adalah daun yang bersifat infertil (mandul). tidak dapat menghasilkan spora.

Reproduksi Tumbuhan Berbiji

Reproduksi Vegetatif
Reproduksi vegetatif pada tumbuhan berbiji dapat dibedakan menjadi dua macam. yaitu
reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan. Reproduksi vegetatif alami adalah
reproduksi vegetatjf yang terjadi secara alami (tanpa campur tangan manusia), sedangkan
reproduksi vegetatif buatan adalah reproduksi vegetatif dengan bantuan manusia.

Rhizoma

Rhizoma (akar rimpang) sebenarnya adalah akar yang tumbuh mendatar dan terletak di bawah
permukaan tanah. Rhizoma berbentuk mirip akar, tetapi berbuku-buku (beruas-ruas) seperti
batang dan pada ujungnya terdapat kuncup. Pada setiap buku terdapat daun yang berubah bentuk
menjadi sisik dan di setiap ketiak sisik terdapat tunas. Jika tunas di ujung rhizoma dan ketiak
tumbuh menjadi tanaman baru, tanaman tersebut tetap bergabung dengan tanaman induknya
sehingga membentuk rumpun. Rhizoma antara lain
ditemukan pada tanaman lengkuas, kunyit, sansiviera, dan temu lawak.

Geragih (Stolon)

Geragih (stolon) adalah batang yang tumbuh menjalar di atas atau di bawah permukaan tanah.
pada geragih terdapat buku-buku dengan tunas-tunas yang dapat tumbuh menjadi organisme
baru. Di bagian bawah tunas dapat tumbuh akar-akar serabut baru. Kuncup bagian ujung
umumnya menyentuh ranah. Setelah jauh dari induknya, ujung geragih akan membelok ke atas
dan tumbuh menjadi tanaman baru yang jauh dari induknya. Contoh tumbuhan yang berkembang

biak dengan geragih adalah pegagan dan arbei (geragih tumbuh menjalar di atas tanah), serta
rumput teki (geragih tunbuh di barvah permukaan tanah).

Tunas Adventif

Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh bukan pada ujung batang ataupun ketiak daun. Contoh
tumbuhan yang me|akukan perkembangbiakan dengan tunas adventif adalah cocor bebek.
kesemek, dan sukun.

Umbi Lapis

Umbi lapis adalah tunas yang mengalami modifikasi terdiri atas batang yang sangat pendek,
dibungkus oleh daun-daun yang berdaging, dan menyerupai sisik. Contoh tumbuhan yang
berkembang biak dengan umbi lapis adalah bawang merah, bawang putih, dan bakung.

Umbi Batang

Umbi batang adalah batang yang tumbuh di dalam tanah, ujungnya menggembung membentuk
umbi. Bagian ini merupakan tempat menyimpan cadangan makanan, terutama zat tepung.
Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah kentang dan gembili. Umbi
batang juga merupakan alat perkembangbiakan secara vegetatif. Pada umbi batang dapat tumbuh
mata tunas, yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
Reproduksi Generatif
Penyerbukan
Pada tumbuhan, sebelum terjadi proses pembuahan (fertilisasi), terjadi proses
penyerbukan/persarian (polinasi ). Pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya melekatnya serbuk sari di kepala putik. Pada tumbuhan biji tertutup
(Gymnospermae) penyerbukan adalah melekatnya serbuk sari langsung pada bakal biji.
Tumbuhan berumah satu adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
satu tumbuhan. baik pada satu bunga ataupun pada bunga yang berbeda. Contoh tumbuhan
berumah satu adalah kacang-kacangan, jambu-jambuan, dan terung-terungan.
Tumbuhan berumah dua adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
tumbuhan yang berbeda. Contoh tumbuhan berumah dua adalah salak dan pakis haji.
Berdasarkan faktor penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dapat
dibedakan sebagai berikut.

Anemogami adalah penyerbukan dengan bantuan angin. Anemogami terjadi


pada tumbuhan yang memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran kecil;
tidak mempunyai mahkota bunga atau mahkota bunganya berukuran kecil,

mahkota bunga tidak berrvarna menarik atau berwarna seperti daun; tidak
mempunyai kelenjar madu; tangkai bunga panjang. bunga terletak jauh di
atas daun; serbuk sari kecil, sangat banyak, dan ringan sehingga mudah
diterbangkan angin; kedudukan benang sari bergantungan, serbuk sarinya
berhamburan jika digoyang; kepala putik besar, berbulu, tangkai putik
terjulur ke luar, kepala putik menyembul keluar dari bunga sehingga mudah
menangkap serbuk sari. Anemogami clapat terjadi pada rumputrumputan,
padi, dan jagung.

Hidrogami adalah penyerbukan dengan bantuan air. Hidrogami dapat terjadi


pada Hydrilla sp, eceng gondok, dan teratai. Penyerbukan dengan bantuan
air akan terjadi jika tubuh tanarnan terendam dalam air.

Zoidiogami adalah penyerbukan dengan bantuan hewan. Zoidiogami terjadi


pada tumbuhan yang memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran
besar; mahkota bunga berwarna mencolok dengan aroma khas; memiliki
kelenjar madu; serbuk sari bersifat lengket (mudah melekat). Zoidiogami
dapat terjadi pada jambu, mangga, jeruk, dan pepaya. Zoidiogami dibedakan
berdasarkan jenis hewan yang membantu penyerbukan. Misalnya.
Entomogami (penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain lalat,
kumbang, dan lebah), malakogami (penyerbukan dengan bantuan
siput/bekicot), dan kiropterogani (penyerbukan dengan bantuan kelelawar).

Penyerbukan dengan bantuan manusia (antropogami), sampainya serbuk sari ke kepala putik
dengan bantuan manusia. Hal ini terjadi karena tidak ada perantara yang membantu
penyerbukan. Penyerbukan ini dapat terjadi pada vanili dan beberapa jenis anggrek. Penyerbukan
ini dilakukan untuk mendapatkan jenis bibit baru yang unggul. Berdasarkan asal serbuk sari yang
jatuh ke kepala putik. penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Penyerbukan sendiri (autogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke
kepala putik berasal dari benang sari bunga itu sendiri. Jika terjadinya
penyerbukan pada saat bunga masih kuncup, disebut kleistogami.
2. Penyerbukan tetangga (geitonogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh
ke kepala putik berasal dari benang sari bunga lain dalam satu tanaman.
3. Penyerbukan silang (allogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke
kepala putik berasal dari benang sari bunga tanaman lain yang termasuk
satu jenis (spesies).
4. Penyerbukan bastar, terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik
berasal dari benang sari bunga tanaman lain yang sejenis, tetapi berbeda
varietas, misalnya bunga mangga manalagi diserbuki bunga mangga golek.
Reproduksi pada Hewan

Reproduksi Avertebrata

Reproduksi Vegetatif

Membelah Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada Protozoa (hewan bersel satu),
misalnya Amoeba, Puramaecium, dan Euglena. Proses pembelahan diawali dengan proses
pembelahan inti sel (nukleus) rnenjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma menjadi
dua bagian yang masing-masing menyelubungi dua nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah
sitoplasma menggenting (menyempit), diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada
saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri dengan
membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri
berulang-ulang menghasilkan banyak individu baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika
kondisi lingkungan membaik. dinding kista akan pecah dan individu-individu baru tersebut
keluar. kemudian tumbuh dan berkembang menjadi Amoeba dewasa.
Fragmentasi
Pada fragmentasi. individu baru terbentuk dari potongan tubuh induknya. Masing-masing
potongan tubuh akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contoh hewan yang
melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planctria. Cacing Planaria mempunyai
daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang dipotong menjadi dua bagian,
masing-masing potongan akan tumbuh dan berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria.
Begitu juga ketika dipotong menjadi tiga bagian, masing-masing tumbuh dan berkembang
menjadi tiga ekor cacing Planaria. Cacing Planaria bersifat hermafrodit, artinya dalam satu
individu terdapat dua macam alat reproduksi, yaitu alat reproduksi jantan dan betina dan dapat
melakukan reproduksi secara generatif.
Pembentukan Tunas
Contoh hervan yang melakukan reproduksi dengan membentuk tunas ialah Hydra. Individu baru
Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan
diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi dengan tunas misalnya uburubur, hewan karang, dan anemon laut. Pada hewan karang, tunas tumbuh di dalam tubuh, disebut
tunas dalam (gemulae). Jika induk hewan karang mati, gemulae akan tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru.
Sporulasi
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang menghasilkan spora.
Contoh hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium. hewan bersel
satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria. Dalam siklus hidupnya, Plasmodium
mengalami dua fase. yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam
tubuh nyamuk Anopheles betina. sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam tubuh penderita
penyakit malaria.

Reproduksi Generatif

Protozoa
Pada Protozoa (hewan bersel satu). reproduksi generatil terjadi dengan cara konjugasi, yaitu
perkarwinan antara dua individu sejenis yang tidak diketahui jenis kelaminnya. Anggota
Protozoa yang melakukan konjugasi. misalnya Paramecium caudatum.
Porifera
Porifera (hewan berpori) merupakan hewan bersel banyak hidup melekat di dasar perairan. dan
bersifat hermafroidit. Meskipun mempunyai dua macam alat reproduksi. Porivera tidak dapat
melakukan reproduksi sendiri. Dengan kata iain, untuk melakukan reproduksi tetap diperlukan
dua individu. Proses reproduksi generatif Porifera adalah sebagai berikut. Ovum Porifera yang
sudah masak dibuahi sperma individu lain yang sejenis. Dari hasil pembuahan ini, terbentuklah
larva berflagela (berbulu cambuk). Larva berflagela tersebut keluar dari tubuh induknya melalui
suatu lubang yang disebut oskulum dan berenang menjauh. Larva yang sangat kecil itu akan
menempel pada suatu dasar perairan untuk tumbuh dan berkembang menjadi Porifera dewasa.
Coelenterata
Contoh anggota Coelenterata (hewan berongga) yang dapat melakukan reproduksi secara
generatif adalah Hyadra. Hydra bersifat hermafrodit. Testis (alat kelamin jantan. Penghasil
sperma) hydra berbentuk kerucut dan terletak pada kulit luar. sedangkan ovarium (alat kelamin
betina, penghasil ovum) berupa bulatan menggelembung. Berbeda dengan Porifera, ovum Hyidra
dapat dibuahi oleh sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi. pada Hydra dapat
terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan sendiri jarang terjadi karena waktu
masak ovum dan sperma tidak bersamaan.
Reproduksi Vegetatif Buatan

Reproduksi vegetatif buatan atau perbanyakan vegetatif dalam pertanian dan botani
merupakan sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan.
Perbanyakan vegetatif menghasilkan keturunan yang disebut klon. Karena itu, perbanyakan
vegetatif dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kloning (pembuatan klon). Klon sebenarnya
adalah salinan penuh dari individu induknya karena mewariskan semua karakteristik genetik
maupun fenotipik dari induknya. Fenotipe dapat berbeda pada beberapa teknik perbanyakan
vegetatif tertentu yang merupakan gabungan dua individu.
Pada tumbuhan, klon seringkali telah mencapai tingkat kedewasaan tertentu sewaktu ditanam
sehingga biasanya disukai oleh petani karena waktu tunggu untuk dimulainya produksi dapat
dipersingkat. Tanaman buah-buahan dapat mulai menghasilkan dalam dua atau tiga tahun dengan
kloning, sementara melalui biji petani harus menunggu paling cepat empat tahun ditambah risiko
perubahan sifat akibat penggabungan dua sifat induk jantan dan betinanya.

Teknik-teknik perbanyakan vegetatif pada tumbuhan

Terdapat bermacam-macam teknik yang acap kali khas untuk jenis tumbuhan yang berbeda.
Beberapa teknik hanya memanfaatkan organ reproduksi khusus yang diproduksi tanaman
tertentu, sementara teknik lainnya sengaja merangsang pertumbuhan baru pada bagian tumbuhan
tertentu. Berikut ini dipaparkan secara singkat berbagai teknik yang dipakai orang.
Pemisahan anakan (tillering)
Penyetekan
Perundukan
Pencangkokan

Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau
ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan
akar tunggang.
Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari
biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan
mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu berhati-hatilah ketika
menanamnya dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
Cara mencangkok:
1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan
plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari.
6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, dan
tanamlah di dalam tanah.

Tujuan : memperoleh tumbuhan baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan sifat induk.
mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar
Penyambungan
Okulasi

REPRODUKSI VEGETATIF ALAMI

Vegetatif alami secara tunas adventif/ tunas daun


Reproduksi vegetatif alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak
lain seperti manusia.
Pada tumbuhan

Umbi batang. Contoh: ubi jalar, kentang

Umbi lapis. Contoh: bawang merah, bawang putih

Umbi akar. Contoh: wortel, singkong, bengkuang

Geragih atau stolon. Contoh: arbei, stroberi

Rizoma atau akar tinggal. Contoh: lengkuas, jahe

Tunas. Contoh: pisang, bambu

Tunas adventif. Contoh: cocor bebek

Pada hewan

Tunas. Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera

Fragmentasi. Contoh: Planaria, mawar laut

Membelah diri. Contoh: Amoeba

Parthenogenesis. Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun

REPRODUKSI PADA KATAK

Reproduksi Pada Reptil

Jantan

Memiliki alat kelamin khusus : HEMIPENIS

Sepasang testis

Memiliki epididimis

Memiliki vas deferens

Betina

Memiliki sepasang ovarium

Memiliki saluran telur (oviduk)

Berakhir pada saluran kloaka

SISTIM REPRODUKSI IKAN

REPRODUKSI PADA IKAN

Reproduksi pada ikan

Jantan

Memiliki satu pasang testis

memiliki saluran sperma (vas deverens)

Memiliki lubang urogenital

Betina

Memiliki satu pasang ovarium

Memiliki saluran telur (oviduk)

Memiliki lubang urogenital

Ikan dapat berkembang biak secara vivipar ovipar dan ovovivipar

Anda mungkin juga menyukai