Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanah adalah sesuatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan bahan mineral hasil pelapukan batuan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium pertumbuhan tanaman dengan sifat sifat tertentu yang terjadi akibat
gabungan dari faktor faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan
lama pembentukan.
Sebidang tanah yang kita perolah (baik dar hasil pembukaan hutan secara
sah dan tanah tanah pemiliknya secara tradisional ) untuk dimanfaatkan sebagai
lahan pertanaman perlu mendapatkan penelitian yang seksama agar pertanaman itu
berhasil dengan baik, untuk pertanaman apa yang baik dan cocok untuk kondisi
tanah tersebut. Status hara tanah dan tanaman dapat digunakan untuk
mengavaluasi tingkat kesuburan tanah untuk pertumbuhan tanaman. Konsep
evaluasi pengharaanini berdasar pada pengertian yang diberikan oleh leibig yaitu
kesuburan hara tanaman dapat dihubungkan dengan jumlah hara yang diserap oleh
tanaman.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah.
keadaan fisik tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan
tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah ( pH tanah ), KTK,
kejenuhan basa, bahan organik, banyaknyaa unsur hara, cadangan unsur hara dan
ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Keadaan biologi tanah meliputi
aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan
pengikatan nitrogen udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara
visual, analisa tanaman dan analisa tanah. analisa tanaman meliputi analisa serapan
hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara
makro primer (N, P dan K ) di dalam tanah.

Pengelolaan tanah yang sesuai dengan kondisi tanah perlu dilakukan agar
tercipta efisiensi penggunaan biaya, waktu dan tenaga. Perlakuan perlakuan
tersebut tidak hanya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian saja tetapi
juga mempertahankan kesehatan, produktifitas dan kesuburan tanah. Praktikum ini
dilaksanakan dengan harapan mahasiswa mengetahui beberapa sifat kimia tanah
yang mempengaruhi kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman serta mampu
menjelaskan pengaruh penggunaan pupuk terhadap pertumbuhan tanaman.
B. Tujuan praktikum
Tujuan praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan adalah :
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan
atau pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesuburan tanah dan pemupukan ini dilaksanakan di dua tempat
yaitu Acara Percobaan Penanaman di Lahan dilaksanakan di Jumantono,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar setiap minggu sekali pada hari
Sabtu pukul 07.00 sampai selesai dimulai dari tanggal 21 November 2015- panen
dan Acara Analisis pada hari Kamis, 12 November 2015 pukul 07.30-14.30 di
Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

II. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Praktikum Lapang
1. Alat
a. Pacul

b. Tugal
c. Pathok
d. Tali raffia
e. Gunting
f. Meteran
g. Cethok
h. Ember
2. Bahan
a. Benih kangkung
b. Pupuk KCL
c. Pupuk Kandang
d. Pupuk Urea
e. Pupuk NPK
f. Pupuk SP 36
3. Prosedur Kerja
a. Pengolahan tanah .
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah pada kedalaman olah,
kemudian menggemburkan dan meratakannya serta dibersihkan dari sisa-sisa
tanaman pengganggu
b. Pembuatan petak
Pembuatan petak dengan ukuran 2 x 2 meter .
c. Penanaman
Menanam biji kangkung 2 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 15 x 15
cm .
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan.untuk setiap kelompok sesuai
groupnya masing-masing. Dosis pupuk kelompok 4 untuk urea yaitu 20
gram dan pupuk kandang 2 kg.
e. Cara Pemupukan :
Pupuk Kandang diberikan sekali pada saat pengolahan tanah.
Pupuk N , diberikan 2 X, pemupukan I saat 1 minggu setelah tanam dan
pemupukan ke dua 1 bulan setelah tanam
Pupuk P diberikan sekali 2 minggu setelah tanam.
Pupuk K diberikan 1 bulan setelah tanam bersamaan pemupukan ke 2.
f. Pengamatan

Setiap praktikan (kelompok praktikum) wajib membawa peralatan untuk


pengukuran dan hasil pengamatan harus disetujui oleh asisten.
Cara pengukuran / pengamatan Tanaman :
1) Tinggi tanaman
Diukur dari pangkal batang tanaman (batas antara akar dan batang)
hingga ujung daun tertinggi (helaian daun ditangkupkan), dilakukan 1
minggu sekali.
2) Berat Brangkasan segar
Brangkasan segar meliputi seluruh daun yang telah di panen untuk
tanaman kangkung. Seluruh bagian tanaman dibersihkan dan ditimbang
berat brangkasan segarnya.
g. Pemanenan saat Pertumbuhan Vegetatif Maksimum
Panen Kangkung dapat dilakukan beberapa kali,dapat dilakukan dengan cara
di cabut beserta akarnya, mengikat setiap 9 rumpun sampel kangkung yang
dipanen.Menimbang tiap bobot kangkung yang diikat,kemudian menimbang
bobot total hasil panen.Dari hasil panen kemudian memperkirakan hasil
panen kangkung per hektar.Tanaman yang berusia lebih dari 35 hari harus
dipanen seluruhnya,karena jika tidak dipanen kualitasnya akan menurun.
Dari pemanenan kami dapatkan berat keseluruhan kangkung yang kami
timbang yakitu 6,5 kg.
B. Praktikum Laboratorium
1. Kadar Lengas
a. Alat
1) CTKA
2) Botol/flakon
3) Alat penggojog
4) Aquadest
5) Labu ukur

b. Bahan
1) pH meter
2) Tissue
3) Botol semprot
c. Prosedur Kerja
1) Menimbang botol timbang kosong (a)
2) Menimbang contoh tanah 5 gram dan memasukkannya ke dalam botol
timbang
3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah (b)
4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 105C
5) Mendinginkandalam eksikator lalu menimbang botol timbang (c)
6) Menghitung kadar lengas tanah
Kadar Lengas (KL) =

b-c
100
ca

2. Kapasitas Tukar Kation


a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Amonium acetate 1 N
3) Alkohol 95 %
4) NaCl 10 %
5) NaOH 45 %
6) HCl 0.1 N
7) Asam Borat 2 %
8) Indikator campuran (BCG dan MR)
9) Aquadest
10) Butir Zn
b. Alat
1) Erlenmeyer
2) Alat penggojog
3) Kertas saring
4) Corong
5) Pipet ukur labu destilasi
6) Destilator
7) Buret dan statif
8) Timbangan

c. Cara Kerja
1) MenimbanganCtka 0,5 mm10 g, lalu dimasukkan dalamerlenmeyer
2) Menambahkan amonium acetat dan menggojok selama 10 menit.
3) Mencuci dengan amonium acetat 8 kali dan ctka dicuci lagi
denganalkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian filtrat dibuang
4) Mencuci dengan HCl 10 % 10 cc sebanyak 8 kali dan memindahkan
filtrat kedalam labu destilasi
5) Mengencerkan dengan aquades sampai volume 150 cc
6) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam Borat 2% dan
menmbah indikator campuran sebanyak 2 tetes.
7) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam Borat 2 % dan
menmbah indikator campuran sebanyak 2 tetes.
8) Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc
9) Hasil destilasi dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna kehijauan.
10) Mencatat jumlah HCl (ml/cc) yang digunakan untuk titrasi
Perhitungan

Keterangan : hasil destilasi bisa hanya diambil 10 cc tetapi hasil titrasi


dikalikan 4
3. Bahan Organik
a. Alat :
1) Labu takar 50 ml
2) Erlenmayer 50 ml
3) Gelas ukur 25 ml
4) Botol Semprot
5) Buret 50 ml
b. Bahan Kimia :
1) H2 SO4pekat
2) K2 Cr2 O7 1 N
3) Larutan Standar 5000 ppm C
c. Cara Kerja:
1) 0.25 g bahan masukkan dalam Labutakar 50 ml
2) Tambahkan 2.5 ml K2 Cr 2 O7 1 N dan 3.75 ml H2 SO4 pekat
3) Diamkan selama 30 ( dingin )

4) Buat juga Blanko sebagai pembanding ( 0 ppm dan 250 ppm )


Perhitungan
Ppm kurva

= y x pengenceran

Kadar Bahan Organik(%)

= ppm kurva x

100
x fk
mg

= ppm kurva x

100
x fk
250 g ram

Keterangan:
ppmkurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
antara kadar deret standar dengan pembacaannya
setelah dikoreksi blanko.
100

= konversike %

fk

= faktorkoreksikadar air = 100/(100 % kadar air)

4. N Total Tanah
a. Alat
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Gelas arloji
Timbangan analitik
Tabung Kjehdahl
Erlenmeyer
Buret
Labu destilasi

b. Bahan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Ctka 0,5 mm.


H2SO4 pekat
CuSO4 dan K2SO4 (erbandingan 20 : 1)
Aquadest
H2SO4 0,1 N atau H2BO4 10 %
Indikator Methyl red
NaOH 0,1 N atau NCl 0,1 N
Butir Zn

c. Prosedur Kerja
1) Destruksi
a. Menimbang dengan gelas arloji bersih/kertas contoh tanah kering
angin diameter 0,5 mm 1 gr
b. Memasukkan ke tabung Kjehdahl dan menambahkan 6 ml H2SO4 pekat
c. Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 N sendok kecil
d. Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang dan
larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna
2) Destilasi
a. Setelah larutan dalam tabung Kjehdahl dingin, menambahkan aquadest 30 ml
dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak ikut), menambakan butir
Zn dan 20 ml NaOH pekat
b. Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4 0,1 N dan
2 tetes methyl red) pada beker glass atau erlenmeyer (larutan penampung
sudah dibuatkan)
c. Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml
3) Titrasi
a. Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada
larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan NaOH sampai warna
hampir hilang/kuning bening
b. Melakukan prosedur diatas untuk blanko
c. Menghitung nilai N total Tanah
5. P Tersedia Tanah
a. Alat
1) Gelas ukur
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Timbangan analitik
Tabung reaksi
Corong
Kertas saring Whatman
Erlenmeyer
Pipet ukur
Spektrofotometer

b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan HCl 0,025 N

3)
4)
5)
6)

Larutan NH4F 0,03 N


Amonium Molibdat
Larutan SnCl2
Larutan standart P

c. Prosedur Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P (dilakukan co-ass)
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian memasukkannya ke
dalam flakon
3) Menambah 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl dan 0,03 N NH4F), lalu
4)
5)
6)
7)
8)

menggojognya selama 1 menit


Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih
Mengambil 2 ml filtrat dan ditambahkan 5 ml aquadest
Menambah 2 ml amonium molybdat hingga homogen
Menambahkan 1 ml SnCl2 dan menggojognya (sebelum ditembak)
Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm

6. K Tersedia Tanah
a. Alat
1)
2)
3)
4)
5)

Gelas ukur
Tabung reaksi
Timbangan analitik
Corong
Flame photometer

b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Lithium Klorida (LiCl2) 0,05 N
3) Amonium acetate 1 N pH 7
c. Prosedur Kerja
1)
2)
3)
4)
5)

Menimbang contoh tanah 0,25 gram


Menambahkan amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit
Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml
Menambahkan 5 ml LiCl2 dan menjadikan volume 50 ml dengan aquadest
Menembak dengan flamefotometer

III.

HASIL PENGAMATAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Praktikum Lapang
1. Dinamika Tinggi Tanaman
a. Hasil Pengamatan
Tabel 3.2.1 Tabulasi Data Dinamika Tinggi Tanaman Kangkung di Alfisols
Jumantono
Kel
1
2
3
4

HST
1
3,81
3,39
4,3
3,79

7
9,08
10,85
10,44
11,99

14
21,6
24,15
22,98
25,86

21
37,5
44,55
38,86
45,2

5
6
7
8

3,95
4,58
3,87
4,65

13,58
12,5
12,62
14,3

29,85
24,89
26,95
20,8

43,8
36,3
44,59
50,8

Sumber: Logbook
b. Pembahasan
Kangkung darat (Ipomoea reptana) dapat ditanam di dataran rendah
dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun,
termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang,
berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A.
Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam
yaitu: Kangkung darat yaitu hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan
Kangkung air yaitu hidup di tempat yang berair dan basah (Sujitno. 2004).
Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat
dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan
demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar,
sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang
agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau
mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung
(ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi
kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau
yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka
kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Sunanjono.
2004. ).
Tanaman kangkung cepat memberikan hasil dalam 4-6 minggu sejak
dari benih.Kangkung dapat dipanen optimal 8-10 kali per musim. Tanaman
ini dapat tumbuh optimal di daerah tropik dataran rendah dengan kondisi
temperatur yang tinggi dan tetap serta penyinaran matahari yang rendah.
Rata-rata

suhu

pertumbuhan

optimal

adalah 20oC-32oC

dengan

kelembaban lebih dari 60%. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi


dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 2000 m

dpl dan diutamakan lokasi lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari
yang cukup. Di tempat yang terlindungi atau ternaungi tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang namun kurus-kurus.
B. Praktikum Laboratorium
1. Hasil Praktikum
a. Kadar Lengas
Diketahui
: A1
= 56,759

Ditanya

A2

= 56,759

B1

= 70,031

B2

= 68,530

C1

= 69,193

C2

= 67,786

: a). KL1
b). KL2
c). KL rata-rata

Jawab

: a). KL1

b1c 1
x 100
c 1a1

70,03169,193
x 100
69,19356,759

0,838
x 100
12,343

= 0,7 %
b). KL2

b 2c 2
x 100
c 2a 2

68,53067,786
x 100
67,78656,759

0,744
x 100
11,027

= 6,7%

c). KL rata-rata

= (KL1 + KL2) / 2
= (0,7% + 6,7 %) / 2
= 3,7 %

b. Kapasitas Tukar Kation


Diketahui
:
ccHCl

= 6,5

NHCl

= 0,1

Berat tanah

= 5000 mg

Ditanya

: KTK

Jawab

: KTK =

ccHCl x NHCl x 4
x 100
berat tanah
6,5 X 0,1 X 4
x 100
5000 mg

= 0,052% ( sangat rendah )


c. N Total
Diketahui
Ditanya
Jawab

: N NaOH
= 0,1
KL
= 3,7
Berat tanah = 500 mg
: N Total tanah
( B A ) x N NaOH x 14
100
: N Total tanah=
x Berat tanah
100+ KL

( 0.90 ) x 0,1 x 14
100
x 500
100+3,7

= 0,026 % (Sedang)
d. Bahan Organik
1. Hasil Pengamatan
Larutan Standart
0
0
250
353

x 100 %

x 100%

Larutan Standart
Kel
X
1
0,019
2
0,031
3
0,041
4
0,018
5
0,011
6
0,045
7
0,019
8
0,018

ppm Larutan standart BO


400
Larutan standart

f(x) = 1.41x
R = 1

300

Linear (Larutan
standart)

200
100
0
0

50 100 150 200 250 300

2. Analisis Data
Ppm kurva

= y x pengenceran
= (1,412 x 0,018) x 50 ml
= 1,27

Kadar bahan organik

= ppm kurva x

= 1,27 x

100
x KL
mg

100
x
3,7 %
250

= 0,018% (Sangat Tinggi)


e. P Tersedia
1. Hasil Pengamatan

Larutan Standart
0
0
0.1
0.057
0.2
0.099
0.4
0.163
0.6
0.31
0.8
0.366
1
0.412
Nilai Absorbansi (x)
x
Kel.
Ul. 1
Ul. 2
1
0,055
0,057
2
0,105
0,087
3
0,254
0,155
4
0,156
0,129
5
0,115
0,085
6
0,175
0,218
7
0,186
0,224
8
0,058
0,055

ppm Larutan standart P-Tersedia


0.5
0.4

f(x) = 0.43x + 0.01


R = 0.98

0.3

larutan standart
Linear (larutan
standart)

0.2
0.1
0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.2

2. Analisis Data
Ulangan (1)

y = 0,4281x + 0,0114

= 0,4281 (0,156) + 0,0114


= 0,07
Ulangan (2)

y = 0,4281x + 0,0114
= 0,4281 (0,129) + 0,0114
= 0,066

Ppm kurvaUl. 1

= y x pengenceran
= 0,07 x 10 ml
= 0,7

Ppm kurvaUl. 2

= y x pengenceran
= 0,066 x 10 ml
= 0,66

Ppm kurvaLarutan P rata-rata

Ul .1+Ul .2
2
0,07+0,066
2

= 0,068
Kadar P

ppm P larutan tanah x 35


= 100
x berat tanah
100+KL
0,068 x 35
= 100
x 500 mg
100+3,7
= 0,49 (Sangat Tinggi)

f. K Tersedia
1. Hasil Pengamatan
Absorbansi
(x)

ppm
0
2.5
5

0
0.022
0.034

7.5
10

0.049
0.059

Kelas Argrofarmaka
NIlai Absorbansi (x)
Kelompok
Ulangan
2
0.015
0.014
0.021
0.026
0.021
0.01
0.017
0.025

Ulangan 1
1
2
3
4
5
6
7
8

0.025
0.02
0.022
0.031
0.014
0.012
0.021
0.023

ppm Larutan standart K-Tersedia


0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0

Larutan standart
f(x) = 0.01x + 0
R = 0.98

Linear (Larutan
standart)

2.

Linear (Larutan
standart)

10

12

= 0,0058x + 0,0038

Analisis Data
Ulangan (1)

= 0,058 (0,031) + 0,0038


= 0,00397
Ulangan (2)

= 0,0058x + 0,0038
= 0,058 (0,026) + 0,0038
= 0,00395

Ppm kurvaUl. 1

= y x pengenceran
= 0,00397 x 100 ml
= 0,397

Ppm kurvaUl. 2

= y x pengenceran
= 0,00395 x 100 ml
= 0,395

Ppm kurvaLarutan P rata-rata

Ul .1+Ul .2
2
0,397+0,395
2

= 0,396
ppm K larutan tanah x
Kadar K

50 50
x
5 100

100
berat tanah (mg)
100+ KL

x 100

0,396 x 10 x 0,5
x 100
241,08

= 0,821 (Sedang)
3. Pembahsan
a. Kadar Lengas
Kapasitas menahan air berpengaruh secara tidak langsung pada
kondisi lengas tanah, yaitu air yang mengisi sebagian atau seluruh pori
tanah, atau terserap pada permukaan lempung. Kapasitas menahan air
berpengaruh secara tidak langsung pada kondisi lengas tanah, yaitu air
yang mengisi sebagian atau seluruh pori tanah, atau terserap pada
permukaan lempung. Menurut Mukhfid (2007) kadar lengas tiap tanah
berbeda, menurut jenis tanah dan ukuran diameternya. Kadar lengas
dalam tanah merupakan kekuatan untuk mengikat air dalam pori-pori
tanah dengan gaya ikat atau longgar tergantung dari jumlahnya. Gaya ikat

akan menentukan gerak atau aliran zat tertentu serta ketergantungan dari
tumbuh-tumbuhan. Maka Lengas tanah perlu di ketahui keadaannya
untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu di tetapkan keadaan air tanah
antara lain kadar air total, kapasitas lapang, dan titik layu permanen.
Selain itu lengas tanah juga mempunyai hubungan dengan kation,
dekomposisi bahan organik, serta kegiatan mikroorganisme.
Berdasarkan analisis laboratorium yang telah dilakukan nilai kadar
lengas tanah alfisols di Jumantono sebesar 3,7 %. Kadar lengas tanah
yang kurang optimal diduga merupakan penyebab utama rendahnya
serapan hara Ca dan Mg yang diserap tanaman melalui proses aliran
massa. Lengas tanah berperan sebagai pelarut zat hara, sebagai penegak
tanaman dan memudahkan tanah agar mudah diolah. Pada keadaan biasa
tanah selalu mengandung lengas tanah walau sedikit, ini dikarenakan oleh
keadaan luar yang ikut berpengaruh atas ketersediaan air dalam zarah
tanah.
Pada praktikum kali ini perhitungan kadar lengas tanah kering
angin dihitung dengan 2 kali pengulangan. Keterangan untuk variabel a
yaitu berat botol timbang kosong yang telah dioven selama 30 menit
kemudian didinginkan di eksilator. Variabel b mewakili berat botol
timbang dan ctka, sedangkan variabel c merupakan berat botol timbang
beserta isinya yaitu ctka yang telah dioven selama 4 jam yang kemudian
didinginkan dalam eksilator sampai dingin. Perhitungan kadar lengas
tanah kering angin dilakukan pengulangan dalam perhitungan sebanyak 2
kali dilakukan agar hasil KL nya dapat akurat.
Praktikum yang telah dilakukan dengan menghitung berat obyek
telah didapatkan data besarnya kadar lengas tanah kering angin. Kadar
lengas pada ulangan pertama didapatkan rincian nilai a = 54,632 gram,
nilai b = 71,028 gram dan c = 70,168 gram. Kemudian dimasukkan ke
dalam rumus dan didapatkan besar KL yaitu 5,53%. Pada ulangan kedua
didapatkan hasil a = 54,224 gram, b = 71,418 gram dan c = 69,852 gram.

Untuk mengetahui KLnya dilakukan perhitungan seperti pengulangan


pertama, kemudian didapatkan hasil sebesar 10,04%. Uuntuk mencari
rata-rata KL dapat dilakukan dengan menjumlahkan KL pada ualangan
pertama dan kedua, kemudian hasilnya dibagi dua. Rata-rata KL yang
dilakukan dengan perhitungan tersebut didapatkan hasil sebesar 7,79%.
Berdasarkan hasil praktikum ini didapatkan bahwa kadar lengas
kapsitas lapang rata-rata pada tanah Alfisols sebesar 7,054 % yang
termasuk cukup tinggi. Kadar lengas kapasitas lapang yang tinggi pada
tanah Alfisols ini disebabkan karena tekstur tanah Alfisols yang
didominasi oleh clay sehingga pori mikro lebih banyak daripada pori
makro.
b. Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah
kandungan liat, kandungan bahan organik dan pH tanah. Kapasitas tukar
kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat berubahubah dengan perubahan pH.

Keadaan tanah yang sangat masam

menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan


menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar karena perkembangan
muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit menjadi sangat berkurang
karena perubahan pH dari menjadi 5,5. Kapasitas tukar kation yang dapat
dijerap 100 gram tanah pada pH 7. Kapasitas tukar kation menunjukkan
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan
kation-kation tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan
tanah maupun untuk genesis tanah.
Perhitungan KTK didasarkan pada luas permukaan kation yang
terjerap oleh ion amonium, perhitungan dan perubahan larutan penukar
uji, pencucian larutan sisa penukar, ion Cl - dengan ion NH2+. Dalam
perhitungan digunakan cara destilasi yang kemudian dihasilkan amoniak
kemudian ditampung dalam asam borak dan indikator campuran. Setelah
itu larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N yang berfungsi untuk menetralkan

tanah akibat penambahan NaOH. Volume HCl yang digunakan


merupakan variabel dalam penghitungan KTK. KTK ini sebagai indikator
kesuburan tanah yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika tanah.
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan diketahui bahwa KTK = 1,6
cmol (+)/kg menunjukkan bahwa pengharkatan mempunyai KPK yang
rendah. Dengan cc HCl sebesar 10 cc dan N HCl sebesar 0,1 N,
sedangkan berat ctka 10 gr. Dapat disimpulkan, pH pada tanah alfisol
merupakan tanah masam sehingga kapasitas tukar kation rendah.
Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan diperoleh
kapasitas tukar kation adalah 25,6 cmol (+)/kg. Kadar ini termasuk tinggi.
Menurut Novizan (2005) Kapasitas Tukar Kation (KTK) setiap jenis
tanah berbeda-beda. Humus yang berasal dari bahan organic mempunyai
KTK jauh lebih tinggi (100-300 meq/100g). Koloid yang bersal dari
batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150 meq/100g). Secara kualitatif
KTK tanah dapat diketahui dari teksturnya. Tanah dengan kandungan
pasir yang tinggi memiliki KTK yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanah dengan kandungan liat atau debu. KTK tanah yang rendah dapat
ditingkatkan dengan menambahkan bahan organic seperti kompos atau
pupuk kandang, penambahan hancuran batuan zeolit secara signifikan
juga dapat meningkatkan KTK tanah.
c. Bahan Organik
Berdasarkan analisis laboratorium dapat kita lihat bahwa kadar
bahan organik setelah pemupukan adalah yaitu 0,018 %. Kadar bahan
organik tanah yang rendah menandakan bahwa tanah tersebut kurang
subur karena terlalu banyak mendapat penambahan pupuk sehingga
merusak struktur dan juga mikroorganisme dalam tanah. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah perbaikan
sifat-sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara di
dalam tanah sesuai dengan pendapat Sugeng (2004). Tanah yang sangat

subur ini efektif untuk penanaman tanaman jagung. Bahan organik juga
akan mempengaruhi KTK tanah.
Perubahan warna larutan dan tanah menjadi jingga setelah
ditambah

dengan K2Cr2O7 adalah menandakan bahwa tanah sudah

teroksidasi. Indikator DPA berguna untuk mengetahui adanya bahan


organik. Karena DPA merupakan larutan aktif dalam larutan asam lemah
dan berfungsi untuk menaikkan kadar asam. Sehingga didaptkan bahwa
indikator ini tidak dapat bekerja jika tidak dalam kondisi asam sehingga
digunakan H2SO4 untuk membuat suasana menjadi asam dan bereaksi
sedang. Penggunaan H3PO4 berguna untuk

menghilangkan sisa-sisa

oksidasi dari larutan yang terjadi. Setelah itu dilakukan titrasi dengan
FeSO4 0,5 N pada On (Onsen) sampai berwarna hijau muda.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) kandungan bahan
organik dalam tanah mineral umunya hanya menunjukan kadar persentase
yang

sedikit,

namun

demikian

peranannya

tetap

besar

dalam

mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah. Bahan organik tanah


merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang dilakukan jasad renik
tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda dengan senyawa
aslinya, yang tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan seperti
glukosamin (hasil metabolisme jasad renik). Kadar bahan organik dalam
tanah pada suatu tempat dan tempat lainnya berlainan atau cukup
beragam. Pada tanah gambut bahan keringnya yang umum adalah bahan
organik sekitar 3 5% dari berat keringnya, jadi demikian sedikit
jumlahnya namun demikian pengaruh kuat terhadap sifat-sifat tanah.
d. N total tanah
Berdasarkan analisis laboratorium didapatkan N total tanah
sebesar 0,026% dan tergolong sedang, karena telah ditambahkan pupuk
urea kedalam tanah. nilai Ntotal tanah diperolehdari tiga proses yaitu
destruksi, destilasi dan titrasi. Proses destruksi diawali dengan
menimbang gelas arloji bersih serta contohb tanah kering angin.

Kemudian dimasukkan ketabung Kjedahl lalu ditambahkan asam sulfat


pekat sebanyak 6ml, serbuk kalium sufat dan tembaga sulfat masingmaing 1 sendok kecil. Setelah ditambahkan berbagai chemikalia barullah
di destruksi hingga campuran homogeny yang ditandai dengan asap
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna. Setelah
proses destruksi selesai barulah di destilasi. Larutan di destilasi hingga
volume menjadi 40ml. Proses titrasi dilakukan hingga warna larutan
menjadi hamper hilang atau kuning bening.
Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein. Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil,
pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning dan gugur. Gejalagejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan tanaman, batangbatang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman
terhadap penyakit. Menurut Sutedjo (2002) semakin tinggi pemberian
Nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi
protein dan protoplasma yang hidup terdiri dari sekitar 25% bahan kering,
yang terdiri pula dari kurang lebih 50%-55% zat-zat putih telur dan
sekitar 5-10% lipoida serta persenyawaan-persenyawaan lain yang
mengandung N. Kadar N dari protoplasma adalah sekitar 2-2,5%.
Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu
protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat (NO3-).
Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis
illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk
NO3- mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir
mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada tanah liat
sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003).
e. P tersedia tanah
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu Porganik dan P-anorganik. Kandungannya sangat bervariasi tergantung

pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah. Fospor merupakan unsur
hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi
tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 0,2 mg/kg tanah
(Handayanto dan Hairiyah 2007).
Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan didapatkan P
tersedia tanah adalah 0,49 ppm. Kandungan ini menandakan bahwa P
tanah di tanah alfisol ini rendah. Rendahnya kandungan P dalam tanah
menyebabkan tanah tidak mampu menyediakan unsur hara P bagi
tanaman yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.
Menurut Hanafiah (2005) kadar P organik dalam bahan organik
kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 0,5 %. Hal ini
terbukti dengan praktik yang dilakukan, yang mendapat nilai 2,088 ppm,.
Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar
alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa
memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi
P. Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.
Menurut Isnanini (2006) sumber fosfat yang berada dalam tanah
sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-sisa tanaman dan
bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor
anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan fosfor
juga dilakukan oleh liat dan silikat. Keberadaan fosfat mayoritas adalah
fosfat terikat yang tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, sehingga
perlu diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat diserap tanaman.
f. K tersedia tanah
Menurut Dedy (2009) kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses

dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut
akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi
oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai
kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan
dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium.
Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap
tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium. Terbukti
pada praktikum kali ini, kadar K tersedia tanah hanya sebesar 0,821
me/100g.
Kalium (K) dalam tanah bersumber pada pupuk buatan, pupuk
kandang, sisa tanaman dan mineral K dalam tanah (Orthoclas, Mika,
Muskovit dan Biotite). K diserap tanaman lebih besar daripada P, Ca dan
Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N. K di dalam tanah
bersifat mobile sehingga mudah hilang melalui proses pencucian tau
terbawa arus pergerakan air.
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll) dan bahan organik sisa tanaman. K
dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah bergerak) sehingga
mudah hilang melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan air.
Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun
dapat ditingkatkan dengan cara pemberian 2-3 kali dalam satu musim
tanam. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data bahwa kandungan K
sebesar 198.484 %. Kandungan K ini tergolong sangat tinggi. Hal ini
disebabkan adanya penambahan pupuk KCl dalam tanah.
Kadar K sebesar 0,71 ppm kadar K dipengaruhi oleh adanya
pemupukan dengan pupuk KCl. Kadar K dalam jaringan tanaman
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pemupukan
dengan pupuk KCl. Unsur hara K berfungsi dalam proses fotosintesis,
pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. K juga

berguna untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman


terhadap penyakit. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara K
akan mengalami gejala batang dan daun menjadi lemas atau rebah, daun
berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun
menguning dan kering serta timbul bercak coklat pada pucuk daun.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh rangkaian pengujian yang telah dilakukan untuk tiap
variabel fisika tanah, didapat beberapa kesimpulan :
1.

Analisis lengas tanah menunjukkan nilai kadar lengas tanah alfisol


Jumantono sebesar 3,7%
2.
Analisis pertukaran kation didapatkan nilai KTK sebesar 0,052
cmol(+)/kg dan yang demikian ini tergolong sedang.
3.
Analisis bahan organik menunjukkan kadar C sebesar 0,018% untuk
kadar bahan organik yang tergolong rendah.
4.
Analisis kadar N, P dan K menunjukkan N total tanah sebesar 0,026
%, kadar P tersedia tanah 0,49 % dan kadar K tersedia 0,821.
5.
Analisis tanah awal memiliki kadar bahan organik, C-organik, KPK,
dan P tanah yang rendah.
6.
Pemupukan memiliki peranan untuk menyuburkan tanah sehingga
kadar N total tanah bisa menjadi tinggi.
B. Saran
Penyampaian materi oleh co-ass sudah baik, namun untuk mekanisme
responsi harap dipertimbangkan kembali karena dirasa oleh semua praktikan
sangat tidak efektif dan memberatkan. Alasan utamanya adalah antara penjelasan
co-ass serta soal masih ada yang kurang sinkron, selain itu bobot soal tiap kode
pertanyaan juga tidak sama disisi lain alokasi waktu mengerjakan yang tidak
memadai dirasa menjadi salah satu penyebab mekanisme responsi sangat tidak
efektif. Jika ini berlanjut maka akan menimbulkan prasangka buruk dari para
praktikan kepada co-ass yang dirasa terlalu sewenang-wenang.

DAFTAR PUSTAKA
Dedy 2009. Tekstur Tanah. http://dydear.multiply.com/journal/item/8/. Diakses 4
Hairiah 2000. Pengelolaan Tanah Masam secara Biologis. Bogor: ICRAF.
Hanafiah 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Handayani 2005. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah: I. Agihan ukuran dan dispersitas
agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3 (1) : 10-1.
Hardjowigeno Sarwono 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademik
Pressindo.
Isnaini M 2006. Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana
Mukhfid S 2007. Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung terhadap Peningkatan
Lengas Tanah pada Tanah Berpasir.http://www.iptek.net. Diakses pada
tanggal 24 Mei 2014.
Novizan 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agro Media Pustaka,
Tangerang.
Sugeng 2001. Bercocok Tanam Palawija. Semarang: Aneka Ilmu.
Sujitno. 2004. Kumpulan Klasifikasi Tanaman Sayur. PT Alex Media Komputindo.
Jakarta.
Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media
Komputindo. Jakarta.
Sutedjo M M 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tjirosoepomo 2004. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal FON
    Proposal FON
    Dokumen7 halaman
    Proposal FON
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Smart 2012
    Smart 2012
    Dokumen3 halaman
    Smart 2012
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen3 halaman
    Book 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • BAKSO
    BAKSO
    Dokumen1 halaman
    BAKSO
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • BAKSO
    BAKSO
    Dokumen1 halaman
    BAKSO
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Cardenoline
    Cardenoline
    Dokumen7 halaman
    Cardenoline
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • LDKM
    LDKM
    Dokumen7 halaman
    LDKM
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Soal Cerdas Cermat
    Soal Cerdas Cermat
    Dokumen7 halaman
    Soal Cerdas Cermat
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Solusi Permasalahan
    Solusi Permasalahan
    Dokumen5 halaman
    Solusi Permasalahan
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Take Home 1
    Take Home 1
    Dokumen3 halaman
    Take Home 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Statistik Kelompok
    Statistik Kelompok
    Dokumen7 halaman
    Statistik Kelompok
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Jadwal LDKM 2011
    Jadwal LDKM 2011
    Dokumen1 halaman
    Jadwal LDKM 2011
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kultur Jaringan
    Makalah Kultur Jaringan
    Dokumen10 halaman
    Makalah Kultur Jaringan
    aa
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    Dokumen12 halaman
    Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Prose Dur
    Prose Dur
    Dokumen3 halaman
    Prose Dur
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Dokumen5 halaman
    Latihan 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    Dokumen137 halaman
    Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • KARANTINA
    KARANTINA
    Dokumen7 halaman
    KARANTINA
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Daun Ungu
    Daun Ungu
    Dokumen8 halaman
    Daun Ungu
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen6 halaman
    Kelompok 6
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Cardenoline
    Cardenoline
    Dokumen7 halaman
    Cardenoline
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Kesetimbangan Kimia
    Kesetimbangan Kimia
    Dokumen14 halaman
    Kesetimbangan Kimia
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen12 halaman
    Acara 2
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Dokumen5 halaman
    Latihan 1
    damargesang
    Belum ada peringkat