Anda di halaman 1dari 5

Solusi Permasalahan

1. Pengelolaan plasma nutfah

a) Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi yang merupakan pelacakan atau penjelajahan,
mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu
dilakukan untuk mengamankan dari kepunahan ( Kusumo et al, 2002).

Pendekatan awal dalam kegiatan eksplorasi pada umumnya dimulai


dengan penelitian etnobotani dan etnofarmakologi sebagai upaya
untuk menginventarisasi jenis tumbuhan obat dan manfaat
penggunaannya (Anggadiredja dan Rifai, 2000). Kegiatan eksplorasi
sudah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan industri
maupaun perorangan namun hasil-hasilnya tidak terdokumentasi
dengan baik sehingga kita tidak pernah memiliki literatur yang utuh
tentang tumbuhan obat dan ramuannya serta cara pengobatannya.
Terlebih lagi kegiatan penelitian ini sering tidak dilengkapi oleh
pendukung herbarium untuk setiap jenis tumbuhan.

Eksplorasi plasma nutfah tanaman obat telah dilakukan Balittro di


Taman Nasional Meru Betiri, G. Ceremai dan G. Cakrabuana Jawa Barat
dan hasil eksplorasi ditanam di kebun koleksi sebagai konservasi ex
situ (Hasnam et al, 2000).

b) Konservasi
Kegiatan penelitian konservasi tumbuhan obat adalah kegiatan
penelitian di hulu yang amat sangat terbatas dan kurang mendapat
perhatian. Tiga lembaga yaitu Hostus Medicus Tawangmangu, Balai
apenelitian Tanaman Rempah dan Obat serta Kebun Raya dapat
menjadi garda terdepan dalam kegiatan penyediaan plasma nutfah
secara ex-situ untuk menunjang pelestarian secara in-situ yang
dilakukan oleh Departemen Kehutanan.

Konservasi in situ pada sejumlah Taman Nasional, daerah yang


dilindungi telah dilakukan seperti di Meru Betiri (Jawa Timur), Gn.
Leuser di Aceh, Gn. Halimun dan Gn. Gede Pangrango di Jawa Barat,
Kerinci- Seblat in Jambi, Gn Palung (Kalimantan), Gn. Rinjani (Nusa
Tenggara), Rawa Aopa, Dumoga Bone (Sulawesi), Manusela (Maluku)
dan Gn. Lorentz di Irian Jaya (Bermawie dan Sutisna, 1999). Menurut
Rahardjo et al. (2002) tanaman obat dengan status langka seperti
kedawung (Parkia roxburghii G. Donn.), Padmosari (Raffesia
zollingeriana Kds), Kayu garu (Aquillari malaccanensis Lamk.). Kayu
angin (Usnea barbata Fries) dan Pulai pandak (Raufolvia serpentina)
dikonservasi di kawasan penyangga Taman Nasional Meru Betiri.

Idealnya semua tumbuhan obat harus dilestarikan, meliputi semua


populasi di alam (in situ) dan dilakukan penangkaran diluar habitatnya
(ex situ). Menurut Zuhud et al. (2001) tujuan pelestarian ex situ adalah
a) untuk diintroduksi kembali ke habitat aslinya, b) untuk kegiatan
pemuliaan dan c) untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Prioritas
pelestarian ex situ diberikan untuk spesies yang habitatnya telah rusak
atau tidak dapat diamankan lagi, pelestarian ex situ juga harus
digunakan untuk meningkatkan spesies lokal yang hampir punah
menjadi tersedia kembali di alam. Di beberapa negara hal ini menjadi
perhatian untuk melestarikan semua spesies tumbuhan obat secara ex
situ.

Konservasi in vitro tanaman obat telah dilakukan pada tanaman


pegagan, inggu, kumis kucing, meniran, kencur, temu putih, bangle,
pulai pandak, purwoceng, temu giring, tapak dara, daun encok,
echinaceae, lidah buaya, temu kunci, temu lawak, kunyit, jahe, canola
dan murbei. Penyimpanan pule pandak secara in vitro telah dilakukan
oleh Gati dan Mariska (2001) dengan pertumbuhan minimal,
enkapsulasi atau dengan cara pembekuan dengan nitrogen cair.

Menurut Sastrapradja (2000) bahwa kecenderungan baru untuk


melestarikan keanekaragaman hayati pertanian secara lekat lahan
memang belum dimulai di Indonesia. Untuk pelestarian tumbuhan
obat, agaknya kecenderungan ini perlu dikaji manfaatnya. Berbicara
mengenai pelestarian keanekaragaman hayati, usaha ini di negara
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memang
menjumpai banyak tantangan. Tanpa mengkaitkannya dengan
pembangunan nasional secara menyeluruh, pemerintah akan
menganggap usaha pelestarian itu sebagai beban, bukan sebagi
peluang.

Namun menurut Nurhadi et al. (2000) konservasi tumbuhan obat harus


dilakukan bersama- sama dengan masyarakat, dalam arti kegiatan
budidaya tumbuhan obat yang berasal dari dalam hutan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang selama ini memanfaatkannya.
Menurut Sastrapradja (2000) yang sebenarnya harus kita kembangkan
segera adalah teknologi teknologi yang dapat meningkatkan nilai
tambah sumber bahan baku obat tersebut. Dari pengalaman negara
negara lain kita belajar bahwa untuk menemukan sebuah senyawa
kimia yang nantinya dapat dikembangkan menjadi obat, memerlukan
waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit jumlahnya.

2. Pemanfaatan tanaman obat

Potensi sumbangan plasma nutfah untuk dunia pengobatan mungkin


seperti handeuleum atau daun ungu (Graptophyllum pictum) yang
digunakan untuk mengatasi masalah ambeien. Namun penelitian untuk
mendukung kebenaran ilmiahnya belum secara mendasar dilakukan
(Anggadiredja dan Rifai, 2000).

Dalam usaha pemanfaatan tumbuhan obat perlu diperhatikan


kelestarian dari jenis tumbuhan tersebut agar tidak punah. Upaya
peningkatan budidaya selain melestarikan sumber bahan OT/OAI
diharapkan dapat mengembangkan produksi tumbuhan obat dalam
negeri, dan selanjutnya dapat diekspor sehingga memberikan nilai
tambah dalam pertumbuhan ekonomi (Muharso, 2000).

Komoditas Tanaman Obat unggulan versi Badan POM (2001) telah


ditetapkan seperti sambilito, pegagan, jati belanda, tempuyung,
temulawak, daun ungu, cabe jawa, sanrego, pasak bumi, pace, daun
jinten, kencur, dan teknologi budidayanya untuk sebagian komoditas
sudah tersedia.

Beberapa contoh obat tradisional dikemukakan oleh Maat (2001) yang


berasal dari tanaman obat asli Indonesia yang dikemukakan dengan
menggunakan bahasa ilmu kedokteran moderen agar dapat dipahami
oleh kalangan dokter yang nantinya diharapkan menjadikan cikal bakal
suatu Obat tradisional Untuk Pelayanan Kesehatan Formal:
1. Obat Tradisional sebagai imunomodulator: Phyllanthus niruri L.
2. Obat Tradisional untuk pengobatan Hiperkolesterolemia dan
hipertrigli seridemia : Sechium edule
3. Obat Tradisional untuk pengobatan kanker: Fam cruciferae, Solanum
nigrum, Catharanthus roseus/Vinca rosea, Aloe vera L, Allium sativum
L., Curcuma longa L., Nigella sativa L., Morinda citrifolia L.,
Andrographis paniculata Ness., Gynura procumbens Merr.
4. Obat alami sebagai terapi imun dan terapi adjuvan pada infeksi
HIV/AIDS.
5. Obat Tradisional untuk pengobatan hiperurisemia dan artritis Gout.
6. Obat bahan alam untuk pengobatan hemoroid

Menurut Sinambela (2002) keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan


obat Indonesia sebagai sumber bahan obat selayaknya diteliti secara
lebih komprehensif dengan pemilihan strategi pendekatan
bioprospecting yang tepat. Bioprospecting mencakup aktivitas
berbagai disiplin ilmu terutama kimia bahan alam, farmakognosi,
agrokimia, botani dan ekonomi. Penelitian bioprospecting laboratoris
bertitik tolak dari etnofarmakologi dan etnobotani.

Disamping pemanfaatan plasma nutfah tanaman obat untuk industri


jamu juga dapat dimanfaatkan untuk kosmetika seperti lidah buaya
(menghilangkan noda hitam, menanggulangi kerut, menstimulasi dan
mengganti sel kulit mati dengan sel baru), ketumbar, lavender dan
lain-lain (Wardana, 2002).

Di Taman Nasional Gunung Halimun terdapat sekitar 48 jenis tumbuhan


yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Diantara jenis tiumbuhan obat
tersebut, ada yang berkhasiat sebagai obat tonik, aprodisiak, batuk,
asma, jamu sehabis melahirkan, masuk angin, ramuan jamu godok,
penyedap, obat penyakit sipilis. Pemanfaatan tumbuhan obat tersebut
masih terbatas untuk keperluan keluarga, belum dikomersiilkan
(Sukarman et al., 2002).

3. Perlindungan Terhadap Tanaman Obat


Sudah sejak lama kurang lebih 50 tahun yang lalu Indonesia
menggunakan tanaman obat sebagai obat, apalagi setelah terjadi
krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tanaman obat dipakai sebagai
pengobatan alternatif/pilihan bagi ekonomi lemah. Tanaman obat ini
sedang menjadi isu di negara -negara berkembang dan bagaimana
memberikan perlindungan hukum terhadap tanaman obat, negara-
negara berkembang perlu untuk mempelajarinya (Yunus, 2000).

Pengaturan pemanenan tumbuhan obat dari alam, larangan


pemungutan spesies tumbuhan obat yang terancam punah perlu
dilakukan, demikian juga perlu dilakukan pengontrolan terhadap
perdagangan tumbuhan obat dan produk-produknya (Zuhud et al.,
2001).
Kita harus berupaya agar paten handeuleum misalnya tidak dilakukan
di USA atau Jepang seperti yang dialami tanaman mimba/neem
(Azadirachta indica) yang sebenarnya sudah digunakan lebih dari 400
tahun oleh orang India (Anggadiredja dan Rifai, 2000).

4. Kebijakan Operasional

Untuk pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia perlu ditempuh


kebijakan operasional dan langkah-langkah sebagai berikut (Muharso,
2000):
Eksploitasi dan pelestarian Sumber Daya Alam
Kebijakan operasional:
- Eksploitasi tumbuhan liar di hutan alam untuk bahan baku OT/OAI
dibatasi sebelum budidaya jenis tumbuhan tersebut terlaksana dengan
baik
- Segera dilakukan langkah budidaya terhadap jenis tumbuhan yang
banyak diperlukan untuk bahan baku OT/OAI.
Langkah langkah:
- Melaksanakan inventarisasi jenis tumbuhan obat yang terdapat di
hutan atau tumbuhan liar.
- Melakukan penanaman kembali jenis tumbuhan obat dalam kondisi
genting atau terancam punah.
Penelitian, budidaya tumbuhan obat, penanganan pasca panen,
standarisasi serta pengembangan pasar.

5. Tanaman Obat Sebagai Laboratorium Botani


Tanaman obat sebagai laboratorium botani sangat diperlukan. Peranan
laboratorium botani sebagai media pendidikan dan penelitian perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, mengingat masih
banyak keanekaragaman hayati yang belum dikaji secara lebih
mendalam untuk memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan
hidup

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal FON
    Proposal FON
    Dokumen7 halaman
    Proposal FON
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Smart 2012
    Smart 2012
    Dokumen3 halaman
    Smart 2012
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen3 halaman
    Book 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • BAKSO
    BAKSO
    Dokumen1 halaman
    BAKSO
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • BAKSO
    BAKSO
    Dokumen1 halaman
    BAKSO
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Jadwal LDKM 2011
    Jadwal LDKM 2011
    Dokumen1 halaman
    Jadwal LDKM 2011
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    Dokumen12 halaman
    Persyaratan Karantina Untuk Pemasukan
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Statistik Kelompok
    Statistik Kelompok
    Dokumen7 halaman
    Statistik Kelompok
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Cardenoline
    Cardenoline
    Dokumen7 halaman
    Cardenoline
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Dokumen5 halaman
    Latihan 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • LDKM
    LDKM
    Dokumen7 halaman
    LDKM
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Soal Cerdas Cermat
    Soal Cerdas Cermat
    Dokumen7 halaman
    Soal Cerdas Cermat
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kultur Jaringan
    Makalah Kultur Jaringan
    Dokumen10 halaman
    Makalah Kultur Jaringan
    aa
    Belum ada peringkat
  • Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    Dokumen137 halaman
    Prosedur KARANTINA TUMBUHAN
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Take Home 1
    Take Home 1
    Dokumen3 halaman
    Take Home 1
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Cardenoline
    Cardenoline
    Dokumen7 halaman
    Cardenoline
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Prose Dur
    Prose Dur
    Dokumen3 halaman
    Prose Dur
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • KARANTINA
    KARANTINA
    Dokumen7 halaman
    KARANTINA
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Daun Ungu
    Daun Ungu
    Dokumen8 halaman
    Daun Ungu
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen6 halaman
    Kelompok 6
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Kestan Fix
    Kestan Fix
    Dokumen28 halaman
    Kestan Fix
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Kesetimbangan Kimia
    Kesetimbangan Kimia
    Dokumen14 halaman
    Kesetimbangan Kimia
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen12 halaman
    Acara 2
    damargesang
    Belum ada peringkat
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Dokumen5 halaman
    Latihan 1
    damargesang
    Belum ada peringkat