TUMBUHAN
Untuk pemasukan atau impor benih tumbuhan dari luar negeri terdapat beberapa
persyaratan karantina yang harus dipenuhi oleh importir. Persyaratan ini meliputi
persyaratan umum dan persyaratan tambahan. Dalam Bab ini akan dibahas
persyaratan-persyaratan tersebut serta prosedur karantina untuk pemasukan benih
tumbuhan. Disamping itu akan dijelaskan pula tempat-tempat pemasukan benih
tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, ketentuan dan prosedur untuk
mendapatkan surat izin Menteri Pertanian untuk pemasukan benih tumbuhan,
serta ketentuan pemasukan benih tanaman hutan dan hal-hal terkait CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and
Fauna).
1. Persyaratan Umum
a)
b)
c)
d)
e)
Setiap media pembawa OPTK berupa benih tumbuhan, yang dimasukkan atau
diimpor ke dalam wilayah negara RI, wajib :
dilengkapi Surat Kesehatan Tumbuhan (phytosanitary certificate) dari negara asal
dan negara transit;
disertai Surat Izin Pemasukan (SIP), dari Menteri Pertanian atau pejabat yang
ditunjuknya (dalam hal ini Direktur Jenderal terkait);
melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan;
dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan di tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina; dan
dalam hal tertentu Menteri Pertanian dapat menetapkan kewajiban tambahan.
Surat Kesehatan Tumbuhan (phytosanitary certificate) merupakan suatu dokumen
resmi yang membuktikan status fitosanitari (kesehatan tumbuhan atau bagian
tumbuhan) dari setiap kiriman, sebagai akibat adanya peraturan mengenai
kesehatan tumbuhan. Sertifikat kesehatan tersebut dikeluarkan oleh lembaga
karantina tumbuhan di suatu negara, yang menyatakan bahwa tumbuhan atau
bagian tumbuhan dalam keadaan sehat atau bebas dari OPTK, atau telah diberi
perlakuan tertentu untuk membebaskannya. Sertifikat ini diterbitkan berdasarkan
model sertifikat dari International Plant protection Convention (IPPC)
2. Persyaratan Tambahan
Persyaratan tambahan ini berlaku bukan hanya untuk benih tumbuhan saja, tapi
juga untuk seluruh media pembawa OPTK, termasuk bagian tumbuhan.
a.
Persyaratan tambahan dikenakan apabila dalam suatu keadaan yang
ditetapkan berdasarkan Analisis Risiko OPT (AROPT) atau Pest Risk
Analysis (PRA), benih tumbuhan yang diimpor dinilai memiliki potensi yang
besar untuk mengakibatkan terjadinya penyebaran OPT. AROPT terhadap
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
Jayapura Jayapura
Sorong Sorong
Biak Biak
Fakfak Fakfak
Manokwari Manokwari
Merauke Merauke
Teluk Kasim/Salawati Sorong
Pangkal Balam Pangkal Pinang
Jambi Jambi
Pulau Bai Bengkulu
Bitung - Bitung
Pos Perbatasan :
Entikong (Kalimantan Barat Malaysia)
Motaain (Atambua Dilli)
Metameuk (Atambua Dilli)
Napan (Atambua Dilli)
Skou (Irian Jaya PNG)
Dryport
(1) Gedebage Bandung
(2) Jebres Solo
4. Prosedur Karantina Untuk Pemasukan Benih Tumbuhan
a.
Untuk pemasukan benih tumbuhan, yang pemasukannya dikenakan
tindakan pengasingan dan pengamatan serta dimasukkan dalam bentuk barang
muatan (kargo), pemilik atau kuasanya, melaporkan rencana pemasukan bibit
tumbuhan paling lambat 5 (lima) hari sebelum benih tumbuhan tersebut tiba di
tempat pemasukan, dan penyerahan kepada petugas karantina tumbuhan dilakukan
pada saat benih tumbuhan tersebut tiba di tempat pemasukan. Penjelasan : Secara
umum benih tumbuhan termasuk dalam media pembawa OPTK yang
pemasukannya dikenakan tindakan pengasingan dan pengamatan oleh petugas
karantina tumbuhan. Penetapan lamanya waktu pengasingan dan pengamatan
sangat tergantung dari hasil Analisis Risiko OPT (AROPT) atau pest risk
analysis (PRA).
b.
Benih tumbuhan yang pemasukannya dikenakan tindakan pengasingan dan
pengamatan akan tetapi dimasukkan sebagai barang bawaan, dan benih tumbuhan
yang pemasukannya tidak dikenakan tindakan pengasingan dan pengamatan (baik
dalam bentuk barang muatan maupun barang bawaan), laporan pemasukannya
dapat dilakukan sebelum atau pada saat benih tersebut tiba di tempat pemasukan.
c.
Benih tumbuhan yang dikirim melalui pos, penyerahannya dilakukan oleh
Petugas Pos kepada petugas karantina tumbuhan pada saat kiriman tersebut tiba di
Kantor Pos bersangkutan. Laporan pemasukannya dilakukan oleh pemilik atau
kuasanya paling lambat 3 (tiga) hari setelah yang bersangkutan menerima
pemberitahuan tentang kedatangan kiriman tersebut dari Petugas Pos.
d.
Jika dokumen sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, yaitu dilengkapi
dengan Surat Kesehatan Tumbuhan dan Surat Izin Pemasukan dari Menteri
Pertanian yang masih berlaku, pada saat kedatangan benih tumbuhan tersebut
akan dilakukan pemeriksaan kesehatan fisik oleh petugas karantina tumbuhan.
Apabila dokumen tidak lengkap atau tidak sah, kepada pemilik atau kuasanya
diberikan waktu paling lama 14 hari untuk melengkapi dokumen tersebut. Apabila
benih tumbuhan sudah tiba di tempat pemasukan, benih tumbuhan tersebut
ditahan untuk sementara. Apabila dalam jangka waktu 14 hari dokumen yang
dipersyaratkan tidak dapat dilengkapi, maka benih tumbuhan tersebut akan ditolak
dan dimusnahkan oleh karantina tumbuhan.
e.
Petugas karantina tumbuhan akan mengambil sampel dari benih tumbuhan
sesuai dengan ketentuan, dan terhadap sampel tersebut akan dilakukan
pemeriksaan laboratorium (uji kesehatan benih) dalam rangka upaya deteksi ada
atau tidak adanya OPTK pada benih tersebut. Kemungkinan tindakan karantina
tumbuhan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut :
(1) jika benih tumbuhan bebas dari OPTK, terhadap benih tersebut akan dilakukan
tindakan pembebasan;
(2) jika benih tumbuhan tidak bebas dari OPTK Golongan I, busuk atau rusak,
terhadap benih tersebut dilakukan tindakan pemusnahan;
(3) jika benih tumbuhan tidak bebas dari OPTK Golongan II, terhadap benih tersebut
diberikan perlakuan; dan
(4) jika benih tumbuhan tidak dapat dibebaskan dari OPTK Golongan II, walaupun
telah diberikan perlakuan, terhadap benih tersebut dilakukan tindakan
pemusnahan.
f.
Pada dasarnya, untuk keperluan pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan,
Pemerintah membangun instalasi karantina di tempat-tempat pemasukan atau
tempat-tempat lain. Instalasi karantina tersebut dilengkapi dengan sarana
pemeriksaan, sarana pengasingan, sarana pengamatan, sarana perlakuan, sarana
penahanan, sarana pemusnahan, dan sarana pendukungnya. Akan tetapi, dengan
alasan tertentu, tindakan karantina tumbuhan tertentu seperti pemeriksaan fisik,
pengasingan, pengamatan, perlakuan dan pemusnahan terhadap media pembawa
OPT dan atau OPTK dan atau OPT Penting (OPTP), peralatan, pembungkus, alat
angkut, dan media pembawa lain dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Hal ini akan
dibahas dalam Bab XI.
5. Persyaratan dan Prosedur Untuk Mendapatkan Surat Izin Menteri
Pertanian Untuk Pemasukan Benih Tanaman
5.1. Persyaratan Untuk Mendapatkan Surat Izin Menteri Pertanian
a.
b.
c.
d.
e.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemasukan benih atau materi induk dapat dilakukan oleh perorangan, badan
hukum atau instansi pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang
penelitian dan pengembangan, agribisnis dan/atau pemerhati tanaman.
Pemasukan benih atau materi induk dapat dilakukan untuk penelitian dan/atau
bukan untuk penelitian.
Pemasukan benih atau materi induk dapat dilakukan setelah mendapat izin dari
Menteri Pertanian. Pemberian izin pemasukan benih untuk penelitian,
kewenangannya dilimpahkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, dan untuk keperluan bukan penelitian dilimpahkan kepada Direktur
Jenderal terkait. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan
Direktur Jenderal terkait dalam pemberian izin berkoordinasi dengan Kepala
Badan Karantina Pertanian.
Kepala Badan Karantina Pertanian menerbitkan surat rekomendasi untuk
pemberian izin pemasukan, yang antara lain berisi penjelasan mengenai ketentuan
karantina tumbuhan yang harus dipenuhi, jenis-jenis OPTK yang terdapat di
negara eksportir yang harus dibebaskan dari benih tersebut dan jenis perlakuan
yang harus dilakukan untuk membebaskan benih tersebut dari OPTK tertentu.
Untuk memperoleh izin pemasukan benih untuk keperluan penelitian dapat
dilakukan dengan persyaratan :
jumlah benih atau materi induk yang dimohonkan terbatas sesuai dengan
kebutuhan untuk melaksanakan penelitian yang ditunjukkan dengan ringkasan
usulan penelitian;
benih atau materi induk tersebut belum tersedia di Indonesia;
dilengkapi dengan deskripsi; dan
memenuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang karantina
tumbuhan.
f.
g.
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang memasukkan benih atau
materi induk paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak
pemasukan benih atau materi induk wajib melaporkan realisasi pemasukan benih
atau materi induk kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
atau Direktur Jenderal yang bersangkutan dan instansi yang menangani bidang
pengawasan mutu benih di daerah tempat benih tersebut diberlakukan re-labeling
dengan tembusan kepada Kepala PPI.
b. Izin pemasukan benih dicabut apabila :
(1) pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
keputusan izin;
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
a.
Yang dimaksud benih tanaman hutan dalam ketentuan ini adalah bahan
tanaman yang berupa bagian generatif (biji) atau bagian vegetatif tanaman yang
antara lain berupa mata tunas, akar, daun, jaringan tanaman yang digunakan untuk
memperbanyak dan/atau mengembangbiakan tanaman. Sedangkan bibit tanaman
hutan adalah tumbuhan muda hasil perbanyakan dan/atau pengembangbiakan
secara generatif (biji) maupun vegetatif.
b.
Pemasukan benih dan/atau bibit tanaman hutan ke dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia dilakukan dengan syarat :
untuk memenuhi kebutuhan benih dan/atau bibit dalam pembangunan hutan dan
lahan di dalam negeri;
untuk kepentingan penelitian dan pengembangan kehutanan; dan/atau
untuk pemberian souvenir kenegaraan.
c.
Benih dan atau bibit harus bersertifikat.
d.
Pemohon wajib mengajukan permohonan tertulis kepada :
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen RLPS),
Departemen Kehutanan, dalam hal izin pemasukan untuk pembangunan hutan
serta rehabilitasi hutan dan lahan; dan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kehutanan, dalam hal
izin pemasukan untuk penelitian dan pengembangan hutan introduksi, dan
pemberian souvenir kenegaraan;
dengan mencantumkan tujuan, jenis, kuantitas, kualitas dan negara asal.
e.
Permohonan izin dilengkapi dengan :