Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN PERIOPERATIF

NAMA

: Tanty Leona W.

NIM

: 201110420311073

KELAS

: PSIK V B

TUGAS
Meresume perkembangan keperawatan perioperatif, konten :
1.
2.
3.
4.

Perkembangan ilmu bedah di dunia


Perkembangan ilmu bedah di Indonesia
Perkembangan keperawatan perioperatif di dunia (ex. anastesi)
Asosiasi perawat bedah dunia dan Indonesia

RESUME
1. Perkembangan ilmu bedah di dunia
Sedari zaman Mesir Kuno, operasi bedah telah dikenal.Bahkan,
diungkapkan juga bahwa prosedur pembedahan juga sudah dilakukan
pada zaman Mesolitikum atau saman batu pertengan. Bukti yang
ditemukan pada zaman Mesir Kuno ialah operasi pembedahan
tengkorak. Dengan jumlah tengkorak bekas bedah yang cukup besar,
sebagian orang berpikir bahwa ini adalah suatu 'kehormatan' yang
diberikan kepada segmen populasi tertentu. Contohnya para Firaun
dari Mesir, mereka akan menjalani bedah tengkorak beberapa kali
dalam hidup karena suatu kepercayaan agar jiwa mereka akan lebih
mudah untuk meninggalkan tubuh-tubuh mereka setelah kematian.
Tentu saja proses pembedahan tersebut masih sangat memakai
cara yang tradisional. Dengan sebilah pisau dan bahkan mereka masih
menggunakan pisau yang dibakar untuk mensterilisasi selama proses
pembedahan. Lapisan kulit yang telah disayat tersebut lalu dijahit.

Sementara, serpihan tulang yang retak, tidak dimasukan ke dalam


kepala lagi, melainkan mereka memanfaatkan kemampuan fisik tulang
untuk berekatan membuat jaringan tulang baru.
Pada masa Hippocrates mengusulkan pembedahan tengkorak
bagi luka-luka di kepala, dan Yunani kuno mempunyai beberapa
peralatan untuk melaksanakan prosedur tersebut. Salah satunya
adalah terebra berbentuk 't ', yang cara kerjanya hampir menyerupai
alat bor primitif.
Sementara

peradaban

Mesir

kuno

dapat

bangga

dengan

peralatan medisnya yang relatif maju. Para peneliti percaya bahwa


mereka melakukan pembedahan otak dengan sebuah palu dan pahat.
Sebuah fakta yang menarik untuk dicatat dalam prosedur
peradaban Mesir kuno adalah terdapatnya seorang yang berfungsi
sebagai 'hemostatic' (agen yang berfungsi untuk menghentikan
pendarahan). Pengobatan spesialis kuno ini memiliki kekuatan yang
diduga dapat menghentikan pendarahan dengan menghadirkannya di
dalam ruang operasi. Bedah medis ini telah berkembang lebih dari
10.000 tahun, jauh melampaui prosedur pengobatan standar modern.
2. Perkembangan ilmu bedah di Indonesia
Pendidikan Ilmu Bedah di Indonesia yang diawali dengan
kedatangan dokter spesialis bedah pertama dari Negeri belanda pada
tahun 1889 yaitu dr CH Stratz, kemudian diikuti oleh dr JA Koch, P
Koefoed, HFP Maaslans, PH Schoonzeid, HC Van den Vrijhoef pada
tahun 1894. Dilanjutkan pada tahun 1915 dr R Lesk dan dr Wieberdink
yang mulai mengajar di STOVIA, dengan puncaknya pada tahun 1932
dr T Reddingius diangkat menjadi guru besar ilmu bedah di Indonesia.
Pada 19 April tahun 1941 di Bandung didirikan perhimpunan
Indie untuk Ilmu bedah (Nederlandsch Indische Vereeniging voor
Heelkunde). Pada tahun 1942 sudah mulai pendidikan spesialis bedah
secara magang di Batavia dan Surabaya (oleh dokter bedah Belanda).
Pada era kemerdekaan, pada tahun 1945 pendidikan dokter spesialis

bedah oleh pendidik bangsa Indonesia dimulai, di Jakarta dibawah


pimpinan dokter Sutan Asin, di Semarang dokter Margono Soekaryo, di
Surabaya dokter M Soetoyo. Pada tahun 1954, perhimpunan dokter
spesialis bedah dibentuk dengan nama Perhimpunan Ahli Bedah
Indonesia (PABI) dengan ketua pertama Prof dokter Margono Soekaryo
diresmikan pada Kongres IDI tahun 1955 di Semarang. Pada tahun
1967 perhimpunan ini berganti nama menjadi

Ikatan Ahli Bedah

Indonesia (IKABI) pada Kongres Nasional I IKABI di Semarang.


3. Perkembangan keperawatan perioperatif di dunia (ex. anastesi)
Anestesi untuk pembedahan pertama kali masuk ke Amerika
pada pertengahan abad ke 19. Perawat Anestesi merupakan kelompok
profesional yang pertama yang ada dinegeri ini yang memberikan
layanan

anestesi

namun

pekerjaan

mereka

belum

diakui

oleh

masyarakat, sampai tahun 1953 barulah diterbitkan publikasi The


History of Anesthesia, with Emphasis on the Nurse Specialist oleh
Virginia S.Tratcher. Sejarah Perawat Anestesi yang jelas diterbitkan
pada tahun 1989, berjudul Watchful Care : A History of Americas
Nurse Anesthetists.
Awalnya, tindakan anestesi itu dilakukan oleh ahli bedah itu
sendiri

dan

pada

akhir

abad

ke

19

hal

ini

dilaporkan

telah

menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, maka para ahli


bedah berpaling untuk memilih dan mendidik Perawat sebagai tenaga
terbaik untuk menjadi pelaksana anestesi.
Ada juga beberapa tenaga dokter muda yang diberi pelatihan
untuk melakukan anestesi tetapi pada umumnya mereka kurang
interes dan para dokter yang dididik itu bertanggungjawab langsung
kepada ahli bedah. Profesi Perawat Anestesi makin berkembang
selaras

dengan

meningkatnya

kebutuhan

ahli

bedah

untuk

melaksanakan pembedahan dengan pembiusan.


Pada tahun-tahun menjelang abad ke 20 adalah seorang suster
dari kalangan agama yang memiliki profesi Perawat Anestesi, dengan
sungguh-sungguh mendokumentasikan tentang peran dari perawat

anestesi. Pada tahun 1877, Suster Mary Bernard dari Rumah sakit
St.Vincent di Erie, Pennsylvania, adalah seorang Perawat yang menjadi
Perawat Anestesi yang pertama yang teridentifikasi.
Pada tahun 1800 ada dua orang suster di the Third Order of the
Hospital Sisters of St.Francis yang berasal dari Jerman membentuk
suatu kelompok masyarakat di Illionis dan melakukan tindakan
anestesi di negara bagian itu. Kemudian Suster Aldonza Elrich dan
Suster Vanossa Woenke dididik oleh para ahli bedah untuk menjadi
Perawat Anestesi.
Seorang wanita yang sangat istimewa, bernama Alice Magaw,
memberikan perhatian yang penuh terhadap pekerjaannya sebagai
Perawat Anestesi. Alice Magaw adalah seorang Perawat Anestesi di
rumah sakit St.Marys Hospital, Rochester, Minnesota pada tahun 1889,
ia bekerja dengan seorang ahli bedah yang sangat hebat bernama
Dr.William Worrel Mayo.
Alice Magaw memiliki kemampuan dan keahlian yang luar biasa dalam
anestesi yang membuatnya menjadi sangat terkenal. Kehebatannya
dalam memberikan anestesi dengan ether dan chloroform begitu luar
biasa dan beliau menjadi pemimpin dalam bidang anestesi di Mayo
Clinic.

Menurutnya,

pengalaman

seorang

pembius

dalam

hal

mengidentifikasi dan bereaksi cepat terhadap kondisi penderita adalah


hal yang paling penting dalam anestesi, dan beliau dijuluki sebagai
Ibu dari Anestesi. Pada tahun 1899 Alice Magaw menerbitkan satu
tulisan

pada

Northwestern

Lancet

yang

menggambarkan

kesuksesannya dalam memberikasn anestesi yang aman kepada lebih


dari 3000 pasien.
Kesuksesan ini terus berlanjut sampai bertahun-tahun dan pada
tahun 1906 Alice Magaw telah melakukan anestesi kepada lebih dari
14.000 pasien tanpa kematian. Beliau memberikan anestesi dengan
ether melalui cara open methodesecara sangat sukses.
Pada seluruh periode 50 tahun berikutnya, profesi Perawat
Anestesi tumbuh secara cepat dan para anggota dari profesi ini adalah

merupakan guru dan ahli klinik dalam bidang anestesi, baik dipusat
pelayanan

kesehatan

dikota

maupun

pelayanan

kesehatan

dipedesaan. Perawat Anestesi juga merupakan bagian yang sangat


penting dalam sistem pelayanan kesehatan di Amerika dan mereka
telah berjasa dalam dua kali perang dunia. Peranan Pendidikan Pada
tahun 1912, kursus anestesi yang pertama terorganisasi untuk lulusan
Perawat itu diadakan oleh Ibu Magdalene Wiedlocker. Pendidikan
Perawat Anestesi umumnya dimulai sebagai bimbingan secara pribadi
seperti contohnya Suster Mary Ethelreda ODwyer, Virginia S. Tratcher,
Alice Magaw, dan Agatha Hodgins. Pada awal tahun 1933, pada
pertemuan pertama dari National Association of Nurse Anesthetists
( NANA yang merupakan cikal bakalnya AANA ), masalah pendidikan ini
mulai dibahas.
Gertrude Fife, yang menjadi presiden dari NANA menyatakan
perlunya pengembangan standar program pendidikan untuk Perawat
Anestesi.
organisasi

Fife

menyatakan

profesi

untuk

bahwa

ini

menyediakan

adalah

merupakan

tenaga-tenaga

tugas

pelaksana

anestesi yang memenuhi syarat bagi ahli bedah dan rumah-rumah


sakit melalui suatu sekolah yang bermutu dan terakreditasi. Pada
tahun 1936, disusunlah satu kurikulum yang pertama kali oleh Dewan
Pendidikan dari AANA yang diketuai oleh Helen Lamb, yang kemudian
diakui sebagai seorang pemimpin yang sangat berpengaruh dalam
dunia pendidikan. Dewan ini mengajukan suatu rekomendasi untuk
mengembangkan suatu kurikulum standar dan menetapkan standar
pendidikan. Mereka menetapkan bahwa pendidikan untuk Perawat
Anestesi itu seyogyanya meliputi teori dan pengalaman praktek dalam
satu program yang tidak kurang dari 6 bulan, termasuk 95 jam
pelajaran teori dikelas, 18 jam pertemuan instruksi dikamar bedah, dan
325 kasus pemberian anestesi dengan rincian 250 general anestesi, 25
obstetrik, 25 kasus gigi, 25 regional/spinal dan lokal. Kemudian jumlah
program pendidikan Perawat Anestesi itu semakin bertambah, maka

dibentuklah suatu badan di dalam AANA yang mengurus masalah


pendidikan yang dinamakan Assembly of School Faculty. Dalam
pertemuan

pertamanya

pengembangan

standar

pada

tahun

kurikulum

1946,
dan

dimulailah
mekanisme

suatu
untuk

meningkatkan komitmen dari profesi agar pendidikan makin sempurna


dan mendapat pengakuan publik.
Akhirnya pada tahun 1952 pendidikan Perawat Anestesi yang
pertama kali terakreditasi oleh AANA adalah pendidikan Perawat
Anestesi yang ada di Ravenswood Hospital of Anesthesia in Chicago.
Pendidikan Perawat Anestesi telah berkembang selama bertahun-tahun
sampai pada tingkat pendidikan yang paling canggih termasuk 90
program nasional, dimana 80 % nya berada dalam afiliasi dengan
fakultas atau universitas dan memberikan gelar master. dan 20 % nya
memberikan sertifikasi.
4. Asosiasi perawat bedah dunia dan Indonesia
Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI)
Ikatan Perawat Anak Nasional Indonesia (IPANI)
Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)
Himpunan Perawat Gawat Darurat Indonesia (HIPGABI)
Ikatan Ners Kardiovaskuler Indonesia (INKAVIN)
Indonesian Enterostoma Therapist Nurse Association (InETNA)
Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonsia (HIPMEBI)
Himpunan Perawat Endoskopi Gastraintestinal Indonesia (HIPEGI)
Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia (HIPPI)
Ikatan Perawat Maternitas Indonesia (IPEMI)

Anda mungkin juga menyukai