Anda di halaman 1dari 7

A.

Sejarah kebidanan Luar Negeri 

Contoh persalinan pada zaman dahulu: 

1. Di Australia 

 Wanita yang akan bersalin itu disuruh duduk di tengah lapangan atau
keliling lapangan, kemudian datanglah seorang pemuda yang gagah
dan mengendarai kuda itu diarahkan pada orang atau ibu yang akan
bersalin, karena ketakutan dan terkejut maka ibu lari-lari akibat dari lari-
lari tersebut maka anak akan cepat lahir. 
 Wanita yang akan bersalin ditidurkan didahan pohon dan diletakkan tali
di daerah fundus uteri yang kemudian ditarik. 
 Orang yang akan bersalin disuruh berdiri memegang bahu dukun yang
akan menolongnya, kemudian tangan dukun memegang dan memeras
pinggang ibu, kepala dukun menekan perut ibu dengan perasan di
pinggang dan tekanan pada perut lama-lama akan lahir.
 Ibu inpartu (masa persalinan) diasingkan ke hutan yang ditemani
seorang dukun, karena dianggap wanita tersebut sedang kotor.
Kemudian dukun membuat dua lubang di tanah.
 Disuruh jongkok di lubang pertama sampai anak lahir. Pindah dan
jongkok kembali sampai lahir plasenta baru kemudian dimandikan. 

Perkembangan kebidanan luar negeri 

 Seorang pelopor yang bernama HYPOCRATES pada tahun 460-370 SM yang


berasal dari Yunani mempelopori pengobatan dan perawatan dan disebutlah dia
bapak pengobatan atau bapak kedokteran.
 Dia menganjurkan agar wanita bersalin ditolong segera perikemanusiaan untuk
mengurangi penderitaan ibu.
 Dia juga harus dirawat selayaknya Orang-orang Yunani dan Romawi lebih
dahulu melaksanakan perawatan nifas.

Soranus ( tahun 97-132 SM) Soranus berasal dari turki, belajar di Mesir,
berpraktik di Mesir dan Roma, beliau disebut juga sebagai bapak kebidanan
karena:

1. Menaruh minat pada kebidanan


2. Bidan harus seorang wanita yang sudah melahirkan dan tidak boleh
takut pada hantu dan setan 
3. Menemukan versi podali
4. Menuliskan buku pelajaran bidan dengan judul ”KATERISMUS BIDAN
DI ROMA”. Setelah Soranus meninggal diteruskan oleh MUSCION 460-
370 SM. 

GURU-GURU BESAR DI ITALIA 

Setelah muscion mati perawatan dan kebidanan menjadi gelap dan mundur
beberapa tahun kemudian setelah abad ke 15 mulailah didirikan sekolah di
Italia seperti sekolah anatomi sehingga muncullah guru besar yang bernama:

1. Eustacius seorang ahli anatomi


2. Fallopius yang menemukan tuba fallop 
3. Arrantius suatu pembuluh darah yang terdapat pada plasenta.
4. W. harley fungsi plasenta dan selaput janin, pernafasan, radiasi,
antibody, hormon penumbuhan 

2. Perkembangan di Prancis 

a. Ambroise Pare 1610-1590 

 Pertama menaruh minat pada kebidanan 


 Menemukan versi podali serta melengkapi dari soranus 
 Menemukan versi ekstraksi. 

b. Francois Mauriceau 
Adalah orang yang menemukan cara mengeluarkan kepala dengan cara
memasukkan jari kemelut bayi pada letak sungsang. 

3. Perkembangan di Inggris 

a. William Smilie 1697-1763 M 

 Mengembangkan kebidanan
 Menemukan porcep
 Menemukan ukuran-ukuran panggul
 Menemukan perbedaan panggul sempit dan panggul biasa. 

b. William Hunter 
Seorang dokter murid William smile menaruh minat pada kebidanan 

4. Perkembangan di Amerika 

a. James Lyod 1728-1810 


b. Dr.w.shippen 1726-1808
Kedua dokter ini mendirikan kursus kebidanan, kemudian menganjurkan
partus buatan prematurus pada panggul sempit 
c. Dr. Samuel Bard 1742-1821 
Belajar di eropa, London kemudian kembali ke Amerika dan memajukan ke
dokter King College sehingga dia menjadi profesor yang pertama di bidang
kebidanan. Dia juga menulis buku kebidanan yang berisikan pelayanan untuk
dokter dan bidan tentang: 

1.  Cara mengukur diagonalis


2. Kelainan panggul
3. kelainan panggul harus ada indikasi
4. Membagi persalinan menjadi 4 kala
5. Jangan menarik tali pusat bisa terjadi inversio uteri.
6. Mengajar letak muka dapat lahir spontan  
7. Melarang pemakaian cunam secara berulang

Sejarah lahirnya Water Birth 

Dokumen atau arsip-arsip modern pertama ditemukan pada suatu desa


negara Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis
di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan
distosia akan menjadi lebih progregif dengan menggunakan metode
persalinan water birth, dimana bayi yang akan lahir lebih mudah, Penelitian
Rusia Igor Ccharkovsky yang meneliti tentang keamanan dan kemungkinan
manfaat water birth di Uni Sovyet selama tahun 1960 an. Akhir tahun 1960
ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik baru
berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke
dunia luar, dan dapat mengurangi kemungkinan efek trauma yang mungkin
terjadi. 

Awal tahun 1979 Dr. Michel Odent, kepala instansi bedah Rumah Sakit
Pithiviers Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan
dan kelahiran di dalam air, ia mencatat banyak wanita ingin menggunakan
water birth selama persalinan untuk mendapatkan proses pembukaan menjadi
lebih mudah, nyaman mengurangi rasa nyeri dan lebih efisien. 

Tahun 1985 The family Birthing di Upland, California Selatan yang di pimpin
oleh Dr. Micheal Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan
melahirkan di air. Setelah akumulasi pengalaman water birth berjalan selama
5 tahun, pada tahun 1993 telah menjadi 1000 kelahiran. 

Tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New


Hamshire menjadi Rumah Sakit pertama yang membuat protokol water birth.
tahun 1994 Tentang perlunya keamanan kelahiran dan persalinan di air, serta
perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan resiko warwe birth. Pada
1-2 April 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris,
menggelar konferensi pertama water birth untuk mengeksplorasi masalah-
maslah yang muncul. 

Tahun 2005 terdapat lebih dari 300 Rumah Sakit di Amerika telah
mengadoptasi protokol water birth. Lebih dari tiga perempat dari seluruh
Rumah Sakit di Inggris telah menyediakan water birth. 

Indonesia water birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini yaitu, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB
di San Marie Family Healthcare, Jakarta di tangani oleh dr.T Otamar
Samsudin, SPOG dan dr. Keumala Pringgadini, SpA. 

Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat
Desa Nyuh Kuning, Ubud Bali telah menangani lebih dari 400 kasus water
birth per tahun termasuk Oppie Andaresta (20 Juli 2007), sementara Rumah
Sakit yang pertama menyediakan water birth adalah Rumah Sakit Umum
Harapan Bunda Maternity Hospital Denpasar Bali. Water binh telah
dilaksanakan sejak 7 Oktober 2007 dan persalinan ditangani oleh dr. I
Nyoman Hariyasa Sanjaya, SPOG. 

B. Sejarah kebidanan di Indonesia 

Perkembangan kebidanan di Indonesia tidak jelas karena tidak tahu siapa


yang menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena zaman dahulu
semua persalinan di tangani oleh dukun dan percaya tahayul, sifatnya turun
temurun dan berpengalaman, dukun juga seorang wanita tua dan disegani,
juga sebagai penasehat dan pendidik berpengaruh di masyarakat dan
pembayaran sesuai dengan kemampuan masyarakat, dukun juga mau
menunggu ibu yang akan melahirkan berhari-hari lamanya. 

Cara perawatannya dengan membaca-baca mantra dan memohon kepada


Tuhan serta mengusir setan, mau mengurut-urut serta menganjurkan
pantangan. Dukun juga sering bertapa, dan dalam perawatan sering
menggunakan ramuan-ramuan segar. 

Perkembangan kebidanan telah berjalan melalui proses yang panjang.


Demikian juga dalam kancah pendidikan. Perkembangan kebidanan dimulai
ketika Belanda menjajah bangsa Indonesia. Setelah membangun rumah sakit
untuk orang tertentu, misalnya orang yang terkaya pada perkebunan atau
bagian kebidanan. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
diadakan di rumah sakit, kemudian juga diluar cenderung tersumbat karena
masyarakat masih mengembangkan kepercayaan dan kebiasaan lama. 

Pendidikan kebidanan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan


Belanda atas inisiatif Dr.W Bosh yang waktu itu menjadi kepala Bagian.
Kesehatan pemerintahan Belanda. Catatan sejarah menunjukkan bahwa
sekolah bidan yang pertama didirikan pada tahun 1852 di Batavia.

Sekolah ini ditutup pada tahun 1875 dengan alasan utama ditutupnya sekolah
ini karena rendahnya apresiasi wanita bersalin terhadap pertolongan bidan
dibandingkan dengan pertolongan seorang dukun bayi. Meskipun alasan
penutupan ini masih bisa dipertanyakan lebih jauh lagi, misalnya apakah
rendahnya minat ibu-ibu yang bersalin ke bidan itu disebabkan kurangnya
pengetahuan dan pemahaman mereka atau mungkin rendahnya mutu
pendidikan bidan itu sendiri. 

Tahun 1850 didirikan sebuah kursus bidan di bawah pimpinan dan


pengawasan seorang bidan dari Belanda. Pada tahun 1873 ada sekitar 37
bidan yang tinggal di kota yang hanya mau menolong persalinan orang-orang
Belanda dan Cina. Oleh karena biaya kursus bidan dirasakan mahal, kursus
itu ditutup kembali Oleh pemerintah Belanda.

Pendidikan Bidan dibuka kembali 1897 di bawah pimpinan Prof. Boerma.


Pada era ini Prof Remmeltz melaporkan bahwa angka kematian ibu sebesar
1.600 per 100.000 persalinan hidup dan angka kematian bayi sekitar 30 %
dari kelahiran sebelum mencapai usia satu tahun . Penderitaan akibat
persalinan sungguh menyayat hati masyarakat sehingga pihak swasta pun
ikut membuka sekolah bidan seperti misi Katolik 1890 di Tjideres, Jawa Barat,
juga salah satu daerah di Sumatera Utara. 

Pada tahun 1920, dr. Piverelli mendirikan semacam biro konsultasi ibu dan
anak di Jakarta yang bernama Consultantie Bureau Vorr Maeder en Kind. 

Jawa Barat, Biro konsultasi emacam ini dipelopori oleh dr. Poerwosoewardjo
dan dr. Soemaroe dengan mengikut sertakan dukun beranak. Ini adalah cikal
bakal pendidikan dukun. Dukun diberi semacam pendidikan khusus agar
mampu memberi pertolongan persalinan. 

Sekitar tahun 1938 tercatat sekitar 376 bidan di seluruh Indonesia, jumlah
yang sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
memerlukan pertolongan bidan, keterbatasan bidan ini pula yang
menyebabkan jasa dukun bayi sangat marak bahkan hingga sekarang. 

Peserta didik bidan diambil dari tenaga para juru rawat yang telah bekerja
selama tiga tahun untuk mendapatkan pendidikan selama dua tahun dan
ditetapkan menjadi pembantu bidan. Kongres Vereniging Van
Geneeskundingen di Semarang tahun 1938. menolak adanya pembantu bidan
dan menghendaki adanya Sekolah Bidan . 

Dokter M. Toha setelah menyelesaikan pendidikan ahli kebidanan dan


penyakit kandungan di tempatkan di Cirebon. Ia mendapat kesempatan untuk
mengutarakan secara luas berbagai masalah yang dihadapi anak negeri
dalam bidang pelayanan kebidanan yang sangat menyedihkan. Selanjutnya
prof Remmeltz meninjau rumah sakit Cirebon dan meluluskan permintaannya
agar mendirikan sekolah bidan.

Pecahnya perang dunia II telah menggagalkan usaha pendirian sekolah bidan


tersebut. Setelah kemerdekaan usaha sekolah bidan di Cirebon dilanjutkan
oleh dr. Soetomo Joedosoepoetro, ketika dr. M Toha dimandatkan tugas baru
untuk memimpin bagian kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas
kedokteran cabang Universitas Indonesia di kota Surabaya, beliau juga
membangun Sekolah bidan di rumah sakit umum dokter Soetomo di Surabaya

Tahun 1948 dr.H Sinaga telah mengeluarkan stensilan untuk pendidikan


bidan , pada tahun yang sama dr.S A Goelam mengeluarkan buku ilmu
kebidanan (bagian fisiologis) dan ilmu kebidanan II (bagian patologi) 

Tahun 1950 dr. Mochtar dan dr.Soeliyanti membentuk bagian kesehatan ibu
dan anak (KIA) di Departemen Kesehatan RI Yogyakana, yang telah
berkembang sampai saat ini. Tahun 1950 tercatat 475 dokter, 4000 perawat
termasuk bidan dan 6 spesialis obstetri ginekologi , sesudah tahun 1950
pendidikan bidan maju pesat. 

Setelah Indonesia merdeka perkembangan kebidanan maju cukup pesat. Ini


disebabkan telah muncul kesadaran masyarakat dan pemuda-pemuda
Indonesia tentang makna kebidanan. Keadaan memaksa dan mengharuskan
pula pengembangan ilmu kebidanan karena kekurangan tenaga-tenaga asing
yang ahli dan biasa memegang peranan dalam bidang itu. Saat ini
masyarakat Indonesia sudah menyadari pentingnya pelayanan kebidanan 

Pada kongres perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia (POGI) yang


pertama tanggal 26 sampai 31 juli 1970, telah ada sekitar 115 spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia. Tahun 1979 tercatat 8.000
dokter umum, 286 spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dan 16.888
bidan . 

BACA JUGA:

 Etika Profesi Dan Kode Etik Kebidanan Indonesia Lengkap


 Pengertian Evidence Based Midwifery
 Konsep Dasar Kebidanan

Pada tahun 1978 tercatat 90 % sampai 92 % persalinan dilakukan oleh dukun,


6 % oleh bidan dan 1 % oleh dokter. Masih banyaknya persalinan yang
ditolong oleh dukun membangkitkan kesadaran pemerintah untuk
memperkecil resiko persalinan itu. Untuk mengurangi resiko tersebut telah
dilakukan latihan dukun beranak sebanyak 110.000 orang. 

Tahun 1902 diadakan usaha kembali untuk mendirikan sekolah bidan bagi
wanita pribumi, tahun 1904 dibuka pendidikan bidan untuk wanita keturunan
Belanda Indo di salah satu rumah sakit swasta di Makassar. Bidan yang lulus
harus mau ditempatkan dimana saja sebab tenaga nya dibutuhkan dan harus
menolong mereka yang tidak kurang mampu secara Cuma-cuma. 

Tahun 1912/1913 merupakan era baru perkembangan pendidikan bidan.


Pada tahun ini , pendidikan tenaga keperawatan dilakukan secara terencana
di RSUP Semarang. Calon siswa yang diterima dari HIS dengan lama 7 tahun
pendidikan perawatan empat tahun. Tahun 1915 sekolah bidan menghasilkan
lulusan pertama. Lulusan perawat wanita dapat meneruskan ke pendidikan
bidan selama dua tahun dan untuk perawat pria dapat meneruskan ke
pendidikan kesehatan masyarakat, juga selama dua tahun. 

Tahun ini juga dibentuk perkumpulan Budi Kemuliaan di Jakarta dan didirikan
sekolah kebidanan. Pokok-pokok anggaran dasarnya mencantum: 

 Memperbaiki nasib ibu hamil, ibu bersalin dan bayi sampai ke pelosok
pedesaan.
 Menyelenggarakan pendidikan untuk tenaga-tenaga di lapangan
kebidanan.
 Mempertinggi derajat ilmu kebidanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal itu. 

Awal berdiri sekolah bidan kemuliaan merekrut peserta didik juru rawat yang
berpengalaman kerja minimal dua tahun, dengan lama pendidikan dua tahun.
Selanjutnya sekolah bidan budi kemuliaan menerima tamatan sekolah
lanjutan pertama (MULO) dengan lama pendidikan tiga tahun dan mencakup
pendidikan keperawatan dan kebidanan. 

Tahun 1930 Pemerintah Belanda membuka pendidikan bidan dengan dasar


MULO. Dengan lama pendidikan 3 tahun, di Yogyakarta tahun 1953 dibuka
kursus tambahan bidan tujuan kursus ini adalah memperkenalkan lulusan
bidan dengan program kesehatan ibu dan anak (KIA) lamanya kursus ini
antara 7-12 minggu. Tahun 1965 kursus tambahan bidan di tiadakan. Nazriah,
(2009, hlm 45-53)

Anda mungkin juga menyukai