Anda di halaman 1dari 2

PNEUMONIA, PENYEBAB KEMATIAN UTAMA BALITA

DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 04 NOVEMBER 2009 17:00:00, DIBACA : 65.757


KALI
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia,
lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun,
belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari
2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal
setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan;
prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan
(morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi
23,8%, dan Balita 15,5% .
Hal itu disampaikan Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH ketika membuka
seminar Pneumonia, The Forgotten Killer Of Children tanggal 2 November 2009 di
Universitas Padjadjaran Bandung. Seminar diselenggarakan berkaitan peringatan Hari
Pneumonia Sedunia 2009 yang diperingati setiap tanggal 2 November. Hadir dalam acara
Gubernur Jawa Barat, Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Bupati dan Walikota Bandung,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang
Jawa Barat dan peserta seminar dari berbagai profesi seperti Dokter, Bidan, perawat
Puskesmas, Kader Kesehatan, serta Tim Penggerak PKK Jawa Barat.<
Menkes menambahkan, penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.
Episode penyakit batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun, ini
berarti seorang Balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun.
Sebagai kelompok penyakit, kata dr. Endang R. Sedyaningsih, ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan
berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap
rumah sakit.
Program pengendalian penyakit ISPA di Indonesia dimulai tahun 1984, bersamaan dengan
dilancarkannya pengendalian penyakit ISPA di tingkat global oleh WHO. Sejak tahun 1990,
pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia
pada Balita. Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri,
sementara di negara maju umumnya disebabkan virus, ujar Menkes.
Menurut Menkes, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Millennium
Development Goals (MDGs) bidang kesehatan yang salah satunya adalah menurunkan 2/3
kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015. Apabila angka kematian yang

disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka dampaknya terhadap
pencapaian MDGs akan besar pula.
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui
penemuan kasus pneumonia Balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,
penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui
pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas
Perawatan dan di daerah terpencil.
Menkes menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan penyakit ISPA sebagai
penyakit yang muncul kembali(re-emerging/new emerging disease) yang sedang melanda
dunia karena semuanya berakhir dengan pneumonia. Belum selesai dengan pengendalian flu
burung H5N1, sudah timbul penyakit Influenza A Baru H1N1 yang menjadi pandemi. Kita
bersyukur Influenza A Baru H1N1 tidak seganas H5N1. Namun, kita harus tetap waspada
adanya kemungkinan gelombang kedua yang tingkat keganasannya tidak dapat diketahui
secara pasti, tegas Menkes.
Menurut Menkes, pengendalian penyakit ISPA memiliki kendala diantaranya cakupan
penemuan masih sangat rendah akibat tingginya mutasi tenaga kesehatan. Selain itu
pengendalian pneumonia bukan program prioritas karena di beberapa daerah anggaran untuk
pneumonia jumlahnya tidak memadai bahkan tidak ada sama sekali.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks:
021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan
puskom.publik@yahoo.co.id.

Anda mungkin juga menyukai