Anda di halaman 1dari 9

Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 4555 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian.
Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti
meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga
lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya
tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga
menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan
keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan
(seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri (lebih merata), dan
pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989). Bagi
banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman,
1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson,
McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar, bersifat nasional dan representatif
terhadap keluarga utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa
kepuasan perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama
fase postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih baik
daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain (McCollough dan Rutenbergm 1988). Partisipasi
kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada
periode sebelumnya oleh pria bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh
kebanyakan keluarga usia pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan

yang dinikmati satu sama lain disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan.
Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan
kepuasan perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia
pertengahan mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri
yang intim sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain
dalam tahun-tahun ini.
Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena
masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka
bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa
yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus kehidupan
berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan
perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun
pertengahan (Leslie dan Korman).
Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan dan Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tugas-Tugas

Perkembangan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Orangtua usia pertengahan

1.

Keluarga
Menyediakan

lingkungan

yang

meningkatkan kesehatan.
2.

Mempertahankan hubungan-hubungan
yang

memuaskan

dan

penuh

arti

dengan para orangtua lansia dan anakanak.


3. Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal,
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Jumlah lansiaberusia 65 tahun atau lebih di negara kami meningkat dengan pesat dalam dua dekade
terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang
berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun
1990, menurut angka-angka sensus, populasi lansia berkembangan hingga angka 31,7 juta
(12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2 persen penduduk negara ini
berusia 65 tahun atau lebih (gambar 1). Informasi tentang usia populasi menyatakan
penduduk yang lebih tua populasi 85 tahun ke atas secara khusus tumbuh dengan cepat.
Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun 1980.
Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7,1 juta jiwa (2,7 persen
dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan
kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade.
Karena bertambahnya populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua
akan memiliki minimal 1 orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika, 1984)
Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan lansia, dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tugas-Tugas

Perkembangan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Keluarga Lansia

Keluarga
1. Mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan.
2.

Menyesuaikan terhadap pendapatan


yang menurun.

3.

Mempertahankan
perkawinan.

hubungan

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan


pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi.
6.

Meneruskan

untuk

memahami

eksistensi mereka (penelaahan dan


integrasi hidup).
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan
positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan tersebut antara lain :
seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah
menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah
suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya dengan istri
(Setiawati, 2008 : 21)
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan
nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami
akan merasa tentram dan terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).
Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding dengan
suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.
3. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah
keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan
yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan
berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang

dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga
(Setiawati, 2008 : 22).
Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi
kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :
a. Keyakinan dan praktek kesehatan
b. Nilai-nilai keluarga
c. Peran dan pola komunikasi keluarga
d. Koping keluarga
b. INTERAKSI KELUARGA DALAM RENTANG SEHAT SAKIT
Interaksi antara sehat/sakit dan keluarga
Status sehat/sakit pada anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Menurut Gilliss dkk. (1989) keluarga cenderung menjadi reaktor
terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan
anggota keluarga.
Menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1988) yang disederhanakan oleh
Marilyn M. Friedman, ada 6 tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga :
1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko
Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan penurunan
resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari kurang sehat ke arah lebih sehat (berhenti
merokok, latihan yang teratur, mengatur pola makan yang sehat), perawatan pra dan pascapartum, iunisasi, dan lain-lain.

2. Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluarga


Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya, penyebabnya, dan urgensinya,
beberapa masalah dapat ditentukan. Dalam berbagai studi Litman (1974) disimpulkan bahwa
keputusan tentang kesehatan keluarga dan tindakan penanggulanangannya banyak ditentukan
oleh ibu, yaitu 67%, sedangkan ayah hanya 15,7%. Tidak sedikit masalah kesehatan yang
ditemukan pada keluarga yang kacau/tertekan.
3. Tahap mencari perawatan
Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan membutuhkan
pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi tentang penyembuhan, kesehatan, dan
validasi profesional lainnya. Setelah informasi terkumpul keluarga melakukan perundingan
untuk mencari penyembuhan/perawatan di klinik, rumah sakit, di rumah, dan lain-lain.
4. Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan
Setelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak dengan institusi kesehatan
baik profesional atau nonprofesional sesuai dengan tingkat kemampuan, misalnya kontak
langsung dengan peskesmas, rumah sakit, praktik dokter swasta, paranormal/dukun, dan lainlain.
5. Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien
Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah tentu ia menyerahkan
beberapa hak istimewanya dan keputusannya kepada orang lain dan menerima peran baru
sebagai pasien ia harus mengikuti aturan atau nasehat dari tenaga profesional yang
merawatnya dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh karena itu terjadi respons dari pihak
keluarga dan pasien terhadap perubahan tersebut
6. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan
Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang anggota keluarga biasanya
memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada sektor perannya

dan pelaksana fungsi keluarga. Untuk mengatsi hal tersebut, pasien/ keluarga harus
mengadakan penyesuaian atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang di perlukan dipengaruhi
oleh keseriusan penyakitnya dan sentralitas pasien dalam unit keluarga (Sursman & Salter
1963). Apabila keadaan serius (sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut
orang penting dalam keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar. (ALi
Zaidin, 2009)
c. KELUARGA SEBAGAI SISTEM
Keluarga sebagai suatu sistem adalah Klg sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu
yang mempunyai hub yang erat satu dng yang lain saling ketergantungan dan diorganisir
dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan keluarga yang sejahtera
d. KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN YANG DIRAWAT
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan (Rust B Freeman, 1981)
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lambaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengambil atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya kesehatan
masyarakat
Keluarga Sebagai Pasien
Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
oleh perawat, diantara, diantarany adalah :
1. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para
anggotanya.
2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :
a. Pola komunikasi
b. Pengambilan keputusan
c. Sikap dan nalai-nilai dalam keluarga
d. Kebudayaan

e. Gaya hidup
3. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga daerah perdesaan
4. Kemadairian dari tiap-tiap keluarga
Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan kepada
keluarga-keluarga dengan keadaan social perekonomian yang rendah. Keadaan social
ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan berkaitan erat dengan beebagai masalah
kesehatan yang meraka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam
menagatasi masalah yang meraka hadapi.
e. KRITERIA KESEJAHTERAAN KELUARGA DI INDONESIA
Kriteria dan tahapan kesejahteraan keluarga di Indonesia adalah sebagai berikut
(Setiawati, 2008 : 26-27) :
1. Keluarga prasejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,
seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan. Keluarga
prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
harapan.
2. Keluarga sejahtera tahap I.
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan
akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah
dapatmemenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan


sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan
yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam
bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta
secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olah raga dan pendidikan.
5. Keluarga sejahtera tahap IV
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat
dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.

Konsep

Keluarga

diakses

melalui

http://www.scribd.com/doc/4857129/KONSEP-

KELUARGA#fullscreen:on pada tanggal 9 November 2010


Akhmadi.2009. Konsep Keluarga diakses melalui http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/391konsep-keluarga.html pada tanggal 9 November 2010
Says. 2010. Konsep Keluarga diakses melalui http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-keluarga.html pada
tanggal 9 November 2010.
Sam, Arianto.2008. Pengertian Keluarga diakses melalui http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertiankeluarga.html pada tanggai 9 November 2010.
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai