Shalat daim tidak seperti shalat lima waktu dan shalat sunah (nawafil), shalat daim tidak terikat dengan
waktu, tanpa rukuk, dan tanpa sujud. Sebutan lengkap untuk salat ini adalah shalat daim mulat salira, yaitu
zikir yang kekal dan mawas diri. Mawas diri di sini berarti selalu ingat atau eling kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Shalat daim ialah sembahyang yang tetap, yang selalu dilaksanakan, atau sembahyang yang tidak
pernah ditinggalkan, mawas diri, dan mawas aku (melihat dengan teliti akan diri sendiri atau dirinya dalam
arti yang seutuhnya). Melakukan ini amat penting bagi kita yang mencari ilmu hakikat. Dan melakukan
yang demikian inilah yang disebut dengan shalat daim mulat sarira. yaitu shalat sejati.
Niatnya yaitu saya berniat shalat daim untuk selama hidupku, berdirinya adalah hidupku, rukuknya
adalah penglihatanku, iktidalnya adalah pendengaranku, sujudnya adalah penciumanku, bacaan ayat
adalah ucapanku, duduknya adalah imanku, pujiannya adalah keluar masuknya nafasku, zikirnya adalah
ingatanku, kiblatnya adalah renunganku, fardu menjalankan yang wajib lantaran kodratku sendiri. Disitu
lalu pasrah kepada Zat hidup kita pribadi . jangan ragu-ragu lagi, karena yang demikian itu telah berdiri
Zat, sifat, Asma dan Afal (perbuatan) kita ini sudah menjadi Al-Quran sejati, sebagai tanda hakikat semua
shalat.
Lebih lanjutnya Itulah shalat daim, yakni shalat yang sejati, ia tanpa di antarai waktu, tidak mempunyai
hitungan rakaat, mereka ini bisa disebut shalat sambil bekerja, melakukan pekerjaan sambil shalat, duduk
dengan berdiri, berdiri dengan duduk, lari dengan berhenti, membisu dengan bercerita, bepergian dengan
tidur, tidur dengan jaga. Seperti itulah ibaratnya shalat daim tanpa sujud dan rukuk, yakni hanya berada
dalam rasa hidup kita.
karena hakikat shalat terletak pada perbuatan utama kita, yakni sabar dalam pendengaran, maka jika
seseorang bisa menutup telinga untuk tidak mendengar hal-hal yang tidak bermanfaat, berarti ia telah
melaksanakan shalat.
Shalat daim merupakan bentuk pengembaraan ahli kerohanian. Untuk menemui Tuhan Yang Maha Kuasa,
Maha Suci, dan Maha Sempurna, maka itu seseorang harus suci secara lahir dan batin. Karena itu ia harus
menghidupkan hati dan perasaannya untuk selalu ingat dan berzikir kepada Tuhan. Hal ini bisa dicapai
dengan cara shalat daim dalam arti tasawuf, yaitu ingat dan zikir yang terus-menerus.
Dengan demikian shalat daim ini tidak dalam arti shalat fardu lima waktu dan salat sunah, melainkan lebih
sesuai jika diartikan zikir secara terus-menerus.
Al-Quran menganjurkan banyak berzikir di luar shalat. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS.al-jumuah:10)
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah pada waktu kamu berdiri, duduk, dan
berbaring. (Qs. An-Nisa: 103)
Rasulullah Saw. adalah contoh yang sempurna, beliau menjalankan shalat lima waktu dan shalat sunnahsunnah lainnya, tetapi beliau juga menjalankan shalat daim dalam sehari-harinya.
Dari `Aisyah radhiyallahu `anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam selalu berzikir kepada
Allah Taala dalam segala keadaan. (HR. Muslim.)
1.
2.
3.
4.
5.
6.