PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan
dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia
inguinalis bersifat strangulasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan
inkarserasi (ireponibel disertai gangguan vascularisasi). Inkarserasi
merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi
darurat nomor dua setelah apendicitis akut di Indonesia.
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek)
10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai
persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10
%, hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya
sekitar 3 %. Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak
diderita oleh laki- laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian
hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan.
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis
adalah tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta
kasus prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi
di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam
berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara 100
hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun.
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui perjalanan
penyakit dari salah seorang pasien serta mempelajari kondisi awal pasien saat
terjadinya penyakit hingga selesai terapi.
I.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk melatih dokter muda
mengenai penanganan pasien di lapangan dan melatih dokter muda untuk
mempelajari penyakit dari awal pasien masuk rumah sakit sampai selesai
penanganan.
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 Identitas Pasien
a. Nama
: Tn. Sugito
b. Umur
: 84 tahun
c. Tanggal lahir
: 10/9/19732
d. Alamat
e. Agama
: Islam
f. Pendidikan
: SMA
DM
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Tumor
: disangkal
Asma
: disangkal
Alergi
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Hipertensi
: Disangkal
DM
: Disangkal
Trauma
: Disangkal
Operasi
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
: Sakit sedang
Kesadaran
Vital sign
- Tekanan darah
- Nadi
- RR
- Suhu
Status generalis
a. Kepala/ leher
b. Mata
c. Hidung
d. Telinga
e. Mulut
f. Leher
: 120/80
: 84x/mnt
: 20x/mnt
: 36C
: Normocephal, jejas (-)
: pupil isokor, konjungtiva anemis: -/ -, sclera ikterik -/: Bentuk normal, deviasi hidung (-), sekret (-), jejas (-)
: Betuk normal, jejas (-), sekret (-)
: Mukosa hiperemis (-), jejas pada rongga mulut (-)
: Jejas (-), faring hiperemis (-), pembesaran KGB (-),
i. Ekstremitas:
- Superior
:
Akral dingin (-/-), Sianosis (-/-), oedem (-), Capillary refill <2 detik
- Inferior
:
Akral dingin (-/-), sianosis (-/-), oedem (-/-), capillary refill < 2 detik
Status lokalis:
Regio inguinalis dextra
Inspeksi: terdapat benjolan di inguinalis dextra sampai ke pubis
dextra, diameter 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit,
tidak eritema.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, tidak dapat dimasukkan, tidak
nyeri.
II.4 Assesment
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
II.5 Planning
Infus RL 20 tpm
Konsul Bedah herniotomi herniopasti
II.6
Vital sign :
Nadi
: 88 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36.50 C
Assessment
Hernia Inguinalis Lateralis Ireponible Dextra
Planning
Infus RL 20 tpm
Herniotomi hernioplasti
II.7
Dokumentasi Operasi
II.8
Jantung
(-)
Paru
(-/-)
Abdomen
edema (-)
Status Lokalis
Regio inguinalis dextra:
Luka operasi kering, bersih, eksudat (-)
Assesment : Post op. Herniorafi
Planning: lanjutkan terapi
b. Hari Ke-2
28/10/2016
Subjektif: nyeri post op berkurang, mules, nyeri uluhati, belum BAB,
makan-minum biasa.
Objektif:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: CM
Vital Sign
:
TD: 110/60 mmHg; HR
Suhu: 36 oC
Kepala : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : KGB tidak membesar
Thorax
Jantung
: BJ 1/2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Simetris, vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Datar, supel, bising usus (+) normal, NT (+) di
epigastrium
Ektremitas atas dan bawah: Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status Lokalis
Regio inguinalis dextra: Luka operasi kering, bersih,
eksudat (-)
Assesment : Post op. Herniorafi
Planning: lanjutkan terapi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Anatomi Dinding Perut
Dinding anterior abdomen dibentuk oleh kulit, subkutis, fascia abdominalis,
otot-otot, fascia transversalis dan peritonium parietale.
Secara skematik,
III.2
a. Trigonum Hasselbachi
Trigonum Hasselbachi dibatasi oleh Lig. Inguinalis di inferior, Vasa
Epigastrik Inferior di lateral, M. Rektus Abdominis di medial dan Fascia
Transversalis sebagai dasarnya.
b. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian
bawah dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin.
Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale.
Dining canalis inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus externus
abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis.
Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia inguinalis adalah protrusi
atau penonjolan isi perut dari rongga yg normal melalui suatu defek fasia dan
aponeurotik dinding perut.
Etiologi
Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau
sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia,
lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu yang cukup lebar tersebut.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.
Epidemiologi
Klasifikasi
Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi,
a. Reponible: yaitu isi kantong hernia masih dapat keluar-masuk.
b. Irreponible: isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga asalnya.
c. Inkarserata: isi hernia tidak dapat dikendalikan dan terjepit oleh cincin
hernia, terdapat gangguan pasase usus.
d. Strangulata: isi hernia tidak dapat dikembalikan dan terjepit oleh cincin
hernia, terdapat gangguan vaskularisasi hebat, nyeri hebat.
Berdasarkan letaknya terdiri dari,
a. Hernia Inguinalis medialis (direk)
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis
inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis
ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus
kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam
funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan
oleh
tidak
sempurna
sehingga
daerah
ini
potensial
untuk
menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis
dan tidak keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.
Manifestasi Klinis
- Asimtomatis hingga mengancam nyawa seperti inkarserata dan strangulata
- Benjolan di selangkangan dan kemaluan, mengecil atau menghilang saat tidur
- Keluar saat berdiri, mengangkat beban, atau menangis (anak-anak)
Diagnosis
a. Anamnesis
Melalui manifestasi klinis, riwayat pekerjaan
b. Pemeriksaan fisik,
1) Inspeksi: benjolan di inguinal, jika tidak ada maka minta pasien untuk
berdiri dan mengejan
2) Palpasi:
Teraba massa, fluktuasi (+), batas tegas
Palpasi teraba usus, omentum
Pada anak-anak teraba silk sign, yang menandakan rocessus vaginalis
persisten
3) Pemeriksaan khusus untuk membedakan Hernia Inguinalis Lateralis dan
Hernia Inguinalis Medialis,
Tes visibel
Hernia direposisi, penderita diminta untuk mengedan
- Hernia Inguinalus Lateralis: benjolan keluar dari kraniolateral ke
-
Tez Zieman
Jari II di anulus internus, jari III di anulus eksternus, jari IV di fossa
ovalis ( 1 cm di atas ligamentum inguinal)
-
Tata Laksana
a. Konservatif
Reposisi fungsinya hanya untuk menahan, tidak untuk menyembuhkan.
Biasanya dilakukan pada anak-anak. Tangan kiri membuat corong, tangan kanan
mendorong dengan tekanan perlahan sebagai reposisi. Terapi yang diberikan
berupa analgetik, posisi Tredelenberg, cairan parenteral, kantong es di paha.
b. Operatif
Herniorafi atau repair hernia adalah operasi hernia yang terdiri dari operasi
herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi merupakan tindakan membuka kantong
hernia, memasukkan isi kantong hernia kembali ke rongga abdomen, serta
mengikat dan memotong kantong hernia. Hernioplasti adalah tindakan
memperkuat
daerah
defek,
misalnya
pada
hernia
inguinalis,
Teknik Bassini
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama
Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah
A,B: Incisi hernia dapat berupa transverse atau oblik. C: Buka aponeurosis
m. Obliquus abdominis externus. D: Identifikasi funikulus spermatikus.
E,F: Identifikasi dan bebaskan kantong hernia. G,H: Ligasi kantong hernia
dengan
dan
C
Gambar-2. Langkah-langkah metoda darn repair
22
A: Jahitan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum inguinalis ke conjoint
tendon. B: Jahitan kedua, sama dengan jahitan pertama tetapi dengan arah oblik ke medial. C: Jahitan
ketiga, sama dengan jahitan kedua tetapi dengan arah berlawanan. D: Hasil akhir darn repai
kantong hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene mesh
dengan ukuran lebih-kurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka.
Mesh dijahit dengan benang polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu.
Sepanjang tepi medial dan inferior mesh dijahitkan pada ligamentum inguinalis. Tepi
superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua
bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada cincin internus, dan kedua
bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke ligamentum inguinalis
dengan jahitan. Kemudian dilakukan penjahitan aponeurosis obliqus eksternus
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Paulsen, F,& Waschke,J. (2012). Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Edisi 23 Jilid
1. Jakarta: EGC.
Snell, RS. (2006). Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto,
Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC,
147200.
Syamsuhidayat, R, & Wim de Jong. (2003). Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Tanto, C, Liwang, F, Hanifati, S, Pradipta, EA. (2014) Kapita Selekta Kedokteran
Essential of Medicine edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius.
Wright AJ, Gardner GC, Fitzgibbons RJ. (2002) The Bassini repair and its
variants. In: Fitzgibbons RJ, Greenburg AG, eds. Nyhus and Condons
Hernia (105-112). 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.