sering
ditemukan.
Dalam
penelitian
ini
kami
bertujuan
untuk
Latar Belakang
Selulitis adalah suatu infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis dan
hipodermis), yang terutama disebabkan oleh spesies streptokokus [1]. Sementara
itu lokasinya di wajah jarang dilaporkan; sedangkan lokalisasi di ekstremitas
bawah saat ini lebih sering dilaporkan. Terdapat berbagai faktor risiko yang
berkaitan dengan selulitis ekstremitas bawah, seperti; limfedema, port dentry,
edema kaki, insufisiensi vena, luka akibat trauma, ulkus kaki, intertrigo toe-web,
dermatosis kaki yang mengalami ekskoriasi [2,3]. Berbagai komplikasi dapat
terjadi selama perjalanan klinis penyakit selulitis. Komplikasi lokal dan
generalisata yang seringkali dilaporkan adalah abses, nekrosis superfisial atau
trombosis vena dalam, yang mana komplikasi ini dapat muncul mulai dari hari
pertama, namun selulitis dapat kambuh dan sekuelenya terjadi beberapa waktu
kemudian [4]. Pembentukan abses adalah komplikasi lokal yang paling sering
ditemukan [4,5]. Selanjutnya, sebuah penelitian yang dilakukan di Eropa
menunjukkan bahwa faktor risiko yang teridentifikasi berkaitan dengan
pembentukan abses adalah asupan alkohol kronis, serta, penundaan inisiasi
penatalaksanaan dengan antibiotika [6]. Di Afrika, sangat sedikit data yang telah
dipublikasikan mengenai faktor risiko pembentukan asbses pada pasien selulitis.
Dalam penelitian multisenter ini, kami bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor risiko yang berkaitan dengan pembentukan abses di kalangan pasien yang
datang dengan selulitis pada ekstremitas bawah di negara-negara Afrika SubSahara.
Metode
Jenis dan Populasi penelitian
Ini merupakan sebuah penelitian prospektif multisenter yang dilakukan di
unit dermatologi pada delapan negara-negara Afrika Sub-Sahara. Terdapat enam
negara dari Afrika Barat (Togo, Senegal, Mali, Pantai Gading, Guinea, dan
Burkina Faso) dan dua negara Afrika tengah (Republik Afrika Tengah dan
Kamerun). Kami merekrut pasien yang berusia lebih dari 15 tahun yang
mendatangi konsultasi dermatologi atas keluhan timbulnya selulitis kaki. Periodee
penelitian adalah selama dua belas bulan dari bulan Oktober 2013 hingga
September 2014.
Pengumpulan Data
Sebuah kuesioner yang telah tervalidasi dari dua tempat penelitian
digunakan untuk mengumpulkan data. Variabel yang dikumpulkan dari masingmasing pasien adalah:
i)
Dari bulan Oktober 2013 hingga September 2014, sebanyak total 562 kasus
selulitis kaki direkrut dari delapan negara-negara yang berpartisipasi. Rerata usia
pasien adalah 43.7 tahun (SD=16.8) yang berkisar dari 15 hingga 88 tahun. Rasio
jenis kelamin (Laki-laki/Perempuan) adalah 5/1. Dari 562 kasus, 63 (11.2%)
mengalami pembentukan abses sebagai komplikasinya. Asupan alkohol kronis
ditemukan pada 2/63 pasien (3.2%), sementara kecanduan nikotin ditemukan pada
7/63 pasien (11.1%). Sementara itu, 1/63 (1.6%) pasien terinfeksi dengan HIV.
Berkenaan dengan port dentry atau titik masuk kuman, 12/63 (19%)
menunjukkan adanya intertrigo pada sela jari dan 43/63 (68.3%) memiliki luka
neglected atau yang terabaikan di kaki (Tabel 1). Penundaan penatalaksanaan
dengan antibiotika ditemukan pada 492/562 pasien (87.5%) (Tabel 1).
Dalam analisis univariat, faktor yang berkaitan dengan pembentukan asbses
pada pasien dengan selulitis kaki adalah: kecanduan nikotin (OR =2.71; 95% IK =
[0.2 0.9]), penggunaan agen-agen pemutih (OR = 0.4; IK 95% = [0.2 0.9]),
penundaan inisiasi penatalaksanaan dengan antibiotika [tertunda selama 10 hari
atau lebih); OR = 5.2; 95% IK [2.2 12.1]); penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid sebelum konsultasi (OR = 2.4; IK 95% [1.4 4.1]); penggunaan
kataplasma den jamu-jamuan sebelum konsultasi (OR = 2.5; IK 95% = [1.4
4.5]) (Tabel 1).
Tabel 1. Faktor risiko yang berkaitan dengan pembentukan abses pada erisipelas
kaki, analisis univariat.
Karakteristik
Usia
<25 tahun
25 35 tahun
> 35 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Obesitas
Ya
Tidak
Asupan alkohol kronis
Ya
Tidak
Total
N=562
(%)
Pembentukan abses
Ya,
Tidak,
N (%)
N (%)
OR
IK 95%
76 (13.5)
134 (23.9)
352 (62.6)
10 (13.2)
11 (8.2)
42 (11.9)
66 (86.8)
123 (91.8)
310 (88.1)
1
0.59
0.89
(0.24 1.46)
(0.431.86)
0.43
223 (39.7)
339 (60.3)
31 (13.9)
32 (9.4)
192 (86.1)
307 (90.4)
1.55
1
(0.922.62)
0.10
230 (40.9)
332 (59.1)
23 (10.0)
30 (12.0)
200 (90.0)
292 (88.0)
0.81
1
(0.471.40)
0.45
18 (3.1)
544 (96.8)
2 (11.1)
61 (11.2)
16 (88.9)
483 (88.8)
0.99
1
(0.224.41)
0.67
Diabetes
Ya
27 (4.8)
2 (7.4)
5 (92.6)
0.62
Tidak
535 (95.2) 61 (11.4) 474 (88.6)
1
Hipertensi
Ya
81 (14.4)
10 (12.3)
71 (87.7)
1.14
Tidak
481 (85.6) 53 (11.0) 428 (89.0)
1
Sedentari
Ya
85 (15.1)
12 (14.1)
73 (85.9)
1.37
Tidak
477 (84.9) 51 (10.7) 426 (89.3)
1
Kecanduan nikotin
Ya
29 (5.2)
7 (24.1)
22 (75.9)
2.71
Tidak
533 (84.8) 56 (10.5) 477 (89.5)
Infeksi HIV
Ya
16 (2.8)
1 (6.2)
15 (93.8)
0.52
Tidak
546 (97.2) 62 (11.4) 484 (88.6)
1
Edema pitting
Ya
130 (23.1) 20 (15.4) 110 (84.6)
1.65
Tidak
432 (76.9) 43 (10.0) 389 (90.0)
1
Varises vena
Ya
19 (3.4)
2 (10.5)
17 (89.5)
0.93
Tidak
543 (96.6) 61 (11.2) 482 (88.8)
1
Arteriopati obstruktif
Ya
5 (0.9)
1 (20.0)
4 (80.0)
1.99
Tidak
557 (99.1) 62 (11.1) 495 (88.9)
1
Penggunaan agen-agen pemutih
Ya
97 (17.3)
5 (5.2)
92 (94.8)
0.38
Tidak
465 (82.3) 58 (12.5) 407 (87.5)
1
Riwayat flebitis sebelumnya
Ya
2 (0.4)
0 (0.0)
2 (100.0)
Tidak
560 (99.6) 63 (11.2) 497 (88.8)
Riwayat operasi kaki sebelumnya
Ya
6 (1.1)
2 (33.3)
4 (66.7)
4.06
Tidak
556 (98.9) 61 (11.0) 495 (89.0)
1
Gangguan neurologi
Ya
1 (0.2)
0 (0.0)
1 (100.0)
Tidak
561 (99.8) 63 (11.2) 498 (88.8)
Intertrigo sela jari kaki
Ya
161 (28.6)
12 (75)
149 (92.5)
0.55
Tidak
40.1 (71.4) 51 (12.7) 350 (87.3)
1
Luka neglected di kaki
Ya
324 (57.7) 43 (13.3) 281 (86.7)
1.67
Tidak
238 (42.3)
Keterlambatan penatalaksanaan antibiotika sesuai onset erisipelas
< 3 hari
104 (18.5)
8 (7.7)
96 (92.3)
1
3 10 hari
295 (52.5)
23 (7.8)
272 (92.2)
1.01
> 10 hari
93 (16.5)
28 (30.1)
65 (69.9)
5.17
Penggunaan obat-obat antiinflamasi nonsteroid
Ya
207 (36.5) 35 (16.9) 172 (83.1)
2.38
Tidak
353 (63.5)
28 (7.9)
327 (92.1)
1
Penggunaan kataplasma dan jamu sebelum konsultasi
Ya
104 (18.5) 21 (20.0)
83 (79.8)
2.51)
Tidak
458 (81.5)
42 (9.2)
416 (90.8)
1
(0.14-2.69)
0.76
(0.55-2.34)
0.73
(0.70-2.70)
0.36
(1.11-6.63)
0.03
(0.07-4.01)
0.44)
(0.93 2.91)
0.08
(0.21-4.21)
0.64
(0.22-18.14)
0.45
(0.15-0.98)
0.04
0.79
(0.73 -22.62)
0.14
0.88
(0.29-1.07)
0.07
(0.95-2.92)
0.07
(0.44-2.33)
(2.22-12.05)
<0.001
(1.40-4.04)
0.001
(1.41-4.45)
0.00
aOR
3.75
(1.32 ; 10.70)
4.65
(1.84; 11.80)
Keterlambatan pemberian
penatalaksanaan antibiotika
berdasarkan onset erisipelas
Lebih dari 10 hari
Dalam penelitian ini kami menemukan dua faktor risiko yang berkaitan
dengan
pembentukan
abses
dari
selulitis
kaki:
keterlambatan
inisiasi
dengan
antibiotika
yang
tertunda
meningkatkan
risiko
pembentukan abses sebesar 1.4 hingga 4.6 kali lipat lebih tinggi sebagaimana
yang dilaporkan dalam banyak penelitian lainnya [5,6,8,9], sehingga dengan
demikian, bakteri akan menjadi lebih patogenik, dan menyerang lapisan kulit
bagian dalam. Kami tidak dapat memberikan hubungan patofisiologi antara
komplikasi ini dengan kecanduan terhadap nikotin. Meskipun demikian,
kecanduan terhadap nikotin dapat memicu penekanan sistem imunitas
sebagaimana pada alkoholisme kronis, yang saat ini tidak ditemukan dalam
penelitian kami jika dibandingkan dengan penelitian lainnya [6].
Selain itu, obesitas, diabetes, infeksi HIV dan penggunaan produk-produk
pemutih, yang lebih sering ditemukan di Afrika Sub-sahara [5,10], tidak
ditemukan sebagai faktor risiko yang terkait dengan komplikasi lokal dan selulitis
berat dalam penelitian ini.
Keterbatasan
Penelitian ini tidak meneliti aspek biologis dari infeksi kulit, yang dapat
menjelaskan aspek patofisiologi pembentukan abses di kalangan pasien-pasien
dengan
selulitis
kaki.
Dan
juga,
kondisi
sosioekonomi
pasien
dapat