Anda di halaman 1dari 8

Kontaminasi Lumpur

Pemboran
TUJUAN

Treatment Kimia
Kontaminasi Kimia

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran 1

1. Pendahuluan
Kontaminan kimia pada lumpur pemboran dapat merubah sifat-sifat fisik
lumpur secara drastis. Beberapa kontaminan kimia sengaja ditambahkan
kedalam lumpur di permukaan, selain itu juga dapat masuk kedalam lumpur
pemboran dari formasi yang ditembus oleh mata bor. Dalam modul ini, hanya
akan dibahas kontaminan-kontaminan yang umum dijumpai. Kontaminan kimia
ini hanya akan berhubungan dengan lumpur dasar air. Ion-ion Na + (sodium), Ca+
(calcium), OH- (hydroxyl), CO3-2 (carbonate), dan HCO3-1 (bicarbonate), adalah
merupakan ion-ion terpenting dalam kimia lumpur dasar air. Meskipun
pengaruhnya jarang didiskusikan, tetapi ion-ion lainnya seperti Cl- 1 (chloride),
SO4-2 (sulfate), SO3-2 (sulfite), PO4-3 (phosphate), dan S-2 (sulphur) juga
memainkan peranan penting terhadap perilaku lumpur. Dispersan kimia sering
digunakan untuk mengimbangi pengaruh- pengaruh yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh ion-ion tersebut.
Pada umumnya dispersan dapat menurunkan pH dan Pf; oleh karena itu,
caustic soda sering kali ditambahkan untuk menjaga agar pH lumpur sesuai
dengan harga yang diinginkan.

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran

2. Kontaminasi Kimia
Biasanya, yang dianggap sebagai sumber kontaminasi kimia adalah kation
atau muatan positif dari senyawa kimia. Kation menjadi kontaminan karena lebih
mudah untuk menjelaskan bagaimana clay akan terflokulasi. Oleh karena, kation
akan menarik muatan negatif clay. Pada kenyataannya, ada gangguan yang
terjadi pada clay sebagai akibat dari anion atau muatan negatif pada senyawa
tersebut. Sumber kontaminasi kimia dapat diidentifikasikan dengan analisa uji
kimia yang dilakukan terhadap lumpur pemboran. Kontaminan-kontaminan yang
umum dijumpai pada lumpur pemboran adalah : garam, anhidrit, gypsum, dan
semen.

2.1. Garam
Pada umumnya garam (NaCl) dapat masuk ke dalam lumpur
pemboran dari berbagai sumber, seperti pemboran formasi garam, aliran air
garam, atau penambahan garam di permukaan. Jika garam (sodium chloride)
masuk ke dalam lumpur, maka akan terionisasi menjadi Na + dan Cl- dalam
fasa kontinyu (air), jika garam yang masuk dalam air tidak cukup untuk
mencapai titik saturasi. Batas kadar garam dimonitor dengan melakukan uji
chloride. Meskipun kita memonitor kadar chloride dan ion chloride dianggap
akan mempengaruhi clay dan tingkat dispersinya, kita lebih memperhatikan
ion sodium, karena akan memberikan dampak yang paling besar terhadap
sifat-sifat fisik lumpur.
Garam dianggap sebagai kontaminan yang paling serius dalam lumpur dasar air
tawar (fresh water mud). Muatan negatif clay akan bertemu dengan muatan positif ion
sodium dan menghasilkan kenaikan viskositas, gel strength, dan fluid loss.
Sifat-sifat fisik lumpur tesebut biasanya berubah menjadi tidak sesuai dengan
keperluan untuk operasi pemboran.
Flokulasi garam dapat dikurangi jika kadar padatannya rendah, jika hidrasi clay
telah dikurangi oleh inhibisi, jika dispersan yang digunakan efektif untuk kontaminasi
garam.
Garam juga cenderung menurunkan pH lumpur. Ion-ion sodium
menyebabkan ion-ion hidrogen digantikan dari clay. Lepasnya ion hidrogen
akan menaikkan jumlah hidrogen bebas, sehingga akhirnya dapat
menurunkan pH lumpur. Treatment kontaminasi garam terdiri dari
penambahan air, penggunaan caustic soda dan dispersan. Lignosulfonate
sangat efektif untuk men-treatment sifat-sifat lumpur akibat kontaminasi
garam. Waktu juga merupakan faktor penting, karena ion sodium akhirnya
melekat pada permukaan clay antara plat-plat atau lembaran- lembaran,
maka menyebabkan dehidrasi clay dan selanjutnya akan menurunkan
viskositas.
Hadirnya garam dalam lumpur pemboran dapat diidentifikasi dengan
mudah. Meskipun demikian, treatment-nya sangat sukar karena kita hanya
men- reatment tanda-tanda yang dihasilkan dari kehadiran garam tersebut.
Tidak ada treatment untuk menghilangkan problem garam.
Anhidrit (CaSO4) terjadi pada stringer atau bagian yang masif pada
beberapa area pemboran. Gypsum (CaSO4.2H2O), biasanya dinyatakan
sebagai Gyp, yang secara kimia identik dengan anhidrit, kecuali untuk
kristalisasi air yang ada pada Gyp. Gyp seringkali dijumpai pada kedalaman
yang dangkal selama operasi pemboran, atau pada kasus khusus yang

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran 3

sengaja ditambahkan ke dalam lumpur di permukaan. Pengaruh Gyp dan


Anhidrit terhadap sistem lumpur adalah sama.
Jika hal ini terjadi, anhidrit atau gyp akan terionisasi menjadi Ca +2 dan
SO4 dalam fasa kontinyu (air) dari lumpur. Kenaikan konsentrasi kalsium
dapat dilihat dari uji kalsium (total hardness).
-2

Jika lumpur dasar air tawar terkontaminasi oleh anhidrit atau gyp,
pengaruhnya sama seperti pemboran formasi garam. Jika ion kalsium
diidentifikasikan sebagai kontaminan, maka cara terbaik untuk mengatasinya
adalah dengan menambahkan bahan kimia yang dapat bereaksi dengan ion
kalsium dan mengambilnya dari fasa air. Seperti kontaminan lainnya,
penambahan air, caustic soda, dan dispersan akan membantu untuk
menjaga sifat-sifat lumpur pada kondisi yang lebih baik. Disamping itu,
pengaruh kalsium terhadap sifat-sifat lumpur tidak terlalu membahayakan
jika kadar padatan lumpur rendah. Pengambilan ion kalsium dari fasa
kontinyu dari lumpur dasar air sangat penting. Karena flokulasi yang terjadi
dapat menyebabkan viskositas menjadi tinggi pada saat awal kontaminasi,
ion kalsium dapat menyebabkan gelasi yang berlebihan. Soda ash (sodium
carbonate) dan Bicarb (sodium bicarbonate) sering kali ditambahkan ke
dalam lumpur untuk mengendapkan ion-ion kalsium dari fasa kontinyu.
Penambahan complex phosphate seperti STP (sodium tetraphosphate) dan
SAPP (sodium acid pyrophosphate) akan mengasingkan ion-ion kalsium, dan
mengubahnya menjadi tidak efektif. Treatment yang berlebihan harus dihindari karena
justru dapat merusak sifat-sifat lumpur.
Pemboran yang menembus anhidrit atau gyp akan menurunkan pH lumpur.
Penurunan pH ini disebabkan karena ion kalsium menggantikan ion hidrogen dari
struktur atom kristal clay. Pada harga Pf lebih besar dari 1,0 ion kalsium akan
bergabung dengan ion hidroksil dan membentuk lime (Ca(OH)2). Reaksi ini akan
menurunkan pH dan Pf lumpur pemboran.
Pada saat pemboran dijumpai adanya anhidrit atau gyp, biasanya lumpur di
tambahkan (pre-treated) dengan sedikit soda ash, bicarb, atau salah satu dari
phosphate sebelum menembus anhidrit atau gyp tersebut. Pre-treatment tersebut akan
mengurangi besarnya pengaruh ion kalsium terhadap sifat-sifat lumpur pemboran.,
seperti kontaminasi ion kalsium diambil atau diasingkan dari fasa air.
Jika konsentrasi kalsium yang hadir dalam lumpur sangat tinggi, atau jika
pemboran menembus anhidrit yang masif, maka pengambilan kalsium sangat sukar
dilakukan. Untuk mengatasi kasus tersebut biasanya digunakan lumpur inhibitif.

2.2. Semen
Semen digunakan untuk melekatkan casing pada lubang bor, ataupun
untuk mengatasi problem-problem dalam lubang bor. Semen dan lime
(Ca(OH)2) mempunyai pengaruh yang sama terhadap lumpur, keduanya
merupakan kontaminan yang sama, dan treatment-nya pun juga sama. Jika
pemboran menem-bus semen, ion-ion kalsium (Ca+2) dan hydroxide (OH-1)
masuk ke dalam fasa kontinyu dari lumpur dasar air. Kenaikan konsentrasi
ion-ion tersebut dapat dilihat pada uji kalsium (total hardness), Uji pH, Pf,
dan Pm. Pengaruh semen terhadap lumpur adalah sama dengan anhidrit
atau gyp. Perbedaan utamanya adalah bahwa pemboran yang menembus
semen akan menaikkan pH, sedangkan pemboran yang menembus anhidrit
atau gyp pH akan turun. Untuk treatment kontaminasi semen adalah sama
dengan treatment untuk anhidrit atau gyp, dan biasanya bicarb lebih banyak
digunakan dibanding dengan caustic soda karena terbentuk sedikit caustic

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran

soda (NaOH) dalam reaksi, sehingga pH lumpur akan naik. Disamping itu,
caustic soda (NaOH) biasanya tidak ditambahkan kedalam dispersan karena
ion hidroksil disuplai oleh semen. Untuk mengurangi pengaruh kontaminasi
semen, maka lumpur dilakukan pretreated sebelum digunakan pada saat
pemboran menembus semen.
Kecenderungan semen melepaskan ion-ion kalsium (Ca +2) ke dalam
lumpur dapat ditahan jika konsentrasi ion hidroksil (OH -1) cukup tinggi atau
pH = 11.5+. Dalam hal ini, pengaruh semen tidak terlalu berbahaya.
Meskipun demikian, pH harus dijaga tetap tinggi, karena dengan
berkurangnya konsentrasi ion hidroksil akan menyebabkan masuknya ion-ion
kalsium ke dalam lumpur.

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran 5

3. Treatment Kimia
3.1. Soda Ash
Soda ash (Na2CO3) ditambahkan ke dalam lumpur untuk
mengendapkan ion-ion kalsium. Jika soda ash ditambahkan ke dalam lumpur
akan terionisasi menjadi sodium (Na+) dan karbonat (CO 3-2) dalam fasa
kontinyu air. Ion-ion karbonat bergabung dengan ion-ion kalsium membentuk
calcium carbonate (CaCO3), sebagai suatu endapan yang inert. Jika lumpur
mempunyai pH kurang dari 11.0, soda ash dapat digunakan untuk
menaikkannya. Pengaruh ini terhadap pH sangat menyolok dibanding
dengan treatment yang lain untuk kontaminasi kalsium, yang biasanya pH
lumpur menjadi lebih rendah.
Reaksi soda ash (Na2CO3) dengan ion kalsium adalah :
Anhidrit plus Soda Ash

CaSO4 + Na2CO3> CaCO3 + Na2SO4


Semen atau Lime plus Soda Ash

Ca(OH)2 + Na2CO3 > CaCO3 + 2NaOH


Treatment yang berlebihan dengan soda ash akan menghasilkan
surplus ion karbonat (CO3). Surplus ion karbonat dapat menyebabkan
viskositas, gel strength yang tinggi, dan fluid loss yang tidak stabil. Kenaikan
konsentrasi ion karbonat ditunjukkan oleh naiknya harga Pf dan Mf.

3.2. Sodium Bicarbonate


Sodium bicarbonate (NaHCO3) adalah suatu pengganti soda ash untuk
mengambil ion kalsium. Jika ditambahkan ke dalam lumpur, akan terionisasi
menjadi sodium (Na+1) dan bicarbonate (HCO3-1), dalam fasa kontinyu air.
Jika ion hidroksil (OH-1) hadir, maka hidrogen dan karbonat akan berpisah,
selanjutnya hidrogen (H+1) dan hidroksil (OH-1) bergabung membentuk air
(H2O). Reaksi ini cenderung menurunkan harga pH dan Pf lumpur. Karbonat
dan kalsium bergabung membentuk calcium carbonate (CaCO 3) yang
merupakan endapan yang inert. Reaksi bicarb tersebut adalah sebagai
berikut :
Semen atau Lime plus Bicarb

Ca(OH)2 + NaHCO3 >CaCO3 + NaOH +H2O


Jika konsentrasi ion hidroksil dalam lumpur berkurang, bicarb tidak
akan dapat mengambil ion kalsium. Hidrogen dan karbonat tetap sebagai ion
bikarbonat. Maka, calcium bicarbonate tidak akan terbentuk. Penambahan
bicarbonate digunakan untuk mengendapkan kalsium hanya jika ada surplus
hidroksil. Harga pH diharapkan diatas 8.3 (8.3+). Treatment bicarb yang
berlebihan harus dihindari untuk mencegah pembentukan ion karbonat.

3.3. Phosphate

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran

Complex phosphate, sodium tetraphosphate (biasanya dikenal sebagai


STP) dan sodium acid pyrophosphate (SAPP), berfungsi sebagai pengencer
(thinner) lumpur jika lumpur berada pada temperatur dibawah 180 0F. Pada
temperatur lebih besar dari 1800F, phosphate berubah menjadi
orthophosphate yang berfungsi sebagai flocculant.
Temperatur bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan
phosphate untuk mengambil ion-ion kalsium, maka phosphate tidak
digunakan pada temperatur lebih besar dari 180 0F.

3.4. Lime
Lime (Ca(OH)2) mempunyai pengaruh yang sama terhadap lumpur
seperti semen. Pada lumpur yang mengandung konsentrasi ion hidroksil
yang tinggi, lime sebagai sumber dari ion-ion kalsium dan hidroksil. Ion-ion
kalsium dan karbonat bebas tidak dapat berada bersama-sama dalam
lumpur. Meskipun mereka akan bergabung membentuk kalsium karbonat
(CaCO3). Secara sama, ion-ion kalsium, hidroksil, dan bikarbonat tidak dapat
berada bersama-sama dalam lumpur. Oleh karena itu, sejumlah kecil lime
sering ditambahkan ke dalam lumpur jika diduga akan dijumpai adanya
problem karbonat atau bikarbonat (lakukan pilot testing terhadap lumpur
pertama untuk pengujian). Penggunaan gypsum lebih baik jika lumpur
mempunyai pH lebih besar dari 11.5 (11.5+).

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran 7

DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

Dril-011 Kontaminasi Lumpur Pemboran

Anda mungkin juga menyukai