PENDAHULUAN
cukup besar. Pada hewan air absorbsi logam biasanya masuk melalui insang.
Dalam tubuh hewan air, logam diabsorbsi oleh darah, berikatan dengan protein
darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Pencemaran
logam berat pada air laut akan menyebabkan terkontaminasinya organisme
perairan seperti gastropoda, udang , kerang , dan lain-lain. Peningkatan
kandungan logam berat dalam perairan dapat menyebabkan peningkatan
kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh organisme laut (Unep,
2002).
Kerang adalah organisme yang hidup dengan cara menyaring makanan
(filter feeders). Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada hewan
lainnya karena sifatnya yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
konsentrasi logam tertentu (Eshmat,dkk., 2014). Spesies filter feeder juga
memiliki sifat memakan benda-benda kecil yang terdapat di dasar perairan
termasuk logam berat juga akan terakumlasi di dalam tubuh biota. Timbal dapat
diserap oleh spesies filter feeder dari lingkungan air atau melalui pakan yakni
fitoplankton, zooplankton dan tumbuhan renik yang sudah terakumulasi timbal
dan akan terikat pada jaringan tubuhnya (Eshmat,dkk., 2014). Dalam tubuh
manusia, logam berat akan bersenyawa dengan enzim aktif menjadi enzim tidak
aktif, sehingga sintesis butir darah merah (Hb) dapat dihambat, akibatnya dapat
menimbulkan penyakit anemia (Damin, 2013).
Pb masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas
kehidupan manusia yang bermacam-macam. Diantaranya adalah air buangan dari
limbah industri yang berkaitan dengan Pb. Badan perairan yang telah kemasukan
senyawa atau ion-ion Pb. Sehingga jumlah Pb yang ada dalam perairan melebihi
konsentrasi yang semestinya (palar, 2012). Sumber utama cemaran timbal yang
terdapat pada perairan adalah 40% limbah rumah tangga dan 60% adalah limbah
industri (Anonymous, 2012). Kandungan logam Pb melebihi batas maksimum
cemaran logam berat dalam makanan berdasarkan Standart Nasional Indonesia
tidak boleh lebih dari 0,4 mg/kg.
Timbal
(Pb)
serta
logam
berat
lainnya
bersifat
biokumolatif,
adalah asam sitrat, asam malat, dan asam oksalat. Jenis asam yang paling dominan
pada buah nanas adalah asam sitrat yaitu sebesar 78% dari total asam (Irfandi,
2005).
Nanas (ananas comucus) selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar juga
banyak digunakan dalam industri rumah tangga misalnya pembuatan sirup, selai,
keripik, serta buah dalam kaleng. Berbagai macam pengolahan tersebut
membutuhkan bahan baku nanas dalam jumlah yang cukup besar dan tentunya
akan menghasilkan limbah kulit buah nanas yang cukup besar pula. Kulit buah
nanas yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah buangan, ternyata limbah
kulit buah nanas bisa dijadikan substrat untuk pembuatan asam sitrat (Febriyanti
dan Rufita, 2011).
Hasil penelitian Armanda (2009) menunjukkan perendaman maupun
perasan kulit buah nanas pada sampel memberikan pengaruh terhadap penurunan
logam berat timbal. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang penurunan kadar logam berat timbal dengan menggunakan air perasan
kulit buah nanas karena mengandung asam sitrat dan mempunyai pH asam.
Terlebih lagi buah nanas mudah didapat sehingga tidak menyulitkan masyarakat
untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian dilakukan dengan judul
Pengaruh pemberian Perasan Kulit Buah Nanas (Ananas comosus Terhadap
Kadar Timbal (Pb) Pada Kerang Laut di Pasar Kenjeran Surabaya.