Anda di halaman 1dari 13

20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polietilena (PE)


Berbagai jenis termoplastik telah banyak digunakan untuk mempersiapkan
termpolastik elastomer kompatibilitas tinggi. Ini termasuk polipropilen, low-density
polyethylene, uv-low-density polyethylene, liniear low density polyethylene,
dikloronasi polietilen, polistiren, poliamida, etilena-vinil asetat, kopolimer, dan poli
metil metakrilat. (Charoen Nakason, 2006)

Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih yang


mempunyai titik leleh bervariasi antara 110-137oC. Umumnya polietilen bersifat
resisten terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam pelarut
organik dan anorganik. (Billmeyer, 1994)

Beberapa jenis polietilena antara lain : Low Density Polyethylene (LDPE),


High Density Polyethylene (HDPE) dan Liniear Low Density Polyethylene (LLDPE).
Low Density Polyethylene (LDPE) memliki struktur rantai bercabang yang tinggi
dengan cabang-cabang yang panjang dan pendek. Sedangkan High Density
Polyethylene (HDPE) mempunyai struktur rantai lurus, Liniear Low Density
Polyethylene (LLDPE) memiliki rantai polimer yang lurus dengan rantai-rantai
cabang yang pendek.

a.

21

b.

c.

Gambar 2.1 Struktur rantai polietilena a. HDPE, b. LDPE, c. LLDPE

Polietilena adalah polimer yang termasuk golongan polyolefin, dengan berat


molekul rata-rata (Mw) = 50.000-30.000. (Curlee, 1991)

Sifat-sifat dari polietilena sangat dipengaruhi oleh struktur rantai dan


kerapatannya. LLDPE (Liniear Low Density Polietilene) merupakan suatu jenis
polietilena yang paling prospektif karena kemudahan proses pembuatan dapat
diproduksi dalam berbagai pembuatan yaitu proses polimerisasi menggunakan
berbagai jenis katalis Zigler Natta. (Mark, 1970).

Polietilena dengan densitas rendah biasanya digunakan untuk lembaran tipis


pembungkus makanan, kantung-kantung plastik, jas hujan. Sedangkan untuk
polietilena yang memiliki densitas tinggi, polimernya lebih keras, namun mudah
dibentuk sehingga banyak dipakai sebagai alat dapur misalnya ember, panci, juga
untuk pelapis kawat dan kabel.
http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/kosmik/1999/kosmik12.html

Campuran polimer yang mempunyai kompatibilitas pencampuaran antara


komponen konstituen dari poliblend dapat dibuat dengan menggunakan kompatibilitas
reaktif atau aditif yang berbeda, kompatibilitas pencampuran mempengaruhi

22

morfologi dan sifat dari poliblend. Strategi kompatibilitas pencampuran memfokuskan


pada aplikasi seperti plastik daur ulang pasca-konsumen tanpa penyortiran, produksi
film multi-layer, kemasan produk, serta perkembangan bahan baru berdasarkan
plastik/ plastic elastomer/ campuran elastomer. (Magdy dkk, 2008)

2.2 Ban Bekas


Ban merupakan bagian dari suatu kenderaan yang merupakan produk karet yang
paling penting dan produksi dalam volume tinggi. Ban juga merupakan suatu bagian
dan eleman terpenting pada suatu kendaraan. Lebih dari setengah karet alam dan karet
sintetik didunia digunakan dalam industri ban.

Perkembangan industri ban berawal dari perubahan struktur kendaraan yang


terjadi secara konstan, dengan meningkatnya tenaga mesin, akselerasi yang tinggi,
serta kecepatan kenderaan. Oleh karena itu, suatu perbedaan sangat terlihat antara
penemuan ban pertama kali oleh Thomasen pada tahun 1845 dengan perkembangan
praktikal pada tahun 1888 oleh seorang ilmuan Inggris John Dunlop, penemuan ban
sintetik pertama kali pada tahun 1912 hingga produksi ban yang sangat tinggi pada
saat ini (Hofmann, W., 1989).

Ban saat ini secara esensial merupakan suatu komposit karet. Ban diproduksi
dari beberapa komponen yang terpisah seperti tread, inelainer, beads, belds, dan lainlain serta komponen-komponen yang berbeda yang memiliki kandungan bahan pengisi
yang tinggi, seperti campuran elastomer dan bermacam-macam aditif. Zat aditif ini
(yang terkandung didalamnya dapat diklasifikasikan sebagai zat pemvulkanisasi,
aktifator vulkanisasi dan zat pemercepat atau akselerator serta bahan pengisi (penguat,

23

semi penguat, atau bukan penguat), anti degradasi, bahan pelunak dan plastisizer,
pigmen, dan bahan pewarna organik, serta zat aditif khusus.

Komponen karet merupakan suatu bahan teknik yang banyak digunakan dalam
industri ban, karena memiliki sifat yang fleksibel geseran serta permukaan yang baik,
yang tahan abrasi yang tinggi, impermeabilitas yang baik terhadap udara. Sifat-sifat
ini dapat menjamin kinerja ban dengan fungsi dan kondisi yang berbeda-beda.
Teknologi kompon dan material karet cenderung mengalami proses dekomposisi
katalitik secara thermal pada kompon karet ban dan karekterisasi produk (Liang, L.,
2004).
Ban dalam biasanya digunakan pada ban sepeda, ban sepeda motor, dan
kenderaan seperti bus, atau truk berat dan traktor yang dirancang mempunyai ban
dalam. Ban dalam merupakan suatu bahan yang dibentuk dari suatu material yang tak
dapat tembus seperti karet sintetis yang bersifat lembut dan elastis untuk mencegah
bocornya udara. Ban dalam berada didalam bagian ban luar untuk menjaga tekanan
udara. Dalam hal ini, peneliti menggunakan ban luar mobil bekas.

Ban bekas bersifat sangat stabil dan merupakan suatu polimer berantai
panjang. Beberapa karekteristik dari ban bekas yaitu stabilitasnya dan sifatnya yang
tahan lama, yang sangat menarik dan kelayakannya selama pemakaian, yang
memberikan suatu perlawanan selama pemakaiannya. Faktanya adalah bahwa ban
bekas merupakan suatu polimer thermoset yang berarti sulit untuk meleleh atau sulit
untuk diuraikan menjadi komponen-komponen penyusunnya. Ban bekas bersifat tahan
terhadap degradasi biologi (Liang, L., 2004).

24

2.3 Dikumil Peroksida


CH3
C

CH3
O

C
CH3

CH3

Gambar 2.2 Struktur dikumil peroksida


Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai pembentuk radikal bebas
dengan andanya energi panas yang temperaturnya sesuai dengan jenis peroksidanya.
Seperti yang ditunjukkan dibawah ini dekomposisi dikumil peroksida pada suhu
160oC.
CH3

CH3
C

C
CH3

CH3

pemanasan
175oC
O

CH3
C

CH3

CH3

CH3
radikal kumiloksi (2-phenylpropanoxy)
2 RH (substrat)

CH3
2

Asetophenon

2 RH (substrat)

2 CH4 + 2R
OH

+ 2R

CH3
phenyl 2-propanol

Gambar 2.3 Reaksi dekomposisi dikumil peroksida


(Thitithammawong, 2007)

25

Dari dekomposisi dikumil peroksida pada 175oC menghasilkan sejumlah kecil


produk metana, asepthon, 2 phenylpropanol, radikal metal. Kedua radikal ini sangat
reaktif untuk mengabstraksi atom-atom hydrogen dari rantai polimer. (Naskar, 2004)

2.4 Divinil benzena

CH=CH2

CH=CH2

Gambar 2.4 Struktur divinil benzena


Rumus molekul divinil benzena C10H10, titik didihnya 195oC, tidak larut dalam
air dan larut dalam etanol dan eter, dan memiliki titik nyala 76oC. Ketika bereaksi
bersama-sama dengan stirene, divinil benzena dapat digunakan sebagai monomer
reaktif dalam resin polyester. Stiren dan divinil benzena bereaksi secara bersama-sama
menghasilkan kopolimer stirene divinil benzena. Pada pabrik plastik, divinil benzena
digunakan dalam industri plastik untuk mengikat silang dan memodifikasi materialmaterial dan untuk membantu proses kopolimerisasi. Dapat juga meningkatkan
resistansi terhadap tekanan retak, bahan kimia, panas distorsi, kekerasan dan kekuatan.
(James,W., 2005)

26

2.5 Xilena

p-Xylene digunakan sebagai bahan baku dalam produksi asam tereftalat dan
dimetil tereftalat, baik monomer yang digunakan dalam produksi polyethylene
terepthalate (PET) botol plastic dan polyester pakaian. Xilena sering digunakan
sebagai pelarut karet, digunakan sebagai thinner untuk cat.

Tabel 2.1 Sifat-sifat xilena


No.

Parameter

1.

Rumus molekul

C8H10, C6H4(CH3)2

2.

Titik Lebur

-47,4oC

3.

Titik didih

138,5oC

4.

Titik Nyala

30oC

(http://www.F:/xilena.htm).

2.6 Karakterisasi Campuran Polimer

Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa campuran polimer.


Karakterisasi yang dilakukan menggunakan faurier transform infrared spectroscopy
(FT-IR), scanning electron microscopy (SEM), uji tarik dan kandungan gel.

27

2.6.1 Analisis FT IR ( Fourier Transform Infrared Spectroscopy )


Spektroskopi infra merah merupakan metode yang sangat luas digunakan
untuk karakterisasi struktur molekul polimer, karena memberikan banyak informasi.
Perbandingan posisi adsorpsi dalam spectrum infra merah suatu sampel polimer
dengan daerah absorpsi dalam spectrum infra merah suatu sampel polimer dengan
daerah absorpsi karekteristik, menunjukkan identifikasi pada keberadaan ikatan dan
gugus fungsi dalam polimer (Rabek, J.F, 1975).

Sampel yang digunakan untuk analisa dapat berupa padat, cair dan gas.
Metode penyiapan untuk polimer antara lain melarutkan polimer ke dalam suatu
pelarut seperti karbon bisulfida, karbon tetra klorida atau kloform, pembuatan film
transparan dan metode pellet Kbr.
Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang
kecil, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki
computer yang terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi
spektrum (Stevens, M.P., 2001).

Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering digunakan untuk keperluan
analisa kuantitatif, akan tetapi sering digunakan untuk analisa kualitatif dengan
spektrofotometer ultra-lembayung dan sinar tampak. Penggunaan spektrofotometer
infra merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih banyak ditujukan untuk identifikasi
senyawa organik.

Pada

tahun

1935

beberapa

perusahaan

kimia

telah

menggunakan

spektrofotometer infra merah untuk analisa kuantitatif senyawa organik. Hal ini
mungkin disebabkan spektrum infra merah senyawa organik yang bersifat khas karena

28

mempunyai gugus fungsi yang berbeda-beda. Sehingga senyawa yang berbeda akan
mempunyai struktur yang berbeda pula. Sistem analisa spektroskopi infra merah telah
memberikan keunggulan dalam mengkarakterisasi senyawa organik dan formulasi
bahan-bahan polimer.

Analisa infra merah menyangkut penentuan gugus fungsi dari molekul yang
memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Dimana daerah serapan infra
merah terletak antara spectrum elektromagnetik sinar tampak dan spektrum radio yaitu
4000-400 cm-1. Ahli kimia organik pada tahun 1930 secara serius mulai memikirkan
spektra infra merah sebagai salah satu yang memungkinkan untuk mengidentifikasi
senyawa melalui gugus fungsinya (Silverstain, R.M., 1986).

Hubungan kuantitatif antara konsentrasi (C) dan adsobsi (A) pada spektroskopi
infra merah diberikan oleh persamaan Lambert Beer :

.......(2.1)
= Absorbsifitas molar
L = Tebal sampel (jarak yang ditempuh sinar IR yang menembus sampel)
Hubungan intensitas radiasi, absorbansi (A) didefenisikan sebagai :

.(2.2)

lo = Intensitas radiasi sebelum melewati sampel


l = Intensitas radiasi setelah melewati sampel

29

Untuk mengukur serapan gugus dari serapan spektrum infra merah digunakan
cara dasar tangen. Seperti terlihat pada gambar 2.3 dengan menggunakan metode garis
AC, maka harga lo adalah panjang BE dan I = De, sehingga harga absorbansi adalah :

(2.3)

Hal ini dilakukan mengingat transmisi 100% tidak pernah dicapai karena adanya
serapan dari medium (serapan latar belakang).

Analisis infra merah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang


rantai, struktur polimer. Di samping itu analisis mengenai bahan polimer yang
terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan
rangkap rantai polimer. Gugus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif
adalah gugus karbonil dan karboksilat. Umumnya pita serapan polimer pada spektrum
infra merah adalah adanya ikatan C/H/regangan pada daerah 2880 cm-1 s/d 2900cm-1
dan regangan dari gugus lain yang mendukung suatu analisa mineral (Hummel, D.O.,
1985).

2.6.2 Skanning Elektron Mikroskopi (SEM)

Skanning Elektron Mikroskopi (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk


bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan
mikroskop electron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur
permukaan itu secara langsung.

30

Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan


dipantulkan atau berkas sinar elekton sekunder. SEM meggunakan prinsip skanning
dengan prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik-titik permukaan
spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan
spesimen.

Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaaan spesimen maka


sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi di teruskan. Jika
permukaan spesimen tidak rata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang maka tiap
bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlaah dan arah yang
berbeda dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layer dan akan
diperoleh gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi
(Nur, 1997).

2.6.3 Kandungan Gel (derajat sambung silang)

Penentuan derajat sambung silang dilakukan dengan menentukan kandungan


gel bahan. Pelarut yang digunakan adalah xilena yang dapat melarutkan karet sintesis.
Kandungan gel dalam sampel diukur dengan teknik ekstraksi. Sampel ditimbang dan
selanjutnya dimasukkan dalam tabung soklet yang dibawahnya terdapat pelarut xilena
yang dipanaskan pada titik didihnya selama 8 jam. Setelah proses ekstraksi selesai,
sampel dikeringkan dan ditimbang kembali.
Persentase kandungan gel (derajat sambung silang) dalam sampel diperoleh dengan
perhitungan :

31

..(2.4)

Dimana, Wg = berat sampel setelah diekstraksi


Wo = berat sampel sebelum ekstraksi

(Halimatuddaliana, Ismail.,2008)

2.6.4 Kekuatan Tarik

Sifat-sifat mekanik pada polimer dapat dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu
modulus elastisitas (modulus young), kuat tarik (tensile strengh), kuat tekan (inpact
strength) dan kuat leleh (fattyque strength) untuk bahan polimer, parameter-parameter
mekanik tersebut dapat diperoleh dari kurva tegangan regangan. Sifat tegangan
regangan polimer sangat dipengaruhi oleh laju deformasi (laju regangan) suhu dan
lingkungan adanya air, oksigen dan pelarut organik. Pada umumnya penurunan laju
deformasi sama dengan laju peningkatan temperatur terhadap sifat tegangan regangan
yaitu bahan menjadi lebih lunak dan lebih rapuh. Tegangan dan regangan memiliki
perbedaan arti, dalam hal mekanika tegangan normal merupakan gaya tegak lurus
persatuan luas sedangkan regangan merupakan hasil perpanjangan.

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer. Kekuatan tarik
suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmaks) yang digunakan
untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampangnya pada keadaan
semula.

.(2.5)

32

Keterangan :
t

kekuatan tarik bahan (Kgf/mm2)

Fmaks =

Tegangan maksimum (Kgf)

Ao

Luas penampang mula-mula (mm2)

Disamping bersama kekuatan tarik (t) sifat mekanik bahan juga diamati dari
sifat kemulurannya () yang didefenisikan sebagai :
(2.6)

Keterangan :

Kemuluran (%)

Io

Panjang spesimen mula-mula (mm)

If

Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)

(wirjosentono, 1993)

Anda mungkin juga menyukai