Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 11 MODUL 2

Kelompok 2
Tutor

drg. Murniwati, MPPM

Ketua

Putri Dwi Amalia

(1311412005)

Sekretaris Meja :

Wira Putri Winata

(1311412016)

Sekretaris Papan :

Annisa Dwi Cantika (1311419009)

Anggota

An Nisaa Amelia

(1311411001)

Intan Neira

(1311411006)

Febrina Rahmadani

(1311411015)

Siti Rahmah

(1311411025)

Irma Oktavina Zulmi (1311411026)


Rizki Dwi Lestari

(1311411033)

Redha Fauzana

(1311412026)

Atika

(1311412030)

Nur Aini Afifah

(1010343004)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL 2
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT

Skenario 2 :
Kinerja????
Drg. Melani sebagai pimpinan puskesmas yang baru, dipanggil kepala dinas
kesehatan karena hasil penilaian kinerja puskesmas pencapaian programnya dibawah target
yang sudah ditetapkan seperti K4 Ibu hamil 43%,cakupan imunisasi 65% .
Di puskesmas Drg. Melani mengadakan lokakarya mini membahas pencapaian
program puskesmas. Dari hasi yang lokakarya mini diketahui bahwa PTP dibuat dengan
mencontoh yang tahun lalu. Petugas puskesmas pembantu tidak mempunyai data mengenai
pencapaiannya. Bidan desa tidak tahu masalah apa yang terjadi di daerah binaanya.
Ternyata Puskesmas belum membuat perencanaan berdasarkan masalah yang ada.
Dapatkah saudara menjelaskan mengenai Manejemen Puskesmas?

Seven Jumps
I

Mengklarifikasi dan Mendefinisikan Terminologi


1) PTP : Perencaan Tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis
untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilakasankan oleh
Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatan setempat,
yang memuat 2 rencana yaitu RUK (Rencana Usulan Kegiatan) dan RPK (Rencana
Pelaksanaan Kegiatan).
2) Lokakarya mini : salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan pemantauan
berbagai kegiatan puskemas melalui suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh
staff puskesmas,petugas pustu,dan sektor lain yang terkait untuk meningkatkan
kerja sama tim dan meningkatkan mutu puskesmas.
3) K4 : merupakan kunjungan antenatal yang ke-4. Kunjungan ibu hamil ke bidan /
dokter untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang terdiri atas min 1x kontak
pada trimester I,1 x pada trimester II dan 2x pada trimester 3.
4) Manajemen kesehatan : rangkaian kegiatan kesehatan yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pengendalian serta penilaian.
5) Puskesmas : Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
6) Puskesmas Pembantu (Pustu) : unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.

II

Menentukan Masalah
1) Apa saja struktur organisasi yang ada di puskesmas?
2) Apa saja fungsi pelayanan dari puskesmas?
3) Program apa saja yang ada di puskesmas?
4) Apa saja manfaat dari manajemen puskesmas?
5) Apa manfaat dari penilaian kinerja di puskesmas?
6) Bagaimana cara penilaian kinerja puskesmas?
7) Apa saja penyebab terjadinya pencapaian program puskesmas yang di bawah
target?
8) Apa tujuan dari PTP?
9) Bagaimana prosedur pembuatan PTP?
10) Apa tujuan diadakannya lokakarya mini?
11) Apa saja contoh permasalahan/ tantangan kesehatan selain yang ada di skenario?

III

Menganalisa masalah

1) Struktur organisasi yang ada di puskesmas


Ditetapkan oleh Dinkes kab/ kota yang terdiri dari kepala puskesmas, kepala sub
bagian tata usaha, penanggung jawab UKM, UKP, kefarmasian, laboratorium,
jaringan pelayanan kesehatan dan jaringan fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Fungsi pelayanan dari puskesmas
Pusat pergerakan pembangunan kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat
Pusat pelayanan strata 1
Tempat pendidikan tenaga kesehatan
Menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat
Menurut Permenkes no 75/2014 untuk penyelenggaraan UKM dan UKP
3) Program yang ada di puskesmas
a Upaya kesehatan wajib Puskesmas :
Promosi kesehatan
Kesehatan lingkungan
Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
Perbaikan gizi masyarakat
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Pengobatan
b. Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas : ditetapkan berdasarkan permasalahan
di masyarakat, disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
4) Manfaat dari manajemen puskesmas
Untuk mengelola sumber daya
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
Untuk pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya
Membantu penyelenggara kesehatan untuk menyelenggarakan kesehatan yang

efektif, efisien dan produktif


Mengevaluasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu kesehatan ke

depannya
Mengetahui banyak dana yang dibutuhkan

5) Manfaat dari penilaian kinerja di puskesmas yaitu untuk mengetahui sejauh mana
puskesmas menjalankan program- programnya, sesuai dengan target atau tidak.
6) Cara penilaian kinerja puskesmas
Berdasarkan kinerja program (dasar dan inovasi )
Berdasarkan pelaksanaan manajemen
Berdasarkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas
Cara Penilaian : dihitung sesuai dengan hasil pencapaian Puskesmas dan dimasukkan
ke dalam kolom yang sesuai. Hasil nilai skala di masukkan ke dalam kolom nilai akhir

tiap variable Hasil rata rata dari penjumlahan nilai variabel dalam manajemen
merupakan nilai akhir manajemen Hasil rata-rata dikelompokkan menjadi:
a
b
c

Baik
Cukup
Kurang

: Nilai rata rata > 8,5


: Nilai 5,5 8,4
: Nilai < 5

7) Penyebab terjadinya pencapaian program puskesmas yang di bawah target


Dana yang kurang
Masyarakat yang kurang aktif
Sistem manajemen puskesmas yang belum optimal
Fungsi puskesmas belum berjalan baik
Belum dirumuskan visi, misi, rencana strategis puskesmas
Sarana dan prasarana yang kurang
SDM yang kurang ( kualitas & kuantitas)
Lingkungan fisik ( iklim, transportasi)
Lingkungan non-fisik ( sosial-budaya, lingkungan)
8) Tujuan dari PTP
Tujuan dari PTP adalah untuk menyusun RUK dan melaksanakan RPK, menghasilkan
RPK yang didukung multipihak dan meningkatkan manajemen Puskesmas dalam
pelaksanaan pelyanan kesehatan
Tujuan umumnya adalah meningkatnya kemampuan manajemen Puskesmas dalam
mengelola kegiatan-kegiatannya dalam upaya peningkatan fungsi Puskesmas sebagai
pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan di wilayah
kerjanya. Tujuan khususnya adalah dapat disusunnya RPK Puskesmas yang akan
dilaksanakan tahun berikutnya dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan di wilayah kerjanya. RPK
Puskesmas dapat disusun setelah diterimanya alokasi sumber daya dari berbagai
sumber dalam rangka memantapkan penggerakan pelaksanaan kegiatan dalam tahun
yang sedang berjalan.
9) Prosedur pembuatan PTP
Tahap persiapan
Tujuan tahap ini adalah membentuk tim perencana tingkat Puskesmas, menyiapkan
informasi situasi program (kegiatan, hasil, bahan lain yang diperlukan) serta
informasi kebijakan kesehatan yang diperlukan dalam perencanaan.

Tahap analisis situasi

Tujuan pada tahap ini adalah untuk memahami permasalahan operasional Puskesmas
yang perlu ditanggulangi. Kegiatan tahap ini adalah mengidentifikasi masalah,
penamaan dan penetapan prioritas masalah.

Tahap penyusunan RUK

Tujuan tahap ini adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana penyelesaian
masalah. Pada tahap ini perlu pelaksanaan 3 (tiga) kegiatan sebagai berikut :
a. Identifikasi penyebab masalah.
b. Perumusan pendekatan pemecahan masalah.
c. Penyusunan RUK.

Tahap penyusunan RPK

Tujuan tahap ini adalah tersusunnya rencana operasional berupa rencana


pelaksanaan masing-masing kegiatan Puskesmas berupa Gantt Chart.
RPK berisi kegiatan, sarana, dana, tenaga yang dibutuhkan, jadwal waktu,
pembagian tugas dan tanggung jawab para pelaksana.
10) Tujuan diadakannya lokakarya mini
a Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
Meningkatkan kerjasama

antar

petugas

intern

Puskesmas,

termasuk

Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa


Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan

perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).


Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan

kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).


Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah
yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang

baru.
b Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan
untuk :
Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan

mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.


Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama

11) Permasalahan/ tantangan kesehatan


Mortilitas
Masalah kesehatan gizi masyarakat
Tingginya dispartilitas miskin-kaya
Keterbatasan di pelayanan kesehatan
Kurangnya peran antar lintas sector

Penduduk miskin yang belum terjangkau asuransi kesehatan


Tingginya konsumsi rokok
Rendahnyya sosio ekonomi dan pendidikan masyarakat

IV Membuat skema
Drg
Melani
Dipanggil
kepala
Dinkes

Pencapaian
program
dibawah target

Lokakarya
mini

PTP dibuat dengan


mencontoh tahun
lalu

Pustu tidak punya


data tentang
pencapaian
kesehatan

Bidan desa tidak


mengetahui
masalah yang
terjadi

Manajemen
kesehatan

Manajemen
puskesmas

V
1

Konsep
pelayanan
kesmas

Masalah kesmas

Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi

Menentukan Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang manajemen puskesmas

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep pelayanan kesehatan

masyarakat
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang masalah kesehatan
masyarakat

VI
VII

Mengumpulkan Informasi
Sintesa dan Uji Informasi yang Telah Diperoleh

LO 1 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


MANAJEMEN PUSKESMAS
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi
manajeman. Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan,
Pelaksanaan

dan

Pengendalian

tersebut

harus

dilaksanakan

secara

terkait

dan

berkesinambungan.
I

Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan atas
dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan.
1

Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib


Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap Puskesmas yakni Promosi
Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular serta Pengobatan. Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan

Puskesmas adalah :
a Menyusun usulan kegiatan
b Mengajukan usulan kegiatan
c Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
Puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkahlangkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas
mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan


b. Menyusun usulan kegiatan
c. Mengajukan usulan kegiatan
d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
II. Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan dan Pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta
penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya
kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan
pengendalian adalah sebagai berikut :
A. Pengorganisasian
Untuk

dapat

terlaksananya

rencana

kegiatan

Puskesmas

perlu

dilakukan

pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama,


pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh
petugas Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penetuan para
penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun
kegiatan
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral.
Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan yaitu penggalangan kerjasama
bentuk dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor
tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja dan penggalangan
kerjasama bentuk banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan sektor pendidikan, serta agama, sektor kecamatan pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah. Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat
dilakukan secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait dan secara tidak langsung yakni
dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan.
B. Penyelenggaraan
Setelah

pengorganisasian

selesai

dilakukan,

kegiatan

selanjutnya

adalah

menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para
pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan

kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat
diselenggarakannya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a

Mengkaji ulang rencana pelaksanan yang telah disusun terutama yang menyangkut
jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para

penanggungjawab dan pelaksanaan.


Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan

merata kepda seluruh petugas.


Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kendali
mutu dan kendali biaya merupakan 2 hal penting dalam penyelenggaraan Puskesmas.
Kendali mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah yang menyebabkan masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menerapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan. Sedangkan kendali biaya adalah upaya yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam


menetapkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk
pembiayaannya,

serta

memantau

pelaksanaannya

sehingga

terjangkau

oleh

masyarakat.
C. Penilaian
Kegiatan penilaiaan dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a

Melakukan penilaiaan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,


dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan Sumber data yang dipergunakan
pada penilaian dibedakan atas dua, berbagai sumber data lain yang terkait, yang
dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun Kedua, sumber data sekunder yakni data

dari hasil pemantauan bulanan dan triwulan.


Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian
serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.

III. Pengawasan dan Pertanggungjawaban


Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas
kesesuaian penyelengaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan

perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya


pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a

Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai
institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek adminstratif, keuangan dan
teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik
terhadap rencana, standar, peraturan perundangudangan maupun berbagai kewajiban
yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan
kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk
masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi penggantian Kepala
Puskesmas, maka Kepala Puskesmas yang lama diwajibkan membuat laporan
pertanggungjawaban masa jabatannya

LO 2 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


KONSEP PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Defenisi Pelayanan Kesehatan.
Defenisi pelayanan kesehatan cukup beragam pendapat dari para pakar. Salah satunya
yang disampaikan oleh Levey dan Loomba (1973). Beliau mengatakan bahwa pelayanan
kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan
ataupun masyarakat.
Sesuai dengan batasan yang seperti ini, segera dipahami bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini amat
ditentukan oleh :
1. Perorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan pemeliharaan kesehatan,


peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan,
atau kombinasi dari padanya.
3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun
untuk masyarakat secara keseluruhan.
Secara umum yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, kelompok, keluarga ataupun masyarakat (Asrul Aswar, 1996)
Tiga faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan menurut azwar (1996).
Pertama, unsur masukan meliputi tenaga medis, dana dan sarana yang tersedia sesuai
kebutuhan. Kedua, unsure lingkungan meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen.
Ketiga, unsur proses meliputi tindakan medis dan tindakan non medis sesuai standar profesi
yang telah ditetapkan.
Sekalipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya namun jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas 2. bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
tersebut, jika dijabarkan dari pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah :
1. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memilihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
2.

Pelayanan kesehatan masyarakat


Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan

masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok
dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan dalam bagan .
1.

Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat dilihat dari
rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan pada table .1.
Perbedaan pelayanan kedokteran dengan pelayanan kesehatan masyarakat
PELAYANAN KEDOKTERAN

PELAYANAN

KESEHATAN

MASYARAKAT

Tenaga

pelaksananya

terutama

adalah dokter

Perhatian

adalah ahli kesmas


utamnya

pada

penyembuhan penyakit

Sasaran

Tenaga tenaga pelaksananya terutama

utamnya

Perhatian utamnya pada pencegahan

penyakit penyakit
adalah

Sasaran utamnya adalah masyarakat

perseorangan atau keluarga

keseluruhan

Kurang memperhatikan efisiensi

Tidak boleh menarik perhatian

karena bertentangan dengan etik dokter

Penghasilan diperoleh dari imbal

jasa

penderita

kesehatan

dan

bahkan

saingan.

Masalah

sederhana.

dan

didukung

dengan

Penghasilan merupakan gaji dari

pemerintah
Bertanggung jawab kepada seluruh

masyarakat

mendapat

administrasi

masyarakat

undang-undang

Tidak dapat memonopoli upaya

perhatian

Menjalankan fungsi mengorganisir

masyarakat

Bertanggung jawab hanya pada

Menarik

misalnya penyuluhan masyarakat

Menjalankan fungsi perseorangan

dan terikat dengan undang-undang

Selalu memperhatikan efisiensi

Dapat memonopoli upaya kesehatan


Menghadapi

sangat kepemimpinan.

berbagai

persoalan

Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan


Sekalipun

pelayanan

kedokteran

berbeda

dengan

pelayanan

kesehatan

masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik,
keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud ialah :
1.

Tersedia dan berkesinambungan


Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan

tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan


(continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakakt adalah setiap saat yang
dibutuhkan.
2.

Dapat diterima dengan wajar


Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima

(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate) artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3.

Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai

(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari
sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan
yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.

Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau

(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari
sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5.

Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality).

Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah di tetapkan.

LO 3 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan di Indonesia yang Disebabkan Perilaku Kesehatan
Ini adalah masalah kesehatan di Indonesia yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
sehingga membuat prilaku masyarakat kurang menghargai kesehatan. Oleh karenanya,
proses terbentuknya pola hidup sehat harus ditunjang dengan pengetahuan yang didapat dari
pendidikan kesehatan.
Masalah Kesehatan Lingkungan
Ini merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang sering ditemui. Masalah ini
terdiri dari kesehatan lingkungan tempat tinggal dan penyediaan air bersih. Selain itu,
masalah kesehatan ini juga meliputi pengelolaan sampah serta pengolahan makanan.
Petugas Kesehatan
Ini meliputi tenaga medis seperti keperawatan dan paramedis baik non keperawatan
ataupun administrasi medis. Masalah kesehatan di Indonesia tentang petugas kesehatan
biasanya terletak pada masyarakat yang sulit untuk menerima pelayanan kesehatan secara
maksimal. Hal ini terjadi karena petugas yang profesional masih terbilang kurang serta
keberadaannya tidak merata.
Pelayanan Kesehatan
Kesehatan yang maksimal untuk masyarakat bisa dihasilkan jika pelayanan
kesehatannya cukup bagus. Tetapi sayangnya pelayanan kesehatan profesional seperti
ketersediaan sumber daya baik petugas kesehatan, bangunan dan sarana pendukung lainnya

masih dirasa kurang untuk saat ini sehingga ada beberapa golongan masyarakat yang belum
mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Permasalahan di bidang kesehatan melliputi:
1

Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

kecamatan dan perdesaan.


Mobilitas penduduk yang cukup tinggi.
Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah.
Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah.
Keterbatasan pelayanan kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya
Masih rendahnya kinerja SDM kesehatan
Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal.
Status kesehatan penduduk miskin masih rendah, dimana penyakit infeksi yang
merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita lebih sering terjadi pada

penduduk miskin
13 Penduduk miskin belum terjangkau oleh sistem jaminan atau asuransi kesehatan
Masalah di puskesmas:
1
2

Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas


Beban kerja puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

3
4

atau Kota terlalu berat


Sistem manajemen puskesmas dengan berlakunya prinsip otonomi perlu disesuaikan
Puskesmas dan daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai tidak

sesuai lagi dengan era desentralisasi


Proses pencapaian tujuan Puskesmas. Dalam hal ini pemimpin dituntut melaksanakan
fungsi

manajemen,

seperti

perencanaan,

pengorganisasian,

penggerakkan

pelaksanaan, pengawasan/pembimbingan, dan evaluasi. Namun masih ada beberapa


kepala puskesmas belum optimal dalam melakukan fungsi manajemen ini. Dapat
dilihat bahwa petugas baik medis maupun non medis yang berada di puskesmas
tersebut tidak ada saat kejadian. Hal tersebut menandakan bahwa proses
pengorganisasian (organization) dan penggerakan pelaksanaan (actuating) dalam
pelaksanaan manajemen belum optimal. Organization dan actiuating merupakan
proses menghimpun sumber daya dalam hal ini manusia yang dimiliki puskesmas dan
pembimbingan kepada petugas puskesmas agar mereka mampu dan mau bekerja
secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Karena kurangnya pembimbingan kepala puskesmas

kepada pegawai puskesmas memungkinkan pegawai malas dalam melaksanakan


tugasnya. Selain itu proses pengawasan (Controlling) terhadap pegawai maupun
sumber daya yang ada juga belum dilaksanakan oleh kepala puskesmas dengan baik.
Global Public Health:
1
2
3

Penyakit menular: Malaria, TBC, Polio, Campak, cacar


Penyakit Pandemik: SARS, demam berdarah, HIV/AIDS, FLU
Perubahan lingkungan global: perubahan iklim cuaca buruk, pemanasan global,

4
5
6
7

badai dan topan


Alam dan bencana buatan manusia
Gaya hidup dan adiktif penyakit: Tembakau, narkotika, penyalahgunaan narkoba
Kekerasan: Terorisme dan bioterorisme
Kecelakaan lalu lintas
Ada 7 faktor pokok yang menyebabkan derajat kesehatan masyarakat rendah, yang

antara lain :
Pertama : Ketimpangan derajat disparitas kesehatan.
Berdasar data-data yang ada, secara umum, status kesehatan dan gizi masyarakat
Indonesia telah mengalami peningkatan walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan
status kesehatan di negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Ketimpangan
derajat kesehatan masyarakat terlihat pada antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan
antar perkotaan-pedesaan (Bappenas, 2007). Angka kematian balita %til golongan termiskin
menunjukkan 4 kali lebih tinggi yaitu 61 dibandingkan dengan 17 /1000 kelahiran pada
kelompok terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih
tinggi pada tingkat pendidikan rendah, di pedesaan, dan kawasan bagian timur Indonesia.
Selain itu, cakupan imunisasi dasar bagi anak balita dari penduduk golongan miskin lebih
rendah dibanding golongan kaya. Tingginya kematian anak dan balita yang berstatus gizi
kurang dan buruk di daerah pedesaan relatif lebih tinggi dibanding anak perkotaan.
Sedangkan kematian ibu yang tinggi dikarenakan masih rendahnya persalinan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih. Hal ini semua dikarenakan oleh berbagai hal yaitu selain penduduk
miskin lebih rentan terhadap berbagai infeksi seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum, juga
karena berbagai komplikasi lain serta karena penyakit tuberkulosis paru, malaria dan
HIV/AIDS yang lebih banyak diderita oleh penduduk miskin.
Akses pelayanan kesehatan yang rendah ini disebabkan karena kendala geografis,
psikologis, dasar indikator angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, usia harapan hidup
dan prevalensi gizi kurang.
Kedua : Masalah double burden of diseases.

Pergeseran pola penyakit infeksi seperti tuberculosis paru, ISPA, malaria, diare dan
penyakit kulit menjadi penyakit jantung & pembuluh darah , diabetes mellitus (DM) dan
kanker, telah menyebabkan terjadinya polarisasi penyakit ( BPS, 2006). Penyakit tidak
menular tersebut telah menduduki urutan ke 5 besar penyakit terbanyak di Indonesia
( Kosen 2004). Selain itu, penyakit baru ( emerging diseases) seperti demam berdarah
(DBD), HIV dan AIDS, Chikungunya dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) mulai
bermunculan. Polarisasi penyakit tersebut menjadikan beban ganda dalam waktu yang
bersamaan (double burden), disertai meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan
struktur umur penduduk yang bergeser ke usia produktif dan lanjut menyebabkan terjadinya
tuntutan perubahan jumlah dan jenis pelayanan kesehatan masyarakat (Wilopo, 1994).
Ketiga : Rendahnya upaya pencegahan dan perilaku hidup sehat.
Masalah kesehatan masyarakat Indonesia sebenarnya dapat dicegah secara teoritis
atau diintervensi dengan upaya sederhana dan terjangkau, namun kenyataannya berbagai
masalah masih muncul akibat rendahnya pelayanan pencegahan kesehatan (Wilopo, 2006).
Oleh karena itu , upaya peningkatan pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok
dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Rendahnya upaya peningkatan
pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok dapat dilihat dari berbagai indikator
seperti angka imunisasi lengkap, angka anak diare, angka pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan , angka penemuan kasus TB baru ( Case Detection Rate). Cakupan imunisasi
lengkap untuk umur 12 23 bulan ternyata baru mencapai 58%, dengan variasi antara 23.7%
di Papua Barat dan 93,8% di DIY (BPS, 2008).
Perilaku masyarakat yang tidak sehat lainnya adalah tingginya kebiasaan merokok
yaitu sebesar 32 % (BPS, 2006). Angka penduduk di bawah usia 20 tahun yang mulai
merokok sebesar 60% tahun 1995 menjadi 68% tahun 2001.
Keempat : Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi
dasar. Pada tahun 2007, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air bersih
baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63.5%
(DepKes, 2007).
Kelima : Masih rendahnya keterjangkauan pemerataan dan kualitas pelayanan
kesehatan.
Hampir di semua kabupaten/Kota telah memiliki RS Pemerintah, namun kualitas
pelayanan sebagian besar masih rendah, yang berakibat banyak anggota masyarakat kurang
puas terhadap mutu pelayanan RS dan Puskesmas. Ketidak puasan terutama dikarenakan
lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu (DepKes, 2008).

Keenam : Mahalnya harga obat.


Berbagai suplemen dan obat-obatan dan makanan semakin banyak di pasaran yang
dijual bebas. Masyarakat membutuhkan pelayanan dalam menjamin kualitas obat dan
makanan yang beredar dan dikonsumsi. Karena sebagai dampak globalisasi yang terkait
perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat, menjadi semakin rentan akibat konsumsi
obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan dan mutu dan keamanan ( BPOM,
2009). Pendidikan tentang bahaya penggunaan obat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat perlu dilakukan terus menerus. Suplemen makanan yang tidak
mempunyai EBM harus ditarik dari peredaran.
Ketujuh : Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang tidak merata.
Indonesia membutuhkan kecukupan tenaga kesehatan di semua aspek. Pada tahun
2007 diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 7,7 dokter umum, 2.7
dokter gigi, 3.0 dokter spesialis dan 8.0 bidan . Sedangkan Tenaga Kesehatan Masyarakat per
100.000 penduduk baru dilayani oleh 0.5 Sarjana Kesehatan Masyarakat, 1.7 Apotheker, 6.6
ahli gizi, 0.1 tenaga epidemiologi, 4.7 tenaga sanitasi (Giatno 2008).
Keterbatasan ini diperburuk dengan ketidak merataannya tenaga kesehatan misalnya
sebanyak 2/3 tenaga kesehatan berada di pulau Jawa. Bagaimana dengan tuntutan
masyarakat kepada fasilitas pelayanan dengan standar global? Hal ini memerlukan kebijakan
yang mendalam dari berbagai stakeholders terkait.

Prinsip Pemecahan Masalah Kesehatan


1

METODE HANLON
Meode yang memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan
dengan yang relative, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini juga bisa disebut sebagai Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS).
Metode ini memiliki 3 tujuan utama:
Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengindentifikasi faktor-faktor

eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas.


Untuk mengorganisasi factor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot

relative satu sama lain


Memungkinkan factor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan dinilai secara individual.

DIAGRAM FISHBONE
Penggunaan:

Melakukan identifikasi penyebab masalah


Mengkategorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang

sistematik
Mencari akar penyebab masalah
Menjelaskan hubungan sebab-akibat suatu masalah

Pedoman pelaksanaan:

Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data


Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau

diupayakan dapat diukur


Dalam diagram tulang ikan, factor-faktor yang terkendali sedapat mungkin

seimbang peranan atau bobotnya


Factor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapat diperbaiki, bukan

yang tidak mungkin dapat diperbaiki atau diselesaikan


Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil.
Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan
diagram tulang ikan

Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam
menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6

Menyiapkan sesi sebab-akibat


Mengidentifikasi akibat
Mengidentifikasi berbagai kategori
Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Kelebihan diagram tulang ikan:

Lebih terstruktur
Mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara yang

sistematik
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang berlaku atau
yang baru

Kekurangan diagram tulang ikan:

Tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus
didukung data

POHON MASALAH
Kekurangan pohon masalah:

membutuhkan waktu yang banyakdan jika msalah semakin kompleks akan lebih sulit
dalam menentukan penyebab masalah
Proses pelakasanaan pohon masalah:
Membuat kerangka pohon masalah
Menentukan masalah yang akan dianalisis
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD atau

Brainstorming
Dengan cara yang sama dengan langkah 4, dilakukan analisis penyebab masalah
sampai tidak terjawab pertanyaan, atas apa yang menjadi penyebab tersebut melalui
proses FGD maupun Brainstorming

Memilih masalah inti:


Sebelum melakukan analisa masalah,pastikan orang yang terlibat dengan suatau

permasalahan terlibat dalam perumusan masalah


Tulis rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dianggap sebagai titik pusat

dari masalah yang ada sekarang


Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu
maslah paling inti. Masalah inti tidak harus berarti maslah paling penting karena ia

hanya berfungsi sebagai titik awal dari pembuatan pohon masalah.


Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh dlam

wilayah, cocok menjadi masalah inti


Jika kelompok tidak dapat menyetujui maslah inti, pilihlah secara tantaive satu masalah
dan lanjutkan bekerja.
Membuat pohon masalah:
a
b

Setelah mentapkan maslah inti, letakkan kartu di dinding atau papan tulis
Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negative yang merupakan penyebab

langsung dari masalah inti tersebut.


Tamabahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga

membentuk sebuah pohon (pohon masalah)


Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah inti

diatasnya
Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelasaikan bagian

f
g
h

atas dari pohon


Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat permasalah
Tunjukkan semua hubungan seba-akibat yang utama dan penting dengan tanda panah
Sambil menyelesaikan pohon masalah, periksa diagram secara keseluruhan dan
periksa penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat, dan
kelengkapannya.

Langkah-langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan
terinci dengan akar yang diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari maslah
tersebut.
4

BRAINSTORMING (CURAH PENDAPAT)


Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi maslah, menentukan
penyebab masalah dan mencari cara pemecahan masalah, merupakan metoda yang digunakan
untuk meggali ide atau pemikiran yang baru secara efektif melibatkan seluruh kelompok.
Kelebihan metoda brainstorming:
Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan cepat
Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh
Dapat digunakan bila tidak punya data sekunder
Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat
Kekurangan:
Tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar dan ada resiko terjadinya
subyektifitas yang sangat besar bila tidak ditunjang dengan data-data yang ada.
Manfaat:

Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ide untuk menentukan masalah,
identifikasi masalah, prioritas masalah serta mengajukan alternative pemecahan

masalah
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru dari sekelompok orang dalam waktu

singkat dengan menggunakan 2 kemampuan (kreatif dan intuitif)


Memberikan kesempatan pada semua angota kelompok untuk memberikan
konstribusi dan keterlibatan dalam memecahkan masalah.

METODE DELPH
Metode delphy adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menetukan
indicator, parameter, dll. yang reliable dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari
orang-orang yang ahli dibidangnya, yaitu dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh
ekspertis atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil
kuisioner direview oleh piahak fasilitator atau peniliti untuk dibuat summary,
dikelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi
yang sama untuk direview, direvisi, dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang
berulang.
Delph technique yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk

mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan


adalah prioritas masalah yang dicari.
Langkah-langkah metode delphy:
Tentukan periode waktu
Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapat
Tentukan apa saja yang akan didefine
Tentukan ahlinya
Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
Review literature oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iterative bersama ekspertif
Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun

pemeringkatan
Menyepakati hasil diskusi dan feedback.

DELBECH TECHNIQUE
Pada metode ini penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.

NOMINAL GROUP TECHNIQUE


NGT adalah suatu metode untuk mencapai consensus dalam suatu kelompok, dengan cara
mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta, yang kemudian memberikan voting dan ranking
terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah ide yang paling besar skornya,
yang berarti merupakan consensus bersama.
NGT adalah salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambilan keputusan
terbaik. Dalam quality manajemen, metode ini dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai
dari mencari solusi permsalahan, hingga memilih ide pengembangan yang baru.
NGT dapat diimplementasikan ketika membutuhkan consensus dari tim, sementara tim
punya pendapat dan perspektif yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut. Jika butuh
consensus yang cepat, NGT juga cocok dibandingkan dengan brainstorming yang
memakan waktu lebih lama.
Keunggulan:
Menghasilkan ide yang lebih banyak dibandingkan dengan diskusi biasa
Menyeimbangkan peran masing-masing individu, membatasi dominasi dari orang

yang punya pengaruh dalam kelompok


Menghilangkan persaingan dalam kelompok dan tekanan untuk konformitas
Mendorong peserta untuk menyelesaikan masalah dengan konstruktif problem solving
Tiap peserta dapat memberikan prioritas idenya secara independen dan tertutup

Kelemahan:

Membuthkan persiapan
Hanya memfasilitasi untuk pencapaian satu tujuan saja
Satu pertemuan hanya membahas satu topic
Diskusi hanya terbatas, tidak seperti brainstorming yang menstimulasi perkembangan
dari ide-ide

Anda mungkin juga menyukai