BLOK 11 MODUL 2
Kelompok 2
Tutor
Ketua
(1311412005)
Sekretaris Meja :
(1311412016)
Sekretaris Papan :
Anggota
An Nisaa Amelia
(1311411001)
Intan Neira
(1311411006)
Febrina Rahmadani
(1311411015)
Siti Rahmah
(1311411025)
(1311411033)
Redha Fauzana
(1311412026)
Atika
(1311412030)
(1010343004)
MODUL 2
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT
Skenario 2 :
Kinerja????
Drg. Melani sebagai pimpinan puskesmas yang baru, dipanggil kepala dinas
kesehatan karena hasil penilaian kinerja puskesmas pencapaian programnya dibawah target
yang sudah ditetapkan seperti K4 Ibu hamil 43%,cakupan imunisasi 65% .
Di puskesmas Drg. Melani mengadakan lokakarya mini membahas pencapaian
program puskesmas. Dari hasi yang lokakarya mini diketahui bahwa PTP dibuat dengan
mencontoh yang tahun lalu. Petugas puskesmas pembantu tidak mempunyai data mengenai
pencapaiannya. Bidan desa tidak tahu masalah apa yang terjadi di daerah binaanya.
Ternyata Puskesmas belum membuat perencanaan berdasarkan masalah yang ada.
Dapatkah saudara menjelaskan mengenai Manejemen Puskesmas?
Seven Jumps
I
II
Menentukan Masalah
1) Apa saja struktur organisasi yang ada di puskesmas?
2) Apa saja fungsi pelayanan dari puskesmas?
3) Program apa saja yang ada di puskesmas?
4) Apa saja manfaat dari manajemen puskesmas?
5) Apa manfaat dari penilaian kinerja di puskesmas?
6) Bagaimana cara penilaian kinerja puskesmas?
7) Apa saja penyebab terjadinya pencapaian program puskesmas yang di bawah
target?
8) Apa tujuan dari PTP?
9) Bagaimana prosedur pembuatan PTP?
10) Apa tujuan diadakannya lokakarya mini?
11) Apa saja contoh permasalahan/ tantangan kesehatan selain yang ada di skenario?
III
Menganalisa masalah
depannya
Mengetahui banyak dana yang dibutuhkan
5) Manfaat dari penilaian kinerja di puskesmas yaitu untuk mengetahui sejauh mana
puskesmas menjalankan program- programnya, sesuai dengan target atau tidak.
6) Cara penilaian kinerja puskesmas
Berdasarkan kinerja program (dasar dan inovasi )
Berdasarkan pelaksanaan manajemen
Berdasarkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas
Cara Penilaian : dihitung sesuai dengan hasil pencapaian Puskesmas dan dimasukkan
ke dalam kolom yang sesuai. Hasil nilai skala di masukkan ke dalam kolom nilai akhir
tiap variable Hasil rata rata dari penjumlahan nilai variabel dalam manajemen
merupakan nilai akhir manajemen Hasil rata-rata dikelompokkan menjadi:
a
b
c
Baik
Cukup
Kurang
Tujuan pada tahap ini adalah untuk memahami permasalahan operasional Puskesmas
yang perlu ditanggulangi. Kegiatan tahap ini adalah mengidentifikasi masalah,
penamaan dan penetapan prioritas masalah.
Tujuan tahap ini adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana penyelesaian
masalah. Pada tahap ini perlu pelaksanaan 3 (tiga) kegiatan sebagai berikut :
a. Identifikasi penyebab masalah.
b. Perumusan pendekatan pemecahan masalah.
c. Penyusunan RUK.
antar
petugas
intern
Puskesmas,
termasuk
baru.
b Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan
untuk :
Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
IV Membuat skema
Drg
Melani
Dipanggil
kepala
Dinkes
Pencapaian
program
dibawah target
Lokakarya
mini
Manajemen
kesehatan
Manajemen
puskesmas
V
1
Konsep
pelayanan
kesmas
Masalah kesmas
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
masyarakat
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang masalah kesehatan
masyarakat
VI
VII
Mengumpulkan Informasi
Sintesa dan Uji Informasi yang Telah Diperoleh
dan
Pengendalian
tersebut
harus
dilaksanakan
secara
terkait
dan
berkesinambungan.
I
Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan atas
dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan.
1
Puskesmas adalah :
a Menyusun usulan kegiatan
b Mengajukan usulan kegiatan
c Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
Puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkahlangkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas
mencakup hal-hal sebagai berikut :
dapat
terlaksananya
rencana
kegiatan
Puskesmas
perlu
dilakukan
pengorganisasian
selesai
dilakukan,
kegiatan
selanjutnya
adalah
menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para
pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan
kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat
diselenggarakannya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a
Mengkaji ulang rencana pelaksanan yang telah disusun terutama yang menyangkut
jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para
serta
memantau
pelaksanaannya
sehingga
terjangkau
oleh
masyarakat.
C. Penilaian
Kegiatan penilaiaan dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a
Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai
institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek adminstratif, keuangan dan
teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik
terhadap rencana, standar, peraturan perundangudangan maupun berbagai kewajiban
yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan
kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk
masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi penggantian Kepala
Puskesmas, maka Kepala Puskesmas yang lama diwajibkan membuat laporan
pertanggungjawaban masa jabatannya
masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok
dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan dalam bagan .
1.
Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat dilihat dari
rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan pada table .1.
Perbedaan pelayanan kedokteran dengan pelayanan kesehatan masyarakat
PELAYANAN KEDOKTERAN
PELAYANAN
KESEHATAN
MASYARAKAT
Tenaga
pelaksananya
terutama
adalah dokter
Perhatian
pada
penyembuhan penyakit
Sasaran
utamnya
penyakit penyakit
adalah
keseluruhan
jasa
penderita
kesehatan
dan
bahkan
saingan.
Masalah
sederhana.
dan
didukung
dengan
pemerintah
Bertanggung jawab kepada seluruh
masyarakat
mendapat
administrasi
masyarakat
undang-undang
perhatian
masyarakat
Menarik
sangat kepemimpinan.
berbagai
persoalan
pelayanan
kedokteran
berbeda
dengan
pelayanan
kesehatan
masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik,
keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud ialah :
1.
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate) artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3.
Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari
sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan
yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.
Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari
sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5.
Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah di tetapkan.
masih dirasa kurang untuk saat ini sehingga ada beberapa golongan masyarakat yang belum
mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Permasalahan di bidang kesehatan melliputi:
1
Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
penduduk miskin
13 Penduduk miskin belum terjangkau oleh sistem jaminan atau asuransi kesehatan
Masalah di puskesmas:
1
2
3
4
manajemen,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakkan
4
5
6
7
antara lain :
Pertama : Ketimpangan derajat disparitas kesehatan.
Berdasar data-data yang ada, secara umum, status kesehatan dan gizi masyarakat
Indonesia telah mengalami peningkatan walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan
status kesehatan di negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Ketimpangan
derajat kesehatan masyarakat terlihat pada antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan
antar perkotaan-pedesaan (Bappenas, 2007). Angka kematian balita %til golongan termiskin
menunjukkan 4 kali lebih tinggi yaitu 61 dibandingkan dengan 17 /1000 kelahiran pada
kelompok terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih
tinggi pada tingkat pendidikan rendah, di pedesaan, dan kawasan bagian timur Indonesia.
Selain itu, cakupan imunisasi dasar bagi anak balita dari penduduk golongan miskin lebih
rendah dibanding golongan kaya. Tingginya kematian anak dan balita yang berstatus gizi
kurang dan buruk di daerah pedesaan relatif lebih tinggi dibanding anak perkotaan.
Sedangkan kematian ibu yang tinggi dikarenakan masih rendahnya persalinan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih. Hal ini semua dikarenakan oleh berbagai hal yaitu selain penduduk
miskin lebih rentan terhadap berbagai infeksi seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum, juga
karena berbagai komplikasi lain serta karena penyakit tuberkulosis paru, malaria dan
HIV/AIDS yang lebih banyak diderita oleh penduduk miskin.
Akses pelayanan kesehatan yang rendah ini disebabkan karena kendala geografis,
psikologis, dasar indikator angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, usia harapan hidup
dan prevalensi gizi kurang.
Kedua : Masalah double burden of diseases.
Pergeseran pola penyakit infeksi seperti tuberculosis paru, ISPA, malaria, diare dan
penyakit kulit menjadi penyakit jantung & pembuluh darah , diabetes mellitus (DM) dan
kanker, telah menyebabkan terjadinya polarisasi penyakit ( BPS, 2006). Penyakit tidak
menular tersebut telah menduduki urutan ke 5 besar penyakit terbanyak di Indonesia
( Kosen 2004). Selain itu, penyakit baru ( emerging diseases) seperti demam berdarah
(DBD), HIV dan AIDS, Chikungunya dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) mulai
bermunculan. Polarisasi penyakit tersebut menjadikan beban ganda dalam waktu yang
bersamaan (double burden), disertai meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan
struktur umur penduduk yang bergeser ke usia produktif dan lanjut menyebabkan terjadinya
tuntutan perubahan jumlah dan jenis pelayanan kesehatan masyarakat (Wilopo, 1994).
Ketiga : Rendahnya upaya pencegahan dan perilaku hidup sehat.
Masalah kesehatan masyarakat Indonesia sebenarnya dapat dicegah secara teoritis
atau diintervensi dengan upaya sederhana dan terjangkau, namun kenyataannya berbagai
masalah masih muncul akibat rendahnya pelayanan pencegahan kesehatan (Wilopo, 2006).
Oleh karena itu , upaya peningkatan pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok
dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Rendahnya upaya peningkatan
pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok dapat dilihat dari berbagai indikator
seperti angka imunisasi lengkap, angka anak diare, angka pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan , angka penemuan kasus TB baru ( Case Detection Rate). Cakupan imunisasi
lengkap untuk umur 12 23 bulan ternyata baru mencapai 58%, dengan variasi antara 23.7%
di Papua Barat dan 93,8% di DIY (BPS, 2008).
Perilaku masyarakat yang tidak sehat lainnya adalah tingginya kebiasaan merokok
yaitu sebesar 32 % (BPS, 2006). Angka penduduk di bawah usia 20 tahun yang mulai
merokok sebesar 60% tahun 1995 menjadi 68% tahun 2001.
Keempat : Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi
dasar. Pada tahun 2007, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air bersih
baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63.5%
(DepKes, 2007).
Kelima : Masih rendahnya keterjangkauan pemerataan dan kualitas pelayanan
kesehatan.
Hampir di semua kabupaten/Kota telah memiliki RS Pemerintah, namun kualitas
pelayanan sebagian besar masih rendah, yang berakibat banyak anggota masyarakat kurang
puas terhadap mutu pelayanan RS dan Puskesmas. Ketidak puasan terutama dikarenakan
lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu (DepKes, 2008).
METODE HANLON
Meode yang memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan
dengan yang relative, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini juga bisa disebut sebagai Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS).
Metode ini memiliki 3 tujuan utama:
Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengindentifikasi faktor-faktor
DIAGRAM FISHBONE
Penggunaan:
sistematik
Mencari akar penyebab masalah
Menjelaskan hubungan sebab-akibat suatu masalah
Pedoman pelaksanaan:
Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam
menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
Lebih terstruktur
Mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara yang
sistematik
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang berlaku atau
yang baru
Tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus
didukung data
POHON MASALAH
Kekurangan pohon masalah:
membutuhkan waktu yang banyakdan jika msalah semakin kompleks akan lebih sulit
dalam menentukan penyebab masalah
Proses pelakasanaan pohon masalah:
Membuat kerangka pohon masalah
Menentukan masalah yang akan dianalisis
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD atau
Brainstorming
Dengan cara yang sama dengan langkah 4, dilakukan analisis penyebab masalah
sampai tidak terjawab pertanyaan, atas apa yang menjadi penyebab tersebut melalui
proses FGD maupun Brainstorming
Setelah mentapkan maslah inti, letakkan kartu di dinding atau papan tulis
Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negative yang merupakan penyebab
diatasnya
Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelasaikan bagian
f
g
h
Langkah-langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan
terinci dengan akar yang diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari maslah
tersebut.
4
Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ide untuk menentukan masalah,
identifikasi masalah, prioritas masalah serta mengajukan alternative pemecahan
masalah
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru dari sekelompok orang dalam waktu
METODE DELPH
Metode delphy adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menetukan
indicator, parameter, dll. yang reliable dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari
orang-orang yang ahli dibidangnya, yaitu dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh
ekspertis atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil
kuisioner direview oleh piahak fasilitator atau peniliti untuk dibuat summary,
dikelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi
yang sama untuk direview, direvisi, dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang
berulang.
Delph technique yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
pemeringkatan
Menyepakati hasil diskusi dan feedback.
DELBECH TECHNIQUE
Pada metode ini penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
Kelemahan:
Membuthkan persiapan
Hanya memfasilitasi untuk pencapaian satu tujuan saja
Satu pertemuan hanya membahas satu topic
Diskusi hanya terbatas, tidak seperti brainstorming yang menstimulasi perkembangan
dari ide-ide