Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 15 MODUL 6

Kelompok 1

Tutor : drg. Delimona, SpKG

Ketua : Putri Dwi Amalia (1311412005)

Sekretaris Meja : Wira Putri Winata (1311412016)

Sekretaris Papan : Redha Fauzana (1311412026)

Anggota : Indah Assalam Gusmelia (1311411001)

Restu Angriani Suhendes (1311411023)

Dion Wahyuwiguna (1311411030)

Atika (1311412030)

Annisa Dwi Cantika (1311419009)

Alvinny Ganeshaputri (1311419022)

Muhammad Ikbal Ferdian (1110342040)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN 2015/2016


MODUL 6

PEMASANGAN DAN EVALUASI GTC JEMBATAN

Skenario 6 :

Jembatanku Patah..........

Ny Shilla (42 tahun) datang ke klinik Oke dengan keluhan gigi tempat melekatnya
gigi tiruan permanennya terasa ngilu saat minum atau makan makanan yang manis. Selain
itu, dia mengeluhkan jembatannya agak goyang saat makan, padahal baru dibuat setahun
yang lalu oleh tukang gigi. Dari pemeriksaan diketahui bahwa Ny Shilla menggunakan GTC
cantilever akrilik pada gigi 45 dan 46, yaitu gigi 45 sebagai abutment dan 46 sebagai
pontiknya. Pada gigi 45 terdapat karies pada tepi retainernya, gigi 15,16 mobility grade 1,
serta di daerah sekitar jembatan terdapat banyak kalkulus dan debris. Disamping itu, ternyata
konektor jembatan tersebut sudah patah sebagian.
Drg Ceka menyarankan agar dilakukan pembuatan GTC baru dengan penambahan
gigi 47 sebagai abutment, karena banyak sekali kesalahan pada jembatan yang lama,
termasuk oklusi yang tidak tepat. Drg Ceka juga menjelaskan sebelum jembatan yang baru
dipasang secara permanen, harus dievaluasi secara detil. Disamping itu, dia mengingatkan Ny
Shilla untuk menjaga OHnya dan rajin kontrol ke dokter gigi.
Bagaimana saudara menjelaskan permasalahan yang terjadi pada Ny Shilla?
Seven Jumps

I. Mengklarifikasi dan Mendefinisikan Terminologi


1) Mobility grade 1 : kegoyongan gigi, bergeser < 0,2 mm dalam horizontal
2) GTC cantilever : GTC yang terdiri dari 1 pontik dan 1 abutment

II. Menentukan Masalah


1) Apa yang menyebabkan GTC goyang saat makan dan minum?
2) Apa saja keluhan pasien pasca insersi GTC selain di skenario?
3) Apa saja penyebab kegagalan GTC?
4) Apa saja yang dievaluasi sebelum GTC dipasang?
5) Apa hubungan mobility dengan GTC cantilever?
6) Kenapa drg menyarankan dibuatkan GTC dan ditambahkan abutment?

III. Menganalisa masalah


1) Penyebab GTC goyang saat makan dan minum
Gigi 45 terdapat karies di retainer sehingga tidak adaptasi lagi
Kesalahan pada pontik gigi 46. Gigi 46 tidak boleh dibuatkan cantilever
Konektor sudah patah sebagian dan konektor yang dibuatkan hanya satu
Saat perforasi mungkin terjadi perforasi
Sementasi kurang (mungkin)

2) Keluhan pasien pasca insersi GTC selain di skenario

Karies sekunder
Gingivitis
Rasa tidak enak (gigi bergerak)
Rasa sakit pada otot sekitar TMJ
Oklusi menjauhi bidang oklusal
Resei gingiva
Prematur kontak

3) Penyebab kegagalan GTC


Preparasi terlalu mengerucut
Terdapat sisa- sisa semen pada GTC atau abtment
Retensi kurang
Retainer terlalu panjang
Desain salah atau tidak tepat
Proses lab tidak sempurna
Jumlah gigi yang aka diganti tidak sesuai hukum Ante

4) Hal yang dievaluasi sebelum GTC dipasang


Oklusi dari GTC
Artikulasi
Stabilisasi
Kesehatan rongga mulut
Overkontur atau underkontur dengan cara melewatkan sonde
Adaptasi gusi
Adaptasi jembatan harus masuk pada preparassi seluruhnya tanpa mendorong atau
menarik gigi penyangga

5) Hubungan mobility dengan GTC cantilever


GTC pada gigi 45 dan 46, mobility terdapat pada gigi 15 dan 16. Dalam hal ini terjadi
traumatik oklusi karena kontak prematur sehingga merusak gigi antagonisnya.

6) Alasan drg menyarankan dibuatkan GTC dan ditambahkan abutment

Kesalahan pada desain


Gigi abutment hanya 1 pada posterior
Dibuatkan kembali berdasarkan hukum ante
Adanya karies pada gigi 45
Membuat skema

Ny Shilla (42 tahun)

CC Pemeriksaan

- GTC pada 45 & 46 ngilu - GTC cantilever


- GTC goyang - Gigi antagonis mobility grade
1
- Kalkulus & debris pada
Intraoral
jembatan
- Konektor jembatan patah

Rencana Perawatan GTC baru dengan


abutment 47 & 45 (evaluasi)

Pertimbangan oklusi Pemasangan Kontrol & Kegagalan &


pada GTC GTC Pemeliharaan penanggulangan

IV. Menentukan Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pertimbangan oklusi pada
GTC
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemasangan GTC
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kontrol dan pemeliharaan
GTC
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kegagalan dan
penanggulangan GTC
V. Mengumpulkan Informasi
VI. Sintesa dan Uji Informasi yang Telah Diperoleh

LO 1 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


PERTIMBANGAN OKLUSI PADA GTC

Pemeriksaan oklusi merupakan hal yang penting dalam pembuatan GTC. Ada 2 tahap
pemeriksaan oklusi :

1. Sebelum dilakukan pembuatan GTC


2. Sebelum GTC dipasangkan

Pemeriksaan sebelum dilakukan pembuatan GTC


1. Ada tidaknya gangguan oklusi
Ekstrusi gigi antagonis dan tipping gigi tetangga. Jika hubungan oklusi baik, tanda- tanda
keausan tidak ada maka oklusal adjusment
2. Terdapat kontak prematur dan gangguan tonjol mahkota gigi, tetapi tidak terdapat keadaan
patologis.
Pada keadaan ini tidak perlu dilakukan occlusal adjusment, hanya GTC yang dibuat tidak
boleh memiliki bentuk oklusal yang dapat menyebabkan kontak prematur baru
3. Terdapat kontak prematur dan gangguan tonjol mehkota gigi yang mengakibatkan keadaan
patologis

Pemeriksaan sebelum pemasangan GTC


Ada 2 tahap pemeriksaan oklusi :
1. Pemeriksaan oklusi di lab
GTC pada model kerja, kemudian cek oklusi dengan kertas artikulasi
2. Pemeriksaan oklusi di klinik
Pemeriksaan di lab tidak menjamin keserasian hubungan antar gigi geligi

Pertimbangan morfologi pada GTC


GTC yang dibuat ukurannya harus mirip dengan gigi aslinya
Permukaan oklusal GTC harus mengikuti tonjol, fossa dan batas linggir gigi antagonis
Pada keadaan oklusi sentrik, puncak tonjol palatal (GTC atas) atau bukal (GTC
bawah) harus berkontak pada tengah-tengah fossa gigi antagonis
Tonjol mahkota yang rucing harus dikurangi
Tidak boleh ada kontak prematur baik dalam oklusi sentrik maupun relasi sentrik

Pertimbangan oklusal pad GTC


GTC yang dibuatkan tidak boleh mengganggu pergerakan mandibula
Pada pergerakan protrusif GTC yang dibuat tidak boleh mengganggu panduan gigi
protrusif
Pada keadaan rahang antagonis juga dibuatkan GTC, maka bidang oklusal dan kurva
spee dapat dibuat dengan kontak interkuspal yang baik

LO 2 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


PEMASANGAN GTC

Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru
backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih dahulu,
terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika
tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC,
ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika
evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan
facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi
pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:

Kecekatan (fitness/self retention)

GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak
jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang
berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

Marginal fitness & integrity

Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde halfmoon; apakah
ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi
servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi
servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan
panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.
Kontak proksimal

Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial
atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan
dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami
hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak
goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit
umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu
karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat
perubahan warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan
efek self cleansing pada daerah embrasurnya.

Penyesuaian oklusal

Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak


dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil
yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi
sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini
perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.

Estetika

Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa
kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada
bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi
harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi
tersebut.

Sementasi dan Insersi

Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer pada
GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam cairan mulut
sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat sementara ataupun
permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya berbeda tujuannya. Pemilihan
bahan sementasi didasarkan pada:
Besar beban kunyah

Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki compressive
strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak dikemudian hari dan dapat menyebabkan
lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko menimbulkan gaya ungkit makan bond
strength ke gigi juga harus baik.

Jumlah gigi penyangga

Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan semennya
perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk mencegah terjadinya pengerasan
yang terlalu awal sebelum gigi dipasangkan mengingat jumlah retainer yang akan disemen
banyak.

Keadaan gigi penyangga

Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka sementasi
dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang retentif semen perlu
punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila sifat gigi penyangga merupakan MT
pasak logam maka perlu menggunakan bahan semen yang dapat berikatan dengan baik
dengan logam.

Desain dan bahan gigi tiruan

Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC nantinya.
Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka tentunya semen harus memiliki
warna yang sebisa mungkin mirip dengan warna gigi, sedangkan untuk desain tertentu maka
semen harus punya tingkat kelarutan yang rendah.

Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi


penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan
dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang
mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus
dihindari oleh operator (Smith dan Howe, 2007).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum digunakan


antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.

Glass-Ionomer Cement
Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan
biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia. Terdiri atas bubuk
dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari karies. Saat pemasangan pastikan
gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena sifat semen yangwater-based. Apabila material
yang digunakan adalah logam logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu.
Sayangnya karena daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.

Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement)

Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga restorasi
tidak tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena memiliki komposisi resin
maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya semen ini digunakan pada retainer yang
menggunakan material akrilik atau porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell
crown).

Zinc Poly-Carboxylate Cement

Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan liquidnya akan
menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena reaksi dengan kalsium gigi dan
kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi
Pasak-Inti. Kekurangannya adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ
dengan span panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih
dibawah semen zinc-fosfat.

Zinc Phosphate Cement

Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih menjadi
pilihan utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan setting time yang
memadai. Semen ini juga punya pilihan warna sehingga tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH
semen ini rendah sehingga berisiko mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu
biasanya diberikan pelaps untuk proteksi pulpa dengancavity varnish

Prosedur sementasi adalah sebagai berikut:

1. Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol lalu keringkan
dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi penyanggan namun menggunakan
larutan antiseptik (jika alkohol dapat dehidrasi jaringan). Jika semen yang digunakan
bersifat asam, gig penyangga dapat terlebih dahulu dilapisi dengancavity varnish di daerah
dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium hidroksida.
2. Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan separator oil di dasar pontik
dan interdental untuk memudahkan pengambilan sisa semen yang berlebih.
3. Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di bagian dalam
retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah dan posisi yang benar.
Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk membuat semen mengalir dengan
baik dan mencegah adanya jebakan udara.

Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan ulangi lagi.
Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien dapat diminta untuk
menggigit dengan alat khusus sampai semen mencapai setting time. Buang sisa kelebihan
semen dengan sonde atau eksavator kecil dan menggunakan benang gigi di bagian interdental

LO 3 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


KONTROL DAN PEMELIHARAAN GTC

Evaluasi dilakukan setelah proses laboratorium. Evaluasi dilakukan di dalam mulut


pasien sebelum finishing dan cementing.

Urutan evaluasi :

1. Kontak proksimal
Lokasi, ukuran dan kekuatan kontak proksimal restorasi haruslah menyerupai gigi asli
Kontak jaringan terlalu rapat dan jangan terlalu renggang
2. Integritas marginal
Restorasi yang baik hendaklah beradaptasi dengan baik pada margin
Untuk mendeteksi internal kontak (dinding oklusal dan aksial) yang tidak diinginkan
adalah dengan disclosing waxes, acetic acid, water soluble paste khusus elastomer
Deteksi juga dapat dilakukan dengan menggerakkan eksplorer dari restorasi ke gigi dan
dari gigi ke restorasi untuk mengevaluasi adaptasi marginal
Subgingival margin dievaluasi pada model karena pemeriksaan klinis sulit dilakukan
dan supragingival margin diselesaikan di mulut pasien pada saat protesa sudah
terpasang pada gigi
3. Stabilitas
Restorasi akan stabil apabila pada saat diberi tekanan tidak pecah dan tidak berputar
Ketidakstabilan akan menyebabkan kegagalan pada saat berfungsi
Jika ketidakstabilan disebabkan oleh tonjolan- tonjolan maka dapat diperbaiki tapi
apabila ketidakstabilan ini karena distorsi maka harus dibuatkan yang baru
4. Oklusi
Setelah protesa berada pada posisi dan integritas marginal dengan stabilitas yang
diharapkan, maka kontak oklusi dengan gigi yang berlawanan dicek
Relasi statik dan dinamik dievaluasi
Penyesuaian relasi oklusi dilakukan dengan menggunakan kertas artikulasi
Restorasi keramik memerlukan evaluasi tambahan untuk mendapatkan persyaratan
estetik, biologik, dan mekanikal yaitu kontur dan tekstur permukaan
Ukuran, bentuk, posisi konektor perlu dievaluasi sebelum dilakukan sementasi
Kontak pontik terhadap jaringan, kebersihan mulut dan cara membersihkan

LO 4 : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


KEGAGALAN DAN PENANGGULANGAN GTC

Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat
ditemukan antara lain :
1. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung menjauhi
bidang oklusal.
2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasirtetainer yang
terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap sertaterbuka. Sebab lain, yaitu
terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu
sempit, pilihan tipe retainer yang salah,serta mahkota sementara yang merusajk atau
,mendorong gingival terlalulama.
3. Periodontitis jaringan pendukung
4. Konektor patah.
5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapatmenyebabkan
gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang
terlalu luas dan atau penimbunan sisa makananantara pontik dan retainer, tekanan yang
berlebih pada gingiva. Daerahservikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum
terbiasa.
6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas
secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi
tersebut diketahui dan dihilangkan. Jikatidak semua retainer lepas maka jembatan
dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu
dan kondisimemungkinkan
7. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan,luas permukaan
oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada
periodontium dan teknik pencetakan
8. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yan g
tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yangtersembunyi, rangsangan dari
semen serta terjadinya perforasi.
9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahuyang tidak
baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10. Kehilangan lapisan estetik
11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

Usaha Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan


Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan gigi tiruan jembatan adalah :
1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung
Pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko
terjadinya kegagalan gigi tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan acuan utama
untuk menentukan distribusi jumlah gigi yang tepat pada gigi tiruan jembatan, idealnya
dua pendukung digunakan untuk satu pontik yang terletak pada ujung-ujungnya.
2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya
3. Pasien menjaga oral hygiene dengan baik agar tidak ada akumulasi plak
4. Aplikasi bahan pelapis lunak
5. Pemakaian stres absorbing elemen
6. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan
berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan implant.
Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk
kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada
pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai