Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016


PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
MODUL

: SEDIMENTASI

PEMBIMBING

: Ir. Dwi Nirwantoro Nur, MT.

Praktikum : 23 November 2015


Penyerahan: 30 November 2015
(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: II

Nama

: 1. Rizwan Firzatulloh

Kelas

131411049

2. Sidna Kosim Amrulah

131411052

3. Wina Septiyanti

131411056

4. Rahmi Harlen F

131411060

: 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Air merupakan salahsatu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Air memiliki syarat dari
segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas agar dapat digunakan. Air bersih adalah air yang dapat
dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk melakukan aktivitas sehari-hari maupun untuk
dikonsumsi setelah dimasak.
Secara kualitatif, air yang tersedia harus memenuhi syarat kesehatan yang dapat ditinjau
dari aspek fisika, kimia, dan biologi. Persyaratan kualitatif air bersih terdapat dalam Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990, yaitu:
a)

Syarat-syarat fisik
Air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa, suhu air bersih sebaiknya
sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 oC (apabila terjadi perbedaan maka batas yang

b)

diperbolehkan adalah 25oC 3oC).


Syarat-syarat kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia air bersih antara lain: pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng

c)

(Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.


Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit yang mengganggu
kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau

d)

Fecal coli dalam air.


Syarat-syarat radiologis
Air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

Persyaratan kuantitas air bersih ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia.
Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang ada. Persyaratan kuantitas juga dapat
ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah
kebutuhan air bersih.
Persyaratan kontinuitas air bersih dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24
jam setiap hari atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air selalu tersedia.
Perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kualitas air bersih
sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara sederhana maupun modern.
Salah satu cara proses pengolahan air secara fisik adalah sedimentasi. Sedimentasi
merupakan salah satu cara yang ekonomis untuk memisahkan padatan dari suatu
suspensi, bubur atau slurry. Proses pemisahan ini merupakan salah satu jenis operasi
yang banyak digunakan di industri kimia dalam pengolahan air baku serta pengolahan
limbah. Sedimentasi bertujuan untuk memisahkan padatan dari cairan dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi. Proses flokulasi dan
koagulasi dapat dilakukan sebelum proses sedimentasi untuk mempercepat proses
pengendapan. Presipitasi secara kimia mampu memberikan efisiensi pemisahan total
padatan tersuspensi sekitar 80-90%, penghilangan BOD 40-70 %, penghilangan COD
30-60%, dan penghilangan mikroba/bakteri sebesar 80-90%.
1.2

Tujuan Praktikum
-

Menentukan pengaruh waktu sedimentasi terhadap nilai kekeruhan dan efisiensi

bak sedimentasi.
Menentukan pengaruh laju alir terhadap nilai kekeruhan.
Menentukan pengaruh laju alir terhadap efisiensi bak sedimentasi.
Menentukan pengaruh laju alir terhadap TSS.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dari cairan (slurry) menggunakan
pengendapan secara gravitasi dengan cara mengendapkan dan memisahkan partikel secara
alami berdasarkan perbedaan densitas untuk memisahkan suspended solid dari air.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir unit sedimentasi.
Proses sedimentasi biasanya dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang
bertujuan untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat
mengendap dalam waktu singkat.
Koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia (koagulan) ke dalam cairan
yang akan diolah membentuk gumpalan (flok). Sedangkan Flokulasi merupakan proses
penggumpalan yang disertai pengadukan untuk mempercepat pembentukan flok sehingga
dapat dipisahkan dengan cara sedimentasi. Proses sedimentasi ini disebut sedimentasi
sekunder atau sedimentasi partikel flokulan, yaitu sedimentasi partikel dimana partikel
mengalami interaksi dengan partikel lainnya sehingga terjadi penggabungan antar partikel
yang mempercepat kecepatan sedimentasi.

2.2 Clarifier Lamella


Clarifier Lamella adalah tangki yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dengan
air hasil pengolahan melalui Lamella Plate. Lamella plate ini disusun secara vertikal
dengan sisi kemiringan 30 derajat untuk menahan partikulat yang terbawa oleh air. Aliran
masuk terdapat di sisi kiri Plate. Sedangkan aliran keluar terdapat disisi kanan.

Outlet
Inlet

Zona Pengendapan

Ruang Lumpur

Gambar 2.1. Bak Sedimentasi dengan Plate Lamella di Lab. PLI

Bagian-bagian dari bak sedimentasi:


a.
b.
c.
d.

Inlet: tempat air umpan masuk ke dalam bak.


Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.
Ruang lumpur: tempat lumpur mengendap sebelum diambil ke luar bak.
Outlet: tempat di mana air hasil sedimentasi akan keluar dari bak sedimentasi.

2.3 Efisiensi Bak Sedimentasi


Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
a. Memperluas bidang pengendapan.
b. Penggunaan baffle pada bak sedimentasi.
c. Mendangkalkan bak.
d. Pemasangan plat miring.
2.4 Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi-flokulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel halus yang
berfungsi untuk memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang tidak dapat mengendap
secara gravitasi di dalam air menjadi partikel yang dapat mengendap. Partikel-partikel
tersebut kemudian dihilangkan melalui proses sedimentasi. Hal ini karena partikel
tersebut lebih berat dan lebih besar melalui proses fisika-kimia dengan penambahan
koagulan sehingga dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi.
Proses koagulasi adalah penambahan koagulan untuk mengikat kotoran atau
memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk gumpalan.
Sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah larutan polimer untuk memperbesar
gumpalan sehingga relatif mudah untuk diendapkan
Pemilihan zat koagulan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
jumlah dan kualitas air yang akan diolah, kekeruhan air baku serta sistem pembuangan
lumpur endapan. Beberapa bahan koagulan yang sering digunakan yaitu:

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Tawas/Aluminium Sulfat/Alum Al2(SO4)3.18 H2O


Ammonia Alum
Natrium Aluminat
Fero Sulfat
Feri Sulfat
Chlorinated Copperas
Fero Chlorida
Feri Chlorida
Poli Aluminium Chlorida (PAC)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat yang digunakan

Nama
Tangki penampung air
Tangki Koagulasi + Pengaduk
Tangki Flokulasi + Pengaduk
Bak sedimentasi
Turbidity meter
pH meter
Ember
Gelas Ukur
Gelas Kimia
Gelas Kimia
Spatula
Stopwatch

Spesifikasi
500 ml
500 ml
25 ml
-

Jumlah
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan

Nama
Air Keran
Bentonit
PAC
Aquaclear

Spesifikasi
1%
0.1%

Jumlah
160 L
16 gram
100 ml
40 ml

3.2 Langkah Kerja


Run 1 dengan Laju Alir 250 mL/menit = 4,167 mL/s
a) Membuat
Air Baku
Air keran

Bentonit 8 Gram

70 L
PENGADUKAN

Air baku

Gambar 3.1 Flowsheet pembuatan air baku

b) Proses Sedimentasi

Air Baku
Q = 250 mL/menit

KOAGULASI

PAC 50 mL

FLOKULASI

Aquaclear
20 mL

SEDIMENTASI
Mengambil sampel setiap 10 menit selama 80 menit

Mengecek nilai kekeruhan


(NTU)
Gambar 3.2 Flowsheet proses sedimentasi

*) Percobaan diulang untuk Run 2 dengan Laju Alir 175 mL/menit = 2,917 mL/s

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN
4.1 Data Hasil Praktikum
Koagulan yang ditambahkan : PAC 1%

Flokulan yang ditambahkan : Aquaclear 0,01%


Luas Lamella Clarifier

: 0,3724 m2

Volume alat

: 0,047 m3

Laju Alir

: Run 1 = 4,167 mL/s


Run 2 = 2,917 mL/s
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kekeruhan

Kekeruhan (NTU)

Waktu (menit)

Run 1
8,28
5,82
5,6
5,17
5,02
4,83
4,56
4,29
3,52

0
10
20
30
40
50
60
70
80

Run 2
8,28
5,63
5,14
4,27
4,26
4,25
4,23
3,85
3,08

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan TSS

Sampel
Hasil Run 1
Hasil Run 2

Kertas Saring

Kertas Saring +

TSS

Kosong (gram)
1,006
0,9822
0,9426

TSS (gram)
1,0335
0,9986
0.9535

(mg/L)
0,0275
0,0164
0,0109

BAB V
HASIL PENGAMATAN
5.1 Efisiensi Bak Sedimentasi

Efisiensi=

( Kekeruhan awalKekeruhan akhir )


100
Kekeruhan awal

Tabel 5.1. Efisiensi Bak Sedimentasi Berdasarkan Nilai Kekeruhan setiap 10 menit

Waktu (menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80

Kekeruhan (NTU)
Run 1
Run 2
8,28
8,28
5,82
5,63
5,6
5,14
5,17
4,27
5,02
4,26
4,83
4,25
4,56
4,23
4,29
3,85
3,52
3,08

Efisiensi (%)
Run 1
Run 2
0
0
29,710
32,005
32,370
37,923
37,560
48,430
39,372
48,551
41,667
48,671
44,928
48,913
48,188
53,502
57,488
62,802

Kurva Kekeruhan Vs Waktu


9
8
7
6
5

Kekeruhan (NTU)

Run 1

Run 2

3
2
1
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Waktu (menit)

Gambar 5.1. Kurva Kekeruhan terhadap Waktu Sedimentasi selama 80 menit

Kurva Efisiensi Vs Waktu


70
60
50
40

Efisiensi (%)

Run 1
Run 2

30
20
10
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Waktu (menit)

Gambar 5.2. Kurva Efisiensi terhadap Waktu Sedimentasi selama 80 menit

Efisiensi=

(TSS awalTSS akhir)


100
TSS awal

Tabel 5.2. Efisiensi Sedimentasi Berdasarkan Laju Alir setiap Run


Sampel awal
Hasil Run 1 (Laju Alir 250 mL/menit)
Hasil Run 2 (Laju Alir 175 mL/menit)

TSS (mg/L)
0,0275
0,0164
0,0109

Efisiensi (%)
0
40,364
60,364

0.03
0.03
0.02

TSS (mg/L)

Sampel awal
Hasil Run 1

0.02

Hasil Run 2

0.01
0.01
0

Gambar 5.3. Grafik nilai TSS Sampel, Hasil Run 1 dan Hasil Run 2

Kurva laju alir terhadap efisiensi


70
60
50
40

Efisieansi (%) 30
20
10
0
150

170

190

210

230

Laju Alir (mL/menit)

Gambar 5.4. Grafik laju alir terhadap efisiensi

BAB VI
PEMBAHASAN
6.3 Oleh Wina Septiyanti (131411056)

250

270

Praktikum kali ini yaitu sedimentasi. Sedimentasi yaitu proses pemisahan padatan
yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses
sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi dimana tujuannya adalah
untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat. Pada praktikum dilakukan proses koagulasi dan flokulasi
terlebih dahulu, proses koagulasi yaitu penambahan koagulan untuk mengikat kotoran
atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk gumpalan,
koagulan yang digunakan yaitu PAC dengan konsentrasi 1% sebanyak 50 ml.
Sedangkan flokulasi yaitu penambahan larutan polimer untuk memperbesar gumpalan
sehingga relatif mudah untuk diendapkan, flokulan yang dipakai yaitu aqua clean
sebanyak 20 ml. kemudian setelah itu dilakukan proses sedimentasi.
Proses sedimentasi yang dilakukan menggunakan air baku yaitu air kran 70 L
yang dicampur dengan bentonite 8gr. Sedimentasi dilakukan selama 80 menit dan
dilakukan sampling setiap 10 menit untuk diukur kekeruhannya. Pada praktikum
dilakukan pula pengukuran TSS awal dan TSS pada akhir proses dengan metode
gravimetri. Praktikum kali ini yang divariasikan yaitu laju alir masuk sebesar 250
mL/menit dan 175 mL/menit.
Dari Gambar 5.1 didapat nilai kekeruhan selama 80 menit setiap waktunya
semakin berkurang sehingga didapat nilai efisiensi semakin lama semakin meningkat
seperti terlihat pada Gambar 5.2. Hal tersebut menunjukan proses sedimentasi yang
dilakukan berhasil karena semakin lama kualitas air yang dihasilkan semakin bagus
yang berarti partikel-partikel pengotor semakin banyak terendapkan pada proses
sedimentasi. Dari Gambar 5.3 didapat hasil nilai TSS pada run 1 dan run 2 mengalami
penurunan dari nilai TSS sampel awal (umpan). Hal tersebut menunjukan bahwa proses
sedimentasi dapat menurunkan nilai TSS pada air baku. Nilai TSS pada run 2 lebih
kecil daripada run 1 dikarenakan pengaruh laju alir umpan yang berbeda, sehingga
dapat disimpulkan dengan laju alir yang lambat maka proses sedimentasi akan semakin
baik seperti terlihat pada Gambar 5.4 hubungan antara laju alir dan efisiensi berbanding
terbalik yaitu semakin besar laju alir nilai efisiensi yang didapat semakin kecil. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar laju alir air baku yang melewati proses
sedimentasi akan semakin cepat sehingga partikel tidak dapat terendapkan dengan baik.
Dari hasil praktikum didapat semakin kecil laju alir umpan maka waktu tinggal semakin
lama hal tersebut menunjukan waktu pengendapan dari partikel akan semakin lama
sehingga semain banyak partikel yang akan terendapkan.

BAB VII
SIMPULAN

1) Semakin lama waktu sedimentasi, maka nilai kekeruhan semakin menurun dan
efisiensi bak sedimentasi semakin meningkat.
2) Semakin kecil laju alir umpan, maka nilai kekeruhan semakin menurun.
3) Dari grafik diperoleh bahwa semakin kecil laju alir, maka efisiensi bak sedimentasi
semakin meningkat.
4) Semakin kecil laju alir umpan, maka nilai TSS semakin menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas air hasil sedimentasi semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Keputusan Menteri LH. skpd.batamkota .diakses pada tanggal 28 November 2015
Jobsheet Praktikum Pengelolaan Limbah Industri.Sedimentasi . Jurusan Teknik Kimia :
Politeknik Negeri Bandung.
Rahayu, E.S dan Soeswanto, B. 2002. Buku Ajar Pengolahan Air Industri. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Soeswanto, Bambang. 2010. UTILITAS 1 . Bandung : Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung.

Anonym. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi. http://id.shvoong.com/


exact-sciences/chemistry/2231949-faktor-faktor-yang-mempengaruhiproses/#ixzz2CluRKbwh diunduh pada 28 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai