PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah.
Terdapat
teknik
baru
untuk
menguji
keadaan
hipoglikemi,
seperti
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud hipoglikemia ?
2. Apa saja klasifikasi hipoglikemia?
3. Bagaimana pemberian cairan dan obat pasien hipoglikemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipoglikemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipoglikemia?
3. Untuk mengetahui pemberian cairan dan obat pasien hipoglikemia?
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian hipoglikemia
2. Dapat mengetahui klasifikasi hipoglikemia
3. Dapat mengetahui pemberian cairan dan obat pasien hipoglikemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah nilai
normal. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60
mg/dl atau <80mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikemia dapat terjadi pada
pasien diabetes melitus (DM) maupun non-DM (Prianto, 2014).
B. Klasifikasi
Menurut Clayton (2015), berdasarkan beratnya gejala, hipoglikemia dapat
dibedakan menjadi:
1. Hipoglikemia ringan : terdapat gejala otonom. Individu masih dapat
mengatasinya sendiri.
2. Hipoglikemia Sedang : terdapat gejala otonom dan neuroglikopenik.
Individu masih dapat mengatasinya sendiri.
3. Hipoglikemia Berat : Individu membutuhkan bantuan dari orang lain.
Ketidaksadaran mungkin terjadi. Glukosa darah plasma biasanya <2,8
mmol / L.
C. Pemberian Cairan dan Obat Pasien Hipoglikemia
1. Menurut Soemadji (2009) :
a) Glukosa oral
Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan dengan pemeriksaaan
glukosa darah kapiler, hypoglikemia ringan sampai sedang harus
segera di berikan 15 g glukosa oral dan pada hipoglikemia berat
dengan pasien sadar berikan 20 g glukosa. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa
seperti jus buah segar atau non diet cola. Pasien harus tes ulang
glukosa darah dalam 15 menit dan di ulang dengan dosis glukosa yang
sama jika glukosa darah plasma < 4,0 mmol/L. Sebaiknya coklat manis
tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorbsi
glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan
tambahan 10-20 g karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberikan madu
atau gel glukosa lewat mukosa rongga mulut mungkin dapat dicoba.
b) Glukagon intramuskular
3
Dua biskuit
Salah satu irisan roti / toast
200-300ml susu (bukan kedelai)
makan normal jika diperlukan (harus berisi karbohidrat)
Dua biskuit
Salah satu irisan roti / toast
200-300ml susu (bukan kedelai)
Makan normal jika diperlukan (harus berisi karbohidrat)
terapi
sulfonilurea).
Glukagon,
yang
bisa
mengandung
karbohidrat)
JANGAN menghilangkan injeksi insulin jika masih diperlukan
(Namun, ulasan dosis mungkin diperlukan)
NB : Pasien diberikan glucagon memerlukan porsi yang lebih
besar dari karbohidrat long acting untuk mengisi kembali
cadangan glikogen (dua kali lipat jumlah yang disarankan di atas)
Jika pasien mendapat insulin IV, teruskan periksa glukosa darah
setiap 30 menit sampai di atas 3.5mmol / L, kemudian re-start
insulin IV setelah meninjau dosis.
5) Lakukan pencatatan. Pastikan pemantauan glukosa darah kapiler
biasa dilanjutkan selama 24 sampai 48 jam. Meminta pasien untuk
melanjutkan ini di rumah jika mereka harus dibuang. Berikan
pendidikan hipoglikemia atau merujuk ke DISN
NB : Pasien yang mandiri mengelola pompa insulin mereka
mungkin tidak membutuhkan long acting karbohidrat.
d) Dewasa yang tidak bisa menelan
Terapi Hipoglikemia
(mg/dl)
8
< 30
30-60
60-100
lemak
sebagai
bahan
2) Penyandang
DM
tipe
II
terapi
tertentu
jenis
lain
mungkin
tidak
dapat
gestasional
dan
penyandang
DM
yang
hamil
yang
meningkat,
secara
bertahap
akan
adalah
Netral
Protamine
Hegedorn
10
12
Indikasi pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non
lanjut usia, uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma
hiperosmolar,
adanya
infeksi
stress
dll.
Dianjurkan
memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan kerja insulin kerja
cepat,
dapat
diberikan
satu
atau
dua
kali
sehari.
Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien
tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor,
atau keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan
seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya.
Efek samping penggunaan insulin :
a) Hipoglikemia
b) Lipoatrofi
c) Lipohipertrofi
d) Alergi sistemik atau lokal
e) Resistensi insulin
f) Edema insulin
g) Sepsis
13
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik
terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa
eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit
atau jam dan berlagsung.
Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah
pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila
pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang menimbulkan
sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara
spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem,
gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang
ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.
Interaksi
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormon
pertumbuhan, kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin,
dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang
glikogenolisis. Peningkatan hormon-hormon ini perlu diperhitungkan
dalam pengobatan insulin.
Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin perlu disesuaikan bila
obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik
(misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason
meningkatkan kadar insulin dalam plasma dan mungkin memperlihatkan
efek hipoglikemik.
Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang mendapat penghambat
adrenoseptor , obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia.
Potensiasi efek hipoglikemik insulin terjadi dengan penghambat MAO,
steroid anabolik dan fenfluramin.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah
nilai normal dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau <80mg/dl disertai
gejala klinis. Hipoglikemia dibedakan menjadi hipoglikemia ringan, sedang
dan berat. Pemberian obat dan cairan tergantung dengan beratnya gejala pada
pasien apakah pasien mengalami hipoglikemia berat, sedang atau ringan.
B. Saran
Dalam memberikan cairan dan obat pada pasien hipoglikemia perlu
diperhatikan beratnya gejala yang dialami pasien sehingga sebagai seorang
perawat dan mahasiswa perawat diperlukan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan penatalaksanaan keperawatan khususnya
dalam pemberian cairan dan obat pada pasien hipoglikemia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Prianto, D, Sulistianingsih DP. Hipoglikemia. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.
Jakarta :Medula aesculapius, 2014. Hal 790-792
Clayton D, Woo V. Hypoglycemia. Canadian Diabetes Association Clinical
Practice Guidelines Expert Committee. Can J Diabetes. 2015;39 :6-8
Soemadji, Djoko Wahono. 2009. Hipoglikemia iatrogenik.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing, 2009.Hal 1900-1905
16