Anda di halaman 1dari 3

Kasus Pelanggaran Hak yang terjadi di Indonesia

MASALAHNYA :
penggusuran rumah secara paksa
FAKTOR PENYEBAB :
Ketertiban dan keindahan
Penggunaan untuk kepentingan umum
Penataan ruang, seperti perubahan/alih fungsi ruang

KONFLIK :
Demi ketertiban umum adalah alasan yang seringkali
dikemukakan oleh banyak pihak untuk menjustifikasi
dilaksanakannya penggusuran paksa terhadap warga.
Namun, di dalam banyak kasus penggusuran paksa, nasib
dari warga yang tergusur seringkali tidak dipikirkan dan
diakomodasi oleh pemerintah. Banyak di antara mereka
tak memiliki rumah tinggal lagi setelah tergusur atau
terpaksa hidup berpindah-pindah karena himpitan ekonomi
yang mereka alami.
ANALISIS :

SOLUSI PEMECAHAN MASALAH :


Solusi untuk mencegah penggusuran paksa tidak lain adalah dengan memenuhi
hak atas perumahan warga negara sesuai dengan Komentar Umum No. 4
mengenai rumah yang layak. Contoh konkritnya seperti pemberian akses ekonomi
terhadap warga tidak mampu, mengembangkan perumahan swadaya, penataan
pemukiman kumuh ataupun melakukan pemukiman ulang sesuai dengan
kemampuan masyarakat, solusi bagi lahan terhadap lahan perumahan yang
bersengketa, mengadakan perumahan umum atau perumahan sosial, pemberian
status kepemilikan rumah atau keamanan bermukim, membuat kebijakan politik
perumahan yang memberdayaan masyarakat miskin dan membuat gugus tugas
khusus seperti CODI di Thailand.[7] Hal tersebut tidak akan berhasil jika tidak

didukung dengan pelibatan aktif warga dalam penyusunan tata ruang kota,
menertibkan tanah-tanah terlantar, melakukan reforma agrarian, dan memberikan
sanksi tegas kepada pengembang yang tidak menjalankan ketentuan 1:2:3 (rumah
mewah:menengah:sederhana).

Penggusuran Paksa Adalah Pelanggaran HAM Berat

jika pemindahan terhadap warga benar-benar terpaksa harus dilakukan oleh


negara (dalam situasi normal), pokok-pokok instrumen HAM terkait perlindungan
terhadap penggusuran paksa setidaknya mensyaratkan empat hal agar pemindahan
warga ke tempat lain demi ketertiban umum tidak melanggar HAM.

Pertama, memberikan informasi yang jelas dan bersifat dua arah mengapa pemindahan
perlu untuk dilakukan.
Kedua,pemindahan dilakukan atas dasar keinginan warga itu sendiri tanpa kekerasan
secara sukarela sebagai bentuk konfirmasi bahwa pembangunan yang mengakibatkan
pemindahan dirinya merupakan pembangunan yang berdampak positif bagi kehidupan
umat manusia lainnya.
Ketiga, mengakomodasi segala bentuk perlindungan, seperti tidak menggusur dalam
cuaca buruk atau malam hari, menyiapkan pendampingan hukum, dan mekanisme
pemulihan.
Keempat,harkat dan martabat warga tersebut sama sekali tidak berkurang setelah ia
dipindahkan ke tempat yang baru. Artinya, hak-hak dasarnya tetap dapat terpenuhi
dengan akses yang setidaknya sama mudahnya dan sama baiknya antara kondisi sebelum
dengan sesudah ia dipindahkan.

http://paralegal.bantuanhukum.or.id/blog/2013/08/22/penggusuran-paksa-dan-hakatas-perumahan-1/
http://tegarfirmanabadi.blogspot.co.id/2011/08/penggusuran.html
https://alghif.wordpress.com/2012/05/09/penggusuran-paksa-dan-hak-atasperumahan/

Anda mungkin juga menyukai