Anda di halaman 1dari 12

MENGHILANGKAN PENYAKIT HATI DENGAN

MENGHIJABKAN HATI

DISUSUN OLEH
SYAFIRA YULIA SARI
X MIPA 9
4986

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG


SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DAFTAR ISI
1

Identitas dan Ringkasan Isi Buku.2

Keunggulan dan Kelemahan....8


Kesimpulan dan Saran...10

Fungsi Hijab
Judul buku
: Hijab Hati1
Penulis
: Nur Inayah & Fitrawan Umar
Penerbit
: Quanta-Elex Media Komputindo
Tahun
: 2016

Jumlah Halaman : 177 halaman

I. Ringkasan Isi Buku


Buku ini berisi curahan renungan untuk kita semua yang selalu ingin
membenahi hati. Banyak kisah yang diceritakan didalamnya.
Cinta sejati tahu kapan ia datang dan di mana ia akan bertamu. Sewaktuwaktu pintumu akan diketuk oleh cinta. Bisa jadi ia yang kau damba selama ini
atau ia yang tak kau sangka-sangka mendabamu pada hidupnya. Jauh di masa
lalu, jauh sebelum penciptaan, cintamu sudah tercatat. Namanya sudah terpatri
dalam namamu. Allah mencintaimu.
Terkadang dalam hidup kita, ada saatnya kita pernah merasa sunyi dan sepi.
Sunyi adalah sebuah keadaan, sedangkan sepi adalah sebuah perasaan. Kesunyian
dan kesepian membuat hati kita merasa sendirian, seperti ada sesuatu yang hilang
dalam diri kita. Lalu kita berusaha mencari kebahagiaan di keramaian. Tanpa kita
sadari keramaian kian mengasingkan kita terhadap diri sendiri. Dan masalahmasalah pun akan kian menghampiri. Kita butuh jeda, sebuah spasi yang
memisahkan kita dengan keramaian dan kegaduhan. Sekali waktu kita ingin
bercakap dengan diri sendiri. Dengan mengenal diri sendiri, kita sampai kepada
usaha mengenal Tuhan Pencipta Alam.
Kadang kita terlalu sibuk dengan masalah di dunia, hingga melupakan tiang
agama kita. Diantara pembaca buku, berapa banyak yang rutin membaca AlQuran? Al-Quran yang tidak ada keraguan didalamnya adalah penyejuk hati.
Membacanya berulang-ulang sama dengan sedang berusaha menghijab hati dari
penyakit hati.
Hati yang dituntun oleh Al-Quran akan senantiasa bersinar dan memancar,
membentuk akhlak yang baik bagi pemiliknya. Membaca Al-Quran bukanlah
pekerjaan yang sekali tamat. Membaca Al-Quran adalah pekerjaan yang rutin
bagi seorang muslim. Ada orang yang ketika sudah dewasa, tak lagi membaca AlQuran. Padahal, pada hari akhir nanti, Al-Quran akan datang menanungi para
pembacanya di dunia.

1
Untuk menyejukkan hati, kita juga harus memiliki pedal dalam hidup.

Diibaratkan hidup kita punya dua pedal. Satu pedal untuk mengegas dan satu

pedal lagi untuk mengerem. Mobil yang terus-terusan direm akan berhenti dan
tidak bergerak. Dalah hidup, rem ialah rasa pesimis.
Mengapa sibuk dengan prasangka yang negatif seperti itu? Di depan sana
mungkin kesuksesan sudah dekat. Kita hanya perlu berani untuk melangkah dan
menginjak pedal lain dalam hidup yaitu gas, rasa optimis. Optimis adalah nyala
api kecil yang menyulut kobaran semangat untuk bangkit menemui kesuksesan.
Namun bagaimanapun juga, hidup harus tetap seimbang dengan dua pedal yang
tetap terpakai. Rasa pesimis di antara optimis juga perlu agar hidup tetap di
koridor yang tepat. Keseimbangan seperti ini menyadarkan kita bahwa pada
akhirnya Allah selalu punya kuasa untuk menakdirkan sesuatu.
Allah pun selalu mengingatkan kita untuk selalu berbahagia. Didalam kata
berbahagia, ada kata berbagi. Kesedihan akan berkurang jika dibagi dan
kebahagiaan akan bertambah jika dibagi. Sewaktu-waktu mungkin kita
kehilangan harta benda. Tanpa sadar, itulah sebenarnya jalan bagi keberuntungan
kita untuk berpindah kepada orang lain.
Ada cara lain berbahagia. Sebagai manusia kita pasti akan merasakan jatuh
cinta. Mengharapkan untuk hidup bersama orang lain adalah biasa. Setiap orang
punya hak untuk berharap tetapi setiap orang juga seharusnya punya kewajiban
untuk mengelola harapannya. Jika kita pantas, Allah akan memberikan tidak
sekedar baik, tetapi yang baik. Allah tahu, siapa yang pantas dan tidak pentas
untuk mendampingi hidup kita. Kita pantas bahagia.
Bahagia adalah ketika kita mendapati kegembiraan, kedamaian dan rasa
syukur dalam waktu bersamaan. Tetapi seringkali kita tidak bersyukur terhadap
apa yang kita miliki. Padahal, rasa syukur membuat jiwa kita tenang. Syukur
adalah kebahagiaan. Karena itu, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah swt.
Sang hamba dikatakan telah percaya penuh kepada Tuhan jika telah berdoa.
Ketika tak ada lagi yang bisa menjadi tempat sandaran, doa adalah jawabannya.
Jauhi iri hati, karena dunia akan terasa sempit bila iri hati melanda. Jika iri
hati yang timbul, kerugian akan segera mendekat. Penyebab dari iri hati itu ialah
kesombongan. Ada banyak jenis kesombongan. Kesombongan selalu membuat
1
kita merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang yang sombong akan harta benda,

jabatan, gelar dan sombong akan ibadah. Yang terburuk, sombong terhadap
kesombongan itu sendiri.
Dalam kehidupan kita, terkadang timbul rasa sedih, sedih adalah tamu yang
pasti. Kesedihan hanyalah cara Allah agar kita dekat dengan-Nya. Timbulnya
kesedihan dapat timbul dari perempuan yang menganggap dirinya tidak cantik.
Padahal cantik itu relatif. Masalahnya, banyak orang yang tidak mensyukuri
pemberian Allah, Sang Pencipta. Seakan merasa pemberian Allah itu kurang.
Saking sibuknya mempercantik diri, kita lupa mengenai hal lain. Sekian banyak
hal dinanti, kematian lah yang paling pasti.
Akan tiba semua akan menemui kematian. Kita mungkin pernah melihat
orang yang segar bugar tetapi tiba-tiba saja kabar kematiannya terdengar.
Begitulah kematian, kedatangannya tepat waktu. Sebelum kematian datang,
mulailah perbaiki hidup. Sebagian orang menyesali masa lalunya karena
kesalahan yang telah ia perbuat. Kesalahan yang dulu masih berimbas pada
kehidupan saat ini. Namun bukan berarti kita tidak bisa membenahi diri.
Berbenahlah pada detik kita merasa menyesal. Karena akan ada suatu saat
penyesalan sudah benar-benar tinggal penyesalan. Saat itu kita melihat neraka
yang menyala-nyala dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Apakah kalian ingat mengenai jatuh cinta? Jika jatuh cinta pasti ada yang
namanya patah hati. Kamu boleh patah hati, tapi kamu harus memenangkan cinta.
Memenangkan cinta tidak berarti kamu harus memilikinya. Memenangkan cinta
berarti kamu harus menerima puing-puing kekalahan yang dikenal dengan nama:
kehilangan, kesepian, dan kecemburuan. Lagipula, Allah melihat, Allah
menemani, dan Allah mendengar rintihan doa.
Selain memenangkan cinta, ada pula istilah memenangkan kebaikan dari
keburukan. Begini, terkadang ada orang yang suka menertawakan kebaikan orang
lain. Misalnya, teman kita mendadak rajin shalat, kita malah menjadikannya
lelucon. Kebaikan adalah tetap kebaikan. Kebaikan bukan sebab orang lain
melakukan keburukan. Malah sebaliknya, kebaikanlah yang menutupi keburukan.
Tugas kita adalah senantiasa memenangkan kebaikan dari keburukan.
1
Ada sesuatu dalam diri kita, yang ketika sesuatu itu baik, maka baiklah kita.
Kita mengenalnya dengan nama hati. Mulai dari hatilah suatu niat muncul.

Seseorang yang punya niat ikhlas dalam beribadah akan tercermin dalam
prilakunya yang tulus. Hati yang melahirkan cinta dan benci. Namun apabila
benci menguasai hati, sesorang akan menjadi manusia yang rendah dan kotor.
Karena itu, berhati-hatilah dengan penyakit hati. Penyakit itu bisa muncul dalam
wujud iri, dengki, dendam dan angkuh. Menghijabi hati adalah cara
mempercantik hati. Berlaku terpujilah sejak dalam hati.
Suatu saat mungkin kita sudah menghindar untuk mencela atau bersikap iri
dan dengki terhadap seseorang. Namun ada saatnya juga celaan itu mengarah
kepada kita. Pada saat itu, kita hanya perlu bersabar dan berdoa. Begitulah hidup.
Rasanya sulit lepas dari celaan. Iringi dengan doa. Ada saat orang-orang disekitar
kita tidak butuh apapun selain doa. Setelah kematian pun doa dibutuhkan, apalagi
ketika masih hidup di dunia?
Terutama berdoalah untuk Ibu. Ibu adalah seseorang yang merawatmu
sebelum kamu berbentuk apa-apa menjadi siapa-siapa. Ketika kamu lahir, ia
tengah berada diantara kehidupan dan kematian. Penderitaan ibu belum selesai
ketika kamu lahir. Tiap saat ia memikirkan masa depanmu, maka tidak ada yang
dapat membalas jasa-jasanya. Meski demikian, setidaknya kamu masih dapat
membahagiakannya. Celakalah orang yang durhaka kepada ibunya. Atau
sekiranya ibumu sudah tiada, kamu masih berbakti, yakni terus mendoakannya.
Pun Ayah. Jangan dikira perjuangannya tidak berat untuk kepentingan
hidupmu. Ayah tak kurang sibuknya untuk memenuhi kebutuhan ibu. Ayah
bekerja untuk mencari nafkah. Dalam diam, ia berpeluh penuh keringat. Kamu
hanya tak tahu di lubuk hatinya, ia ingin menghabiskan banyak waktu denganmu.
Ayah mungkin jarah bicara, tetapi ia berbicara kepada Allah, mengirim doa bagi
keselamatan dan kebahagiaan keluarga. Ia adalah imam pemimpin keluarga.
Berbaktilah pada ayah, apabila telah tiada, panjatkan doa padanya.
Betapa kasihan orangtua yang ditinggal anak-anaknya. Orangtua yang telah
mengandung, memelihara dan membesarkan anak, tetapi si anak malah pergi
begitu dewasa. Dunia yang supersibuk memisahkan orangtua dan anak-anak.
Anak-anak lupa, ketika ia kecil, orangtua mengabaikan semua kesibukan demi
1
merawatnya, masa-masa terbaik untuk mengabdikan diri kepada orangtua yang

masih hidup ialah ketika mereka sudah renta. Hal sederhana juga sering luput dari
perhatian kita sebagai anak. Kita sungguh sudah sangat sibuk.
Ada pula mengenai pujian dan ujian. Ada kata ujian dalam pujian. mereka
memang selalu seiring. Kadang-kadang pujian memang positif. Jika dipuji
seseorang akan berusaha lebih gigih bekerja agar kian berprestasi. Namun hatihati. Dalam konteks yang lain, pujian adalah sebenar-benarnya ujian. Mungkin
ada diantara kita yang gila pujian atau disebut sumah. Oleh karenanya, memuji
pun ada batasnya.
Setiap kita adalah perantau. Kita bukan penduduk bumi sesungguhnya.
Adapun kampung halaman kita adalah surga. Unutk kembali ke kampung
halaman, tentu terdapat syarat-syarat tertentu. Ada sebuah pertanyaan, Rindukah
kita kembali ke kampung halaman? Jika benar rindu, apa bukti kerinduan itu?
Kecintaan kita pada dunia perlu dipertanyakan.
Berbuat baiklah dengan kerendahan hati. Seperti berteman dengan siapa saja.
Semakin banyak teman, semakin terbuka pikiran. Jika pergaulan luas maka
wawasan tak akan sempit. Persahabatan itu satu tingkat di atas pertemanan.
Bersahabatlah dengan orang yang membuat kita jadi lebih baik lagi. Karena
sahabat berpengaruh besar terhadap ketaatan kita terhadap kebaikan. Hati-hati
terhadap teman yang manis didepan kita. Ibaratnya adalah semut hitam. Jika kita
meletakan gelas berisi teh manis di atas meja dan kita tinggalkan, maka akan
banyak semut hitam yang telah berada di gelas bahkan ada yang mati. Muncul
pertanyaan, mengapa semut-semut itu tetap berbaris ingin minuman manis kita
padahal tahu pasti akan mati? Bisa dilihat dari sudut pandang manusia: hati-hati
dengan yang manis dan sesuatu yang indah menarik mata. Sesuatu yang seolah
menawarkan harapan dan tampak membahagiakan padahal meracuni kita.
Jadilah pribadi yang hangat dan ramah. Dengan senyuman dan sapaan.
Alangkah mulianya orang yang tersenyum. Senyuman itu ibadah. Begitu juga
sapaan. Karena dunia yang semakin canggih, jalinan silaturahmi semakin
renggang. Dunia kian paradoks. Di dunia ini, tidak sedikit orang untuk
melakukan perubahan. Setiap orang diminta untuk berlomba-lomba dalam
1
kebaikan. Berlomba dalam kebaikan bukan berarti bertanding untuk
menghasilkan pemenang. Tetapi, berlomba-lomba bisa jadi terwujud dalam

bentuk saling dukung dan saling menolong dalam kebaikan. Kebaikan bisa
bersifat viral. Viral kebaikan berbentuk lingkaran. Jika kita berbuat baik, suatu
saat akan kembali ke kita menjadi kebaikan yang lain.
Barangkali kita sudah pernah atau masih tersesat di jalan yang gelap akibat
dosa dan kesalahan yang kita buat. Namun, Allah masih di sana. Allah
menunggu kita datang dengan segenap cahaya. Kepekaan melihat cahaya
memang bergantung dari hati. Hati lantas memperkuat ikhtiar. Orang yang
bersungguh-sungguh ingin kembali ke jalan-Nya, maka akan dituntun oleh Allah,
Sang Pemilik Cahaya.
Alam, kehidupan, dan semesta raya, tiada berhenti berdenyut, bergerak
menuju titik keseimbangan. Silih berganti, waktu menjadi saksi perjalanan hidup
kita di muka bumi ini. Kematian dan masa lalu adalah simbol-simbol waktu.
Masa lalu adalah waktu yang telah hilang dan pergi, sementara kematian adalah
akhir dari waktu yang kita punya. Perjalanan kehidupan ini hanya seperti
lingkaran. Kita pernah berangkat di satu titik dan akan kembali ke titik yang sama
pula. Dari tiada kembali ke tiada.
Pekerjaan manusia yang sering tidak selesai adalah membaca dirinya sendiri.
Kita tahu, hati tidak nyaring sebagaimana teriakan amarah. Barangsiapa yang
mengenali hati, maka ia akan mengenali dirinya sendiri. Tanpa sadar, waktu telah
memegang kendali hidup kita. Waktu adalah uang, kita percaya itu sedemikian
fanatiknya. Di hadapan waktu, kita adalah mesin. Kita merasa bahagia dengan
itu. Kita butuh waktu untuk sendiri. Memilih untuk sendiri adalah memilih untuk
menguasai waktu.
Pada dasarnya kita semua adalah pendosa. Kita semua pernah berdosa di
hadapan Allah Swt. Sebab manusia adalah tempatnya kesalahan untuk mampir
kita, sebagai manusia biasa, alangkah angkuh bila diri merasa bebas dari
kesalahan dan dosa. Kita bukan malaikat. Sebab itu, bukan soal apakah kita
pernah salah atau tidak. Melainkan bagaimana kita menyikapi kesalahan itu.
Seseorang yang beriman tentu percaya bahwa kematian adalah perpindahan ke
alam berikutnya. Itulah yang membedakan kita dengan orang yang tidak beriman.
1
Mereka tidak percaya dengan hari akhirat.

Kita diajarkan untuk mengingat dua hal dan melupakan dua hal. Ingatlah
kebaikan orang lain padamu dan lupakan keburukannya. Memafkan menurut
sebagian orang teramat sulit untuk dilakukan. Padahal Allah saja memafkan dosa
kita walau setinggi bukit. Setiap orang pasti punya salah. Adapun kesalahan
orang terhadap kita, sangat mulia jika memberi maaf yang kita lakukan.
Dalam sebuah ujian atau musibah, kita seringkali menyalahkan kondisi, diri
sendiri dan orang lain. Terus-menerus mengutuk, menggerutu, dan mengeluh
sama sekali tidak memengaruhi beban, masalah, atau ujian yang sedang melanda
kita.
Lalu setelah semuanya, ada hikmah lain yang dapat kita petik. Yaitu
bagaimana supaya hidup tetap seimbang dan tidak terguncang? Kita bisa belajar
dari bumi dan gunung. Gunung adalah penyebab keseimbangan bumi ini. Gunung
yang dimaksud adalah iman, sabar, dan syukur. Iman adalah penuntun ke arah
kebaikan. Sabar dan syukur membuat hati tetap percaya kepada-Nya dalam
segala kondisi.

II. Keunggulan dan Kelemahan


Buku Hijab Hati termasuk salah satu jenis buku motivasi islami yang
mengangkat tema mengenai cara menghijabi hati. Tema yang sangat bagus karena
kita tahu bahwa segala sikap dan prilaku yang kita miliki semuanya berasal dari
hati. Jika hati kita telah suci, maka baiklah semua prilaku yang kita lakukan.
Banyak curahan renungan di setiap babnya yang dapat membuat kita berpikir
kembali untuk memperbaiki diri.
Hijab hati adalah cara mempercantik hati dengan berprilaku terpuji.
Bagaimana cara berprilaku terpuji? Yakni, pertama kita harus menghilangkan
penyakit hati yang ada pada diri kita. Bentuk dari penyakit hati itu adalah iri,
dengki, sombong, dan prilaku lainnya yang tidak disukai oleh Allah swt. Maka
dengan itu, dengan membaca buku ini, kita dapat mengetahui bagaimana hati
dapat mengolah niat-niat yang bakal mewujud di dunia nyata.
Keunggulan yang dimiliki dari buku ini adalah setiap halaman buku begitu
1
tertata rapi mulai dari halaman judul, hak cipta, kata pengantar, daftar isi,
pembahasan, hingga biografi penulis. Bahasa pada buku sesuai dengan EYD dan

bahasa Indonesia yang baku tetapi tetap mudah dipahami. Pembahasan pada buku
sangat terstruktur sehingga pembaca dapat langsung menangkap dengan jelas
makna yang ingin disampaikan oleh penulis.
Ukuran buku tidak terlalu besar sehingga pas untuk dibaca. Sebagai penulis
yang masih terbilang baru, buku ini terbilang termasuk salah satu buku yang
menarik untuk dibaca karena topik bahasannya yang ringan dan diangkat melalui
realita kehidupan zaman sekarang.
Banyak kutipan kalimat yang dapat membangkitkan semangat diri kita.
Seperti pada halaman 11, Rasa pesimis menghalanginya untuk meroket menjadi
orang yang luar biasa
Menurut saya, kutipan tersebut sangat bermakna karena di dalam hidup
kadangkala terdapat banyak hambatan seperti rasa pesimis sehingga kita menjadi
jauh dari titik kesuksesan. Setiap bab memiliki cerita yang menarik karena
berkaitan nyata dengan kehidupan kita. Kita dapat mengambil pesan moral yang
disampaikan oleh penulis secara tersirat. Banyak kata mutiara yang disertakan
disetiap bab.
Pada halaman 38, bukan kematian benar menusuk kalbu, keridaanmu
menerima segala tiba, tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka maha tuan
bertakhta-Chairil Anwar
Halaman 106, apa kabar? Masa remaja lahir lewat layar sentuh. Kata-kata
hanya bit digital, mudah dihapus dan disesuaikan. Orang-orang semakin akrab
dengan kepalsuan dan hal-hal semu
Begitu banyak kata mutiara dan kisah para Rasul atau Nabi yang dapat
mengetuk hati kita yang membacanya. Membuat kita merenungi betapa banyak
kesalahan yang kita telah buat.
Hanya saja, kekurangan buku ini adalah kulit buku yang bewarna merah
marun ini terlihat pucat dan tanpa ilustrasi gambar menjadikan buku ini biasa
saja. Terlalu banyak bab yang ada didalam buku. Buku ini memiliki lima puluh
enam bab dimana satu bab biasanya terdiri dari tiga halaman. Tetapi untung saja
walaupun satu bab terdiri dari halaman yang sedikit, makna dan pesan moral dari
1
cerita dapat ditangkap dengan jelas. Dan juga tidak terdapat gambar menjadikan
kita tidak dapat melihat aplikasi cerita ke kehidupan sehari-hari.

III. Kesimpulan dan Saran


Buku ini berisi curahan renungan untuk kita semua yang selalu ingin
membenahi hati. Ada sesuatu dalam diri kita, yang ketika sesuatu itu baik, maka
baiklah kita. Kita mengenalnya dengan nama hati. Mulai dari hatilah suatu niat
muncul. Seseorang yang punya niat ikhlas dalam beribadah akan tercermin dalam
prilakunya yang tulus. Hati yang melahirkan cinta dan benci. Namun apabila
benci menguasai hati, sesorang akan menjadi manusia yang rendah dan kotor.
Karena itu, berhati-hatilah dengan penyakit hati. Penyakit itu bisa muncul dalam
wujud iri, dengki, dendam dan angkuh. Menghijabi hati adalah cara
mempercantik hati. Berlaku terpujilah sejak dalam hati.
Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Buku ini
membahas tentang, keikhlasan, dan penyakit hati. Tema yang diusung tepat
sasaran untuk para remaja perempuan. Banyak remaja yang berkata aku ingin
menghijabkan hati dulu, baru menghijabkan kepala. Bukankah kata hijab hati
masih asing terdengar ditelinga kita? Karena itu buku ini sangat cocok untuk
menjadi tolak ukur setiap remaja perempuan.
Hijab hati sangat berkaitan dengan penyakit hati. Setiap perempuan ingin
memiliki hati yang suci tetapi terkadang tanpa sadar mereka memiliki penyakit
hati. Dengan membaca buku ini, kita dapat mengetahui bagaimana cara menjadi
remaja yang sholehah dan bersahaja, serta menjadi hamba yang disayang Allah
swt.

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Resensi
Nama
NIS
Kelas

:
:
:
:

Fungsi Hijab
Syafira Yulia Sari
4986
X MIPA 9

Penguji,
2016

Palembang, 7 November
Pembimbing,

Drs. H. Yuswan, M.Pd


NIP 196808161994121002
196108111992031006

Drs. Humaidi, M.Si.


NIP

Mengetahui:
Kepala SMA Plus Negeri 17 Palembang

Parmin. S. Pd, M.M


NIP 196611051997031001

Anda mungkin juga menyukai