Anda di halaman 1dari 2

Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul

Page 1 of 2

Indonesian Nutrition Network


Menu
Home
Pengumuman
Kebijakan Gizi
ASI/MP-ASI
GAKY
Anemia
Kurang Vitamin A
Kurang Energi Protein
SKPG
Kadarzi
Pedoman Umum Gizi
Seimbang
Komposisi Gizi Makanan
Gizi Klinik & Institusi
Gaya Hidup
Info Daerah
Makalah/Artikel
Forum Diskusi
Lain-lain
Rujukan
Pedoman Gizi
Persagi
Pergizi Pangan
Gizi dan Makanan
Info Pangan dan Gizi
Lembar Berita
Jurnal Gizi Indonesia

Indonesian Nutrition
Network (INN)
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav.
No. 4-9 Lt. 8, Jakarta 12950
Indonesia
Email: info@gizi.net
Copyright 2001 INN
All rights reserved.

ENGLISH

Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul


Jumat, 27 Agustus, 2004 oleh: gklinis

Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul


Gizi.net - BEKATUL sebagai hasil samping penggilingan padi diperoleh dari
lapisan luar karyopsis beras. Meskipun bekatul tersedia melimpah di
Indonesia, pemanfaatannya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Hingga
saat ini, pemanfaatannya terbatas sebagai pakan. Padahal, nilai gizi bekatul
sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat
pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat.
Senyawa fitokimia pada bekatul (phytos = tanaman, chemicals = zat kimia)
menjadi topik penelitian penting karena dapat memberikan fungsi-fungsi
fisiologis dalam pencegahan penyakit degeneratif. Komposisi fitokimia
bekatul sangat bervariasi, bergantung pada faktor agronomis, varietas padi,
dan proses penggilingannya (derajat sosoh).
Fraksi tak tersabunkan dari minyak bekatul terdapat sampai 5 persen dari
berat minyak, dengan kandungan utamanya sterol. Sterol yang terdapat
dalam jumlah banyak adalah b-sitosterol yang jumlahnya 50 persen dari total
sterol.
Komponen penting lainnya adalah senyawa tokol (tokotrienol dan tokoferol).
Tokoferol adalah vitamin E yang bersifat antioksidan yang kuat sehingga
penting dalam menjaga kesehatan manusia. Kandungan lainnya yang juga
memberikan pengaruh kesehatan sangat menguntungkan adalah oryzanol
dan asam ferulat (ferulic acid).
Penggunaan bekatul sebagai makanan terbatas karena sifatnya mudah rusak
karena aktivitas hidrolitik dan oksidatif dari enzim lipase yang secara alamiah
(endogenous) terdapat pada minyak bekatul atau oleh mikroba. Untuk
memperoleh bekatul awet bersifat food grade dengan mutu yang tinggi,
seluruh komponen penyebab kerusakan harus dikeluarkan atau dihambat,
dan pada saat bersamaan kandungan komponen berharga (nutritional) harus
tetap dijaga.
Dari beberapa metode stabilitas yang telah dilakukan, metode dan perlakuan
pemanasan dengan tekanan tinggi dan kadar air, tetap dapat dianggap cara
terbaik. Metode ini berdasarkan pemanfaatan kadar air bekatul sebagai
perantara (heat transfer), denaturasi enzim, dan sterilisasi. Dua metode yang
tergolong proses ini adalah drum berputar dan ekstrusi pindah panas.
Keuntungan proses ini tidak membutuhkan aliran uap air dari luar,
peralatannya relatif kecil, dan mudah instalasi juga operasinya. Dengan
demikian, unit dapat digabungkan dengan unit penggilingan beras dengan
sedikit modifikasi.
Manfaat Kesehatan
Bekatul memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan ditambah komponen
bioaktif oryzanol, tokoferol, dan asam ferulat, menjadikan bekatul sebagai
bahan baku yang berpotensi untuk dijadikan pangan fungsional.
Efek hipoklesterolemik bekatul dan beberapa fraksinya (neutral detergent
fiber, hemiselulosa, minyak bekatul padi, dan bahan tak tersabunkan) telah
banyak diobservasi, baik pada hewan percobaan maupun manusia. Minyak
bekatul padi menurunkan secara nyata kadar kolesterol darah, LDL
kolesterol, VLDL kolesterol, dan dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol
darah. Kemampuan minyak bekatul padi menurunkan kadar kolesterol
dikarenakan adanya oryzanol dan kemampuan lainnya dari bahan yang tidak
tersabunkan. Di samping mempunyai efek dapat menurunkan kadar

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1093501280,53247,

5/3/2007

Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul

Page 2 of 2

kolesterol darah, penelitian terbaru menunjukkan bahwa asam ferulat juga


mempunyai peranan dalam menurunkan tekanan darah dan glukosa darah
baik pada uji hewan maupun uji manusia.
Selama ini bekatul padi sebagai hasil samping penggilingan padi bersifat
limbah dan dimanfaatkan sebagai pakan dengan nilai ekonomi rendah.
Sebenarnya bekatul padi dapat digunakan sebagai bahan baku industri
makanan maupun industri farmasi.
Pangan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang berdasarkan
pengetahuan tentang hubungan antara makanan dan komponen makanan
juga kesehatan yang diharapkan mempunyai manfaat kesehatan tertentu
(Broek, 1993).
Karena merupakan makanan, maka pangan fungsional menurut ilmuwan
Jepang mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sensory (warna dan penampilan
menarik, citarasanya enak), kemudian nutritional (bernilai gizi tinggi), dan
physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi
tubuh). Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional
adalah pencegahan timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
regulasi kondisi ritmik tubuh, memperlambat proses penuaan, dan
penyehatan kembali (recovery).
Dengan demikian, meskipun mengandung senyawa yang berkhasiat bagi
kesehatan, pangan fungsional bukan kapsul, tablet atau bubuk yang berasal
dari senyawa alami. Oleh karena itu pangan fungsional seharusnya
dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan sehari-hari, bentuknya dapat
makanan maupun minuman.
Untuk pangan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan
biskuit, kue, dan lain-lain. Penggunaan bekatul secara komersial di luar
negeri baru pengekstrakan bekatul untuk minyak goreng.
Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan sebagai makanan sarapan sereal,
dengan perbandingan (dalam persen) tepung beras : bekatul dari 90:10
sampai dengan 30:70. Substitusi bekatul padi 15 persen pada tepung terigu
dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan
roti manis. Substitusi ini meningkatkan kandungan serat pangan
(hemiselulosa, selulosa, dan lignin) dan niasin pada produk (Muchtadi et al,
1995).
Dari uraian di atas terlihat bahwa bekatul padi mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi ini berkorelasi positif
dengan padi/beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan limbah penggilingan padi dapat diolah menjadi bekatul awet,
dan kemudian diolah lanjut sebagai pangan fungsional. Semoga.*
Oleh Ardiansyah
Penulis adalah Mahasiswa Program S3 Tohoku University, Sendai Jepang
Sumber : SUARA PEMBARUAN DAILY - 23-08-2004

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1093501280,53247,

5/3/2007

Anda mungkin juga menyukai