Anda di halaman 1dari 2

Lakukan Tes Darah untuk Pastikan Tipes atau DB

Indonesian Nutrition Network

Page 1 of 2

ENGLISH

Menu
Home

Lakukan Tes Darah untuk Pastikan Tipes atau DB

Pengumuman
Kebijakan Gizi
ASI/MP-ASI
GAKY
Anemia
Kurang Vitamin A
Kurang Energi Protein
SKPG
Kadarzi
Pedoman Umum Gizi
Seimbang
Komposisi Gizi Makanan
Gizi Klinik & Institusi
Gaya Hidup
Info Daerah
Makalah/Artikel
Forum Diskusi
Lain-lain
Rujukan
Pedoman Gizi

Rabu, 3 Maret, 2004 oleh: Siswono

Lakukan Tes Darah untuk Pastikan Tipes atau DB


Gizi.net - DEMAM disertai panas tinggi acap kali didiagnosis oleh dokter
sebagai demam berdarah (DB). Atau sebaliknya, seseorang yang terkena DB
sering didiagnosis terkena tipes. Untuk mengatakan pasien terkena DB atau
tipes memang perlu dilakukan tes darah di laboratorium.
Ahli mikrobiologi dr Amin Soebandrio PhD dari Bagian Mikrobiologi
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo mengakui, demam tinggi yang dialami
seseorang pada tahap awal acap kali sulit dibedakan dengan demam
berdarah atau infeksi lainnya, seperti influenza (flu).
Untuk itu, segala bentuk penyakit yang diawali dengan demam, kata Amin,
sebaiknya dilakukan tes darah. ''Dari hasil uji laboratorium pada darah
tepinya akan diperoleh gambaran apakah terjadi penurunan jumlah leukosit
atau normal. Apabila terjadi infeksi maka jumlah leukosit meningkat, tetapi
Hb darah tidak berbeda dari sebelum pasien itu sakit. Sedangkan pada
trombosit jumlahnya tetap normal. Namun apabila terjadi divesi pada
beberapa hari kemudian bisa terjadi penurunan trombosit atau biasa disebut
dengan septic schock," jelas Amin.
Penurunan trombosit, lanjutnya, juga terjadi pada penyakit DB. Pada harihari pertama trombosit masih dalam batas normal, kemudian beberapa hari
jumlahnya menurun. Oleh sebab itu, kata Amin, dokter harus melakukan
pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan antigen dari Salmonella typhi ini.
Pada daerah endemik, seperti Indonesia pada umumnya titernya cukup tinggi
karena masyarakatnya sudah biasa bergaul dengan kuman.

Pergizi Pangan

"Misalnya kalau makan gado-gado di tempat yang jorok pun orang tidak
sakit, bahkan bila titernya 1/320 pun tetap sehat. Tetapi bagi orang bule,
jumlah titernya 1/80 saja sudah jatuh sakit."

Gizi dan Makanan

Pemeriksaan serum

Persagi

Info Pangan dan Gizi


Lembar Berita
Jurnal Gizi Indonesia

Indonesian Nutrition
Network (INN)
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav.
No. 4-9 Lt. 8, Jakarta 12950
Indonesia
Email: info@gizi.net
Copyright 2001 INN
All rights reserved.

Lebih lanjut, Amin mengatakan untuk mengetahui jumlah titer harus


melakukan pemeriksaan serum pertama dan kedua dengan jarak
pemeriksaan antara 5-7 hari. Apabila dari pemeriksaan pertama titernya
mencapai 1/80 dan pada pemerkisaan kedua tidak mengalami peningkatan,
maka pasien tersebut tidak menderita demam tifoid.
"Namun apabila pemeriksaan serum pertama 1/80 dan kedua meningkat
sampai tiga atau empat kalinya menjadi 1/320 diduga orang tersebut telah
kontak dengan bakteri salmonela. "Orang tersebut telah terkena tipes. Bila
sudah ditentukan diagnosisnya maka segera dibuat pengobatan yang tepat."
Menurut Amin, seseorang yang mengalami demam tinggi sudah berjalan lima
sampai tujuh hari, dokter harus melakukan pemeriksaan urine dan feces
(tinja) untuk pembuktian diagnosis. Sebab terkadang pemeriksaan darah
pada masa inkubasi belum menunjukkan apa jenis penyakitnya. Sementara
bakteri salmonela paling banyak ditemukan pada feces manusia.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1078288984,93071,

9/3/2007

Lakukan Tes Darah untuk Pastikan Tipes atau DB

Page 2 of 2

Pada penderita tipes, demam tinggi di atas 39 derajat Celsius bisa


menyebabkan kerontokan rambut, karena meningkatnya suhu badan sudah
sampai ke kepala atau otak. ''Ini berbahaya. Otak yang kepanasan bisa
menyebabkan kematian sel-sel otak, dan berakibat pada penurunan
kecerdasan atau kelumpuhan. Kelumpuhan ini tergantung sel-sel otak bagian
mana yang diserang,'' tambah Amin.
Pengobatan
Biasanya penderita tipes diberi antibiotik, seperti kloramfenikol. Namun bila
tidak juga sembuh maka obat yang diberikan jauh lebih kuat, seperti
ampisilin, dan obat yang terbaru florokinolon.
Dalam hal pengobatan, lanjutnya, perlu diwaspadai dampaknya. Karena
obat-obatan yang tidak sesuai terkadang membuat kuman bisa masuk ke
jaringan empedu. Bila sudah demikian, maka pola pengobatannya pun harus
berbeda. ''Kloramfenikol tidak bisa masuk ke jaringan apabila tipesnya sudah
parah. Maka harus diganti dengan obat yang dosisnya lebih tinggi.''
Pada umumnya orang yang sakit tipes, kata Amin, apabila diobati dengan
tepat bisa sembuh dalam hitungan hari. ''Biasanya satu minggu. Tetapi kalau
ada yang sampai bulanan, selain penanganannya terlambat, obat yang
diberikan berarti tidak tepat.''
Untuk itu, Amin meminta masyarakat jangan menyepelekan penyakit tipes.
Sebab, penanganan yang terlambat bisa menyebabkan dampak lebih buruk
lagi. Misalnya, bakteri salmonela menyerang usus halus bisa menyebabkan
perforasi atau ususnya bolong-bolong. Bila sudah demikian, tindakan yang
utama adalah operasi usus. Terjadinya usus bolong ini biasanya disebabkan
komplikasi cukup berat. ''Bakteri salmonela menyerang usus halus. Pada
dinding usus halus terdapat kelenjar-kelenjar yang juga ikut terinfeksi
kuman. Dalam jumlah cukup banyak, terjadilah mikrosis di mana jaringanjaringan itu bisa berlubang akibat serangan kuman. Dan biasanya lubanglubang ini tidak hanya di beberapa kelenjar.'' (Nda/V-1)
Sumber: Media Indonesia, 3 Maret 2004

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1078288984,93071,

9/3/2007

Anda mungkin juga menyukai