Anda di halaman 1dari 3

Makanan Seimbang untuk Diabetesi

Page 1 of 3

Indonesian Nutrition Network

ENGLISH

Menu
Home

Makanan Seimbang untuk Diabetesi

Pengumuman
Kebijakan Gizi
ASI/MP-ASI
GAKY
Anemia
Kurang Vitamin A
Kurang Energi Protein
SKPG
Kadarzi
Pedoman Umum Gizi
Seimbang
Komposisi Gizi Makanan
Gizi Klinik & Institusi
Gaya Hidup
Info Daerah
Makalah/Artikel
Forum Diskusi
Lain-lain
Rujukan
Pedoman Gizi
Persagi
Pergizi Pangan
Gizi dan Makanan
Info Pangan dan Gizi
Lembar Berita
Jurnal Gizi Indonesia

Indonesian Nutrition
Network (INN)
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav.
No. 4-9 Lt. 8, Jakarta 12950
Indonesia
Email: info@gizi.net
Copyright 2001 INN
All rights reserved.

Jumat, 18 Juli, 2003 oleh: Siswono

Makanan Seimbang untuk Diabetesi


Gizi.net - Penyakit diabetes atau kencing manis hingga kini belum dapat
disembuhkan, tapi dapat dikendalikan. Cara yang antara lain harus ditempuh
adalah mengatur menu seimbang.
Gaya hidup tidak sehat serta pola makan yang sembarangan kerap
menimbulkan berbagai penyakit. Selain obesitas atau masalah kegemukan,
berbagai penyakit juga bisa timbul, salah satunya adalah penyakit diabetes
mellitus (DM).
DM, seperti dinyatakan Dr. Aris Wibudi, Sp.PD., spesialis penyakit dalam dari
RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, merupakan sindrom yang ditandai dengan
adanya hiperglikemi kronis atau meningkatnya kadar gula dalam darah
secara terus menerus. Selain itu, terjadinya DM juga ditandai dengan adanya
gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang berkaitan
dengan kurangnya jumlah atau kerja insulin secara relatif maupun absolut.
Normalnya, kadar gula dalam darah adalah 110 mg/dl (gula darah puasa)
dan 140 mg/dl (gula darah sewaktu). Namun, pada penderita DM, kadar gula
darah puasanya lebih dari 126 mg/dl dan gula darah sewaktu lebih dari 200
mg/dl.
Tinggi Karbohidrat
Terjadinya DM umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Menjamurnya restoran cepat saji dan kurangnya aktivitas fisik merupakan
beberapa faktor yang memicu terjadinya DM.
Makanan yang terdapat pada restoran cepat saji biasanya tinggi karbohidrat
dan lemak. Bila kebiasaan ini berlanjut terus tanpa diantisipasi sejak dini,
lemak akan banyak tertimbun dalam tubuh.
Belum lagi saat ini banyak orang jarang melakukan aktivitas fisik atau
olahraga. Contoh mudahnya, kebanyakan orang lebih senang menunggu lift
untuk naik ke lantai 2 dari lantai dasar, daripada harus naik tangga. Padahal,
hal ini membuat tubuh jadi manja. Akibatnya, timbul kegemukan atau
obesitas yang menjadi salah satu pemicu DM.
Biasanya jenis DM pada orang dengan kondisi tersebut adalah Tipe 2, ketika
tubuh mengalami resistensi insulin. Hal ini diakibatkan tubuh terlalu banyak
dibebani karbohidrat, sehingga harus mengeluarkan insulin lebih tinggi
supaya bisa mengambilnya. Akibatnya, gula darah akan tinggi.
Umumnya DM Tipe 2 tidak membutuhkan suntikan insulin dari luar. Berbeda
dengan DM Tipe 1, yang mutlak menggunakan insulin akibat terjadi
gangguan autoimun pada pankreas, sehingga tubuh tidak dapat membuat
insulin sendiri.
Meski tidak bisa disembuhkan, DM bisa dikendalikan. Menurut Kartini Sukarji,
MCH, dari Pusat Diabetes dan Lipid Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, penderita DM tidak perlu bersedih karena sebenarnya mereka

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1058499252,33470,

9/7/2007

Makanan Seimbang untuk Diabetesi

Page 2 of 3

sama dengan orang sehat.


Makanan yang diperlukan mereka dan orang sehat adalah yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Yang perlu diperhatikan adalah
keteraturan waktu dan keanekaragaman makanan.
Makanan Seimbang
Komposisi makanan yang dianjurkan untuk diabetesi adalah 10-15 persen
protein, 20-25 persen lemak, dan 60-70 persen karbohidrat. "Hindari
karbohidrat sederhana seperti sirup, kue, dan makanan manis lainnya.
Makanlah karbohidrat kompleks seperti nasi," kata Kartini.
Penderita DM tetap dianjurkan menghindari gula. Menurut American Diabetes
Association, gula mengandung kalori dan zat-zat yang tidak bermanfaat,
sehingga menyebabkan kegemukan dan karies pada gigi. Sedikit
mengonsumsi gula dan bumbu tidak dilarang.
Konsumsi gula yang dianjurkan adalah lima persen dari total kalori atau
sekitar tiga sendok makan sehari. "Pada penderita diabetes, satu sendok
makan gula dapat menggantikan misalnya sebuah pisang," lanjutnya.
Ia juga mengingatkan untuk memasukkan serat dalam menu harian. Serat
berguna untuk mengendalikan nafsu makan karena membuat perut terisi,
sehingga merasa kenyang. Serat berkhasiat untuk diabetesi karena jenis
serat larut seperti oat bran, apel, jeruk, serta kacang-kacangan bisa
menurunkan glukosa darah.
Penderita DM juga disarankan juga untuk membatasi lemak, minyak, dan
santan. Sebab, mereka berisiko tinggi untuk terkena penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Pemeriksaan ABBA
Melakukan deteksi dini, pengobatan, maupun pengendalian secara ketat
memang dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Fakta
menunjukkan bahwa komplikasi bagi penderita dibandingkan dengan non-DM
lebih tinggi. Misalnya untuk penyakit jantung koroner 2-4 kali, stroke 2-5
kali, gangren 5 kali, gagal ginjal 7 kali, dan kebutaan 25 kali lebih tinggi.
Pemeriksaan gula darah serta tensi secara berkala rasanya sudah sering
dilakukan. Untuk gula darah saja, setidaknya mulai tes gula darah puasa,
gula darah sewaktu, serta gula darah dua jam setelah makan, pasti
dilakukan. Hanya saja, pemeriksaan pada diabetesi rupanya tidak terlalu
mencerminkan hasil yang akurat.
"Sebab, beberapa hari sebelum pemeriksaan ia akan minum obat teratur dan
olahraga dengan giat. Nah, waktu kontrol gula darah, hasilnya bagus. Tapi,
sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan kenyataan," ungkap Dr. Sidartawan
Soegondo, Sp.PD-KE, DTM&H, konsulen Diabetes dan Endokrinologi dari
RSCM Jakarta.
Itu sebabnya kemudian Dr. Sidartawan, yang juga menjabat sebagai ketua
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB Perkeni), lantas
menyarankan para diabetesi untuk melakukan pemeriksaan HbA1C atau
biasa disebut A1C. Pemeriksaan tersebut, yang merupakan tes
glikohemoglobin, lebih mencerminkan kadar glukosa rata-rata selama 2-3
bulan, hingga kemudian ada sebutan ABBA, yaitu A1C, blood glucose (gula
darah), blood pressure (tekanan darah), dan albuminuria.
Metode pemeriksaan menggunakan A1C ini sebenarnya sudah lama ada, tapi

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1058499252,33470,

9/7/2007

Makanan Seimbang untuk Diabetesi

Page 3 of 3

belum populer dan tersosialisasi dengan baik di kalangan diabetesi.


Pemeriksaan yang populer adalah gula darah, baik gula darah puasa, gula
darah dua jam setelah makan, dan gula darah sewaktu.
"Tapi, harganya masih cukup mahal," ucap Dr. James Hajadi, Head of Medical
& Regulatory Aventis Pharma.
Namun, nilai yang keluar dari hasil tes A1C ini jauh lebih akurat daripada
pemeriksaan gula darah biasa. Hal ini setidaknya bisa dibandingkan antara
kadar gula darah lewat pemeriksaan biasa dengan A1C. Dalam pemeriksaan
gula darah biasa nilainya bisa bagus, meskipun beberapa minggu sebelumnya
diabetesi tidak melakukan diet ataupun minum obat secara teratur.
Hal itu bisa terjadi karena biasanya begitu akan dilakukan pemeriksaan,
katakanlah seminggu sebelumnya, mereka giat melakukan diet, minum obat,
dan berolahraga. Tidak heran, begitu pemeriksaan dilakukan, hasilnya bagus.
Sayangnya, ini bukan nilai sebenarnya melainkan hanya mencerminkan nilai
saat itu saja. Sebab, begitu diperiksa A1C-nya, hasilnya akan tetap jelek.
"Karena itu, bagi orang yang gulanya tidak terkontrol, sebaiknya periksa A1C
setiap dua bulan sekali. Jadi ketahuan kalau A1C-nya jelek artinya memang
jelek," kata Dr. Sidartawan.
Tidak bisa membohongi diri lagi, dong! @ Diana Yunita Sari

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1058499252,33470,

9/7/2007

Anda mungkin juga menyukai