Anda di halaman 1dari 10

Penurunan Kesadaran yang Memperhatikan Beberapa Aspek

Stevani
102015030, C7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
stevani.2015fk030@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak :
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem tubuh yang lainnya. Karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabakan
tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah segala sensasi terasa, seperti
pikiran, ingatan, bahasa, dan juga kesadaran. Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat
kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System
(ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi
maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai
tingkatan kesadaran.
Kata kunci: Sistem saraf, penurunan kesadaran, tingkatan kesadaran
Abstract :
The human nervous system is a complex tangle of neural networks and interconnected to one
another. The nervous system coordinates, interpret and control the interaction between the
individual and the surrounding environment. This important body systems also regulate the
activity of many other body systems. Because the arrangement of the nerve then established
communication between the various systems of the body by causing the body to function as a
harmonious unit. In this system all the sensations felt, such as thinking, memory, language,
and consciousness. Consciousness is determined by the condition of the center of
consciousness that is both cerebral hemispheres and the Ascending Reticular Activating
System (ARAS). If the disparity in the two systems, both of which involve the anatomical and
functional system would result in loss of consciousness with various levels of consciousness.
Keywords: nervous system, loss of consciousness, levels of awareness

Pendahuluan
Pada dasarnya setiap manusia dapat melakukan aktivitas, bernafas, mencerna,
bergerak, melihat, mendengar, menanggapi suatu rangsangan dan lainnya. Setiap aktivitas
tersebut akan diperankan oleh kinerja dari sistem didalam tubuh kita. Salah satunya adalah
sistem saraf. Sistem saraf merupakan jalinan jaringan saraf yang bekerja saling berhubungan
antara satu dengan lainnya sehingga akan terjadi komunikasi diantara sistemsistem lain
didalam tubuh dan akan menghasilkan suatu gerakan atau kegiatan. Mulai dari berpikir,
tingkat kesadaran, bahasa, emosi, memberikan respon terhadap suatu ransangan, hingga
tingkah laku dan kepribadian adalah sedikit contoh dari fenomena dalam sehari hari yang
dapat seseorang lakukan yang dipengaruhi oleh sistem saraf.1 Tetapi, fenomena tersebut pun
dapat hilang bahkan berkurang jika seseorang mengalami gangguan di sistem sarafnya, seperti
contohnya adalah cedera bagian kepala, yang merupakan pengontrol sistem saraf pusat. Pada
pembahasan kali ini akan dibahas mengenai penurunan kesadaran, jenis-jenis pernapasan,
tingkat kesadaran, dan juga organ yang terkait yaitu otak dan mata.

Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan salah satu masalah neurologi yang menjadi petunjuk
kegagalan fungsi integritas otak. Bila terjadi penurunan kesadaran hal itu dapat menjadi
pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi
tubuh.2 Kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) yang
meliputi pemeriksaan untuk penglihatan/mata (E), pemeriksaan motorik (M) dan verbal (V).
Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15. Pendekatan ini digunakan
untuk menilai kondisi awal pasien serta respons selanjutnya terhadap pengobatan dan waktu.
Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/ mata:3
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran

M6 reaksi motorik sesuai perintah


Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)

Jenis Pernapasan
Suatu proses di otak bila mengenai batang otak bagian bawah atau mendekati batang
otak bagian bawah (medulla oblongata) akan memperburuk tingkat kesadaran atau menuju ke
arah kematian. Untuk penilaian fungsi batang otak, dilihat dari pola pernapasan. Mengetahui
pola pernafasan akan membantu menentukan letak lesi atau jenis gangguan.
Berikut adalah pola pernapasan abnormal :4,5

Respirasi cheyne stoke. Pernafasan ini semakin lama semakin dalam kemudian
mendangkal dan diselingi apnoe. Keadaan seperti ini dijumpai pada disfungsi hemisfer
bilateral sedangkan batang otak masih baik. Pernafasan ini dapat merupakan gejala
pertama herniasi transtentorial. Selain itu, pola pernafasan ini dapat juga disebabkan

gangguan metabolik dan gangguan jantung.


Respirasi hiperventilasi neurogen sentral. Pernafasan cepat dan dalam, frekuensi kirakira 25 per menit. Dalam hal ini, lesi biasanya pada batang otak (antara mesensefalon
dan pons). Ambang respirasi rendah, pada pemeriksaan darah ada alkalosis respirasi,
pH meningkat dan ada hipoksia ringan. Pemberian O2 tidak akan mengubah pola

pernafasan.
Respirasi apneustik. Ditandai oleh jeda inspirasi singkat sekitar 2-3 detik, sering
bergantian dengan jeda akhir ekspirasi. Pola ini khas untuk lesi di daerah pons, dapat

ditemukan pada ensefalopati anoksik atau meningitis berat.


Respirasi kluster. Ditandai respirasi berkelompok diikuti apnoe. Biasanya terjadi pada

kerusakan pons.
Respirasi ataksik (irregular). Ditandai oleh pola pernafasan yang tidak teratur, baik
dalam atau iramanya. Kerusakan terdapat di pusat pernafasan medulla oblongata dan
merupakan keadaan preterminal.

Gambar 1. Jenis pernapasan.4

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat diartikan sebagai kesiagaan seseorang terhadap diri dan
sekitarnya. Tingkat kesadaran dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan:6
1. Compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya.
2. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
3. Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
4. Stupor (sopor), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, dapat dibangunkan dengan rangsang
kuat, ada respon terhadap nyeri.
5. Coma (comatose), yaitu tidak ada gerakan yang spontan, tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsang nyeri yang kuat.
Untuk menilai tingkat kesadaran seseorang, ada beberapa gejala yang harus diperhatikan,
salah satunya adalah pupil mata.6-7
-

Pupil mata yang normal adalah ukuran 3-4 mm, isokor (ukuran kiri dan kanan sama),

dan refleks cahaya positif.


Pupil thalamik, ukurannya sedikit lebih kecil, reaktif.
Fixed dilated pupils ukurannya >7 mm, non reaktif, kompresi N.III, obat

antikholinergik/simpatomimetik.
Fixed midsized pupils ukurannya 5 mm, non reaktif, kerusakan midbrain.
Pinpoint pupils, ukurannya 1-1,5 mm, lesi pons, opiod (keracunan), organofosfat.
Anisokoria, pupilnya asimetris (kiri dan kanan tidak sama), midbrain atau N.III.

Gambar 2. Pupil mata.8


Pada kasus ini, diketahui bahwa pupil anisokor yaitu keadaan dua pupil ukurannya
berbeda, berdasarkan skenario, pupil kanan lebih besar dibandingkan pupil kiri, dengan angka
kanan 5mm dan kiri 3mm, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan pada N.III
(oculomotorius). Saraf okulomotor atau saraf kranial III adalah susunan saraf yang berfungsi
untuk mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil dan mempertahankan
terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga membantu pengontrolan gerakan
mata). Nervus okulomotorius bersifat motoris, berasal dari otak tengah dengan inti pada
nucleus okulomotorius, nucleus Edinger westpal. Fungsinya untuk mempersarafi otot levator
palpebra superior, rektus superior, rektus medial, rektus inferior, dan oblik inferior yang
secara umum mempersarafi pergerakan bola mata serta mempersarafi otot spincer pupil, dan
otot-otot siliar tubuh.3,9

Mata
Mata merupakan indera penglihatan. Reseptorreseptor yang ada di mata
memungkinkan mata memberikan respon untuk proteksi terhadap benda asing ataupun
gangguan yang berasal dari luar tubuh. Bola mata terletak didalam tengkorak, dengan
demikian tulang tengkorak ini merupakan salah satu proteksi bola mata, diikuti dengan bulu
mata, air mata dan kelopak mata yang juga memproteksi bola mata. Terdapat pula kelenjar
lakrimal yang berfungsi sebagai penghasil air mata.10 Pada gambar terlihat posisi bagian
bagian mata yang telah disebutkan diatas.

Gambar 3 . Mata tampak depan.12


Bola mata bagian dalam juga terdapat banyak bagian bagian mata yang mempunyai
fungsi berbeda beda. Mata mempunya cairan cairan yang mengisi mata, yaitu aquos
humor untuk mengisi bagian anterior mata dan vitreus humor untuk mengisi bagian posterior
mata, tekanan pada mata dipengaruhi oleh keduanya. Mulai dari konjungtiva, yang
merupakan lapisan paling luar pada mata, berfungsi untuk melapisi bola mata ataupun
pelindung sklera yang merupakan bagian mata yang berada di bagian dinding mata yang
berwarna putih. Setelah sklera akan ditemukan bagian kornea, yang merupakan bagian yang
tembus cahaya. Setelah kornea, akan didapati bagian pupil, pupil ini dapat membesar dan
mengecil sesuai dengan keadaan cahaya yang ada disekelilingnya, ketika gelap pupil akan
membesar dan mengecil ketika keadaaan terang, dengan mekanisme tersebut pupil berfungsi
sebagai pengatur cahaya yang masuk dan tempat lewatnya cahaya menuju ke retina.
Kemudian, terdapat lensa yang berfungsi memberikan fokus terhadap bayangan yang nantinya
akan tepat jatuh retina.10,11

Gambar 4. Anatomi Mata.12


Selain itu, ada iris yang berfungsi sebagai pengatur jumlah cahaya yang masuk
kedalam mata, pengaturan ini di kendalikan oleh saraf otonom pada mata, yaitu saraf opticus
atau N.II. Perjalanan N.II dimulai dari cahaya yang masuk ke mata melewati retina , berjalan
di posterior medial melalui canalis opticus, lalu akan terbentik chiasma opticum yang
selanjutnya pada bagian medial akan bersilang sementara lateral akan membentuk traktus
opticus hingga mencapai corpus genikulatum.9

Gambar 5. Perjalanan N.II.12

Otak
Otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia, yang merupakan sistem saraf
pusat manusia yang berfungsi sebagai pusat kendali untuk mengatur serta mengontrol sistem
tubuh manusia. Cerebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur,mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Cerebrum terdiri dari 2
hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh substansi alba yang disebut corpus callosum.
Setiap hemispher terbentang dari os frontale sampai ke os occipitale, di atas fossa cranii
anterior, media, dan posterior, di atas tentorium cerebelli. Hemisphere dipisahkan oleh sebuah
celah dalam, yaitu fossa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri.13,14
Lapisan permukaan hemispherium cerebrii disebut cortex dan disusun oleh subtantia
grisea. Sejumlah sulci yang besar membagi permukaan setiap hemisphere dalam lobus-lobus.
Lobus pada otak besar yaitu:14
1. Lobus frontal : merupakan bagian lobus yang paling besar dan berada di paling depan dari
cerebrum. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan,
kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
2. Lobus parietal : terdapat di depan sulcus sentralis dan di belakang coracooccipitalis. Lobus
ini berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus temporal : berada di bagian bawah, berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
4. Lobus occipitalis : mengisi bagian belakang dari cerebrum, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
objek yang ditangkap oleh retina mata.

Gambar 6. Bagian-bagian otak.16

Gyrus yang ada pada cerebrum adalah:13-15


1. Gyrus precentralis terletak tepat anterior terhadap sulcus centralis dan di kenal sebagai
areamotoris. Pada area motoris ini, tubuh dipresentasikan dalam posisi terbalik. Sel-sel saraf
yang mengatur kaki berlokasi di bagian atas, sedangkan yang mengatur gerakan wajah
berlokasi dibagian bawah.
2. Gyrus postcentralis terletak tepat posterior terhadap sulcus centralis dan dikenal sebagai
areasensoris. Sel-sel saraf kecil di daerah ini menerima dan menginterpretikan sensai nyeri,
suhu,raba, dan tekan dari sisi tubuh kontralateral.
3. Gyrus temporalis superior terletak di bawah sulcus lateralis. Bagian tengah
sulcus ini menerima dan menginterpretasikan suara dan dikenal sebagai area auditiva.
Pada cerebrum juga terdapat:13-15
1. Area broca atau area bicara motoris, terletak tepat di daerah sulcus lateralis.
Area ini mengatur gerakan bicara. Pada orang yang aktif menggunakan tangan kanan, area
brocha hemisphere kiri bersifat dominan, sedangkan orang aktif menggunakan tangan kirinya,
area brocha hemiphere kanan bersifat dominan.
2. Area visual terletak pada polus posterior dan aspek medial hemisphere cerebrum di daerah
sulcus calcarinus. Area ini merupakan area penerimaan kesan visual.

Gambar 7. Tampak otak dari berbagai sisi. 16

Kesimpulan
Otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia, yang merupakan sistem saraf
pusat manusia yang berfungsi sebagai pusat kendali untuk mengatur serta mengontrol sistem
tubuh manusia. Pada lobus occipital yang merupakan salah satu bagian dari cerebrum yang
akan berhubungan langsung dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. Sebagian besar otot
otot mata dipersarafi oleh saraf cranial ketiga (okulomotor). Yang merupakan susunan saraf
yang berfungsi untuk mengontrol sebagian besar gerakan mata. Tingkat kesadaran dapat
dilihat mulai dari mata, refleks pernafasan dan refleks motorik, yang nantinya akan dinilai
dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Seperti kasus pada skenario ini didapatkan nilai GCS 10
(E2M5V3) atau skala koma delirium. Pada umumnya jika terjadi lesi pada bagian tubuh
kanan, makan akan terjadi hemiparesis di kiri, begitu pula sebaliknya dan hal ini disebut
dengan sifat kontralateral.

Daftar Pustaka
1. Feriyawati L. Anatomi sistem saraf dan peranannya dalam kontraksi otot rangka.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2006. h.1.
2. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, dll. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana
penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2007. h.1-6.
3. Ginsberg L. Lecture notes:neurologi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.h.8-11.
4. Satyanegara. Ilmu bedah saraf satyanegara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2010.
5. Martini, F.H. Fundamental of anatomy & phisiology. 7th Ed. San Francisco: Pearson;
2006.
6. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Sistem keseimbangan. Jakarta: Penerbit
EGC; 2006.
7. Davey P. Medicine at a glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2003.h. 97-9.
8. Gambar 2 diunduh dari :
http://image.slidesharecdn.com/unconsciousness-141223165324-conversiongate01/95/unconsciousness-35-638.jpg?cb=1419375444
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2012.
10. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006. h. 115-20.
11. Utami, HP. Mengenal cahaya dan optik. Jakarta: Penerbit Ganeca Exact; 2003. h.22-5.
12. Gambar 3, 4, 5 diunduh dari :
http://classes.midlandstech.edu/carterp/Courses/bio110/chap09/chap09.html
13. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.
h. 750-60.
14. Pearce C, Evelen. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2009.
15. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
16. Gambar 6,7 diunduh dari :
http://classes.midlandstech.edu/carterp/Courses/bio210/Chap12/lecture1.html

Anda mungkin juga menyukai