Materi 3 Agregat PDF
Materi 3 Agregat PDF
SNI-03-2461-1991,
spesifikasi
Agregat
Ringan
untuk
beton
struktur
( ASTM C 330 ).
Agregat yang sesuai dengan spesifikasi ASTM tidak selalu mempunyai nilai pakai
yang ekonomis dan sebagai contoh material yang tidak disetujui tetapi memiliki
penampilan yang baik. Dengan demikian material yang tidak sesuai
membutuhkan
persetujuan secara khusus, apabila dikehendaki bukti penampilan yang dapat diterima
sebagai kelengkapan.
Bagaimanapun juga, bukti spesifikasi agregat yang sesuai untuk perhitungan selalu
dibutuhkan.
3.1.2 Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi :
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan.
b. 1/3 ketebalan pelat lantai.
c. jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-kawat bundel tulangan
atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-selongsong yang ada.
III - 1
Agregat kasar
1.5 3.8
6.0 7.1
5%
1%
Modulus kehalusan
Kadar lumpur
3a
3%
3b
4a
4b
5%
< 2.2
lihat tabel..
a. Natrium Sulfat
< 10%
< 12%
b. Magnesium Sulfat
< 15%
< 18%
Na2O< 0.6%
BS 882-1983
BS 882-1983
sulfat
Batuan pipih
Susunan Grading
III - 2
Kekerasan denan
Maks %
Angeles bagian
Beton klas I
mutu BO dan B1
hancur menembus
Fraksi butir
Fraksi butir
19 30 mm
9.5 19 mm
22 - 30
24 - 32
4 50
14 22
16 24
27 40
< 14
< 16
< 27
Beton kelas II
beton mutu K125,
K175, K225
Beton kelas III
beton mutu diatas
K125 atau beton
pratekan
Hubungan antara kekuatan tekan hancur kubus 15 x 15 x 15 cm3 dan silinder 15 30 cm
adalah sebagai berikut:
fc =
f ' ck
0,76 + 0,2 log 15 f ' ck
dimana :
fck = kekuatan tekan hancur karakteristik dari kubus 15x15x15 cm3
fc = kekuatan tekan hancur karakteristik dari silinder 15 30 cm
III - 3
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200)
dalam % berat maksimum:
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan (Friable partikel),
maksimum 0,5 %.
c. Kandungan arang dan lignit
d. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.
e. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat halus
digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus
menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif
terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar alkalinya
dihitung setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,6 %, atau
dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat
membahayakan oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut.
f. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat
1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian hancur maksimum 10 %.
2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian hancur maksimum 15 %.
g. Susunan besar butir (grading)
Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batas-batas berikut :
Tabel 3.3 Persentase lolos agregat pada ayakan
Ukuran lubang ayakan (mm)
9,60
100
4,80
95 100
2,40
80 100
1,20
50 85
0,60
25 60
0,30
10 30
0,15
2 10
III - 4
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 % pada
suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusan tidak
boleh kurang dari 2,3 dan lebih dari 3,1.
III - 5
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat
kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut harus dicuci.
f. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
beban pengji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat sebagai berikut.
h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil
antarabidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau dari dari jarak
bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
3.3 Jenis-Jenis Batuan
3.3.1 Batuan Endapan
Batuan jenis ini terjadi timbunan endapan serta akibat angin. Endapan itu dapat
terdiri dari batuan karang, pecahan-pecahan mineral, butiran-butiran dari berbagai macam
ukuran seperti : konglomerat, batu pasir, batu tulis. Disamping itu dapat terdiri pula dari
sisa-sisa produk yang dihasilkan oleh binatang atau tumbuhan seperti : batu kapur dan
arang batu. Dapat terdiri dari hasil persenyawaan kimia atau penguapan seperti garam, gips.
Sebagian dari bahan-bahan endapan dapat terdiri dari butiran yang dimuntahkan gunung
berapi, kemudian diendapkan didalam air atau diatas tanah. Struktur dari batuan endapan
mempunyai ciri khas yaitu berlapis-lapis.
Batuan endapan jenisnya cukup luas, dari jenis keras sampai lunak, dari jenis berat sampai
ringan dari jenis padat sampai berpori. Jenis-jenis batuan endapan adalah sebagai berikut :
a. Batu pasir jenis keras dan padat digunakan sebagai agregat. Akan tetapi
harus diingat bahwa ada juga jenis padat yang mudah pecah, serta berpori
akibat proses pengendapan yang tidak sempurna. Apabila tercampur dengan
lempung maka batu pasir itu akan menjadi lunak, mudah pecah, serta
mudah menyerap air.
b. Batu tulis adalah jenis batu pasir atau batu kapur yang mengandung kadar
lempung sangat tinggi, biasanya merupakan agregat yang jelek karena
III - 6
batuan ini bersifat lunak, ringan serta berbentuk pipih bilamana terurai
menjadi pasir.
c. Konglomerat bertendensi untuik pecah menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil selama pengangkutan, pemnbongkaran dan prossesingnya.
d. Flint merupakan bahan dasar dari agregat yang sebagian besar terdiri atas
kerikil. Flint didapat sebagai bahan galian dan berpori banyak. Bahan
agregat jenis ini dapat digunakan sebagai agregat untuk beton biasa. Harus
tetap diiingat bahwa bahan ini berpori banyak serta tidak tahan terhadap air.
e. Cherts adalah bahan silica koloidal, biasanya jenis ini juga jenis flint
mengandung bahan agregat yang dapat bereaksi dengan alkali, berupa Ba20
dan K2O dalam semen. Reaksi ini menyebabkan mengembangnya ge1
silica yang pada akhirnya akan menimbulkan ekspans, retak kemudian cepat
rusaknya konstruksi beton yang bersangkutan.
f. Batu kapur sangat bervariasi dalam mutu serta kekuatan tekannya, akan
tetapi dengan mengandalkan seleksi yang cermat dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton yang culup baik. Beton dengan menggunakan bahan
ini tahan terhadap api serta mempunyai koefisien ekspansi yang rendah
terhadap panas. Perlu kita perhatikan, bahwa batu kapur
sama halnya
dengan pasta semen dapat bereaksi dengan air tanah asam atau air lunak
(bisa netral atau asam) yang mengandung banyak larutan CO2 bebas.
Apabila ada keragu-raguan untuk menggunakan batu kapur sebagai bahan
campuran beton yang harus berhubungan dengan air tanah, sebaiknyua periksakan air
tanah tersebut. Kemudian tentukan derajat kesadahannya (air sadah bersifat basis serta
banyak mengandung Na), kadar CO2 bebas dari nilai pH-nya.
Pada umumnya air yang derajat kesadahannya tinggi, atau sedang tidak menuibulkan
kesukaran-kesukaran.
Sebaiknya ambilah batu kapur yang padat dengan daya absorbsi kurang dari 2%
3.3.2 Batuan Vulkanik
Batu volkanik terjadi akibat pendinginan diikuti oleh pembekuan bahan-bahan
magma yang meleleh. Bahan ini kemudian dimuntahkan dari bawah kerak bumi atau
tersekap didalamnya. Batuan volkanik dapat dibagi dalam :
III - 7
III - 8
adalah . Akan tetapi sering juga dipakai ukuran maksimum 1 dan 3/4 , malahan
yang lebih besar sampai 6 digunakan pula untuk pembetonan massal. Seperti telah
diterangkan lebih dahulu, pada umumnya akan lebih ekonomis bila dalam beton
digunakan ukuran maksimum agregat sebesar mungkin, oleh karena itu dengan demikian
jumlah pemakaian semen dapat dikurangi, sehingga harga beton menjadi semakin murah,
sedangkan panas hidrasi yang timbul akan berkurang. Namun ukuran maksimum agregat
dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut :
-
Ukuran bagian konstruksi tidak boleh kurang dari 4 kali ukuran maksimum agregat
Lapisan penutup beton harus lebih tebal dari ukuran maksimum agregat
Ukuran agregat kasar tidak boleh lebih besar dari 1/6 jarak terkecil antara bidangbidang samping dari acuan
Tidak boleh lebih besar dari kali jarak bersih minimum diantara batang-batang
atau berkas-berkas tulangan.
III - 9
Agregat dapat bergradasi baik, jelek (celah), seragam seperti dilihat dibawah ini :
Kebersihan Agregat
Agregat pada umumnya tidak bebas dari bahan-bahan kotoran yang dapat :
-
III - 10
b. Mika
Mika sering terhadap dalam agregat dan dapat mengurangi kekuatan beton.
Mika tidak stabil volumenya, jika mengalami pengeringan dan pembasahan.
Disamping itu mika mudah terurai melalui lapisan-lapisannya.
c. Fragmen-fragmen kayu dan arang batu
Bahan-bahan ini menyebabkan terjadinya kekuatan tekan beton yang
rendah dan permukaan yang kotor.
d. Bahan organik
Dapat berupa bahan-bahan yang mudah membusuk, seperti humus atau
tanah yang mengandung bahan organik. Substansi-substansi ini biasanya
mengandung asam yang dapat mencegah berlangsungnya hidrasi dari
semen. Bahan-bahan organik ini lebih sering dijumpai dalam agregat halus
daripada agregat kasar.
e. Humus
Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara negatif oleh humus, akan tetapi
setelah lewat jangka waktu yang lama, kekuatan beton akan bertambah lagi
(pulih kembali).
f. Garam-garam organik
Garam-garam organik seperti garam-garam sulfat tidakmengurangi
kekuatan tekan awal, akan tetapi akan merusak beton kelak dengan
menyebabkannya mengembang.
g. Gips
Butiran-butiran gips yang sangat halus akan bereaksi sempurna dengan
semen dan kemudian akan mengembang. Oleh karena itu hampir semua
spesifikasi standart untuk semen portlan membatasi pembubuhan gips
sampai dengan 5% dari berat semen. Butiran-butiran kasar dari gips tidak
begitu membahayakan.
h. Bahan organik yang lain
Dapat diijumpai pula bahan lain dalam agregat asalkan jumlah ini tidak
melebihi 1% dari berat semen, maka beton tidak dipengaruhinya secara
negatif. Jumlah yang lebih besar dari garam ini, seperti CaCl2 dapat
menyerang tulangan hingga berkarat. Untuk mencegah buatlah beton yang
III - 11
padat sedemikian hingga tidak mudah dimasuki oleh air dan zat asam.
Jumlah lebih besar dari garam-garam klorida lainnya, karbonat dan phospat
dapat menyebabkan efflorecence yaitu pengotoran berupa bintik-bintik
(deposit-deposit) putih pada permukaan beton.
3. Kekerasannya
Kekerasan agregat diperlukan oleh karena pada waktu pembuatan beton bahanbahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer, demikian juga harus
menerima gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan. Agregat harus dapat menahan
pengausan, pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian).
Ketahanan agregat terhada pengausan dapat ditentukan dengan menggunakan mesin
pengaus Los Angeles.Penggunaan alat ini dan cara melekukan pemeriksaan ketahan
agregat terhadap pengausan diterangkan secara terperinci dalam ASTM C 13 dan
AASTHO 96.
Kekuatan beton yang dibuat dari agregat yang biasa dipergunakan, tidak dapat
melampaui kekuatan bahan tersebut. Oleh karena ada perbedaan antara modulus elastisitas
dari butiran-butiran agregat dan bahan pengikat mortar pada beton, maka tegangan yang
diderita agregat dapat dua kali lebih tinggi dari tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton.
Pada titik-titik kontak, tegangan setempat bahkan lebih tinggi. Asalkan kekuatanbahan
agregat itu lebih besar tiga kali dari kekuatan beton, maka yang menentukan kekuatan
tekan adalahfaktor-faktor seperti kekuatan pasta semen, dan ikatan antar semen dan
agregat. Kebanyakan bahan agregat yang mulus secara fisik dan kimia dapat
mencapaikekuatan tekan pasta semen. Betoan yang tahan terhadap pengausan dapat dibuat
dengan menggunakan jenis-jenis agregat dari : quarts, quartsit, jenis-jenis batuan vulkanik
yang padat dan batuan silika.
Modulus elastisitas agregat merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat deformasi serta perubahan-perubahan volume beton. Beton
dengan mutu tinggi yang tidak mudah mengalami deformasi serta tidak banyak menyusut
harus dibuat dengan agregat yang tinggi modulus elastisitasnya. Dibawah ini daftar
agregat yang biasa digunakan beserta kekuatan tekannya.
III - 12
Jenis Agregat
Granit
2650 1180
Falsit
5450 1240
Batu karang
3900 2080
2490 970
Batu pasir
2490 460
Marmer
2520 530
Quartsit
4380 1290
Gneiss
2430 970
Schist
3080 - 940
4. Kemulusan Agregat
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila agregat itu tidak
mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan atau pendinginan atau
pembasahan dan pendinginan. Partikel-partikel dari batuan yang secara fisik bersifat lunak,
daya absorbsinya besar mudah dibelah atau menyusut akibat pengaruh air tidak dapat
digunakan sebagai bahan agregat. Beton yang menggunakan jenis agregatdengan ciri-ciri
tersebut di atas, akan rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya antara mortar dan
agregat serta akan timbul retak-retak. Bilamana beton ini mengalami perubahan cuaca
akan timbul bisul-bisul pecah, kemudian terlepas dan akhirnya meinggalkan lubanglubang kecil pada permukaannya.
Yang dapat dimasukkan kedalam kategori bahan yang tidak mulus adalah :
a) Batu tulis
b) Jenis batu pasir yang mudah terurai
c) Batuan yang mengandung lempung
d) Batuan yang mengandung mika dalam jumlah banyak
e) Batuan yang mengandung kristal-kristal kasar
f) Cherts
Yang juga dapat mempengaruhi kemulusan fisik suatu agregat adalah derajat
porositasnya, yaitu kontinuitas pori-pori serta jumlahnya. Ruang-ruang pori akan
III - 13
mengurangi volume bahan padat, mudah memasukkan air dan larutan-larutan agresif,
kemudian menahannya di dalam konstruksi.
Kekuatan tekan dan ketahanan terhadap pengausan akan berkurang akibat porositas
agregat, demikian pula modulus elastisitas bahan akan menurun dan akibatnya akan
menambah penyusutan, oleh karena itu daya lawan butiran agregat terhadap penyusutan
pasta semen akan berkurang.
Bahan agregat yang lunak, berpori dengan daya absorbsi besar, mempunyai berat
jenis yang rendah. Bahan agregat bernutu tinggi pada umumnya mempunyai berat jenis
tinggi.
Jenis Agregat
Ringan
Biasa
Berat
Vermiculite
250 650
Perlite
300 800
Pumice
800 1300
1450 2400
Kerikil alam
1900 2400
Barit
3350 3700
Hematit
3850 4150
Magnetit
3350 4150
Butiran baja
4650 6100
III - 14
Uraian
Contoh
Bulat
kerikil
yang
sebagai
hasil
Memanjang
III - 15
Pemakaian agregat yang diperoleh dari hasil pengolahan batuan banyak dipakai karena
agregat tersebut mempunyai permukaan yang kasar dan tidak teratur sehingga daya
lekatnya tinggi bila dipakai untuk campuran beton.
III - 16