Anda di halaman 1dari 43

TINJAUAN TEORI

A.

PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding
otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal
lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intraabdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih
bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan
dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of Surgery.
Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical
Surgical Nursing. Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding
otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut
secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di
rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran
mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah
obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis,
Heitkemper, Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam
dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi
abnormal. (dr. Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta,2000).
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
B.

ETIOLOGI
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah
rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
C.

PATOFISIOLOGI

1. PROSES PERJALANAN PENYAKIT


Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia diklasifikasikan
menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini
juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral
atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia
Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun
ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau
omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis
Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat

bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan
intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki
saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding
Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang
lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui
cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di
selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat
pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum,
meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik
secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau
dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi
hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau
dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau
membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi
tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini
dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan
perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit
meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek
di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 2,1996)

2. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.
Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a.

Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul bila
terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis.
Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.

b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila
menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga
abdomen.
c.

Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila
tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena
jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.

d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia
sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasusHernia.
e.

Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

f.

Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah
sela paha.

g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.

2. KOMPLIKASI
a.

Hernia berulang,

b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c.

Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,

d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),


e.

Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,

f.

Fostes urin dan feses,

g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

4. KLASIFIKASI
a.

Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia Femoralis dan


sebagainya.

b. Menurut isinya: Hernia usus halus, Hernia omentum, dan sebagainya.


c.

Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia serofalis dan


sebagainya).

d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi,
Hernia Obturatoria).
e.

Causanya : Hernia Kongenital, Hernia Traumatika, Hernia Visional dan sebagainya.

f.

Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia inkarserata, Hernia skrotalis


dan Hernia strangulata.

D. PENATALAKSANAAN
a.

Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi
terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus
femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan
menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini
melaluiregion Inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum
lobunaseGimbernati.

b. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis vaginalis,soproksimal


mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya
inkarserata.
c.

Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan
disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan
intra peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)

1. TERAPI
a.

Pra Operasi:

1. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (HerniaFemoralis)


2. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.
3. Hindari melakukan tindakan sendiri.
4. Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.

5. Gunakan tindakan kenyamanan.


b. Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2. Berikan tindakan kenyamanan
3. Dukungan keluarga. (Wong, Wongs nursing care of infant and children. St. Louis,2004)

2. TINDAKAN MEDIS YANG BERTUJUAN UNTUK PENGOBATAN


Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993. Yaitu:
a.

Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantung Hernia di jahit-ikat setinggi mungkin lalu di potong.

b. Herniorrhaphy : Membuang kantong Hernia disertai tindakan bedah plastik untuk


memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang Kanalis Inguinalis.

E. KONSEP HOSPITALISASI PADA PASIEN


a.

Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
(Hand out, hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang,2007)

b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c.

Persiapan

1. Mempelajari tentang Rumah Sakit.


2. Pendaftaran masuk Rumah Sakit.
3. Ruangan Rumah Sakit.
4. Tim tenaga kesehatan.

d. Stressor
1. Stressor Fisik
a.

Nyeri dan rasa tidak nyaman.

b. Immobilisasi.
c.

Kurang tidur.

d. Tidak mampu makan.


e.

Perubahan kebiasaan eliminasi.

2. Stressor di lingkungan.
a.

Lingkungan yang asing.

b. Orang-orang yang asing.


c.

Bau yang asing, tidak enak.

d. Cahaya yang terus menerus.


e.

Aktifitas pasien lain.

f.

Kesigapan atau kesiapan petugas.

3. Stressor Psikologis
a.

Kurang privacy

b. Tak mampu berkomunikasi


c.

Tak cukup tahu dan paham tentang situasi

d. Penyakit yang berat


e.

Perilaku keluarga (ekspresi terhadap kepedulian)

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan
sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika
ada sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus
memeriksa perut ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan,
Herniasi akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan
regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wongs nursing
care of infant and children. St. Louis,2003)

Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara
bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia,
dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di
cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa
pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat
menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993). Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di
daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.
b. Palpasi Hernia Inguinal
Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan
ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada
Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika
ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat
direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan

Hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahanlahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan.Tambayong, Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)

Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih
suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri
untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus
cahaya, suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang
berguna untuk menegakkan diagnosis Hernia Inguinal indirek.
Tes Diagnostik yang dilakukan seperti:
a.

Foto Rontgen Spinal

b. Elektromiograf
c.

Venogram epidural

d. Scan CT
e.

MRI

f.

Mielogram

g. Kolaborative Care

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial
pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
Herniotomy menurut Doengoes E. Marilynn 2000, adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
6. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal
itu terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat
harus memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan
atau pencekikan, segera menghubungi dokter.

Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti
isi kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi,
yaitu perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam
mempersiapkan pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan
dasar, perawat harus membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk
perjalanan pulang dan rumah perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang
menjalani operasi Hernia diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk
meninggikan daerah skrotum dengan bantal yang lembut dan istirahat akan membantu
mengontrol pembengkakan. Jika tidak kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau prakondisi yang ada, ini akan meningkatkan kenyamanan dan rasa
kesejahteraan. (Lewis,etc. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000.)

I.

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana
rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan
melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien,
agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau

dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi
ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga.
Prinsip dalam memberikan tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah
independent, dependen dan interdependen. (Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,2000)

Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah.Jakarta : EGC,2002)

Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
dengan operasi usus buntu. (http://nugealjamela.blogspot.com,diakses 12 agustus 2010)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)

J.

EVALUASI KEPERAWATAN

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi

berlangsung terus

menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan

perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut John L. Cameron. Current Surgical Therapy. (Jakarta: Binarupa Aksara.


1997).Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang
tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi
proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau
respon pasien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan
atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah
proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien dan
membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan
dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan
rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak
terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan
rencana atau memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA

A.

1.

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian

: 17 Juni 2012

Tanggal Masuk

: 17 Juni 2012

Ruang/Kelas

: Melati/III

Nomor Register

: 10763139

Diagnosa Medis

: Hernia Inguinalis Lateral Skrotalis

Identitas Klien
Nama

: Tn. T

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 69 Tahun

Status Perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Sunda/Indonesia

Pendidikan

: SD

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Padurenan RT 02/13 Cibinong, Bogor

Sumber Biaya

: Jamkesmas

Sumber Informasi

: Pasien dan Keluarga

2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April 2012 yang lalu saat membantu mengangkat beban
berat. Tiba-tiba pasien meringis kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa kerumahnya dan
diberi obat ramuan tradisional dengan istirahat yang cukup. Namun, bertahap selama 2
bulankemudian pasien merasakan adanya benjolan pada lipatan paha tepatnya pada skrotum.

Disertai dengan keluhan batuk dan bersin. Akhirnya, keluarga membawa pasien ke poliklinik
RSUD Cibinong, dan dari diagnosa medis, pasien dinyatakan harus segera dioperasi.

3. Riwayat Keperawatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang


1). Keluhan Utama

: Nyeri dan ada benjolan pada skrotum.

2). Kronologis Keluhan


a)

Faktor Pencetus

: Pasien sering mengangkat beban yang berat.

b)

Timbul Keluhan

: ( ) Mendadak

c)

Lamanya

: 1 tahun

d)

Upaya mengatasi

: Rasa nyeri dan benjolan berkurang/hilang.

b.

Riwayat masa lalu

() Bertahap

1. Riwayat Penyakit sebelumnya :


Pasien tidak ada riwayat penyakit operasi lain sebelumnya.
2. Riwayat Alergi:
Tidak ada alergi.
3.

Riwayat pemakaian obat:


Hanya bila merasakan sakit, pasien meminum obat. Tetapi pasien mengatakan, ia lebih baik
istirahat daripada meminum obat. Kecuali benar-benar membutuhkan.

c.

Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram tiga generasi):

Keterangan:
: Orang tua yang sudah meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Tinggal satu rumah

d.

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak ada.

e.

Riwayat Psikososial dan Spiritual

1)

Adakah orang yang terdekat dengan klien:


Istri dan anak pertamanya.

2)

Interaksi dalam keluarga

a)

Pola Komunikasi

: Baik

b)

Pembuatan Keputusan

: Istri dan anak pertama

c)

Kegiatan Kemasyarakatan

: Baik

3)

Dampak penyakit klien terhadap keluarga


Pasien masih bekerja, keluarga mengandalkan pasien. Maka, keluarga kehilangan orang yang
mencari nafkah.

4)

Masalah yang mempengaruhi klien:


Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat pasien cemas, dan keluarga ha

rus

berusaha

mencari biaya tersebut.


5)

Mekanisme Koping terhadap stress:


() Pemecahan masalah
Pasien menghadapi masalah dengan tenang, semua masalah diatasi bersama oleh keluarga.
() Makan
Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x dalam sehari dengan lauk yang beragam dan
dirumah sakit pasien hanya mampu menghabiskan setengah porsi karena tidak adanya nafsu
makan.
() Tidur
Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup baik, namun pasien kurang tidur siang karena
pasienbekerja hingga sore hari. Tidur malam antara 7-8 jam permalam.

() Minum obat
Pasien sangat menaati aturan minum obat yang diberikan oleh perawat jaga diruangan, pola
minum obat pasien 2x dalam sehari.
() Cari pertolongan
Dalam masalah kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri didaerah rumahnya.
() Lain-lain (Diam)
Dalam menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
6)

Persepsi klien terhadap penyakitnya.

a)

Hal yang sangat di pikirkan saat ini:


Apakah saya bisa sembuh?

b)

Harapan setelah menjalani keperawatan:


Dapat sembuh total dan menjalani aktifitas seperti biasa.

c)

Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:


Lebih banyak diam dan beristirahat.

7)

Sistem penilaian kepercayaan

a)

Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan:


Lebih baik ke Pengobatan Alternatif daripada ke dokter yang biayanya mahal.

b)

Aktivitas Agama / kepercayaan yang dilakukan:


Terus menerus berdzikir dan beribadah kepada Allat SWT.

8)

Kondisi lingkungan rumah:


Hygiene yang kurang, di akibatkan kurangnya pengetahuan yang baik.

9)

Pola Kebiasaan:

POLA
HAL YANG DIKAJI

KEBIASAAN
Sebelum di RS

Di RS

3x/hari

3x/hari

Baik

Tidak

Mual

1 Porsi

Porsi

1. Pola Nutrisi
a.

Frekuensi makanan :X/hari

b.

Nafsu Makan

: Baik/tidak

Alasan:(mual/muntah/sariawan)
c.

Porsi Makanan yang di habiskan

d.

Makanan yang tidak di sukai

Bubur/Nasi yang lembek.

e.

Makanan yang membuat alergi

f.

Makanan Pantangan

Pedas dan santan.

g.

Penggunaan obat-obatan sebelum

IVFD terpasang ditangan

makan
h.

Penggunaan alat bantu

kirinya.
2.Pola Eliminasi
a.

B.a.k :
1). Frekuensi

:..X/hari

4x/hari

5x/hari

2). Warna

:.

Kuning

Kuning

3). Keluhan

:.

Nyeri post-op

1x/hari

1x/hari

Pagi

Pagi

4). Penggunaan alat bantu


b.

B.A.B
1). Frekuensi

:..X/hari

2).Waktu (pagi/siang/malam/tidak
tertentu)
3). Warna :.
4). Konsistensi

Coklat

Kecoklatan

5). Keluhan

:..

Lembek

Agak keras

6). Penggunaan alat

Nyeri saat mengedan

3).Pola Personal Hygiene

2x/hari

1x/hari

Pagi dan Sore

Pagi

2x/hari

1x/hari

Pagi dan Sore

Pagi

a. Mandi
1)

Frekuensi

:..X/hari

2)

Waktu

:Pagi/Siang/Malam

b. Oral Hygiene
1)

Frekuensi

2)

Waktu

:.X/hari
:pagi/siang/sore

c. Cuci Rambut
1) Frekuensi :X/minggu
4). Pola Istirahat dan Tidur

4. Pengkajian Fisik
a.

Pemeriksaan Fisik Umum:

1)

Berat badan

: 68 kg(Sebelum sakit 72 kg)

2)

Tinggi badan

: 174 cm

3)

Keadaan umum

: Sedang

4)

Pembesaran kelenjar getah bening

: ( ) Ya

b.

Sistem Penglihatan:

1)

Posisi mata

: () Simetris

( ) Asimetris

2)

Kelopak mata

: () Normal

( ) Ptosis

3)

Pergerakan bola mata

: () Normal

( ) Abnormal

4)

Konjungtiva

: () Merah Muda ( ) Anemis

5)

Kornea

: () Normal

( ) Keruh/Berkabut

6)

Sklera

: ( ) Ikterik

() Anikterik

7)

Pupil

: () Isokor

( ) Anisokor

8)

Otot-otot mata

: () Tidak ada kelainan

9)

Fungsi penglihatan

: () Baik

10) Tanda-tanda radang

: Tidak ada

11) Pemakaian kaca mata

: () Tidak

( ) Ya

12) Pemakaian lensa kotak

: () Tidak

( ) Ya

13) Reaksi terhadap cahaya

: Baik

() Tidak

( ) Kabur

c.

1)

Sistem Pendengaran:
Daun telinga

: () Normal

( ) Tidak

2)

Karakteristik serumen

a.

Warna

: Kuning muda

b.

Konsistensi

: Cair

c.

Bau

: Khas

3)

Kondisi telinga tengah

: () Normal

( ) Kemerahan

4)

Cairan dari telinga

: () Tidak

( ) Ada

5)

Perasaan penuh di telinga

: () Tidak

( ) Ada

6)

Tinitus

: ( ) Ya

7)

Fungsi pendengaran

: ( ) Normal () Kurang

8)

Gangguan keseimbangan

: () Tidak

( ) Ya

9)

Pemakaian alat bantu

: () Tidak

( ) Ya

d.

Sistem Wicara

e.

Sistem Pernafasan:

1)

Jalan nafas

: () Bersih

2)

Pernafasan

: () Tidak sesak ( ) Sesak

3)

Menggunakan otot bantu pernafasan

: ( ) Ya

4)

Frekuensi

() Tidak

: () Normal ( ) Tidak

( ) Ada Sumbatan

() Tidak
: 30x/menit

5)

Irama

:() Teratur ( ) Tidak Teratur

6)

Jenis pernafasan

: () Spontan

7)
8)

Kedalaman
Batuk

: ( ) Dalam () Dangkal
: ( ) Tidak () Ya

9)

Sputum

: ( ) Tidak

() Ya, Putih

10) Konsistensi

: () Encer

11) Terdapat darah

: ( ) Ya

12) Palpasi dada

: Detak jantung normal

13) Perkusi dada

: Tidak ada tanda-tanda nyeri

14) Suara nafas

: ()Vesikuler ( ) Ronkhi

15) Nyeri saat bernafas

: ( ) Ya

16) Penggunaan alat bantu nafas

: () Tidak ( ) Ya

f.

Sistem Kardiovaskular:

1)

Sirkulasi Peripher

a.

Nadi : 74 x/menit

( ) Kental
() Tidak

() Tidak

: Irama : () Teratur ( ) Tidak Teratur


Denyut : ( ) Lemah () Kuat

b.

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

c.

Distensi vena jugularis

: Kanan: ( ) Tidak () Ya
Kiri

: ( ) Tidak () Ya

d.

Temperature Kulit

: () Hangat

( ) Dingin

e.

Warna kulit

: () Pucat

( ) Kemerahan

f.

Pengisian kapiler

: detik

g.

Edema

: () Ya, Skrotalis ( ) Tidak

2)

Sirkulasi Jantung
a). Kecepatan denyut capital

: Teratur

b). Irama

: () Teratur ( ) Tidak Teratur

c). Kelainan bunyi jantung

: Tidak ada

d). Sakit dada


g.

: ( ) Ya

()Tidak

Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
1). Pucat

: ( ) Tidak

() Ya

2). Perdarahan
h.

: () Tidak

( ) Ya

Sistem Syaraf Pusat:


1). Keluhan sakit kepala

: Vertigo

2). Tingkat kesadaran

: () ComposMentis ( ) Apatis

3). Glasgow coma scale

: E: 4

4). Tanda-tanda peningkatan TIK

V: 5

: () Tidak

5). Gangguan Sistem persyarafan

M: 6
( ) Ya

: Tidak ada

6). Pemeriksaan Refleks

i.

a. Refleks fisiologis

: () Normal ( ) Tidak

b. Refleks Patologis

: ( ) Tidak

() Ya

Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
1). Gigi

: () Caries

( ) Tidak

2). Penggunaan gigi palsu

: ( ) Ya

() Tidak

3). Stomatitis

: ( ) Ya

() Tidak

4). Lidah kotor

: ( ) Ya

() Tidak

5). Salifa

: () Normal ( ) Abnormal

6). Muntah

: () Tidak

7). Nyeri daerah perut

: () Ya, luka post-op

8). Skala nyeri

:3-4

9). Lokasi dan Karakter nyeri

: () Kanan Bawah

10). Bising usus

: 15x/menit

11). Diare

: () Tidak

( ) Ya

12). Konstipasi

: ( ) Tidak

() Ya, 2 hari.

13). Hepar

: () Teraba

()Tidak Teraba

14). Abdomen

: ( ) Distensi

() Kembung

j.

Sistem Endokrin:

a.

Pembesaran Kelenjar Tiroid

b.

Nafas berbau keton

c.

Luka ganggren

: () Tidak
: () Tidak

( ) Ya

( ) Ya
( ) Ya

: ()Tidak

( ) Ya

k. Sistem Urogenital:
a.

Balance Cairan

: Intake 1000 ml ; Out 500 ml

b.

Perubahan pola kemih

: () Retensi

c.

B.a.k

: () Kuning Jernih

( ) Dysuria
() Putih

d.

Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya

e.

Keluhan sakit pinggang

: ( ) Ya

f.

Skala nyeri

:0

() Tidak
() Tidak

l. Sistem Integumen
a.

Turgor kulit

: () Tidak Elastis

b.

Temperatur kulit

: ( ) Hangat

()Dingin

c.

Warna kulit

: () Pucat

( ) Cyanosis

d.

Keadaan kulit

: ( ) Baik

() Lesi

: () Insisi Operasi, lokasi


daerah skrotum.
e.

Kelainan kulit

: () Tidak

( ) Ya

f.

Kondisi kulit yang terpasang infus

: Normal, tidak ada oedeme

g.

Keadaan rambut

: - Tekstur

: Baik

- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a.

Kesulitan dalam bergerak

: () Ya,terpasang infus (+)

b.

Sakit pada tulang

: ( ) Ya

() Tidak

c.

Fraktur

: ( ) Ya

() Tidak

d.

Kelainan bentuk tulang sendi

: Tidak Ada

e.

Kelainan struktur tulang belakang

f.

Keadaan otot
5.

Data Penunjang
a. Laboratorium:

: Tidak Ada
: Baik

Hari/
No

tanggal

1.

Minggu
17-06-a.
12 b.

Jenis

Nilai

Nilai Normal

HB

14.4

L: 13.0-16.0 ;

Eritrosit

4.72

P: 12.0-14.0

6.800

4.5 - 5.9 (4.5 -

291.000

5.5)

40.0

5.000 -

10.000

150.000

450.000

60

L: 40 48 ;

40

P: 36 42

01%

1. Darah rutin:

c.

Leukosit

d.

Trombosit

e.

Hematrokrit

f.

Basofil

g.

Eosinofil

h.

Batang

i.

Segmen

j.

Limfosit

k.

Monosit

13%
36%
2

50 70 %

11

20 40 %

/ Rh (+)

2-8 %

2. Masa
pendarahan
Masa pembekuan

3.
4.

Gol. Darah
Diabetes:

1 3 mnt
95

9 15 mnt
-

5. Glukosa

sewaktu:
75 200
Imunologi/ serologi
HBs Ag / negatif (-)

b. Rontgen:

mg/dl

Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan

Tanggal
Senin
18-06-12

Waktu
06.00
06.30
15.00
15.00
17.30
22.00
22.00

Jenis
Infus RL
Captrofil
Cefotaxime
Ketorolac
Infus D 5 %
Ketorolac
Ceftriaxone

Dosis
500 cc
25 mg
1 gr
1 amp
500 cc
1 amp
1 gr

Cara Pemberian
20 tts/mnt
IV
IV
IV
20 tts/mnt
IV
IV

7.
Data

Selasa
Tanggal
19-06-12
Minggu
17 Juni 2012
Jam 16.55

06.00 Data Subjektif


Ketorolac
06.00mengatakan Ceftriaxone
Pasien
ada rasa nyeri
Infus
RL
di06.00
perut kanan bawah
di bagian

1 amp Data ObjektifIV


Pasien1 gr
tampak meringisIVkesakitan,
500cc
benjolan pada kemaluan IV
(+)

skrotum.

S: 37C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt


TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Keluhan lemah, kesadaran CM,
pasien tampak meringis kesakitan,
dan berhati-hati saat bergerak.
S: 36C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt
TD: 160/70 mmHg, oedeme (-),
BAB (-), BAK (+) kuning jernih,
Flatus (-)
Keluhan sedang, kesadaran CM,
pasien tampak lemas.
S: 37C , N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt,
TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) ,
mual (+), muntah (-), flatus (+) BAB
(+) agak keras kecoklatan, BAK (+)
kuning jernih.

Senin
18 Juni 2012
Jam 14.45

Pasien mengatakan timbul rasa


nyeri setelah operasi.

Selasa
19 Juni 2012
Jam 08.00

Pasien mengatakan nyeri bagian


operasi berkurang, namun pasien
merasa mual dan lemas.

Fokus

8. Analisa Data
Data

Masalah

Etiologi

DS: Pasien datang


dengan keluhan ada
rasa nyeri di perut
kanan bawah dan ada
benjolan di skrotum.
DO: Pasien tampak
meringis kesakitan,
ada benjolan pada
kemaluan (+)
S: 37C N: 72x/mnt
RR: 34x/mnt TD:
120/90 mmHg,
oedeme (+)

Nyeri berhubungan
dengan trauma
jaringan (usus
terjepit)

Terjadinya gangguan aliran


darah di usus yang terjepit
yang menyebabkan kematian
jaringan (Nekrosis) dan
menimbulkan Perforasi.

DS: Pasien mengeluh


nyeri bagian luka
post-op.
DO: Keluhan lemah,
kesadaran CM,
pasien tampak
meringis kesakitan,
dan berhati-hati saat
bergerak.
S: 36C , N: 80
x/mnt , RR: 34 x/mnt
TD: 160/70 mmHg,
oedeme (-), BAB (-),
BAK

Nyeri berhubungan
dengan trauma
jaringan (insisi bedah)

Terputusnya kontuinitas
jaringan kulit pada post-op,
yang menstimulasi saraf nyeri
dan menimbulkan rasa nyeri.

No
1.

2.

(+) kuning jernih,


Flatus (-)

3.

DS: Pasien
mengatakan nyeri
bagian operasi
berkurang, namun
pasien merasa mual
dan lemas.
DO: Pasien telihat
lemas.
S: 37C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg,
oedeme (-) , mual (+)
muntah (-) flatus (+)
BAB (+) agak keras
kecoklatan, BAB (+)
kuning jernih.

Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat
luka post-op.

Efek luka operasi yang


menimbulkan rasa mual yang
memicu terjadinya intoleransi
aktifitas terhadap respon
tubuh.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No

Tanggal

Ditemuk
an

Tanggal
Teratasi

Nama
Jelas

1.

2.

3.

Nyeri berhubungan dengan


trauma jaringan (usus
terjepit).

17-06-2012

18-062012

Nyeri berhubungan dengan


trauma jaringan postop (insisi bedah)

18-06-2012

18-062012

Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat luka
post-op.

19-06-2012

19-062012

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl
No Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria
(PES)
Hasil

Rencana Tindakan
Paraf &

nama jelas
18 Juni
2012

1.

Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan
(usus terjepit).

Tujuan: Nyeri a.
berkurang/hilang
(1-2 hari)
b.
Kriteria Hasil:
Pasien tampak c.
rileks dan keluhan
nyeri (-)
d.

Mengkaji tandatanda nyeri pasien.


Mengajarkan
tehnik relaksasi.
Memberi posisi
semi fowler.
Memberi informasi
yang akurat untuk
mengurangi rasa
sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.

18 Juni
2012

2.

Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan
post-op (insisi bedah)

Tujuan: Nyeri a.
berkurang/hilang
(1- 5 hari)
Kriteria Hasil:
Keluhan nyeri
berkurang, pasienb.
rileks, dan skala
nyeri 0.
c.

Mengkaji
pengalaman nyeri
pasien, tentukan
tingkat nyeri yang
dialami.
Memantau keluhan
nyeri.
Mengjarkan tehnik
relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.

19 Juni
2012

3.

Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat
luka post-op.

Tujuan: Aktifitas a.
dapat maksimal
terjadi.
Kriteria Hasil:
Memperlihatkan b.
kemajuan aktifitas
s.d mandiri dan
ada respon positifc.
terhadap aktifitas.

Menjelaskan
batasan aktifitas
pasien sesuai
kondisi
Meningkatkan
aktifitas secara
bertahap.
Merencanakan
waktu istirahat
sesuai jadwal.
d. Memotivasi
peningkatan dan
beri penghargaan
pada kemajuan
yang telah dicapai.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu No. DK
Tindakan Keperawatan dan Hasil

Paraf dan
nama jelas

17 Juni 2012

1.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.

18 Juni 2012

2.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.

19 Juni 2012

3.
a.
b.
c.
d.

a.
b.

Tindakan:
Kaji tanda-tanda nyeri (0-10)
Ajarkan tehnik relaksasi.
Berikan posisi semi fowler.
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Hasil:
Skala nyeri sedang (4-5)
Pasien tampak lebih rileks.
Keluhan nyeri berkurang.

Tindakan:
Kaji pengalaman nyeri pasien, dan
menetukan tingkat nyeri yang dialami.
Pantau keluhan nyeri.
Ajarkan tehnik relaksasi.
Anjurkan mobilisasi dini.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Hasil:
Skala nyeri sedang 4-5
Keluhan nyeri berkurang.
Pasien sudah bisa beristirahat dengan
tenang.
Tindakan:
Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi.
Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Berikan motivasi peningkatan dan memberi
penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.
Hasil:
Pasien tampak lebih rileks.
Pasien sudah dapat melakukan eliminasi
sendiri.

c. Keluhan nyeri 0.
d. Pasien diizinkan pulang.

E. EVALUASI (CATATAN PENGEMBANGAN)


No.D
Tgl/Jam
Evaluasi Hasil (SOAP)
K
1
17 Juni
S: Pasien datang dengan keluhan ada
2012
rasa nyeri di perut kanan bawah.
O: Pasien tampak meringis kesakitan,
ada benjolan pada kemaluan (+) S:
37C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD:
120/90 mmHg, oedeme (+)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan (usus terjepit).
P:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik relaksasi.
c. Memberikan posisi semi fowler.
d. Memberikan informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
2
18 Juni
S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka
2012
post-op.
O: Keluhan lemah, kesadaran CM,
pasien tampak meringis kesakitan,
berhati-hat saat bergerak.
S: 36C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt
TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB

Paraf dan Nama


jelas

a.

b.
c.
d.
e.
3

19 Juni
2012

a.
b.
c.
d.

(-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)


A: Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah)
P:
Mengkaji pengalaman nyeri pasien,
dan menetukan tingkat nyeri yang
dialami.
Memantau keluhan nyeri.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
Menganjurkan mobilisasi dini.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
S: Pasien mengatakan rasa nyeri
sudah berkurang, namun ada rasa
lemas, dan mual.
O: Pasien telihat lemas.
S: 37C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt,
TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual
(+) muntah (-) flatus (+) BAB (+)
agak keras kecoklatan, BAB (+)
kuning jernih.
A: Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan respon tubuh akibat luka postop.
P:
Menjelaskan batasan aktifitas pasien
sesuai kondisi.
Meningkatkan aktifitas secara
bertahap.
Merencanakan waktu istirahat sesuai
jadwal.
Memotivasi peningkatan dan
memberi penghargaan pada kemajuan
yang telah dicapai.

TINJAUAN KASUS
1.

a.
b.
c.
d.
e.

Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit) ditandai dengan:


Data Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+) S: 37C N:
72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan keluhan nyeri (-)
Rencana Tindakan:
Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
Memberi posisi semi fowler.
Memberi informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 17 Juni 2012
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37C, Nadi: 74x/mnt, Pernafasan:
30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji tanda-tanda nyeri pada Tn.T dan mengajarkan tehnik
relaksasi agar tidak tegang; Pukul 18.25 memotivasi pasien untuk banyak minum dan
beristirahat serta memberikan posisi semi fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien untuk
istirahat, puasa, mandi dan cukur.

Tanggal 18 Juni 2012


Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90 mmHg, Suhu: 36,5C, Nadi 72x/mnt, Pernafasan:
32x/mnt dan memasang infus Ringer Laktat 20 tpm; Pukul 06.10 skin test Cefotaxime; Pukul
06.30 memberi terapi Captrofil 25mg melalui I.V dan mengajarkan tehnik nafas dalam agar
lebih rileks dalam menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Tanggal 17 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+),
S: 37C, N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Analisa: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
Perencanaan:
a.
Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik relaksasi.
c.
Memberikan posisi semi fowler.

d.
e.
2.

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.
e.
3.

Memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.


Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) ditandai dengan:
Data Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
Data Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan
berhati-hati saat bergerak. S: 36C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg,
oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-).
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang, pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
Memantau keluhan nyeri.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
Menganjurkan mobilisasi dini.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 18 Juni 2012
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi; Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70
mmHg, Suhu: 37C, Nadi: 80x/mnt, Pernafasan 37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan terapi
Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji
tanda-tanda nyeri dan membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan
memotivasi pasien untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan infus dengan D 5% melalui
I.V dengan 20 tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan dan minum secara bertahap; Pukul
22.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp dan
mengobservasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini sesuai dengan batas kemampuan.
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui
cairan infus.
Evaluasi:
Tanggal 18 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat
bergerak. S: 36C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-),
BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)
Analisa: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
Perencanaan:
Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
Memantau keluhan nyeri.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
Menganjurkan mobilisasi dini.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:

Data Subjektif: Pasien mengatakan lemas, dan mual.


Data Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37C, N: 82 x/mnt, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
Tujuan: Aktifitas dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif
terhadap aktifitas.

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.

A.

Rencana Tindakan:
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai dengan kondisi.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi pasien,
melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus berlatih agar
dapat melakukan kegiatan eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00 mengukur TTV, TD: 130/70
mmHg, Suhu: 37C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt. Pukul 12.00 memberikan makanan
siang dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Tanggal 19 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan lemas, dan mual.
Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-), mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada
kasus Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan
pada saat pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh
dan sistem pencernaannya. Pasien masih terlihat lemas dan berhati-hati saat bergerak.
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,

atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna,


et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B Saunders Company,2000)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui
lubang congenital atau didapat.
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital,
Obesitas Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Komplikasi
yang
disebabkan
dari
Hernia
Inguinalis
adalah Hernia
berulang,Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang
berlebihan / infeksi luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah
Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi
lama
merupakan atropi
testis
karena
lesi. (Oswari
E. Bedah
dan
Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993).

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai
dengan kasus yang dialami Tn.T, yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)


3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Diagnosa keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan
danpenyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas
pasien.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
dikemukakan para ahli.
1.

Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).


Rencana Keperawatan:

a.

Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.

b.

Mengajarkan tehnik relaksasi.

c.

Memberikan posisi semi fowler.

d.

Memerikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.

e.

Kolaborasi dalam pemberian terapi.

2.

Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)


Rencana Keperawatan:

a.

Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.

b.

Memantau keluhan nyeri.

c.

Mengajarkan tehnik relaksasi.

d.

Menganjurkan mobilisasi dini.

e.

Kolaborasi dalam pemberian terapi.

3.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.


Rencana Keperawatan:

a.

Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi

b.

Meningkatkan aktifitas secara bertahap.

c.

Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.

d.

Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu
terlaksananya proses pelaksanaan, sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik
relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan
tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi,
menganjurkan mobilisasi dini dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op,
telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal,
memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan
penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada kasus Tn.T.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi
sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan.
Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi

kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat istirahat dengan tenang.
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks,
dan keluhan nyeri 0.

BAB V
EVALUASI
A.

KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.
Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1.

Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.

2.

Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.


Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.Komplikasi
yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang,Kerusakan pada
pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka
pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes
urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi
dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan
atau mengurangi gejala dari komplikasi.
Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit
yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat
membantu proses penyembuhan penyakit.
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
dengan melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana
mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal
sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau
insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup
hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.

B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang
penulis sampaikan adalah:
a.

Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu
menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat

yang tepat dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi
sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi
pada cekikan.
b.

Bagi perawat dan tenaga kesehatan:


Selalu mengingatkan pasien tentang cara-cara membatasi terjadinya kontribusi
cekikan yang memperparah kondisi pasien.

c.

Bagi siswa:
Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang batasan-batasan
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat
menimbulkan Hernia.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Jakarta:
Hand out. 2007. hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang.
http:// nugealjamela.blogspot.com, diakses 12 agustus 2010
Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany.
John L. Cameron. 1997. Current Surgical Therapy. Jakarta: Binarupa Aksara.
LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in
ClientCare. Second Edition. New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.

Lewis,

Heitkemper, Dirksen.

2000. Medical Surgical

Nursing:

Assessment

and

Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.


Long C, Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: EGC
Oswari E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Seymour I. Schwartz, et.All 2000. Principles of Surgery. Companion handbook. Jakarta:
EGC.
Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC
Tambayong, dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wong, 2004. Wongs nursing care of infant and children. St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai