A.
PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding
otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal
lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intraabdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih
bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan
dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of Surgery.
Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical
Surgical Nursing. Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding
otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut
secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di
rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran
mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah
obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis,
Heitkemper, Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam
dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi
abnormal. (dr. Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta,2000).
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
B.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah
rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
C.
PATOFISIOLOGI
bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan
intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki
saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding
Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang
lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui
cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di
selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat
pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum,
meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik
secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau
dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi
hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau
dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau
membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi
tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini
dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan
perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit
meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek
di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 2,1996)
2. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.
Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a.
Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul bila
terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis.
Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila
menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga
abdomen.
c.
Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila
tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena
jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia
sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasusHernia.
e.
Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
f.
Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah
sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
2. KOMPLIKASI
a.
Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c.
f.
g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
4. KLASIFIKASI
a.
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi,
Hernia Obturatoria).
e.
f.
D. PENATALAKSANAAN
a.
Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi
terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus
femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan
menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini
melaluiregion Inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum
lobunaseGimbernati.
Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan
disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan
intra peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)
1. TERAPI
a.
Pra Operasi:
Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantung Hernia di jahit-ikat setinggi mungkin lalu di potong.
Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
(Hand out, hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang,2007)
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c.
Persiapan
d. Stressor
1. Stressor Fisik
a.
b. Immobilisasi.
c.
Kurang tidur.
2. Stressor di lingkungan.
a.
f.
3. Stressor Psikologis
a.
Kurang privacy
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan
sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika
ada sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus
memeriksa perut ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan,
Herniasi akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan
regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wongs nursing
care of infant and children. St. Louis,2003)
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara
bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia,
dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di
cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa
pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat
menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993). Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di
daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.
b. Palpasi Hernia Inguinal
Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan
ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada
Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika
ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat
direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan
Hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahanlahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan.Tambayong, Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih
suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri
untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus
cahaya, suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang
berguna untuk menegakkan diagnosis Hernia Inguinal indirek.
Tes Diagnostik yang dilakukan seperti:
a.
b. Elektromiograf
c.
Venogram epidural
d. Scan CT
e.
MRI
f.
Mielogram
g. Kolaborative Care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial
pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
Herniotomy menurut Doengoes E. Marilynn 2000, adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
6. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal
itu terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat
harus memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan
atau pencekikan, segera menghubungi dokter.
Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti
isi kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi,
yaitu perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam
mempersiapkan pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan
dasar, perawat harus membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk
perjalanan pulang dan rumah perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang
menjalani operasi Hernia diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk
meninggikan daerah skrotum dengan bantal yang lembut dan istirahat akan membantu
mengontrol pembengkakan. Jika tidak kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau prakondisi yang ada, ini akan meningkatkan kenyamanan dan rasa
kesejahteraan. (Lewis,etc. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000.)
I.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana
rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan
melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien,
agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi
ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga.
Prinsip dalam memberikan tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah
independent, dependen dan interdependen. (Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,2000)
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah.Jakarta : EGC,2002)
Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
dengan operasi usus buntu. (http://nugealjamela.blogspot.com,diakses 12 agustus 2010)
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)
J.
EVALUASI KEPERAWATAN
berlangsung terus
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan
dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan
rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak
terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan
rencana atau memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA
A.
1.
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
: 17 Juni 2012
Tanggal Masuk
: 17 Juni 2012
Ruang/Kelas
: Melati/III
Nomor Register
: 10763139
Diagnosa Medis
Identitas Klien
Nama
: Tn. T
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 69 Tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Sunda/Indonesia
Pendidikan
: SD
: Indonesia
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
Sumber Biaya
: Jamkesmas
Sumber Informasi
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April 2012 yang lalu saat membantu mengangkat beban
berat. Tiba-tiba pasien meringis kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa kerumahnya dan
diberi obat ramuan tradisional dengan istirahat yang cukup. Namun, bertahap selama 2
bulankemudian pasien merasakan adanya benjolan pada lipatan paha tepatnya pada skrotum.
Disertai dengan keluhan batuk dan bersin. Akhirnya, keluarga membawa pasien ke poliklinik
RSUD Cibinong, dan dari diagnosa medis, pasien dinyatakan harus segera dioperasi.
3. Riwayat Keperawatan
a.
Faktor Pencetus
b)
Timbul Keluhan
: ( ) Mendadak
c)
Lamanya
: 1 tahun
d)
Upaya mengatasi
b.
() Bertahap
c.
Keterangan:
: Orang tua yang sudah meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
d.
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak ada.
e.
1)
2)
a)
Pola Komunikasi
: Baik
b)
Pembuatan Keputusan
c)
Kegiatan Kemasyarakatan
: Baik
3)
4)
rus
berusaha
() Minum obat
Pasien sangat menaati aturan minum obat yang diberikan oleh perawat jaga diruangan, pola
minum obat pasien 2x dalam sehari.
() Cari pertolongan
Dalam masalah kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri didaerah rumahnya.
() Lain-lain (Diam)
Dalam menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
6)
a)
b)
c)
7)
a)
b)
8)
9)
Pola Kebiasaan:
POLA
HAL YANG DIKAJI
KEBIASAAN
Sebelum di RS
Di RS
3x/hari
3x/hari
Baik
Tidak
Mual
1 Porsi
Porsi
1. Pola Nutrisi
a.
b.
Nafsu Makan
: Baik/tidak
Alasan:(mual/muntah/sariawan)
c.
d.
e.
f.
Makanan Pantangan
g.
makan
h.
kirinya.
2.Pola Eliminasi
a.
B.a.k :
1). Frekuensi
:..X/hari
4x/hari
5x/hari
2). Warna
:.
Kuning
Kuning
3). Keluhan
:.
Nyeri post-op
1x/hari
1x/hari
Pagi
Pagi
B.A.B
1). Frekuensi
:..X/hari
2).Waktu (pagi/siang/malam/tidak
tertentu)
3). Warna :.
4). Konsistensi
Coklat
Kecoklatan
5). Keluhan
:..
Lembek
Agak keras
2x/hari
1x/hari
Pagi
2x/hari
1x/hari
Pagi
a. Mandi
1)
Frekuensi
:..X/hari
2)
Waktu
:Pagi/Siang/Malam
b. Oral Hygiene
1)
Frekuensi
2)
Waktu
:.X/hari
:pagi/siang/sore
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi :X/minggu
4). Pola Istirahat dan Tidur
4. Pengkajian Fisik
a.
1)
Berat badan
2)
Tinggi badan
: 174 cm
3)
Keadaan umum
: Sedang
4)
: ( ) Ya
b.
Sistem Penglihatan:
1)
Posisi mata
: () Simetris
( ) Asimetris
2)
Kelopak mata
: () Normal
( ) Ptosis
3)
: () Normal
( ) Abnormal
4)
Konjungtiva
5)
Kornea
: () Normal
( ) Keruh/Berkabut
6)
Sklera
: ( ) Ikterik
() Anikterik
7)
Pupil
: () Isokor
( ) Anisokor
8)
Otot-otot mata
9)
Fungsi penglihatan
: () Baik
: Tidak ada
: () Tidak
( ) Ya
: () Tidak
( ) Ya
: Baik
() Tidak
( ) Kabur
c.
1)
Sistem Pendengaran:
Daun telinga
: () Normal
( ) Tidak
2)
Karakteristik serumen
a.
Warna
: Kuning muda
b.
Konsistensi
: Cair
c.
Bau
: Khas
3)
: () Normal
( ) Kemerahan
4)
: () Tidak
( ) Ada
5)
: () Tidak
( ) Ada
6)
Tinitus
: ( ) Ya
7)
Fungsi pendengaran
: ( ) Normal () Kurang
8)
Gangguan keseimbangan
: () Tidak
( ) Ya
9)
: () Tidak
( ) Ya
d.
Sistem Wicara
e.
Sistem Pernafasan:
1)
Jalan nafas
: () Bersih
2)
Pernafasan
3)
: ( ) Ya
4)
Frekuensi
() Tidak
: () Normal ( ) Tidak
( ) Ada Sumbatan
() Tidak
: 30x/menit
5)
Irama
6)
Jenis pernafasan
: () Spontan
7)
8)
Kedalaman
Batuk
: ( ) Dalam () Dangkal
: ( ) Tidak () Ya
9)
Sputum
: ( ) Tidak
() Ya, Putih
10) Konsistensi
: () Encer
: ( ) Ya
: ()Vesikuler ( ) Ronkhi
: ( ) Ya
: () Tidak ( ) Ya
f.
Sistem Kardiovaskular:
1)
Sirkulasi Peripher
a.
Nadi : 74 x/menit
( ) Kental
() Tidak
() Tidak
b.
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
c.
: Kanan: ( ) Tidak () Ya
Kiri
: ( ) Tidak () Ya
d.
Temperature Kulit
: () Hangat
( ) Dingin
e.
Warna kulit
: () Pucat
( ) Kemerahan
f.
Pengisian kapiler
: detik
g.
Edema
2)
Sirkulasi Jantung
a). Kecepatan denyut capital
: Teratur
b). Irama
: Tidak ada
: ( ) Ya
()Tidak
Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
1). Pucat
: ( ) Tidak
() Ya
2). Perdarahan
h.
: () Tidak
( ) Ya
: Vertigo
: () ComposMentis ( ) Apatis
: E: 4
V: 5
: () Tidak
M: 6
( ) Ya
: Tidak ada
i.
a. Refleks fisiologis
: () Normal ( ) Tidak
b. Refleks Patologis
: ( ) Tidak
() Ya
Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
1). Gigi
: () Caries
( ) Tidak
: ( ) Ya
() Tidak
3). Stomatitis
: ( ) Ya
() Tidak
: ( ) Ya
() Tidak
5). Salifa
: () Normal ( ) Abnormal
6). Muntah
: () Tidak
:3-4
: () Kanan Bawah
: 15x/menit
11). Diare
: () Tidak
( ) Ya
12). Konstipasi
: ( ) Tidak
() Ya, 2 hari.
13). Hepar
: () Teraba
()Tidak Teraba
14). Abdomen
: ( ) Distensi
() Kembung
j.
Sistem Endokrin:
a.
b.
c.
Luka ganggren
: () Tidak
: () Tidak
( ) Ya
( ) Ya
( ) Ya
: ()Tidak
( ) Ya
k. Sistem Urogenital:
a.
Balance Cairan
b.
: () Retensi
c.
B.a.k
: () Kuning Jernih
( ) Dysuria
() Putih
d.
e.
: ( ) Ya
f.
Skala nyeri
:0
() Tidak
() Tidak
l. Sistem Integumen
a.
Turgor kulit
: () Tidak Elastis
b.
Temperatur kulit
: ( ) Hangat
()Dingin
c.
Warna kulit
: () Pucat
( ) Cyanosis
d.
Keadaan kulit
: ( ) Baik
() Lesi
Kelainan kulit
: () Tidak
( ) Ya
f.
g.
Keadaan rambut
: - Tekstur
: Baik
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a.
b.
: ( ) Ya
() Tidak
c.
Fraktur
: ( ) Ya
() Tidak
d.
: Tidak Ada
e.
f.
Keadaan otot
5.
Data Penunjang
a. Laboratorium:
: Tidak Ada
: Baik
Hari/
No
tanggal
1.
Minggu
17-06-a.
12 b.
Jenis
Nilai
Nilai Normal
HB
14.4
L: 13.0-16.0 ;
Eritrosit
4.72
P: 12.0-14.0
6.800
291.000
5.5)
40.0
5.000 -
10.000
150.000
450.000
60
L: 40 48 ;
40
P: 36 42
01%
1. Darah rutin:
c.
Leukosit
d.
Trombosit
e.
Hematrokrit
f.
Basofil
g.
Eosinofil
h.
Batang
i.
Segmen
j.
Limfosit
k.
Monosit
13%
36%
2
50 70 %
11
20 40 %
/ Rh (+)
2-8 %
2. Masa
pendarahan
Masa pembekuan
3.
4.
Gol. Darah
Diabetes:
1 3 mnt
95
9 15 mnt
-
5. Glukosa
sewaktu:
75 200
Imunologi/ serologi
HBs Ag / negatif (-)
b. Rontgen:
mg/dl
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan
Tanggal
Senin
18-06-12
Waktu
06.00
06.30
15.00
15.00
17.30
22.00
22.00
Jenis
Infus RL
Captrofil
Cefotaxime
Ketorolac
Infus D 5 %
Ketorolac
Ceftriaxone
Dosis
500 cc
25 mg
1 gr
1 amp
500 cc
1 amp
1 gr
Cara Pemberian
20 tts/mnt
IV
IV
IV
20 tts/mnt
IV
IV
7.
Data
Selasa
Tanggal
19-06-12
Minggu
17 Juni 2012
Jam 16.55
skrotum.
Senin
18 Juni 2012
Jam 14.45
Selasa
19 Juni 2012
Jam 08.00
Fokus
8. Analisa Data
Data
Masalah
Etiologi
Nyeri berhubungan
dengan trauma
jaringan (usus
terjepit)
Nyeri berhubungan
dengan trauma
jaringan (insisi bedah)
Terputusnya kontuinitas
jaringan kulit pada post-op,
yang menstimulasi saraf nyeri
dan menimbulkan rasa nyeri.
No
1.
2.
3.
DS: Pasien
mengatakan nyeri
bagian operasi
berkurang, namun
pasien merasa mual
dan lemas.
DO: Pasien telihat
lemas.
S: 37C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg,
oedeme (-) , mual (+)
muntah (-) flatus (+)
BAB (+) agak keras
kecoklatan, BAB (+)
kuning jernih.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat
luka post-op.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No
Tanggal
Ditemuk
an
Tanggal
Teratasi
Nama
Jelas
1.
2.
3.
17-06-2012
18-062012
18-06-2012
18-062012
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat luka
post-op.
19-06-2012
19-062012
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl
No Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria
(PES)
Hasil
Rencana Tindakan
Paraf &
nama jelas
18 Juni
2012
1.
Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan
(usus terjepit).
Tujuan: Nyeri a.
berkurang/hilang
(1-2 hari)
b.
Kriteria Hasil:
Pasien tampak c.
rileks dan keluhan
nyeri (-)
d.
18 Juni
2012
2.
Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan
post-op (insisi bedah)
Tujuan: Nyeri a.
berkurang/hilang
(1- 5 hari)
Kriteria Hasil:
Keluhan nyeri
berkurang, pasienb.
rileks, dan skala
nyeri 0.
c.
Mengkaji
pengalaman nyeri
pasien, tentukan
tingkat nyeri yang
dialami.
Memantau keluhan
nyeri.
Mengjarkan tehnik
relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
19 Juni
2012
3.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
respon tubuh akibat
luka post-op.
Tujuan: Aktifitas a.
dapat maksimal
terjadi.
Kriteria Hasil:
Memperlihatkan b.
kemajuan aktifitas
s.d mandiri dan
ada respon positifc.
terhadap aktifitas.
Menjelaskan
batasan aktifitas
pasien sesuai
kondisi
Meningkatkan
aktifitas secara
bertahap.
Merencanakan
waktu istirahat
sesuai jadwal.
d. Memotivasi
peningkatan dan
beri penghargaan
pada kemajuan
yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu No. DK
Tindakan Keperawatan dan Hasil
Paraf dan
nama jelas
17 Juni 2012
1.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
18 Juni 2012
2.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
19 Juni 2012
3.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
Tindakan:
Kaji tanda-tanda nyeri (0-10)
Ajarkan tehnik relaksasi.
Berikan posisi semi fowler.
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Hasil:
Skala nyeri sedang (4-5)
Pasien tampak lebih rileks.
Keluhan nyeri berkurang.
Tindakan:
Kaji pengalaman nyeri pasien, dan
menetukan tingkat nyeri yang dialami.
Pantau keluhan nyeri.
Ajarkan tehnik relaksasi.
Anjurkan mobilisasi dini.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Hasil:
Skala nyeri sedang 4-5
Keluhan nyeri berkurang.
Pasien sudah bisa beristirahat dengan
tenang.
Tindakan:
Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi.
Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Berikan motivasi peningkatan dan memberi
penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.
Hasil:
Pasien tampak lebih rileks.
Pasien sudah dapat melakukan eliminasi
sendiri.
c. Keluhan nyeri 0.
d. Pasien diizinkan pulang.
a.
b.
c.
d.
e.
3
19 Juni
2012
a.
b.
c.
d.
TINJAUAN KASUS
1.
a.
b.
c.
d.
e.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
A.
Rencana Tindakan:
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai dengan kondisi.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi pasien,
melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus berlatih agar
dapat melakukan kegiatan eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00 mengukur TTV, TD: 130/70
mmHg, Suhu: 37C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt. Pukul 12.00 memberikan makanan
siang dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Tanggal 19 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan lemas, dan mual.
Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-), mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada
kasus Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan
pada saat pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh
dan sistem pencernaannya. Pasien masih terlihat lemas dan berhati-hati saat bergerak.
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai
dengan kasus yang dialami Tn.T, yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
dikemukakan para ahli.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu
terlaksananya proses pelaksanaan, sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik
relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan
tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi,
menganjurkan mobilisasi dini dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op,
telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal,
memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan
penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada kasus Tn.T.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi
sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan.
Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi
kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat istirahat dengan tenang.
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks,
dan keluhan nyeri 0.
BAB V
EVALUASI
A.
KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.
Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1.
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2.
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang
penulis sampaikan adalah:
a.
Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu
menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat
yang tepat dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi
sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi
pada cekikan.
b.
c.
Bagi siswa:
Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang batasan-batasan
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat
menimbulkan Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Jakarta:
Hand out. 2007. hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang.
http:// nugealjamela.blogspot.com, diakses 12 agustus 2010
Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany.
John L. Cameron. 1997. Current Surgical Therapy. Jakarta: Binarupa Aksara.
LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in
ClientCare. Second Edition. New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Lewis,
Heitkemper, Dirksen.
Nursing:
Assessment
and