ELISABETH
NOMOR :..
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SANTA
ELISABETH TENTANG PANDUAN PERAWATAN
TERMINAL RUMAH SAKIT UMUM SANTA
ELISABETH.
Kedua : Panduan Pasien Terminal Rumah Sakit Umum
Santa Elisabeth sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Panduan Pasien Terminal Rumah Sakit Umum Santa
Elisabeth sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kedua harus dijadikan acuan dalam memberikan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Santa Eisabeth.
Keempat: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliriun
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Purwokerto
Pada tanggal
Direktur,
Lucas.
KATA PENGANTAR
Purwokerto,..
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..
Daftar Isi
Latar
Belakan.
.
Tujuan
..
Tujuan
..
Pengertian
Masalah di Akhir
Kehidupan..
Kesimpulan
..
Standar Prosedur
Operasional..
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Sebagai arahan bagi perawatan pasien terminal di
rumah sakit
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya perawatan pasien terminal yang
bermutu sesuai standar yang berlaku di rumah sakit.
2. Tersusunnya panduan pasien terminal.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang
terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
C. Pengertian
1. Keadaan Terminal
Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi untuk si sakit sembuh.
Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
2. Kematian
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap
individu akan mengalami/menghadapi seorang diri,
sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan
suatu kehilangan.
1. Euthanasia
Adalah tahu dan secara sadar melakukan suatu
tindakan yang jelas dimaksudkan untuk mengakhiri
hidup orang lain dan juga termasuk elemen-elemen
berikut : subyek tersebut adalah orang yang
kompeten dan paham dengan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan yang secara sukarela meminta
hidupnya diakhiri; agen mengetahui tentang kondisi
pasien dan menginginkan kematian dan melakukan
tindakan dengan niat utama mengakhiri hidup orang
tersebut; dan tindakan dilakukan dengan belas kasih
dan tanpa tujuan pribadi.
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam
kehidupannya dengan segala hal yang telah
diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
Timbul pemikiran pada diri klien :Mengapa hal ini
terjadi dengan diriku Kemarahan-kemarahan
tersebut biasanya diekpresikan kepada obyek-obyek
yang dekat dengan pasien, seperti : keluarga, teman
dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan biasanya mereda dan
pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian
dapat terjadi,sering kali klien berkata :Ya Tuhan,
jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak
saya lulus jadi sarjana
4. Kemurungan/depresi
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak
banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini
saatnya perawat untuk duduk dengan tenang
disamping pasien yang sedang melalui masa
sedihnya sebelummeninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar
oleh pasien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi
dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan
reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik
bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya : ingin bertemu
dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat dan
sebagainya.
a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan
kebersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal
kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan
sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit
digunakan pada pasien dengan sakit terminal, seperti
morphin, heroin dan lainnya. Pemberian obat ini
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang
dirasakan pasien. Obat-obatan lebih baik diberikan
Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular/Subcutan karena kondisi sistem sirkulasi
sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk pasien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lender perlu
dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi pasien yang tidak sadar, posisi yang
baikadalah dengan dipasang drainase dari mulut dan
pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, pasien dapat
dibantu untuk bergerak, seperti : turun dari tempat
tidur, ganti posisi tidur(miring kiri, miring kanan)
untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara
periodic, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh pasien, karena tonus otot sudah
menurun.
e. Nutrisis
Pasien sering kali anorexia, nausea karena adanya
penurunan peristaltic. Dapat diberikan anti ametik
untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu
makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan
protein serta vitamin. Karena terjadi totus otot yang
berkurang, terjadi dysphagia, dokter perlu menguji
reflek menelan klien sebelum diberi makanan cair
atau Intra Vena/Infus
f. Emilinasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot
dapat terjadi konstipasi, inkontinensia urin dan feses.
Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat
diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang
duk yang diganti setiap saat atau dipasang kateter.
Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet harus diberikan saleb
g. Perubahan Sensori
Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur.
Pasien biasanya menolak/menghadapkan kepala
kearah lampu/tempat terang. Pasien masih dapat
mendengar tetapi tidak dapat/mampu merespon,
perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan
tidak berbisik-bisik.
L. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penyakit/sakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat
dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam
kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi
fisik, psikologis, sosial yang dialami sehingga dampak
yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal
ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukkan oleh pasien terminal. Orang yang telah lama
hidup sendiri, terisolasi akibat akibat kondisi terminal
dan menderitapenyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang
akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintainya. Sedangkan yang lain beranggapan takut
akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian
atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal,
dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai
kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan
pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan
control terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan
ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang
dicintai.
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SANTA ELISABETH
PURWOKERTO
NOMOR :..
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
SANTA ELISABETH PURWOKERO
Kedua : Keputusan Direktur Rumah Sakit mengenai
Perawtan Terminal sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu sebagaimana tercantum dalam Panduan
Pasien Terminal ini.
Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Terminal
sebagaimana tercantum dalam Lmapiran Keputusan
ini.
Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh Direktur
Pelayanan dan Komite Medis sesuai dengan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan;
Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam surat keputusan ini, akan dilakukan
perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Purwokerto
Pada tanggal :
Direktur RSU. St. Elisabeth,
Lucas
Perilaku Staff Rumah Sakit Dalam
Memenuhi Kebutuhan Pasien Pada
Pelayanan Pasien Fase Terminal
RUMAH SAKIT UMUM
SANTA ELISABETH No. Dokumen : No. Revisi Halaman
Jl. Dr. Angka No. 40 Purwokerto
563116
Telp. 625857, 627384, 632833, 1/3
623771 .
Fax. 627824
E-mail : rs_elisabeth@yahoo.com
dr. Lucas J.
Mariatmanta, SH
1. Denial ( Pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan
meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi
ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya.
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari
kenyataan behwa ia akan meninggal.
3. Bergaining ( Tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien
mencoba menawar waktu untuk hidup.
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran
penuh bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih
karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi
bersama keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance (Penerimaan )
Merupakan tahap selama pasien memahami dan
menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia
akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya yang belum terselesaikan.
ASUPAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
A. PENGKAJIAN
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada
saat sekarang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah
masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita
pentakit yang sama dengan klien.
2) Head To Toe
Perubahan Fisik saat kematian mendekat
1. Pasien kurang responsive
2. Fungsi tubuh melambat
3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak
sengaja
4. Rahang cenderung jatuh
5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
6. Sirkulasi melambat dan ekstremitas dingin, nadi
cepat dan melemah
7. Kulit pucat
8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap
cahaya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ansietas/ketakutan individu, keluarga yang
berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak
dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negative
pada gaya hidup.
b) Berduka yang berhubungan dengan penyakit
terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan
dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan
hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh
dengan stes (tempat perawatan)
d) Resiko terhadap distress spiritual yang berhubungan
dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan
diri dalam menghadapi ancaman kematian.
KRITERIA HASIL
a) Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan
dengan gangguan.
2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada
fungsi normal, tanggung jawab peran dan gaya
hidup.
b) Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan
kehilangan dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
a. Menghabiskan waktu bersama klien
b. Mempertahankan kasih sayang, komunikasi
terbuka dengan klien
c. Berpartisipasi dalam perawatan
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan :
1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai
prognosis klien
2. Mengungkapkan kekhawatiran mengenai
lingkungan tempat perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan
kontiniu selama perawatan klien
d) Klien akan mempertahankan praktik spiritualnya
yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap
ancaman kematian.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Ansiesta/ketakutan (individu, keluarga) yang
berhubungan dengan situasi yang tak dikenal. Sifat
kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian
dan efek negative pada gaya hidup.
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan
dengan gangguan
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi
normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup.
No Intervensi Rasional
1) Bantu klien untuk mengurangi ansiestasnya :
a. Berikan kepastian dan kenyamanan.
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan
empati, jangan menghindari pertanyaan.
c. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap
ketakutan permasalahan yang berhubungan
dengan pengobatan.
d. Identifikasi dan dukung mekaniosme koping
efektif Klien yang cemas mempunyai
penyempitan lapang persepsi dengan penurunan
kemampuan untuk belajar. Ansietas cenderung
untuk memperburuk masalah. Menjebak klien
pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan
bila tingkatnya rendah atau sedang. Beberapa rasa
takut yang didasari oleh informasi yang tidak akurat
dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi
akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak
menyerap pelajaran.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan
ketakutan-ketakutan mereka. Pengungkapan
memungkinkan untuk saling berbagi dan
memberikan kesempatan untuk memperbaiki konsep
yang tidak benar.
4) Berikan pasien dan keluarga kesempatan dan
penguatan koping positif. Menghargai pasien untuk
koping efektif dapat menguatkan respon koping
positif yang akan datang.
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan
kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi,
perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangna dan perubahan
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan
dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan
gangguan kehidupan, takut akan hasil (kematian) dan
lingkungan penuh stress (tempat perawatan)
Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan :
1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai
prognosis klien
2. Mengungkapkan kekhawatirannya mengenai lingkungan
tempat perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu
selama perawatan klien
No Intervensi Rasional
1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat
klien dan tunjukkan pengertian yang empati. Kontak
yang sering dan mengomunikasikan sikap perhatian dan
peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pembelajaran.
2) Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutandan kekhawatiran.
Saling berbagi memungkinkan perawat untuk
mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
3) Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU, informasi ini
dapat membantu mengurangi ansietas yang berkaitan
dengan ketidaktakutan.
4) Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan
postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi
spesifik tentang kemajuan klien.
5) Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi
dalam tindakan perawatan. Kunjungan dan partisipasi
yang sering dapat meningkatkan interaksi keluarga
berkelanjutan.
6) Konsul dengan atau berikan rujukan ke sumber
komunitas dan sumber lainnya. Keluarga dengan
masalah-masalah seperti kebutuhan financial, koping
yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai
memerlukan sumber-sumber tambahan untuk
membantu mempertahankan fungsi keluarga.
Diagnosa IV
Resiko terhadap distress spiritual yang berhubungan
dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan,
kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian. Klien akan
mempertahankan praktik spiritualnya yang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
No Intervensi Rasional
1) Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan
praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang
diiginkan bila yang memberi kesempatan pada klien
untuk melakukannya. Bagi klien yang mendapatkan nilai
tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya. Praktek
ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan kekuatan.
2) Ekspresikan pengertian dan penerimaan anda tentang
pentingnya keyakinan dan praktik religious atau spiritual
klien. Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu
mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan
keyakinan dan prakteknya.
3) Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual
sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan. Privasi dan
ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan
refresi dan perenungan.
4) Bila anda menginginkan tawaran untuk berdoa bersama
klien lainnya atau membaca buku keagamaan. Perawat
meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan
yang sama dengan klien dapat membantu klien
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
5) Tawaran untuk menghubungkan pemimpin religious
atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (kapel dan injil RS)
Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan
ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting
(Carson 1989)
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa I
1. Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a. Memberikan kepastian dan kenyamanan
b. Menunjukkan perasaan tentang pemahaman dan
empati, jangna menghindari pertanyaan
c. Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap
ketakutan permasalahan yang berhubungan
dengan pengobatannya
d. Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping
efektif
2. Mengkaji tingkat ansientas klien, merencanakan
penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang
3. Mendorong keluarga dan teman untuk
mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka
4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian
dan penguatan perilaku koping positif
5. Memberikan dorongan pada klienuntuk
menggunakan teknik relaksasi seperti panduan
imajines dan pernafasan relasasi
Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan serta
terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan
bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping
positif yang terbukti memberikan keberhasilan pada
masa lalu.
3. Memberikan dorongna kepada pasien untuk
mengekspresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan
jujur.
5. Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh
perhatian, menghilangkan ketidaknyaman dan
dukungan.
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat
klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan ketakutan dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan lingkungan dan peralatan.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan
postoperasi yang dipirkan dan memberikan informasi
spesifik tentang kemajuan klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan
berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber
komunitas dan sumber lainnya.
Diagnosa IV
1. Menggali apakh klien menginginkan untuk
melaksanakan praktik atau ritual keagaam atau spiritual
yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan kepada
klienutuk melakukannya.
2. Mengekspresikan pengertian dan penerimaan anda
tentang pentingnya keyakinan dan praktik religious atau
spiritual klien.
3. Memberikan privasi dan ketenangan untukritual, spiritual
sesuai kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religious atau
rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
Menjelaskan ketersediaan pelayanan, misalnya :
alquran dan ulama bagi yang beragama islam
EVALUASI
1. Klien merasa nyaman dan mengekspresikan persaannya
kepada perawat
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakal
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah akan
kembali kepadaNYA