Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA KELAS VIII SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI
PEKANBARU
Fauziah Fakhrunisa
Sarjana Universitas Riau
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi pemecahan masalah Polya
dengan strategi khusus membuat gambar pada KD yang menuntut KPMM yaitu
KD 4.5 dan tidak menerapkannya pada KD 3.8. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini The Static Group Comparison Study. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik tes tertulis. Teknik analilis data pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis data kuantitatif yang berasal dari skor hasil tes
KPMM siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil dari penelitian ini yaitu pengaruh
penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pada penerapan strategi
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP AlAzhar Syifa Budi Pekanbaru tahun pelajaran 2015/2016. Dan besarnya pengaruh
penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa
Budi Pekanbaru tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebesar 57,92% atau termasuk
dalam kategori sedang. Hasilnya pengaruh penerapan strategi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru tahun pelajaran
2015/2016 dikategorikan sedang dan berpengaruh positif.

Keywods: Strategi pemecahan masalah, kemampuan, matematis

PENDAHULUAN
Menurut Holmes (dalam Sri Wardhani, dkk., 2010) berpendapat bahwa
orang yang terampil dalam memecahkan masalah matematika, akan mampu
berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif dan
memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global pada abad
dua puluh satu ini. Kemampuan memecahkan masalah matematika memerlukan
pola pikir yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis. Hal inilah yang
sedang penulis konsep untuk pendidikan terutama di dalam pembelajaran
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dimiliki oleh setiap
generasi melalui pembelajaran matematika. penulis juga merangcang hal tersebut
dengan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural sebagai pembelajaran yang relevan. Berikut konsep dari pemecahan
masalah matematika menurut Polya (1957).

Memahami masalah

Membuat rencana pemecahan masalah

Melaksanakan rencana pemecahan masalah

Melakukan review
Strategi ini terbukti akan melatih siswa untuk dapat membuat rencana yang
baik dalam menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah
dan membiasakan siswa untuk merefleksi hasil pemecahan masalahnya sehingga
menghasilkan kesimpulan yang tepat. Hal ini dijelaskan oleh Sawati bahwa hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pemecahan masalah dalam


pembelajaran kooperatif pendekatan struktural dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik.
Hubungan antara strategi pemecahan masalah dan didukung oleh hasil
penelitian yang relevan serta asumsi dasar bahwa peneliti terampil dalam
menerapkan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dan
melaksanakan pembelajaran konvensional,penerapan strategi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap KPMM siswa kelas
VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru. Berdasarkan hal tersebut, strategi
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika penulis berharap strategi ini
bisa membantu guru dalam mengajar serta menuntun siswa untuk memahami
pelajaran dengan lebih efektif dan efisien.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini The Static Group
Comparison Study. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes
tertulis. Teknik analilis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kuantitatif yang berasal dari skor hasil tes KPMM siswa setelah diberikan
perlakuan. Penelitian ini dilakukan guna melihat pengaruh penerapan strategi
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terhadap KPMM siswa.
PEMBAHASAN
A. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Analisis data ini diawali dengan melakukan uji prasyarat statistik yang
diperlukan sebagai dasar pengujian hipotesis, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas data skor tes KPMM siswa. Proses analisis data dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak SPSS versi 18 for windows. Uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah data skor tes KPMM siswa berdistribusi normal atau
tidak.
Rumusan hipotesis verbal untuk uji normalitas data skor KPMM siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:

: skor tes KPMM siswa berdistribusi normal


: skor tes KPMM siswa tidak berdistribusi normal
Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk, dengan
kriteria pengujiannya: jika nilai significance (sig.) lebih dari
diterima, sedangkan dalam hal lainnya

maka

ditolak. Hasil uji normalitas yang

dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut


Tabel 4.1 Uji normalitas data skor tes KPMM siswa
Kelas
Eksperimen
Kontrol

N
24
20

Rata-rata
3,19
2,02

Sig.
0,012
0,014

Ditolak
Ditolak

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai significance (sig.) pada kedua
kelas kurang dari

sehingga

ditolak. Artinya, data skor tes KPMM

siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Oleh
sebab itu, untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji non-parametrik yaitu
uji Mann-Withney.
Rumusan hipotesis verbal untuk uji Mann-Withney terhadap data skor
KPMM siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:
: Penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika tidak
berpengaruh terhadap KPMM siswa
: Penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
berpengaruh terhadap KPMM siswa
Kriteria pengujian yang digunakan ialah jika nilai significance (sig.) lebih
dari

maka

diterima dan

(sig.) kurang dari

ditolak, sedangkan jika nilai significance

ditolak dan

diterima. Hasil uji Mann-Withney

yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut


Tabel 4.2 Uji Mann-Withney data skor tes KPMM siswa
Kelas

Rata-rata

Sig.

Eksperimen
Kontrol

3,19
2,02

-4,23848

0,00002

Ditolak

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai sigificance (sig.) kurang dari
yang berarti

ditolak dan

diterima. Artinya, penerapan strategi

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika berpengaruh terhadap


KPMM siswa. Pada Tabel 4.2 juga terlihat bahwa rata-rata skor tes KPMM siswa
kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata skor tes KPMM siswa kelas kontrol
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap KPMM siswa.
Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan strategi
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terhadap KPMM siswa,
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh besar pengaruh penerapan


strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terhadap KPMM
siswa pada penelitian ini adalah 57,92% atau termasuk dalam kategori sedang.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai temuan-temuan
penting pada penelitian. Pembahasan dilakukan dengan mengaitkan temuantemuan tersebut dengan temuan lain atau teori yang relevan. Penelitian ini
dilakukan guna melihat pengaruh penerapan strategi pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika terhadap KPMM siswa. Kelas eksperimen mendapat
perlakuan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dan kelas
kontrol mendapat perlakuan berupa pembelajaran konvensional.

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Withney


diperoleh nilai signifikansi sebesar
kurang dari

. Nilai signifikansi yang diperoleh

, artinya penerapan strategi pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika mempengaruhi KPMM siswa. Rata-rata skor tes


KPMM siswa kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata skor tes KPMM siswa
kelas kontrol

hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap


KPMM siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelititan terdahulu oleh
Satriani (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan strategi pemecahan
masalah dalam pembelejaran kooperatif pendekatan struktural NHT dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Pada penelitian ini, indikator kemampuan pemecahan masalah yang
digunakan ialah (1) memahami masalah; (2) membuat rencana pemecahan
masalah; (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan (4) melakukan
review terhadap pelaksanaan rencana pemecahan masalah (Polya, 1995). Tabel 4.3
berikut menyajikan penjelasan lebih rinci mengenai skor tes KPMM siswa
berdasarkan keempat indikator yang digunakan.
Tabel 4.3 Skor tes KPMM siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
setiap indikator KPMM
No

Skor rata-rata kelas

Indikator

Eksperimen

Kontrol

Selisih

Memahami masalah

3,56

1,36

2,20

Membuat rencana pemecahan masalah

2,06

1,40

0,66

Melaksanakan

3,77

3,08

0,69

3,40

1,28

2,12

rencana

pemecahan

masalah
4

Melakukan

reviev

atas

rencana pemecahan masalah

pelaksanaan

Memahami masalah merupakan lagkah pertama yang harus dilakukan


siswa dalam proses pemecahan masalah. Siswa dikatakan memahami masalah jika
sudah dapat memilih fakta-fakta, menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan
membuat formulasi pertanyaan masalah. Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh hasil
bahwa skor rata-rata tes KPMM kelas eksperimen pada indikator memahami
masalah lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu

dengan

selisih 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa, penerapan strategi pemecahan masalah
memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam memahami
masalah. Siswa yang mampu memahami masalah dengan baik maka akan dapat
membuat rencana pemecahan masalah yang baik pula.
Pada langkah membuat rencana pemecahan masalah diperlukan strategi
khusus. Strategi khusus yang dimaksud pada penelitian ini ialah strategi membuat
gambar. Strategi membuat gambar terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar
untuk mempermudah para siswa memahami masalahnya dan mempermudah siswa
mendapatkan gambaran umum penyelesaian. Dengan strategi ini, hal-hal yang
tidak diketahui tidak hanya dibayangkan di dalam otak saja tetapi juga dapat
dituangkan di atas kertas (Sri Wardhani, dkk., 2010). Penerapan strategi khusus
membuat gambar, memberikan dampak positif terhadap kemampuan membuat
rencana pemecahan masalah siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata skor siswa kelas
eksperimen pada indikator merencanakan pemecahan masalah yang lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata skor siswa kelas kontrol (2,06 > 1,40) dengan
selisih 0,66. Temuan peneliti ini juga sejalan dengan hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Sawati (2010) yang menyimpulkan bahwa penerapan strategi
pemecahan masalah draw a picture berpengaruh positif terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita.
Lagkah ketiga dalam melakukan pemecahan masalah ialah melaksanakan
rencana pemecahan masalah. Pada langkah ini, rencana yang sudah dibuat
sebelumnya harus dilakukan secara hati-hati sehingga menghasilkan solusi yang
tepat. Berdasarkan Tabel 4.3, skor rata-rata siswa kelas eksperimen pada indikator

melaksanakan rencana pemecahan masalah lebih baik dari skor rata- rata siswa
kelas kontrol (

) dengan selisih 0,69.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pemecahan masalah dalam


pembelajaran matematika dapat melatih siswa untuk melakukan rencana
pemecahan masalah lebih baik dibanding dengan siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam memecahkan masalah
adalah melakukan review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Pada
langkah ini, siswa diarahkan untuk memeriksa kembali hasil perhitungan yang
telah ia lakukan, memeriksa kebenaran argumen pada setiap langkah serta
membuat kesimpulan pemecahan masalah yang tepat. Dari Tabel 4.3 terlihat
bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen pada indikator melakukan review
atas rencana pemecahan masalah juga lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol

dengan selisih 2,12. Artinya, penerapan strategi

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat melatih siswa untuk


melakukan review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah lebih baik
dibanding dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan fakta bahwa untuk setiap
indikator pemecahan masalah, skor rata-rata siswa pada kelas eksperimen lebih
baik dibandingkan dengan skor rata-rata siswa pada kelas kontrol. Hal ini
memperlihatkan

bahwa,

penerapan

strategi

pemecahan

masalah

dalam

pembelajaran matematika memberikan kontribusi yang baik terhadap kemampuan


siswa dalam memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan melakukan review atas
pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam melakukan
empat langkah tersebut adalah hal yang dimaksud sebagai KPMM. Sehingga,
dapat disimpulkan penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika berpengaruh positif terhadap KPMM siswa, yaitu sebesar 54,46%
atau termasuk dalam kategori sedang. Pengaruh positif yang dimaksud ialah siswa

yang diberikan pembelajaran matematika menggunakan strategi pemecahan


masalah memiliki KPMM yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang
pembelajaran matematikanya berupa pembelajaran konvensional.
Meskipun demikian, penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan.
Pada pelaksanaan pembelajaran strategi pemecahan masalah siswa dituntut untuk
dapat menyelesaikan permasalahan pada LAS yang diberikan secara individu.
Tetapi, pada kenyataannya hanya beberapa siswa dengan kemampuan tinggi saja
yang dapat melakukannya. Siswa-siswa lain yang belum mampu menyelesaikan
permasalahan secara individu harus berulang kali bertanya kepada guru atau
teman-temannya yang mampu menyelesaikan permasalahan, tentunya hal ini
membuat proses pembelajaran berjalan kurang efektif. Adanya siswa-siswa yang
belum mampu menyelesaikan permasalahan secara individu memperlihatkan
bahwa karakteristik siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Siswa-siswa yang
belum mampu menyelesaikan permasalahan secara individu merupakan siswa
dengan kemampuan sedang dan rendah sedangkan siswa-siswa yang sudah
mampu memecahkan masalah secara individu merupakan siswa dengan
kemampuan tinggi. Oleh sebab itu, agar pembelajaran dapat berlangsung lebih
efektif, perlu adanya upaya untuk memberdayakan seluruh siswa agar dapat
berkontribusi

dalam

proses

pembelajaran

yaitu

dengan

melaksanakan

adalah

pembelajaran

pembelajaran berkelompok.
Pembelajaran

berkelompok

yang

dimaksud

menggunakan kelompok yang anggotanya bersifat heterogen. Artinya, setiap


kelompok belajar terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan
sedang dan juga siswa berkemampuan rendah. Pembelajaran seperti ini disebut
dengan pembelajaran kooperatif. Dengan pelaksanaan strategi pemecahan
masalah yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa-siswa
dalam setiap kelompok dapat berdiskusi dan saling berbagi ilmu dalam
pemecahan masalah. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu tugas
guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak lagi
menjadi fasilitator siswa secara individu dan pembelajaran dapat berlangsung
lebih efektif.

Kelemahan lain dari penelitian ini ialah peneliti tidak bisa merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran KD pengetahuan dan KD keterampilan
dari materi Teorema Pythagoras secara simultan pada setiap pertemuan.
Seharusnya, menurut Permendikbud No.58 Tahun 2014 KD pengetahuan dan KD
keterampilan harus dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran. Kompetensi dasar pengetahuan yang dimaksud ialah KD 3.8
Memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga dan penyelidikan berbagai
pola bilangan, KD ini mengarah kepada pembelajaran yang menuntut siswa untuk
memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga. Sedangkan KD keterampilan
yang dimaksud ialah KD 4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang menuntut siswa untuk belajar bagaimana
cara menyelesaikan masalah-masalah terkait Teorema Pythagoras, sehingga dalam
penelitian ini proses pembelajaran KD 3.8 dan KD 4.5 tidak dapat peneliti
lakukan secara simultan. Pembelajaran KD 3.8 peneliti ajarkan terlebih dahulu
kepada siswa sebelum melaksanakan pertemuan yang mebelajarkan KD 4.5.
Kesalahan lain yang terjadi pada penelitian ini ialah dalam menyelesaikan
masalah guru tidak menegaskan kepada siswa bahwa langkah membuat rencana
pemecahan masalah merupakan hal yang berbeda dengan langkah melaksanakan
rencana pemecahan masalah, sehingga sangat penting bagi siswa untuk terlebih
dahulu menuliskan rencana pemecahan masalah dan setelah itu barulah dapat
mengerjakan langkah melaksanakan rencana pemecahan masalah. Hal ini
menyebabkan banyak siswa yang tidak menuliskan rencana pememcahan masalah
dan langsung melakukan langkah pelaksanaan rencana pemecahan masalah,
akibatnya banyak siswa yang kehilangan skor untuk langkah membuat rencana
pemecahan masalah dan nilai KPMM nya menjadi rendah.
Dalam pembelajaran langkah membuat rencana pemecahan masalah juga
terdapat hal yang perlu diperbaiki untuk implementasi pembelajaran strategi
pemecahan masalah yang lebih baik di masa mendatang. Pada penelitian ini,
pembelajaran langkah merencanakan masalah oleh guru hanya dengan
mengarahkan siswa untuk membuat rencana tentang urutan hal yang akan
dilakukan tanpa adanya rencanya tentang cara mengerjakan hal tersebut.

SIMPULAN
Setelah melakukan penelitian penerapan strategi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan terhadap kemampuan siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi
Pekanbaru

tahun

pelajaran

2015/2016.

Maka

penulis

dapat

menarik

kesimpulan.Berikut simpulan dari penelitian ini:


1.

Penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika


berpengaruh positif

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru tahun pelajaran
2015/2016.
2.

Besarnya

pengaruh

pembelajaran

penerapan

matematika

strategi

terhadap

pemecahan

kemampuan

masalah

pemecahan

dalam
masalah

matematis siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru tahun
pelajaran 2015/2016 adalah sebesar 57,92% atau termasuk dalam kategori
sedang.
Daftar Pustaka
Arum Handini. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Nanggulan dalam Pembelajaran Matematika
Pokok Bahasan Bangun Ruang Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Square. FKIP Matematika Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Muhamad Zaenul Anwar Shidiq. 2015. Penerapan Strategi Pemecahan Masalah
dalam Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Think Pair Share

(TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Rengat.


Universitas Riau. Pekanbaru.
Satriani. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi
Pemecahan

Masalah

Dalam

Pembelajaran

Kooperatif

Pendekatan

Struktural NHT di Kelas VII.3 SMP Negeri 13 Pekanbaru. Universitas Riau.


Pekanbaru.
Sawati. 2010. Pengaruh Penerapan Strategi Pemecahan Masalah Draw A
Picture Terhadao Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita. FKIP Matematika
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Pernada Media Group. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai