PENDAHULUAN
Menurut Holmes (dalam Sri Wardhani, dkk., 2010) berpendapat bahwa
orang yang terampil dalam memecahkan masalah matematika, akan mampu
berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif dan
memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global pada abad
dua puluh satu ini. Kemampuan memecahkan masalah matematika memerlukan
pola pikir yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis. Hal inilah yang
sedang penulis konsep untuk pendidikan terutama di dalam pembelajaran
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dimiliki oleh setiap
generasi melalui pembelajaran matematika. penulis juga merangcang hal tersebut
dengan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural sebagai pembelajaran yang relevan. Berikut konsep dari pemecahan
masalah matematika menurut Polya (1957).
Memahami masalah
Melakukan review
Strategi ini terbukti akan melatih siswa untuk dapat membuat rencana yang
baik dalam menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah
dan membiasakan siswa untuk merefleksi hasil pemecahan masalahnya sehingga
menghasilkan kesimpulan yang tepat. Hal ini dijelaskan oleh Sawati bahwa hasil
maka
N
24
20
Rata-rata
3,19
2,02
Sig.
0,012
0,014
Ditolak
Ditolak
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai significance (sig.) pada kedua
kelas kurang dari
sehingga
siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Oleh
sebab itu, untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji non-parametrik yaitu
uji Mann-Withney.
Rumusan hipotesis verbal untuk uji Mann-Withney terhadap data skor
KPMM siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:
: Penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika tidak
berpengaruh terhadap KPMM siswa
: Penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
berpengaruh terhadap KPMM siswa
Kriteria pengujian yang digunakan ialah jika nilai significance (sig.) lebih
dari
maka
diterima dan
ditolak dan
Rata-rata
Sig.
Eksperimen
Kontrol
3,19
2,02
-4,23848
0,00002
Ditolak
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai sigificance (sig.) kurang dari
yang berarti
ditolak dan
Indikator
Eksperimen
Kontrol
Selisih
Memahami masalah
3,56
1,36
2,20
2,06
1,40
0,66
Melaksanakan
3,77
3,08
0,69
3,40
1,28
2,12
rencana
pemecahan
masalah
4
Melakukan
reviev
atas
pelaksanaan
dengan
selisih 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa, penerapan strategi pemecahan masalah
memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam memahami
masalah. Siswa yang mampu memahami masalah dengan baik maka akan dapat
membuat rencana pemecahan masalah yang baik pula.
Pada langkah membuat rencana pemecahan masalah diperlukan strategi
khusus. Strategi khusus yang dimaksud pada penelitian ini ialah strategi membuat
gambar. Strategi membuat gambar terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar
untuk mempermudah para siswa memahami masalahnya dan mempermudah siswa
mendapatkan gambaran umum penyelesaian. Dengan strategi ini, hal-hal yang
tidak diketahui tidak hanya dibayangkan di dalam otak saja tetapi juga dapat
dituangkan di atas kertas (Sri Wardhani, dkk., 2010). Penerapan strategi khusus
membuat gambar, memberikan dampak positif terhadap kemampuan membuat
rencana pemecahan masalah siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata skor siswa kelas
eksperimen pada indikator merencanakan pemecahan masalah yang lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata skor siswa kelas kontrol (2,06 > 1,40) dengan
selisih 0,66. Temuan peneliti ini juga sejalan dengan hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Sawati (2010) yang menyimpulkan bahwa penerapan strategi
pemecahan masalah draw a picture berpengaruh positif terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita.
Lagkah ketiga dalam melakukan pemecahan masalah ialah melaksanakan
rencana pemecahan masalah. Pada langkah ini, rencana yang sudah dibuat
sebelumnya harus dilakukan secara hati-hati sehingga menghasilkan solusi yang
tepat. Berdasarkan Tabel 4.3, skor rata-rata siswa kelas eksperimen pada indikator
melaksanakan rencana pemecahan masalah lebih baik dari skor rata- rata siswa
kelas kontrol (
bahwa,
penerapan
strategi
pemecahan
masalah
dalam
dalam
proses
pembelajaran
yaitu
dengan
melaksanakan
adalah
pembelajaran
pembelajaran berkelompok.
Pembelajaran
berkelompok
yang
dimaksud
Kelemahan lain dari penelitian ini ialah peneliti tidak bisa merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran KD pengetahuan dan KD keterampilan
dari materi Teorema Pythagoras secara simultan pada setiap pertemuan.
Seharusnya, menurut Permendikbud No.58 Tahun 2014 KD pengetahuan dan KD
keterampilan harus dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran. Kompetensi dasar pengetahuan yang dimaksud ialah KD 3.8
Memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga dan penyelidikan berbagai
pola bilangan, KD ini mengarah kepada pembelajaran yang menuntut siswa untuk
memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga. Sedangkan KD keterampilan
yang dimaksud ialah KD 4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang menuntut siswa untuk belajar bagaimana
cara menyelesaikan masalah-masalah terkait Teorema Pythagoras, sehingga dalam
penelitian ini proses pembelajaran KD 3.8 dan KD 4.5 tidak dapat peneliti
lakukan secara simultan. Pembelajaran KD 3.8 peneliti ajarkan terlebih dahulu
kepada siswa sebelum melaksanakan pertemuan yang mebelajarkan KD 4.5.
Kesalahan lain yang terjadi pada penelitian ini ialah dalam menyelesaikan
masalah guru tidak menegaskan kepada siswa bahwa langkah membuat rencana
pemecahan masalah merupakan hal yang berbeda dengan langkah melaksanakan
rencana pemecahan masalah, sehingga sangat penting bagi siswa untuk terlebih
dahulu menuliskan rencana pemecahan masalah dan setelah itu barulah dapat
mengerjakan langkah melaksanakan rencana pemecahan masalah. Hal ini
menyebabkan banyak siswa yang tidak menuliskan rencana pememcahan masalah
dan langsung melakukan langkah pelaksanaan rencana pemecahan masalah,
akibatnya banyak siswa yang kehilangan skor untuk langkah membuat rencana
pemecahan masalah dan nilai KPMM nya menjadi rendah.
Dalam pembelajaran langkah membuat rencana pemecahan masalah juga
terdapat hal yang perlu diperbaiki untuk implementasi pembelajaran strategi
pemecahan masalah yang lebih baik di masa mendatang. Pada penelitian ini,
pembelajaran langkah merencanakan masalah oleh guru hanya dengan
mengarahkan siswa untuk membuat rencana tentang urutan hal yang akan
dilakukan tanpa adanya rencanya tentang cara mengerjakan hal tersebut.
SIMPULAN
Setelah melakukan penelitian penerapan strategi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan terhadap kemampuan siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi
Pekanbaru
tahun
pelajaran
2015/2016.
Maka
penulis
dapat
menarik
siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru tahun pelajaran
2015/2016.
2.
Besarnya
pengaruh
pembelajaran
penerapan
matematika
strategi
terhadap
pemecahan
kemampuan
masalah
pemecahan
dalam
masalah
matematis siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru tahun
pelajaran 2015/2016 adalah sebesar 57,92% atau termasuk dalam kategori
sedang.
Daftar Pustaka
Arum Handini. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Nanggulan dalam Pembelajaran Matematika
Pokok Bahasan Bangun Ruang Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Square. FKIP Matematika Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Muhamad Zaenul Anwar Shidiq. 2015. Penerapan Strategi Pemecahan Masalah
dalam Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Think Pair Share
Masalah
Dalam
Pembelajaran
Kooperatif
Pendekatan