Statistika Pendidikan
Oleh:
Dosen Pengampu :
Dr. Putri Yuanita, M.Ed
Penyusun
1. Perhitungan Analisis Varians Satu Jalan Secara Manual
Efektivitas tiga metode supervisi, yaitu metode partisipatif (A1),
Moderatif (A2) dan metode Instruktif (A3) terlihat dari skor kinerja
pegawai tiga kelompok yang diberi metode tersebut selama tiga bulan.
Ketiga kelompok diberi perlakuan A1, A2, dan A3 dipilih dan
ditempatkan secara acak. Data kinerja pegawai setelah diberi metode
supervisi disajikan sebagai berikut.
A1 A2 A3
7 7 6
8 7 5
8 7 6
9 8 6
8 6 5
8 6 5
9 8 6
9 7 7
Pertanyaan
Statistik A1 A2 A3 Jumlah
N 8 8 8 24
∑ 𝑌𝑖 66 56 46 168
∑ 𝑦𝑖 2 3,5 4 3,5 11
𝑌̅𝑖 8,25 7 5,75 21:3 =7
Hipotesis statistik :
(a) H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 (b) H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇3 (c) H0 : 𝜇2 ≤
𝜇3
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 H1 : 𝜇1 > 𝜇3 H1 : 𝜇2 >
𝜇3
̅𝑖 − 𝑌
𝑌 ̅𝑗
𝑡 (𝐴𝑖− 𝐴𝑗 ) =
1 1
√𝑅𝐽𝐾(𝐷) ( + )
𝑛𝑖 𝑛𝑗
̅̅̅̅− ̅̅̅̅
𝑌1 Y2 8,25− 7
𝑡0 (𝐴1− 𝐴2 ) = 1 1
= 1 1
= 3,4543
√𝑅𝐽𝐾 (𝐷)( + )
𝑛1 𝑛2
√(0,5238)( + )
8 8
𝑌1− ̅̅̅̅
̅̅̅̅ Y3 8,25− 5,75
𝑡0 (𝐴1− 𝐴3 ) = 1 1
= 1 1
= 6,9086
√𝑅𝐽𝐾 (𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √(0,5238)( + )
1 2 8 8
̅̅̅̅− ̅̅̅̅
𝑌2 Y3 1,25
𝑡0 (𝐴2− 𝐴3 ) = 1 1
= 1 1
= 3,4543
√𝑅𝐽𝐾 (𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √(0,5328)( + )
2 3 8 8
1 1
Md12 = √(3 − 1)(3,47)(0,524) (8 + 8)= 0,9535
1 1
Md13 = √(3 − 1)(3,47)(0,524) (8 + 8)= 0,9535
1 1
Md23 = √(3 − 1)(3,47)(0,524) (8 + 8)= 0,9535
0 1,25 2,5
𝑌̅1 = 8,25 8
𝑌̅2 = 7,00
8 0 1,25
𝑌̅3 = 5,75
8 0
Kriteria : Jika (> Mdij maka H0 ditolak,sebaliknya H0 diterima.
Simpulan :
A1 A2 A3 A4
9 8 8 7 8 6 7 5
9 8 8 8 7 7 7 6
8 8 8 7 7 6 6 6
8 7 6 7 7 5 6 5
8 7 8 7 8 6 6 5
9 8 8 8 7 6 6 5
8 8 8 7 7 5 5 5
8 8 8
8 7 6 5 5
9 9 7
8 6 5 4
8 9 6
7 5 4
a. Hipotesis statistik:
𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2 = 𝜇3 = 𝜇4
𝐻1 ∶ 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝐻0
b. Menyusun tabel persiapan:
Statistik A1 A2 A3 A4 Jumlah
N 20 18 19 20 77
∑𝑌 164 135 125 108 532
𝑖
𝐽𝐾(𝐷) = ∑(∑ 𝑌𝑡 2 ) = (1352 − 13,44) + (1019 − 1012,5) + (837 − 822,37) + (598 − 583,2)
𝑖=1
𝑌̅1 − 𝑌̅𝐽
𝑡0 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
1 1
√𝑅𝐽𝐾(𝐷) (𝑛 + 𝑛𝑗
)
𝑖
̅̅̅
𝑌1 − ̅̅̅
𝑌2 1 1
𝑡0 = , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒 = √𝑅𝐽𝐾(𝐷) ( + ) , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎
𝑆𝑒 𝑛𝑖 𝑛𝑗
c) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = 2,88 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode inquiry lebih tinggi dari pada yang diajar dengan metode
penemuan terbimbing.
2) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok A1
dan A2
d) Hipotesis Statistik
𝐻0 ∶ 𝜇1 ≤ 𝜇3
𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇3
e) Perhitungan:
̅̅̅
|𝑌 1 − ̅̅̅
𝑌3 8,2−6,58
𝑡0 (A1× A3) = 1 1
= 1 1
= 6,76
√𝑅𝐽𝐾(𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √0,56( + )
1 3 20 19
f) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = 6,67 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode inquiry lebih tinggi dari pada yang diajar dengan metode
penugasan.
3) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok A1
dan A2
g) Hipotesis Statistik
𝐻0 ∶ 𝜇1 ≤ 𝜇4
𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇4
h) Perhitungan:
̅̅̅
|𝑌 1 − ̅̅̅
𝑌4 8,2−5,45
𝑡0 (A1× A4) = 1 1
= 1 1
= 11,83
√𝑅𝐽𝐾(𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √0,56( + )
1 4 20 20
i) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = 11,83 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode inquiry lebih tinggi dari pada yang diajar dengan metode
ekspositori.
4) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok A1
dan A2
j) Hipotesis Statistik
𝐻0 ∶ 𝜇2 ≤ 𝜇3
𝐻1 ∶ 𝜇2 > 𝜇3
k) Perhitungan:
̅̅̅
|𝑌 2 − ̅̅̅
𝑌3 7,5−6.58
𝑡0 (A2× A3) = 1 1
= 1 1
= 3,74
√𝑅𝐽𝐾(𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √0,56( + )
2 3 18 19
l) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = 3,74 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari pada yang diajar
dengan metode penugasan.
5) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok A1
dan A2
m) Hipotesis Statistik
𝐻0 ∶ 𝜇2 ≤ 𝜇4
𝐻1 ∶ 𝜇2 > 𝜇4
n) Perhitungan:
̅̅̅
|𝑌 2 − ̅̅̅
𝑌4 7,5−5,4
𝑡0 (A2× A4) = 1 1
= 1 1
= 8,64
√𝑅𝐽𝐾(𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √0,56( + )
2 4 18 20
o) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = 8,64 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari pada yang diajar
dengan metode ekspositori.
6) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok A1
dan A2
p) Hipotesis Statistik
𝐻0 ∶ 𝜇3 ≤ 𝜇4
𝐻1 ∶ 𝜇3 > 𝜇4
q) Perhitungan:
̅̅̅
|𝑌 3 − ̅̅̅
𝑌4 6,58−5,4
𝑡0 (A1× A4) = 1 1
= 1 1
= 4,92
√𝑅𝐽𝐾(𝐷)(𝑛 + 𝑛 ) √0,56( + )
3 4 19 20
r) Kesimpulan
Karena 𝑡0 = ⋯ … . . > 𝑡𝑡𝑎𝑏 = ⋯ …maka H0 ditolak, artinya
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
metode penugasan lebih tinggi dari pada yang diajar dengan
metode ekspositori.
7) Ringkasan dan Simpulan
Hasil uji hipotesisi dengan ANOVA 1-jalan
Sumber
Jk db RJK F0 Ftab(a=0.05)
Varians
Antar 86,44 3 28,81
Dalam 41,13 73 0,56 51,45 2,73
Total 128,36 76
Simpulan:
Terdapat perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis antara siswa
yang diajar dengan Metode Inquiri, Penemuan Terbimbing, Penugasan, dan
Ekspositori. Dengan demikian, “Metode Pembelajaran berpengaruh terhadap
kemampuan Berpikir Kritis Matematis siswa “atau” Perbedaan Metode
Pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Metematis Siswa.
Hasil uji hipotesis lanjut dengan Statistik Uji t-Dunnet
Nilai kontras (Se) T0 ttabel Simpulan
𝑌̅1 − 𝑌̅2 = 0,7 0,243 2,88 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Inquiry lebih
tinggi dari pada yang diajar
dengan Metode Penemuan
Terbimbing.
̅ ̅
𝑌1 − 𝑌3 = 1,62 0,24 6,76 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Inquiry lebih
tinggi dari pada yang diajar
dengan Metode Penugasan
𝑌̅1 − 𝑌̅4 = 2,8 0,237 1,83 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Inquiry lebih
tinggi dari pada yang diajar
dengan Metode Ekspositori.
̅ ̅
𝑌2 − 𝑌3 = 0,92 0,246 3,74 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Penemuan
Terbimbing lebih tinggi dari pada
yang diajar dengan Metode
Penugasan.
𝑌̅2 − 𝑌̅4 = 2,1 0,243 8,64 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Penemuan
Terbimbing lebih tinggi dari pada
yang diajar dengan Metode
Ekspositori.
𝑌̅3 − 𝑌̅4 = 1,18 0,24 4,92 1,67 Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis siswa yang diajarkan
dengan Metode Penugasan lebih
tinggi dari pada yang diajar
dengan Metode Ekspositori.