Anda di halaman 1dari 18

120110140094Akuntansi 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
PENDAHULUAN........................................................................................................... 3
ISI............................................................................................................................... 4
Definisi dan Proses Kloning..................................................................................... 4
Kloning pada Masa Kini dan Masa yang Akan Datang.............................................6
Kloning Menurut Pandangan dan Hukum Islam.......................................................9
KESIMPULAN............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang membahas
tentang kloning dalam pandangan Islam
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa meridai segala usaha
kita. Amin.

Bandung, 28 Oktober 2014

Vioni Hanifa

PENDAHULUAN
Zaman semakin modern dan canggih, berterimakasihlah pada teknologi dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin sini semakin pesat kemajuannya. Tak
bisa kita sangkal bahwa perkembangan IPTEK selalu bersama menyokong satu sama
lain.Dengan kebutuhan manusia yang tak terbatas, kini teknologi dan ilmu pengetahuan dapat
sedikit demi sedikit memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dan keinginan inilah yang
membuat manusia selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan kemudian mencari
teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki kehidupan manusia. Kualifikasi
tanaman pangan, penangkaran ternak, dan perbaikan teknologi berburu atau mencari ikan adalah
satu manifestasi ciri manusia tersebut. Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau
rasio, yang merupakan salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai
sekarang pun ciri watak manusia itu masih terus berlangsung. Satu demi satu ditemukan
teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman, lebih menyenangkan,
dan lebih memuaskan.
Dalam berbagai bidang kehidupan, manusia telah berusaha mengembangkan IPTEK demi hasil
dan manfaat yang optimal. Contohnya tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu
direkayasa agar menghasilkan produk pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak.
Dikembangkan teknologi kawin silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya untuk mencapai
keinginan itu. Dengan ditemukannya alat-alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya
mikroskop dan media pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang
lebih kecil, sehingga ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu
yang lebih tinggi. Itulah awal dari pengembangan rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi
gempar setelah munculnya publikasi tentang kloning biri-biri Dolly, terutama menyangkut
bagaimana pandangan agama terhadap kloning manusia.
Pada makalah ini akan dkemukakan tentang apakah kloning itu, lalu bagaimana proses
bioteknologi tersebut, dan bagaimana pandangan ulama, atau kajian tentang hukum Islam
terhadap kloning manusia tersebut.

ISI
Definisi dan Proses Kloning
Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Yunani) atau klona, yang secara
harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru yang persis
sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari
suatu pertemuan tanaman jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat
dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan/pangkasan
tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang
dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau
reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona,
yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang identik.
Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan memanfaatkan potongan
tanaman yang umumnya berbentuk batang yang mengandung titik-titik tumbuh calon ranting dan
daun, tetapi juga memanfaatkan hampir semua jaringan tanaman untuk menghasilkan tanaman
sempurna. Dengan teknologi biakan jaringan, potongan daun atau sekeping jaringan dari batang
tanaman lengkap. Dari sini terlihat bahwa klonasi pada dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman
yang masih memiliki kemampuan untuk memilah-milah diri menghasilkan berbagai jenis
tanaman, seperti akar, batang dan daun dengan fungsinya masing-masing. Kemampuan semacam
ini ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya status organisme. Pada organisme
tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan totipotensinya, sehingga apabila
tanaman hanya mampu menghasilkan sel sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri lagi untuk
menghasilkan organ atau sel dengan fungsi yang lain. Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia
tidak dapat dikerjakan, misalnya dengan menanam sel atau jaringan dari bagian tubuh, seperti
tangan, kaki, jantung, hati untuk menghasilkan individu baru. Dengan demikian, klonasi pada
organisme tingkat tinggi hanya dapat dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu sel pada
aras embrio atau mudghah.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara umum sesuai dengan aras
kehidupan organisme, maka klonasi dapat dikerjakan pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras

sel, aras jaringan dan aras individu. Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri,
perbanyakan diri untuk menghasilkan individu yang baru, berlangsung lewat klonasi sel. Dalam
hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi individu pada hewan dan manusia dapat
juga terjadi, misalnya pada kelahiran kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan
klonus yang memiliki susunan genetis identik.
Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan klonasi pada aras yang lebih
kecil daripada sel, yaitu aras gena. Kemampuan manusia melakukan klonasi gena memunculkan
bidang ilmu baru, yang disebut rekayasa genetika. Untuk pertama kalinya suatu gena berhasil
diklonasi dengan teknik DNA rekombinan pada tahun 1973. Hanya dalam selang waktu tiga
tahun, teknologi ini sudah dikomersialkan oleh suatu perusahaan di California USA,
yaitu Genentech. Sebetulnya klonasi gena juga terjadi secara alami pada beberapa
mikroorganisme. Misalnya beberapa mikroorganisme yang semula rentan terhadap antibiotika
berubah menjadi klon mikroorganisme yang kebal antibiotika. Klona ini terjadi akibat
perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme induk yang telah kemasukan gena kebal tadi.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia. Kloning
adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu organisme. Klon
adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba bernama
Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan
menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh),
bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu
diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah
dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada
dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar
merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian
ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang
dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika orang yang mendonorkan sel
somatis tersebut.
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang
medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas sebagai
berikut:

Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.

Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ

pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
-

Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang

rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat
mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning,
atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di
kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
-

Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan

mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di
samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat
apa yang kita pelajari dari kloning.
-

Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-

penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam
menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan
penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah
penyembuhan dan bedah kecantikan.

Kloning pada Masa Kini dan Masa yang Akan Datang


Walaupun teknologi cloning masih diperdebatkan sampai detik ini, negara-negara maju telah
mengembangkan teknologi ini lebih jauh pada manusia. Penelitian-penelitian telah mengarahkan
kita kepada hasil-hasil ambisius dari kloning pada manusia. Bahkan di beberapa negara kloning
pada manusia telah dijadikan harapan besar bagi kemajuan bangsa.

Amerika Serikat
Manusia pertama hasil kloning atau penggandaan genetik telah lahir di Hollywood,
Amerika Serikat, pekan terakhir Desember ini. Proyek tersebut dilaksanakan Clonaid
yang terkait dengan sekte kepercayaan fanatik Raelians--kelompok yang meyakini
kloning dapat memperpanjang hidup manusia hingga ratusan tahun. Direktris Clonaid,

Brigitte Boisselier mengatakan, bayi hasil kloning tersebut diberi nama Eve, seperti nama
istri Adam, manusia pertama di dunia dalam Alkitab.
Sementara itu, proses kloning terhadap manusia kini tengah dipersiapkan sejumlah
ilmuwan dari Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan Dr. Panos Zavos, ilmuwan dengan
spesialisasi bidang Fertilitas di Universitas Kentuky Lexington, AS. Ia mengaku telah
mengupayakan hal itu dengan dibantu seorang rekannya serta sejumlah kolega dari
seluruh dunia.
Selama lima tahun terakhir, upaya penggandaan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA),
substansi dasar sel itu telah dilakukan terhadap domba, sapi, dan monyet. Proses itu
menunjukkan hasil memuaskan sehingga teknologi itu siap dipakai untuk mengkloning
manusia. Karena itu, menurut Zavos, yang juga pendiri Klinik Fertilitas di Lexington,
pengkloningan manusia direncanakan dilakukan di sebuah negara di kawasan
Mediterania. Upaya tersebut telah mendapat dukungan sebuah Konsorsium Ahli Fertilitas
yang dipimpin oleh Severino Antinori, dokter asal Italia.
Zavos berharap, bayi hasil kloning pertama itu akan lahir dalam satu hingga dua tahun
mendatang. Sementara itu, untuk menghadapi kemungkinan gugatan etika kemanusiaan,
Zavos akan mengandalkan dalih bahwa pengkloningan manusia dapat menjadi alternatif
bagi pasien yang mengalami kesulitan reproduksi. Ia juga menekankan, perlu dibikin
prosedur internasional untuk kloning manusia
Eve adalah hasil penggandaan genetik dari ibunya sendiri, seorang perempuan AS berusia
31 tahun. Eve lahir tanpa cacat fisik melalui pembedahan caesar dan berbobot 3,2
kilogram. Clonaid merahasiakan identitas bayi, ibunya, dan lokasi tempat tinggal mereka.
Perusahaan itu hanya menjelaskan, sang ibu memutuskan mengkloning karena suaminya
mandul. Teknik kloning yang digunakan pada Eve mirip dengan yang diterapkan dalam
menggandakan biri-biri pertama di dunia, Dolly. Saat ini, Clonaid mengagendakan
kloning manusia berikutnya di sejumlah lokasi yang dirahasiakan. Dipastikan, satu
berada di Eropa Utara, dua di Asia, dan satu lagi di Amerika Utara.

Tiongkok
Sebuah perusahaan yang berkembang pesat, BGI membangun sebuah peternakan yang
menjadi pusat kloning terbesar di dunia untuk mengkloning babi. Teknologi kloning
diaplikasikan dalam produksi massal. Tak hanya pada hewan, perusahaan ini juga sudah
melakukan eksekusi terhadap rencananya untuk mengkloning 1 juta manusia dan
tumbuhan terhitung dari tahun 2013.

Belanda
Manusia hasil teknologi duplikasi genetik atau kloning untuk kali kedua dalam sejarah
dilahirkan. Kali ini, inovasi teknologi tersebut dilahirkan di Amsterdam, Belanda. Bayi
perempuan dari pasangan lesbian berkewarganegaraan Belanda itu dilaporkan terlahir
sehat. Bayi itu hadir delapan hari setelah manusia pertama hasil kloning yang diberi nama
Eve--sesuai nama istri Nabi Adam--dilahirkan di Amerika Serikat.

Inggris
Pemerintah Inggris mengizinkan Ian Wilmut dan pakar saraf motorik Christopher Shaw
untuk mengkloning embrio manusia. Kloning bertujuan meneliti penyebab penyakit saraf
motorik manusia. Wilmut sendiri adalah ilmuwan yang sukses mengkloning domba Dolly
pada 1996.
Teknik penelitian Wilmut dan Shaw kali ini sama dengan yang diterapkan saat
mengkloning Dolly. Keduanya akan mengkloning embrio pasien yang menderita penyakit
syaraf motorik yang berasal dari sel tunas kosong dan membandingkannya dengan
perkembangan sel normal dari embrio sehat. Teknik ini diharapkan dapat mencari solusi
terbaik penanganan penyakit syaraf motorik dimasa depan.
Wilmut mengatakan, hingga kini penyakit syaraf motorik tidak dapat disembuhkan.
Sebanyak 350 ribu jiwa di seluruh dunia diperkirakan terkena penyakit ini. Dari jumlah
itu 100 ribu di antaranya meninggal dunia.
Izin kloning ini adalah yang kedua. Sebelumnya, Agustus 2001, pemerintah Inggris juga
mengeluarkan izin kloning sel penghasil insulin. Sel ini diharapkan dapat
ditransplantasikan pada penderita diabetes.

Kloning Menurut Pandangan dan Hukum Islam


Manusia menurut Al-Quran memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya atas
izin Allah. Oleh karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai
cara dalam rangka tersebut. Teknologi adalah ilmu cara menerapkan sains untuk memanfaatkan
alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Sementara pakar al-Quran berpendapat
bahwa tidak kurang dari 750 ayat quran berbicara tentang alam materi dan fenomenanya yang
memerintahkan manusia untuk mengetahui rahasia dan manfaatnya.
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam kajian
literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya,
rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut
beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:



(5 :).
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut
menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptan manusia mencegah tindakan-tindakan
yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah
tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah atas kloning
manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta? Abul Fadl
menyatakan tidak, berdasarkan pada pernyataan al-Quran bahwa Allah SWT telah
menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:
(59 : ) .

Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah (seorang
manusia), maka jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:

.


.

(47 -45 : ) .
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang
saleh. Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril): Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu
jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu terjadi
menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam
semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian
bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika kloning
manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu,
jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi
keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan,
yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi pembentukan
masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam ikatan
perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi
genetis inilah yang memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini

adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri
dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi keluarga Islam.
Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta
merusak aturan hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz Sachedina dan
Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan mengandung ancaman bagi
kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga
keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan,
kehancuran moral, budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat teknik kloning
diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal:
tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan
menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environmentnya yang dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak waris
dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA
dari donor nukleussaja, sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA
yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada
hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan
saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut
masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas,
alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi
anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi
donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan sebagai
berikut:
1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan sampai ke
negri Cina sekalipun).

3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia ketahui
(lihat QS. 96/al-Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah (lihat
ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan teknologi bayi
tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak)
Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu
justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun membolehkan,
namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di dalamnya. Argumentasi yang
dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat tentative,
bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada manusia hanya
melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi applied science dari teknik kloning.
Wilayah applied science yang mempunyai implikasi sosial praktis sudah barang tentu
mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu dasar) dari
teknik kloning, yang bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan maupun tidak.
Wilayah pure science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.
Dalam mencari batas keseimbangan antara kemajuan IPTEK dan Doktrin Agama, pertanyaan
yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan dan agamawan dapat berlaku
adil dalam melihat kedua fenomena yang berbeda misi dan orientasi tersebut? Menekankan satu
sisi dengan melupakan atau menganggap tidak adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan
membuat orang tertipu dan kecewa. Dari situ barangkali perlu dipikirkan format kajian dan
telaah yang lebih seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan memahami kedua sisi tersebut
sekaligus. Sudah tidak zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan kloning
secara utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.
Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan agama menurut
penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning itu kita uji dari sesuai atau tidaknya

dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila
bertentangan dengan tujuan-tujuan syara tentulah kita cegah agar tidak menimbulkan bencana.
Kesimpulan yang diberikan klonasi ovum manusia itu tidak sejalan dengan tujuan agama,
memelihara jiwa, akal, keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.
Untuk menentukan apakah syariat membenarkan pengambilan manfaat terapeutik dari kloning
manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak
pada kerangka pemikiran ini, maka manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat
diuraikan sebagai berikut:
-

Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam

menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan
penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah
penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset kloning manusia dalam rangka
menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri penyakit yang hingga kini dianggap tidak
dapat disembuhkan adalah boleh, bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini
karena ada sebuah hadits yang menyebutkan: Untuk setiap penyakit ada obatnya. Namun,
perlu ditegaskan bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil
kloning guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut dapat
melanggar hak hidup manusia.
-

Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem ketidaksuburan, tetapi

tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan
K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning
Dolly. Kloning manusia tentu akan melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen
awal untuk menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali
keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan hanya satu
embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga embrio-embrio lainnya
akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena nenurut
syariat pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar
sunnatullah dalam proses normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks,
dan hal ini akan meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning juga
sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada hukum waris Islam (al-mirts).

Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat

mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning,
atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning.
Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia hasil kloning ini dipandang
sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap hidup
manusia Namun, jika penumbuhan kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan,
maka syariat tidak dapat menolak pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan
kembali organ yang hilang dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di
pertambangan atau kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai
kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat kejahatan yang
pernah dilakukan.
-

Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat

menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini
bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:
Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: Hai Rasulallah, haruskah kita
mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, kalian harus
mengobati (diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit
tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu macam penyakit. Mereka bertanya: Apa itu? Nabi
SAW menjawab: Penuaan.
-

Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan embrio

dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini dianggap bthil (tidak sah)
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1.

Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.

2.

Sebuah hadits menyatakan: Di antara orang-orang yang akan dimintai

pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia merdeka dan
memakan hasilnya.
Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning manusia jauh
lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan karenanya umat Islam tidak
dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari kloning manusia.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas, penulis sekedar membuat rumusan sebagai berikut:
1.
Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran manusia
yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang
lebih tinggi dan lebih terhormat.

2.
Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran tersebut
didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan agama digali dengan daya ijtihad
yang benar pula. Keduanya saling kuat-menguatkan.
3.
Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan terhadap kodrat
iradat Ilahi, bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan sunnah Allah yang tertuang dalam
ciptaan-Nya dan membuktikan ke Maha Kuasaan-Nya.
4.
Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan transplantasi organ
tubuh manusia dapat dibenarkan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan syara.
5.
Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu pengetahuan
dan sesuai dengan tujuan syara dipandang sangat membantu bagi penyembuhan dengan jalan
transplantasi.
6.
Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan nilai-nilai
ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan tujuan syara, karena dipandang
kemungkinan terjadinya kekacauan hukum keluarga dan hubungan nasab, serta ketidakpastian
eksistensinya.
7.
Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan implementasi klonasi
manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik dari segi agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta karena tidak melaksanakan klonasi.

DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Q. (2008). M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Perlu
Anda Ketahui. Tangerang: Lentera Hati.
www.e-jurnal.com

www.tafsir.web.id

Anda mungkin juga menyukai