Anda di halaman 1dari 14

AT TAUBAH 71

Dalam buku Tafsir Quran Karim karangan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, menafsirkan
bahwa orang-orang mukmin baik laki-laki atau perempuan setengahnya menjadi pembantu
yang setengah (bimbing-membimbing), mereka menyuruh dengan maruf dan melarang dari
yang mungkar, menegakkan sembahyang, memberikan zakat serta mengikuti Allah dan rasulNya. Maka orang-orang mukmin wajib menyuruh dengan yang maruf dan melarang dari
yang mungkar terhadap siapa yang tidak menurut jalan kebenaran, meskipun pemerintah
sendiri. Kezaliman-kezaliman yang dibuat orang dalam negeri, wajib kamu muslimin
memberantasnya dan menghilangkan sekedar tenaga masing-masing. Orang-orang surat
kabar dengan tulisannya, anggota-anggota dewan perwakilan dengan pembicaraannya dalam
siding-sidang dewan, ulama-ulama dengan perkataan dan fatwanya dan begitulah seterusnya,
sehingga tiap-tiap orang islam bertanggung jawab terhadap kezaliman yang diperbuat orang
dalam negerinya. Apabila yang demikian tidak dilaksanakan oleh kaum muslimin, maka
Allah akan mendatangkan siksa, bukan saja kepada orang-orang yang berbuat kezaliman itu,
melainkan keseluruhan penduduk negeri ini.[1]
Dalam buku Tafsir Tematis karangan Muhammad Fuad Abdul Baqi jilid 2
menafsirkan ayat diatas bahwa sebagian kaum mukminin, baik laki-laki maupun perempuan
adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka saling menyongkong karena kesamaan
agama dan keimanan kepada Allah. Mereka menyuruh yang maruf (segala amal saleh yang
diperintahkan syariat, seperti tauhid dan ibadah), mencegah yang mungkar (segala ucapan
dan perbuatan yang dilarang syariat, seperti kezhaliman dan kenistaan), mengerjakan shalat
fardhu tepat waktu, membayar zakat wajib, menanti perintah dan laranagn Allah serta RasulNya. Mereka yang memiliki sifat demikian pasti dirahmati Allah (sebagaimana janji-Nya)
dengan kenikmatan surga. Allah Maha kuat, tiada sesuatu yang bisa melemahkan-Nya, Maha
Bijaksana dalam semua ketentuan-Nya. Dia tidak meletakkan sesuatu, kecuali pada
tempatnya.[2]
Sedangkan dalam buku Tafsir Al-Mishbah karangan M. Quraish Shihab bahwa ayat
tersebut menjelaskan tentang keadaan kaum munafikin dan ancaman siksa yang menanti
mereka, kini sebagaimana kebiasaan al-quran menggandengkan uraian dengan sesuatu yang
sejalan dengan uraian yang lalu atau bertolak belakang dengannya, melalui ayat-ayat ini
Allah menguraikan keadaan orang munafik. Sekaligus sebagai dorongan kepada orang-orang
munafik dan selain mereka agar tertarik mengubah sifat buruk mereka.[3]
Dan orang-orang mukmin yang mantap imanya dan terbukti kemantapannya melalui
amal-amal saleh mereka, lelaki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain,
yakni menyatu hati mereka dan senasib serta sepenanggungan mereka sehingga sebagian
merekamenjadi penolong bagi sebagian yang lain dalam segala urusan dan kebutuhan
mereka. Bukti kemantapan iman mereka adalah mereka menyuruh melakukan yang maruf,
mencegahperbuatan yang
mungkar, melaksanakan
sholat dengan
khusyuk
dan
bersinambung,menunaikan zakat dengan sempurna, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nyamenyangkut segala tuntunan-Nya. Mereka itu pasti akan dirahmati Allah dengan
rahmat khusus, Sesungguhnya Allah Mahaperkasa tidak dapat dikalahkan atau dibatalkan
kehendak-Nya oleh siapa pun lagi Maha Bijaksana dalam semua ketetapan-Nya.[4]
Firman-Nya: ( )badhuhum auliya badhl sebagian mereka adalah
penolong sebagian yang lain berbeda redaksinya dengan apa yang dilukiskan menyangkut
orang munafik. Huruf ( )sin pada ( )sayarhamuhum/ akan merahmati
merekadigunakan antara lain dalam arti kepastian datangnya rahmat itu. kata ini dihadapkan
denganAllah melupakan mereka yang ditujukan kepada orang-orang munafik. Rahmat yang

dimaksud di sini bukan hanya rahmat di akhirat, tetapi sebelumnya adalah rahmat di dunia,
baik buat setiap orang mukmin maupun untuk kelompok mereka. Rahmat tersebut ditemukan
antara lain pada kenikmatan berhubungan dengan Allah Swt dan pada ketenangan batin yang
dihasilkannya. Juga pada pemeliharaan dari segala bencana, persatuan dan kesatuan serta
kesediaan setiap anggota masyarakat muslim untuk berkorban demi saudaranya, ini antara
lain yang diraih di dunia. Adapun di akhirat, tiada ada kata yang dapat menguraikannya,
seperti yang disampaikan Rasul Saw bahwa di akhirat ada anugerah yang tidak pernah dilihat
sebelumnya oleh mata, tidak terdengar beritanya oleh telinga, dan tidak juga pernah terlintas
dalam benak manusia.[5]
AN ANFAL 2-4
Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada
Allah adalah:

1.

Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya

2.

Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya

3.

Mereka selalu bertawakal Kepada Allah

4.

Mendirikan Shalat

5. Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)


itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan
dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya.

AN NAHL 94-97

Kemudian, Allah SWT menegaskan kembali kepada orang Islam larangan Nya
menjadikan sumpah-sumpah sebagai alat penipu di antara mereka sesudah Allah SWT
melarang membatalkan perjanjian dan sumpah pada umumnya, maka dalam ayat ini
Allah SWT secara khusus menegaskan larangan membatalkan perjanjian yang telah
dibuat kaum Muslimin dengan Nabi Muhammad saw sewaktu masih di Mekah,
menjelang hijrah ke Madinah.
Allah SWT tidak membenarkan jika membuat perjanjian hanya untuk mengelabui
manusia. Sebab timbulnya larangan ini ialah, adanya keinginan dari kaum Muslimin
untuk membatalkan baiat mereka itu yang telah diperbuat dengan sumpah. Jika mereka
melakukan hal demikian itu berarti kaki mereka tergelincir sesudah berpijak di tempat
yang teduh.
Mereka akan mengalami penderitaan disebabkan tindakan mereka yang menjadikan
sumpah sebagai alat penipu di antara manusia. Ada tiga larangan yang mereka langgar
jika mereka melakukan tindakan demikian itu.
Pertama: Mereka tambah jauh dari kebenaran dan dari hidayah Allah SWT, padahal
sudah berada sebelumnya di dalam garis kebenaran itu.
Kedua: Mereka memberi contoh dan kebiasaan orang lain di dalam penyelewengan dari
jalan Allah SWT karena kebiasaan yang jelek itu, patutlah mereka mendapat azab di
dunia. Seperti pembunuhan penangkapan perampasan, dan pengusiran dari kampung
halaman.

Ketiga: Mereka akan diazab di akhirat sebagai balasan atas kelancangan mereka
menjauhi kebenaran dan mereka di masukkan ke dalam golongan orang yang sengsara
dan sesat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 94
(94)

(Dan janganlah kalian jadikan sumpah-sumpah kalian sebagai alat penipu di antara
kalian) Allah swt. mengulang-ulang kalimat ini untuk mengukuhkannya (yang
menyebabkan tergelincir kaki kalian) artinya kalian tergelincir dari ajaran Islam
(sesudah kokoh tegaknya) sesudah kalian teguh memegangnya (dan kalian rasakan
azab) siksaan (karena kalian menghalangi manusia dari jalan Allah) artinya disebabkan
kalian tidak mau memenuhi janji kalian sendiri, atau disebabkan kalian menghalanghalangi orang lain untuk memenuhi sumpah dan janjinya, kemudian orang lain itu
menuruti perintah kalian (dan bagi kalian azab yang besar) di akhirat nanti.
95. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga
yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itulah
yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. 16:95)
Surah An Nahl 95

(95)

Dalam ayat ini Allah menegaskan lagi larangan Nya tentang membatalkan janji setia itu
(baiat) dengan menyatakan bahwa perbuatan itu sama halnya dengan menukarkan
perjanjian dengan Allah dengan harga yang murah: Misalnya untuk memperoleh
keuntungan duniawi dan harta yang sedikit, mereka membatalkan suatu perjanjian yang
mereka ikat sendiri. Peringatan Allah ini berhubungan dengan ihwal orang-orang Mekah
yang telah membaiat Nabi saw kemudian mereka bermaksud membatalkan baiat itu
karena hati mereka setelah melihat kekuatan orang Quraisy, serta penganiayaan mereka
kepada orang Islam.
Kemudian orang-orang Quraisy menjanjikan pula kepada orang Islam memberikan
pemberian jika mereka mau kembali kepada agama syirik. Oleh sebab itu, Allah
memperingatkan mereka dengan ayat ini dan mencegah mereka, agar jangan sampai
membatalkan baiat kepada' Nabi itu, hanya untuk memperoleh harta duniawi. Karena
apa yang ada pada Allah seperti pahala di akhirat dan agama yang dibawa Nabi saw
untuk kehidupan duniawi, jauh lebih baik dari apa yang dijanjikan oleh pemimpin
musyrik itu. Jika mereka mempergunakan akal pikiran dan merenungkan persoalanpersoalan itu, tentulah mereka lebih cenderung untuk tetap setia kepada Nabi saw dan
menolak ajakan pemimpin-pemimpin musyrik itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 95
(95)
(Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit)
berupa keduniaan, seumpamanya kalian membatalkan janji itu demi karena perkara
duniawi (sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah) berupa pahala (itulah yang lebih baik
bagi kalian) daripada apa yang terdapat di dunia (jika kalian mengetahui) hal tersebut;
maka oleh sebab itu janganlah kalian merusak janji kalian.
96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah
kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orangorang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.(QS. 16:96)
Surah An Nahl 96

(96)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa segala apa yang dimiliki dan datang dari
manusia itu berupa pemberian-pemberian harta benda duniawi adalah terbatas dan
berakhir, sedang apa yang ada pada sisi Allah berupa pahala dan ganjaran dalam surga
tidak ada batasnya, tak putus-putus bahkan selama-lamanya. Maka kepada mereka yang
beriman dan sabar menghadapi tugas-tugas agama dan tabah terhadap derita, Allah
pasti memberi ganjaran yang lebih dari apa yang mereka kerjakan. Tuhan menonjolkan
sifat sabar atau tabah karena sifat itu merupakan azas dari segala amal perbuatan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 96
(96)

(Apa yang di sisi kalian) berupa duniawi (akan lenyap) akan musnah (dan apa yang ada
di sisi Allah adalah kekal) abadi. (Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan) dapat
dibaca walayajziyanna dan walanajziyanna (orang-orang yang sabar) demi menunaikan
janjinya (dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan) lafal
ahsana di sini maknanya sama dengan hasuna.
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.(QS. 16:97)
Surah An Nahl 97

)

(97

Kemudian Allah SWT dalam ayat ini berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan
memberikan kehidupan yang bahagia dalam dunia kepada hamba Nya baik laki-laki
maupun perempuan yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang mengikuti
petunjuk Alquran dan Sunah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Kehidupan bahagia dalam dunia ini suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh
kesenangan dan kedamaian berkat dia merasakan kelezatan iman dan kenikmatan
keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah tetapi rela dan ikhlas
menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda duniawi, dan hanya tertuju
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari pada Nya
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala apa yang diperuntukkan kepadanya, karena
ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dan penakdiran Allah
SWT.
Adapun di akhirat dia akan memperoleh dari Allah balasan pahala yang besar dan paling
baik karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya dan berkat iman
yang bersih yang mengisi jiwanya.
98. Apabila kamu membaca Al quran hendaklah kamu minta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.(QS. 16:98)
Surah An Nahl 98

(98)

Kemudian dalam ayat ini Allah SWT mengajar adab membaca Alquran agar dalam
membaca dan memahaminya jauh dan gangguan dan waswas setan. Alquran adalah
yang memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan kebahagiaan, dan yang
menentukan mana amal perbuatan yang saleh yang berguna bagi kehidupan manusia
dan mana pula perbuatan yang membawa ke jalan kesengsaraan. Akan tetapi petunjuk
Alquran itu akan dimengerti dan dipahami dengan benar, apabila akal pikiran si
pembaca bersih dari waswas setan.

Firman Allah SWT:


(201)

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan,
mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya.
(Q.S Al A'raf: 201)
Bilamana Allah SWT menyuruh Rasul Nya untuk berlindung kepada Allah SWT ketika
akan membaca Alquran, padahal sudah dinyatakan terpelihara, bagaimana dengan
manusia yang bukan rasul. Sungguh manusia itu lemah dan mudah terpengaruh oleh
setan dalam memahami Alquran, oleh karena itu Allah memerintahkan untuk memohon
pertolongan kepada Nya.

AS SAJADAH 15-16
15 Yang mengisi hatinya dengan keimanan, anggota badannya tunduk kepada
syariatnya, imannya menghendaki adanya pengaruh dan konsekwensi, yaitu
meninggalkan kemurkaan Allah yang keberadaannya merugikan keimanan.
[16] Yang mengosongkan hatinya dari keimanan, di dalamnya tidak terdapat pendorong
dari sisi agama, sehingga anggota badannya segera mengerjakan kebodohan dan
kezaliman, seperti dosa dan maksiat, dan keluar dengan kefasikannya dari ketaatan
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Apakah orang ini sama dengan orang mukmin
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-as-sajdah-ayat-1530.html#sthash.0H17Pboz.dpuf

AL HUJURAT 14
Ayat di atas menurut As-Suddi berkenaan dengan kedatangan Arab Badui yang disebutkan dalam surah
Al-Fath, yaitu orang Badui Muzainah, Juhainah, Aslam, Gifar, Ad-Dil dan Asyja. Mereka berkata kami
beriman dengan tujuan supaya aman jiwa dan hartanya. Namun ketika merka dikerahkan oleh orangorang kafir untuk memerangi Madinah, ternyata mereka ingkar dari imannya. Kemudian Rasulullah
mengajarinya kepada mereka katakanlah kami menyerah dan tunduk. Hal ini merupakan ajaran
kesepanan Nabi kepada orang Arab, yang imannya masih lemah. Rasulullah tidak mengatakan dusta
kamu sekalian (kazabtum), tetapi dengan kata Quluu aslamna (ucapkanlah olehmu tunduk).
Ayat 14 merupakan indikator proses, yakni indikator komitmen diri kepada Allah dan Rosul-Nya.
Indikator proses dapat diindikasikan oleh ketaatan kepada ajaran yang dibawa oleh Rosullulah. Ajaran
teresebut merupakan tatanan sistem dimana terjadinya sebuah bangunan yang menyatu dan utuh,
yakni bangunan keyakinan dalam hati, kemudiannya satunya hati dengan ucapan lisan dan diwujudkan
dalam amaliah.
Orang-orang yang percaya kepada Allah yang Maha Kuasa dan pengasih menyadari bahwa
tunduk kepada kehendak-Nya adalah bijaksana. Mereka menghargai bimbingan yang Ia berikan melalui
para utusan yang dipercayakan dengan pengetahuan ilahi. Beberapa utusan inidiakui oleh beberapa dari

agama-agama dunia yang utama. Misalnya 800juta lebih penganut agama islam menganggap tokoh
Yahudi-Kristen Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud dan Yesus sebagai Nabi-nabi utama dari Allah. Namun
yang ke tujuh, mereka percaya, telah di angkat lebih tinggi dari utusan-utusan yang lain Sang Nabi
Muhammad.
Nama islam mempunyai arti penting, karena ini menyatakan ketundukan atau penyerahan diri dalam
konteks ini, kepada hukum dan kehendak Allah. Orang yang menempuh jalan ketundukan dan
penyerahan diri ini disebut seorang muslim, bentuk kata kerja aktif dari islam. Pribadi yang ditaati
oleh kaum muslim adalah Allah. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (AlHujurat:15)
Iman yang benar adalah beriman kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan kukuh
dalam keimanan serta berjihad, rela berkorban dalam membela Agama Allah, demi berharap Ridha-Nya.
Iman yang tidak benar seperti ditunjukan oleh Arab Badui iman yang lemah yang hanya muncul dalam
mulutnya saja, untuk meminta perlindungan agar harta dan jiwanya tetap selamat.
Indikator proses pada ayat 14 didefinisikan melalui indikator kunci pada ayat 15, yakni adanya kerelaan
memobilisasi sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya kapital, sumber daya
buatan dan sumber daya alam. Dengan kata lain iman yang benar adalah memberi atau rela berkorban
(pikiran, tenaga, waktu dan kekayaan bahkan jiwa sekalipun). Sebaliknya iman yang tidak benar adalah
meminta balasan berupa fasilitas, kududukan, pangkat dan kehidupan dunia, artinya keimanan yang
disertai dengan motivasi bukan selain keridoaan Allah SWT.

AL MUKMINUN 1-11

Ayat ini merupakan peninggian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin,
menyebutkan keberuntungan dan kebahagiaan mereka, dan menyebutkan sesuatu yang
dapat menyampaikan mereka kepada keberuntungan, sekaligus mendorong manusia
agar memiliki sifat-sifat itu. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba menimbang
dirinya dengan ayat ini dan setelahnya, di mana dengannya mereka dapat mengetahui
sejauh mana keimanan mereka, bertambah atau kurang, banyak atau sedikit.
[2] Yakni berbahagia, sukses dan berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.
[3] Kepada Allah dan Rasul-Nya.
[4] Khusyu artinya hadirnya hati dan diamnya anggota badan. Khusyu merupakan
ruhnya shalat, semakin besar kekhusyuan seseorang, maka semakin besar pahalanya.
[5] Yakni yang tidak ada kebaikan dan faedahnya. Jika perbuatan yang tidak berguna
mereka jauhi, maka perbuatan yang haram lebih mereka jauhi lagi. Oleh karena itulah,
apabila seseorang mampu mengendalikan anggota badan yang paling ringan digerakkan
(lisan), maka sudah tentu dia dapat mengendalikan anggota badan yang lain,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Muadz bin Jabal,
Maukah kamu aku beritahukan penopang semua itu? Muadz berkata, Ya, wahai
Rasulullah. Beliau bersabda, Jagalah ini. Yakni lisanmu. Nah, orang-orang mukmin,
karena sifat mereka yang terpuji, mereka jaga lisan mereka dari perkataan sia-sia dan
hal-hal haram.

[6] Mereka berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah, yaitu dengan berbuat khusyu
dan berbuat ihsan kepada manusia dengan membayar zakat.
[7] Dari yang haram, seperti zina, homoseksual, dsb. Menjaga kemaluan dapat menjadi
sempurna ketika seseorang menjauhi semua yang dapat mendorong kepada zina, seperti
memandang wanita, menyentuhnya, dsb.
[8] Maksudnya, budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang
kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan
orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada
kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang
diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini. Kata-kata, Hamba sahaya yang
mereka miliki menunjukkan, bahwa untuk halalnya budak wanita harus dimiliki semua
jasadnya. Oleh karena itu, jika ia hanya memiliki sebagiannya, maka belum halal, karena
budak itu miliknya dan milik yang lain. Sebagaimana tidak boleh dua orang laki-laki
berserikat (bersama-sama) menikahi seorang wanita, maka tidak boleh pula dua orang
majikan berserikat (bersama-sama) terhadap seorang budak wanita.
[9] Karena Allah telah menghalalkannya.
[10] Maksudnya, selain istri dan budak.
[11] Keumuman ayat ini menunjukkan haramnya nikah mutah, karena wanita itu bukan
istrinya yang hakiki yang maksudnya adalah tetap langgeng.
[12] Mereka berusaha melaksanakan dan memenuhinya.
[13] Baik amanah yang di dalamnya terdapat hak Allah maupun yang di dalamnya
terdapat hak manusia. Apa yang Allah wajibkan kepada hamba merupakan amanah,
sehingga seorang hamba wajib melaksanakannya, seperti shalat lima waktu, zakat, puasa
di bulan Ramadhan, dsb. Sedangkan amanah yang di sana terdapat hak manusia adalah
apa yang dipercayakan atau dibebankan mereka kepada kita, seperti menjaga harta yang
mereka titipkan, melaksanakan tugas yang dibebankan mereka, dsb.
[14] Baik antara mereka dengan Allah, maupun antara mereka dengan sesamanya.
[15] Yakni pada waktunya. Mereka pelihara pula syarat dan rukunnya, yang wajibnya
dan melakukan adab-adabnya. Allah memuji mereka karena shalat mereka yang khusyu
dan karena mereka menjaganya, dengan demikian shalat mereka menjadi sempurna,
karena tidak mungkin shalat seseorang sempurna, jika selalu memeliharanya namun
tidak khusyu atau khusyu dalam shalatnya namun tidak memeliharanya.
[16] Yaitu surga yang paling tinggi, tengahnya dan yang paling utama. Bisa juga tertuju
kepada semua surga sehingga mengena kepada semua kaum mukmin sesuai derajat dan
martabat mereka.
[17] Mereka tidak ingin pindah daripadanya karena di dalamnya kebutuhan mereka
terpenuhi dan mendapatkan semua kesenangan.
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-111.html#sthash.yai6DdDT.dpuf

AL BAQARAH 2-5

Al Baqarah 2-5
2 Kitab (Al quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa,
(QS. 2:2)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Al Baqarah 2

2(

)

Ayat di atas menerangkan bahwa
Alquran ini tidak ada keraguan
padanya karena ia wahyu Allah swt.
yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw Nabi yang terakhir
dengan perantaraan Jibril a.s.
Hal ini tegaskan oleh Allah swt.
dalam firman-Nya:





Artinya:
Alif lam mim. Turunnya Alquran
yang tidak ada keraguan padanya
(adalah) dari Tuhan semesta alam.
(Q.S As Sajadah: 1 dan 2)
Yang dimaksud "Al Kitab" di sini
ialah Alquran . Disebut "Al Kitab."
sebagai isyarat bahwa Alquran
harus ditulis, karena itu Nabi
Muhammad saw. memerintahkan
para sahabat menulis ayat-ayat
Alquran
Alquran ini bimbingan bagi orangorang bertakwa, sehingga ia
berbahagia hidup di dunia dan di
akhirat nanti.
Orang-orang yang bertakwa ialah
orang-orang yang memelihara dan
menjaga dirinya dari azab Allah
dengan selalu melaksanakan
perintah-perintah Allah swt. dan
menghentikan larangan-laranganNya.
Di antara tanda-tanda orang yang
bertakwa ialah sebagaimana yang
tersebut pada ayat-ayat berikut:
3 (yaitu) mereka yang beriman

kepada yang ghaib, yang


mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki
yang Kami anugerahkan kepada
mereka. (QS. 2:3)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Al Baqarah 3



3(


)
Pertama : Beriman kepada yang
gaib. Termasuk di dalamnya
beriman kepada Allah dengan
sesungguhnya, menundukkan diri
serta menyerahkannya sesuai
dengan yang diharuskan oleh iman
itu. Tanda keimanan seseorang,
ialah melaksanakan semua yang
diperintahkan oleh imannya itu.
Yang gaib, ialah sesuatu yang tidak
dapat dicapai oleh pancaindra.
Pengetahuan tentang yang gaib itu
semata-mata berdasar kepada
petunjuk-petunjuk Allah swt. Karena
kita telah beriman kepada Allah,
maka kita beriman pula kepada
firman-firman dan petunjukpetunjuk-Nya Termasuk yang gaib
ialah : Allah, Malaikat, hari kiamat,
surga, neraka, mahsyar dan
sebagainya.
Pangkal iman kepada yang gaib ialah
iman kepada Allah swt. Iman
kepada Allah adalah dasar dari
pembentukan watak dan sifat-sifat
seseorang manusia agar ia menjadi
manusia yang sebenarnya, sesuai
dengan maksud Allah menciptakan
manusia.
Allah swt. berfirman:

Artinya:
Sibghah Allah. Siapakah yang lebih
baik sibgahnya dari Allah ? KepadaNyalah kami menyembah. (Q.S Al

Baqarah: 138)
Iman membentuk manusia menjadi
makhluk individu dan makhluk yang
jadi anggota masyarakatnya, suka
memberi, menolong, berkorban,
berjihad dan sebagainya.
Allah swt. berfirman:

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang
sebenarnya beriman hanyalah
orang orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar. (Q.S
Al Hujurat: 15)
Dalam mencari arti iman itu
hendaklah mempelajari sejarah
hidup Nabi Muhammad saw,
merenungkan ciptaan Allah,
menggunakan akal pikiran dan
mempelajari ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw.
Iman dapat bertambah dan dapat
pula berkurang. Iman akan rusak
bila amal seseorang rusak dan akan
bertambah bila nilai dan jumlah
amal ditingkatkan
Kedua: Mendirikan salat ialah,
mengerjakan dan menunaikan salat
dengan menyempurnakan rukunrukun dan syarat-syaratnya, terusmenerus mengerjakannya sesuai
dengan yang diperintahkan Allah,
baik lahir maupun batin. Yang
dimaksud dengan lahir ialah
mengerjakan salat sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah
ditentukan sunah Rasul dan yang
dimaksud dengan "batin" ialah
mengerjakan salat dengan hati,
dengan segala ketundukan dan

kepatuhan kepada Allah karena


merasakan keagungan dan
kekuasaan Allah yang menguasai
dan menciptakan seluruh alam ini
sebagai yang dikehendaki oleh
agama.
Yang dimaksud "Iqamatussalah"
ialah mengerjakan salat dengan
sempurna; sempurna rukun-rukun,
syarat-syarat dan ketentuanketentuan yang lain yang ditentukan
oleh agama.
Arti asal dari perkataan "salat" ialah
"doa", kemudian dipakai sebagai
istilah yang berarti "salat" sebagai
ibadat yang telah terkenal di dalam
agama Islam karena salat itu banyak
mengandung doa.
Ketiga: Menafkahkan sebahagian
rezeki yang telah dianugerahkan
Allah. "Rezeki" ialah segala sesuatu
yang dapat diambil manfaatnya.
"Menafkahkan sebahagian rezeki"
ialah memberikan sebahagian rezeki
atau harta yang telah direzekikan
Allah kepada orang-orang yang
telah ditentukan oleh agama.
Harta yang akan dinafkahkan itu
ialah sebahagiannya, tidak seluruh
harta. Dalam ayat ini tidak
disebutkan berapa banyak yang
dimaksud dengan sebahagian itu,
apakah seperdua, sepertiga,
seperempat dan sebagainya.
Dalam pada itu Allah melarang
berlaku kikir dan melarang berlaku
boros:
Firman Allah swt:




Artinya:
Janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu,
sebaliknya janganlah kamu terlalu
mengulurkannya, agar kamu tidak
menjadi tercela dan menyesal. (Q.S
Al Isra': 29)
Dan Allah menyuruh agar jangan

berlebih-lebihan dalam
membelanjakan harta dan jangan
pula kikir. Firman-Nya:


Artinya:
Orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta) mereka tidak
berlebih-lebihan, tidak (pula) kikir tapi
adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian . (Q.S
Al Furqan: 67)
Pada firman Allah yang lain
dijelaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan sebahagian
harta itu ialah:




Artinya:
....mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah,
"Yang lebih baik dari keperluan".
(Q.S Al Baqarah: 219)
Allah telah menjelaskan cara-cara
membelanjakan harta itu dan caracara menggunakannya. Dan
dijelaskan lagi oleh hadis-hadis
Rasulullah saw:


Artinya:
Nabi saw. telah bersabda, "Mulailah
dari orang-orang yang dekat
denganmu, sedekah yang paling
baik ialah sedekah dari orang
kaya" (H.R Bukhari dan Muslim)
4 Dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.(QS. 2:4)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Al Baqarah 4


4(

)
Keempat: Beriman kepada kitab-kitab
yang telah diturunkan-Nya, yaitu
beriman kepada Alquran dan kepada
kitab-kitab yaitu Taurat, Zabur, Injil
dan sahifah-sahifah yang diturunkan
kepada nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad saw. Beriman kepada
Kitab-kitab dan sahifah-sahifah
tersebut berarti beriman pula kepada
para rasul yang telah diutus Allah
kepada umat-umat yang dahulu
dengan tidak membedakan antara
seseorang pun dengan yang lain
dari rasul-rasul Allah itu.
Beriman kepada Kitab-kitab Allah
merupakan salah satu sifat dari
orang-orang yang bertakwa, yaitu
orang-orang yang beriman, wariswaris para nabi. waris ajaran-ajaran
Allah baik orang-orang dahulu,
maupun orang-orang sekarang
sampai akhir zaman. Sifat ini akan
menimbulkan rasa dalam diri
seseorang muslim bahwa mereka
adalah umat yang satu, agama
mereka adalah satu yaitu agama
Islam. Tuhan yang mereka sembah
ialah Tuhan Yang Maha Esa,
Pengasih lagi Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya. Sifat ini akan
menghilangkan dalam diri
seseorang muslim, semua sifat
menyombongkan diri, rasa
golongan, rasa kedaerahan dan
perasaan kebangsaan yang berlebih
lebihan.
5 Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari
Tuhannya, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.
(QS. 2:5)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Al Baqarah 5



5(

)

Kelima: Beriman kepada adanya hari
akhirat. Akhirat lawan dari "dunia".
"Negeri akhirat" ialah Negeri tempat
manusia berada setelah dunia ini
lenyap. "Yakni akan adanya negeri
akhirat" ialah benar-benar percaya
adanya hidup yang kedua setelah
dunia ini berakhir.
Orang-orang yang mempunyai
sifat-sifat yang lima (5) di atas adalah
orang orang yang mendapat
petunjuk dan bimbingan Allah swt.
dan merekalah orang-orang yang
akan merasakan hasil iman dan
amal mereka di akhirat nanti,
mereka memperoleh keridaan Allah
dan tempat tinggal mereka di akhirat
ialah di surga yang penuh
kenikmatan.

Anda mungkin juga menyukai