Anda di halaman 1dari 13

REFERAT SENIN ILMIAH ANATOMI, FISIOLOGI, DAN BASIC SCIENCE

NEURON, NEUROGLIA, DAN BIOLOGI STEM CELL PADA


SISTEM SARAF
Senin, 22 Februari 2016
Penyaji
: Muhammad Azhary Lazuardy, dr
Pembimbing 1
: Beny Atmaja W., dr., Sp.BS (K)
Pembimbing 2
: Bilzardy Ferry Z., dr., Sp.BS., M.Kes
Pembimbing 3
: Ahmad Faried, dr., Sp.BS., PhD
Referensi
: 1. Youmans Neurological Surgery, 6th Edition. H. Richard Winn.
2. Duus Topical Diagnosis in Neurology, 4th Edition. Baehr.
3. Clinical Neuroanatomy, 26 th Edition. Stephen G. Waxman.

A. NEURON
Struktur Neuron
Neuron merupakan sebutan untuk sel saraf beserta prosesusnya. Ada
sekitar 1011 neuron di otak secara keseluruhan dan 10 10 nya terletak di
neocortex. Bentuk dan ukuran neuron bervariasi, tetapi masing-masing memiliki
sebuah badan sel (soma atau perikaryon) yang memiliki nukleus dan beberapa
organel selular. Dari permukaan badan sel menonjol satu atau lebih prosesus
yang disebut neurit. Neurit yang berfungsi untuk menerima informasi dan
menghantarkannya ke arah badan sel disebut dendrit. Sebuah neurit tubular
panjang yang menghantarkan impuls keluar dari badan sel disebut akson.
Dendrit dan akson sering disebut sebagai serabut-serabut saraf.

Gambar 1. Gambar Skematik Sel Neuron


Badan sel merupakan pusat genetik dan metabolik sel neuron. Meskipun
ukurannya bervariasi, badan sel hanya memiliki proporsi kecil pada sel neuron.
Badan sel dan dendrite menjadi kutub penerima sinyal dari sel neuron. Sinaps
dari sel lain atau prosesus glial menutupi permukaan badan sel. Nukleus pada
sebagian besar sel neuron berbentuk oval dengan nukleoplasma yang jernih.
Aparatus golgi dan retikulum endoplasmik kasar banyak ditemukan di badan sel,
biasanya terletak di antara nukleus dan dendrit. Konsentrasi tinggi retikulum
endoplasmik kasar dinamakan Substansia Nissl. Substansia Nissl ini berperan
dalam sintesis protein dan ditemukan di badan sel saraf dan dendrit. Aktivitas
aerobik yang tinggi dari sel neuron juga membutuhkan mitokondria yang banyak.
Selain itu, terdapat lisosom primer dan sekunder yang seiring dengan proses
penuaan cenderung mengakumulasikan lipofusin. Pada sel neuron yang besar
terdapat sebuah nukleolus yang prominen.

Gambar 2. Gambaran Ultrastruktur Badan Sel Saraf


(http://vanat.cvm.umn.edu/neurHistAtls/pages/neuron9.html#top)
Dendrite merupakan cabang neuron yang menerima informasi sinaptik
dan bersama badan sel menjadi kutub reseptor sel neuron. Pola percabangan
dendrite dapat menjadi sangat kompleks dan menggambarkan bagaimana
neuron mengintegrasikan input sinaptik dari beberapa sumber.
Akson merupakan cabang tunggal yang keluar dari badan sel. Akson
berbentuk tabung silinder sitoplasma yang dilindungi oleh membran yang

disebut

axolemma.

Di

sepanjang

akson

terdapat

sitoskeleteon

yang

mengandung neurofilament dan mikrotubulus. Mikrotubulus ini berperan dalam


transportasi aksonal cepat. Akson merupakan struktur terspesialisasi yang
menghantarkan sinyal elektrik dari segmen inisial (dekat dengan badan sel) ke
terminal sinaptik. Segmen inisial berperan sebagai trigger zone, yaitu zona yang
menghasilkan potensial aksi agar dapat berjalan sepanjang akson. Pada sel
neuron yang besar segmen inisial terdapat pada akson hillock, bagian badan sel
yang berbentuk kerucut. Akson memiliki panjang yang bervariasi, mulai dari
paling pendek yang terdapat pada interneuron dan paling panjang terdapat di
lumbar motor neuron (dari spinal cord ke otot kaki dengan panjang 1 meter).
Diameter akson sendiri berukuran 0,1 Mikrometer 20 Mikrometer.

Gambar 3. Gambaran Skematik Struktur yang Berperan dalam Jalanya


Impuls Saraf
Sebagian besar akson dilapisi oleh selubung myelin. Selubung ini
merupakan lapisan konsentrik multipel dari membran kaya lipid yang dihasilkan
oleh Sel Schwann di Sistem Saraf Perifer, dan Oligodendrosit di Sistem Saraf
Pusat. Setiap 1 mm selubung myelin dipisahkan oleh bagian yang tidak
termyelinasis yang dinamakan nodus Ranvier.

Myelinasi berfungsi untuk

meningkatkan kecepatan impuls saraf sepanjang akson.

Gambar 4. Struktur Akson


(http://thebrain.mcgill.ca/flash/i/i_01/i_01_cl/i_01_cl_fon/i_01_cl_fon.html)
Transpor akson memediasi distribusi intraselular dari protein, organel dan
elemen sitoskeletal. Proses ini diinhibisi oleh kolkisin, yang mendepolimerisasi
mikrotubul. Transpor akson sendiri dapat dibagi menjadi:
1. Tipe anterograde cepat, berfungsi mengatur transpor dari organel
membran

yang

baru

tersintesis

(vesikel)

dan

prekursor

dari

neurotransmiter. Proses ini terjadi dengan kecepatan 200-400 mm/hari.


2. Tipe anterograde lambat, berfungsi mengatur transportasi sitoskeletal
fibrilar dan elemen-elemen protoplasma. Proses ini berlangsung dengan
kecepatan 1-5 mm/hari.
3. Tipe retrograde cepat, berfungsi untuk mengembalikan material yang
telah digunakan dari akson terminal ke badan sel untuk proses degradasi
dan

recycling

dengan

kecepatan

100-200

mm/hari.

Tipe

ini

mentransportasikan nerve growth factor, virus neurotrofik, dan toksin


seperti herpes simplex, rabies, poliovirus dan toksin tetanus.
Sinaps
Sel neuron saling berhubungan satu sama lain melalui sturuktur yang
dinamakan sinaps. Akson berakhir pada satu sisi sinaps dan impuls saraf
dihantarkan

melalui

neurotransmiter.

Terminal

akson

menjadi

bagian

presinaptik dan membran sel yang menerima sinyal menjadi bagian post
sinaptik. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh synaptic cleft. Terminal akson
mengandung vesikel yang berisi neurotransmiter.
Terdapat dua jenis sinaps:

1. Gray type I Synapse (Sinaps asimetris): terdapat penebalan osmiofilik


pada bagian postsinaptik yang melebihi presinaptik. Memiliki fungsi
eksitatori.
2. Gray type II Synapse (Sinaps simetris): terdapat penebalan osmiofilik
yang sama pada bagian postsinaptik dan presinaptik. Memiliki fungsi
inhibitori.

Gambar 5. Struktur Sinaps


Tipe Neuron
Terdapat beberapa tipe sel neuron yang dibedakan dari strukturnya:
1. Neuron psuedounipolar, adalah neuron yang badan selnya memiliki satu
neurit yang bercabang menjadi 2 tidak jauh dari badan sel.
Contoh: Ganglion radiks posterior dan ganglion sensoris dari nervus
kranialis V, VII, IX dan X.
2. Neuron bipolar, mempunyai badan sel memanjang dan dari masing
masing ujungnya keluar satu neurit.
Contoh: Ganglion vestibular dan koklear dari nervus kranialis VIII dan sel
bipolar pada retina
3. Neuron multipolar merupakan populasi terbanyak dari sel saraf dalam
sistem saraf. Dalam kelompok ini termasuk neuron motorik, neuron
otonom dari sistem saraf, interneuron, sel- sel piramid dari korteks cerebri
dan sel-sel Purkinje dari korteks cerebelar.

Gambar 6. Tipe-tipe Sel Neuron


Neurotransmiter
Neurotransmiter eksitatori paling umum pada Sistem Saraf Pusat (SSP)
adalah glutamate, sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah - aminobutyric
acid (GABA). Neurotransmiter inhibisi di medula spinalis adalah glisin.
Asetilkolin dan norefinefrin merupakan neurotransmitter yang penting di
Sistem Saraf Otonom, namun juga ditemukan di SSP. Neurotransmiter penting
lainnya antara lain adalah

dopamin,

serotonin, dan berbagai macam

neuropeptide.

B. NEUROGLIA
Sel neuron susunan saraf pusat disokong oleh beberapa jenis sel yang
disebut neuroglia. Sel-sel neuroglia tidak berpartisipasi secara langsung dalam
pemrosesan dan transmisi impuls saraf. Ukuran neuroglia umumnya lebih kecil
daripada neuron dan berjumlah 5-10 x lebih banyak. Sel-sel ini membentuk lebih
dari separuh volume otak dan medula spinalis.
Sel neuroglia secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu makroglia dan
mikroglia. Makroglia terdiri dari astrosit dan oligodendrosit. Kedua sel tersebut
memiliki

kemampuan

untuk

regenerasi.

Oligodendrosit

berfungsi

dalam

pembentukan myelin di Sistem Saraf Pusat, sedangkan astrosit memiliki peranan


penting dalam regulasi lingkungan ionik dan reuptake dari neurotransmiter.
Mikroglia terdiri dari sel-sel mikroglia yang berfungsi dalam sistem imun SSP.
Astrosit
Secara struktural, terdapat 2 jenis astrosit, yaitu:
1. Astrosit fibrosa. Badan sel kecil, prosesus panjang dan tipis, memiliki
banyak filamen sitoplasmik. Lokasi terbanyak di substansia alba.

2. Astrosit protoplasmik. Badan sel kecil, prosesus kecil dan tebal, banyak
cabang dan sedikit filamen sitoplasmik. Lokasi terbanyak di substansia
grisea.

Gambar

7.

Fotomikrograf

Fibrosa

Astrosit

Gambar

8.

Fotomikrograf Astrosit Protoplasmik


Astrosit memiliki fungsi:
1. Sebagai komponen penyokong sistem saraf
2. Sebagai insulator listrik sistem saraf
3. Membatasi penyebaran neurotransmiter
4. Mengambil ion K+
5. Menyimpan glikogen
6. Memiliki fungsi fagositik
7. Menggantikan tempat neuron yang mati
8. Menjadi penyalur bahan dasar dan bahan metabolit
9. Menghasilkan zat-zat trofik
Oligodendrosit
Oligodendrosit paling banyak terdapat di substansia alba. Oligodendrosit
memiliki struktur badan sel yang kecil, prosesus yang sedikit dan halus, dan
tidak memiliki filamen dalam sitoplasmanya. Sel glia ini tersusun sepanjang saraf
yang bermielin, mengelilingi badan sel saraf. Oligodendrosit merupakan sel
pembentuk mielin pada sistem saraf pusat. Sebuah oligodendrosit dapat
memielinisasi sebanyak 30 akson. Pada Sistem Saraf Tepi, fungsi ini diambil alih
Sel Schwan yang hanya bisa memielinisasi satu buah akson. Oligodendrosit juga
memiliki fungsi untuk memberikan nutrisi bagi sel
neuron yang dilapisinya.

Gambar 9. Gambaran Oligodendrosit saat Pembentukan Myelin

Gambar 10. Foto Oligodendrosit pada Mikroskop Elektron


Mikroglia
Mikroglia berasal dari monosit darah dan merupakan neuroglia terkecil
dengan prosesus yang bergelombang dan berduri. Mikroglia ini tersebar
diseluruh SSP, namun hanya berproliferasi pada saat terpapar penyakit.
Mikroglia berfungsi dalam proses fagositosis.
Ruang Ekstraseluler
Dari hasil obesrvasi dengan mikroskop elektron, ditemukan celah sempit
yang memisahkan sel neuron dengan sel neuroglia. Celah itu terpisah antara
satu dengan yang lainnya dan berisi cairan jaringan, disebut ruang ekstraseluler.
Ruang ekstraseluler ini berhubungan di bagian luar dengan LCS di dalam ruang
subarakhnoid dan di bagian dalamnya berhubungan dengan LCS ventrikel otak
dan kanalis sentralis medulla spinalis. Ruang ekstraseluler juga mengelilingi
kapiler darah di dalam otak dan medula spinalis. Ruang ekstraseluler dapat
mengakomodasi pertukaran ion dan molekul antara darah dan sel neuron dan sel
glia. Membran plasma sel endotel pada sebagian besar kapiler impermeabel
terhadap berbagai zat kimia dan membentuk sawar darah otak.
Sawar Darah-Otak
Tersusun atas pertautan yang rapat dari nonfenestrated endothelial cell,
beberapa penulis memasukkannya sebagai astrocytic foot processes. Infark otak

merusak pertautan yang rapat dari sel endotel dan mengakibatkan edema
vasogenik, dimana terjadi infiltrasi plasma ke dalam ruang eksraseluler.
Sawar Darah-LCS
Terdiri atas pertautan yang rapat antara sel epitel kuboid dari pleksus
koroid. Sawar ini permeabel terhadap beberapa peptida (misalnya insulin) dan
protein plasma (misalnya prealbumin)
C. STEM CELL PADA SISTEM SARAF
Beberapa dekade lalu para ahli menyimpulkan bahwa sel neuron yang
terdapat pada otak dan medula spinalis tidak bisa melakukan regenerasi. Dogma
tersebur berakhir di pertengahan tahun 1990-an, ketika para ahli menemukan
bahwa beberapa bagian sel di otak dapat beregenerasi menjadi sel baru. Para
ahli menyimpulkan bahwa sel neuron baru dapat muncul dari neural stem cell
pada otak fetus maupun dewasa.
Stem cell

dapat melakukan

dua

hal,

yaitu

replikasi

sendiri

atau

berdiferensiasi menjadi sel tertentu. Replikasi merupakan kemampuan dasar dari


stem cell. Sebagian besar stem cell pada orang dewasa berada dalam keadaan
istirahat atau bereplikasi lambat dalam waktu yang lama, sampai akhirnya
teraktifasi ketika terpapar penyakit atau cedera. Keputusan apakah stem cell
dapat melakukan replikasi, diferensiasi, atau sama sekali tidak melakukan apa
pun bergantung pada ekspresi gen dan faktor eksternal seperti sitokin, kontak
antar sel, dan molekul tertentu yang dibutuhkan. Pada diferensiasi sel dikenal
istilah sel progenitor. Seperti stem cell, sel progenitor adalah sel dengan
kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu. Yang
membedakan sel progenitor dari stem cell, diferensiasi stem cell dapat terjadi
pada beberapa lintasan diferensiasi, sedangkan diferensiasi sel progenitor hanya
terjadi pada satu lintasan diferensiasi.
NEUROGENESIS
Neural stem cells (NSCs) dapat berkembang menjadi tiga sel utama di
sistem saraf; neuron, oligodendrosit, dan astrosit. Dua area di otak yang sering
menjadi pusat studi aktivitas NSCs adalah Subventricular Zone (SVZ) dan
Subgranular Zone (SGZ) di dentate gyrus hippocampus.
Pada awal

tahun 1990-an Reynold dan Weiss menemukan bahwa sel

neuron pada otak tikus dewasa berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi neuron
9

dan astrosit. Hasil penemuan tersebut menyimpulkan bahwa SVZ merupakan


salah satu area di otak manusia yang menghasilkan sel-sel saraf baru. Pada SVZ,
terdapat satu lapisan berisi sel-sel proliferatif sepanjang aspek lateral dari
ventrikel lateral. Sel-sel tersebut mengekspresikan Glial Fibrillary Acidic Protein
(GPAP) yang merupakan marker klasik astrosit, dan Polysialylated Neural Cell
Adhesion Molecule (PSA-NCAM). Lapisan yang memisahkan antara sel GFAP/PSANCAM dengan lumen ventrikel adalah lapisan sel ependimal yang sebagian besar
astrositnya memiliki penonjolan apikal yang langsung kontak dengan ventrikel.
Astrosit dari SVZ berdiferensiasi menjadi neuroblast yang selanjutnya berpindah
melalui alur migrasi ke bulbus olfaktorius untuk akhirnya menjadi sel neuron.
Alur tesebut dikenal dengan Rostral Migratory Stream (RMS). Sel astroglial SVZ
juga

menghasilkan

astrosit,

sel

prekursor

oligodendrosit

(OPCs),

dan

oligodendrosit bermyelin sebagai respon terhadap lesi demyelinasi kimia.


Prekursor primer in vivo pada SVZ adalah astrosit bereplikasi lambat, yang
disebut sel B. Sel B membelah diri secara asimetris menghasilkan 2 keturunan
berbeda, astrosit SVZ yang mirip dengan sel induk dan transit-amplifying cell
berumur pendek yang dinamakan sel C.
mengekspresikan

GFAP

maupun

Sel C tidak seperti sel B yang

PSA-NCAM.

Setelah

periode

singkat

peningkatan aktivitas mitosis, sel C berdiferensiasi menjadi neuroblast (sel tipe


A). Neuroblast selanjutnya berpindah dari SFZ ke bulbus olfaktorius melalui RMS,
dimana menghasilkan 2 tipe interneuron inhibisi, sel neuron granular dan
periglomerular.

10

Gambar 11. Multipotensi dari Neural Stem Cell (NSC)

Gambar 12. Zona Subventrikular pada Dewasa


Lokasi prinsipal kedua dari neurogenesis pada orang dewasa adalah area
Subgranular Zone (SGZ) yang terletak di formasio hipokampal. SGZ terletak di
antara dentate gyrus dan hilum hipokampus. Pada area ini, prekursor primer sel
neuronnya adalah astrosit, sama halnya seperti di SVZ, namun dengan
sitoarsitektur yang berbeda. Sel B di hipokampus berkembang menjadi sel D
yang imatur. Sel D ini berbeda dengan sel C di SVZ dimana sel D membelah diri
lebih jarang dan berukuran lebih kecil. Sel D selanjutnya berkembang menjadi sel
neuron granul eksitatori yang bermigrasi ke lapisan granular hipokampus. Sel
neuron yang baru terbentuk berintegrasi dengan sirkuit yang dekat dengan sel
induk astrosit. Sel neuron yang telah terdiferensiasi ini memiliki proyeksi akson
yang disebut mossy fibers ke area CA3 di hipokampus.

11

Gambar 13. Tipe Sel Neurogenik di Zona Subgranular Orang Dewasa


Laju produksi sel neuron di hipokampus bervariasi bergantung pada faktor
usia, faktor internal seperti level neurotransmiter, dan faktor eksternal seperti
latihan, istirahat, dan stres.
GLIOGENESIS
Sel yang berperan penting dalam gliogenesis adalah sel progenitor glial.
Set tersebut mampu berdiferensiasi menjadi astrosit, oligodendrosit, atau
keduanya. Sel progenitor ini mencakup 3% sampai 9% dari seluruh sel di sistem
saraf pada orang dewasa. Jika sel neurogenik hanya terdapat pada beberapa
area tertentu di otak, sel gliogenik hampir terdapat pada seluruh area otak dan
medula spinalis. Faktor transkripsi Olig2 merupakan faktor molekular yang
berperan penting pada proses gliogenesis.
Istilah sel progenitor glial ini bermakna luas, mencakup beberapa populasi
sel yang dapat diidentifikasi dari ekspresi atau potensi marker permukaan.
Marker

permukaan

tersebut

di

antaranya

adalah

chondroitin

sulfate

proteoglycan NG2, platelet-derived growth factor receptor PDGFR-, dan


permukaan sel ganglioside A2B5. Oligodendrocyte progenitor cells (OPCs)
merupakan sel glial yang banyak terdapat di white matter dan grey matter dan
mencakup 3% sel yang terdapat pada subcortical white matter orang dewasa.
OPCs juga dapat berkembang menjadi neurosphere dan dapat berdiferensiasi
menjadi oligodendrosit in vitro. Namun, walaupun progenitor glial adalah
multipoten, OPCs kurang memiliki kemampuan untuk bereplikasi sendiri.
Proteoglikan NG2 diekspresikan oleh populasi sel sistem saraf pusat orang
dewasa dan sering dimaknai sebagai oligodendrocyte progenitor cells. OPCs
memberikan respon proliferatif, perubahan bentuk, dan berdiferensiasi menjadi
oligodendrosit

yang

termyelinisasi

kapanpun

ketika

demyelinasi

ataupun

inflamasi terjadi.
PDGFR- sering digunakan untuk mengidentifikasi sel dengan karakteristik
OPCs. Deplesi sel tersebut menghasilkan hipomyelinasi berat dan fenotip tremor.
Sebaliknya, ekspresi berlebih PDGF berakibat pada produksi oligodendrosit yang
berlebih dan ektopik, meskipun pada akhirnya dieliminasi melalui apoptosis.
A2B5 merupakan ganglioside permukaan sel yang kadang digunakan
untuk mengidentifikasi progenitor glial. A2B5 diekspresikan oleh oligodendrosit
pada awal diferensiasi dan semakin lama berkurang seiring sel bertambah matur.
12

Astrocyte precursor cells (APCs), merupakan tipe sel yang kurang memiliki
karakteristik dibandingkan OPCs.

Hal ini dikarenakan pembentukan astrosit

dikatakan para ahli merupakan proses yang seragam dan default. Pembentukan
astrosit akan meningkat seiring adanya inhibisi neurogenesis.
RESPON STEM CELL DAN SEL PROGENITOR TERHADAP CEDERA
Pada cedera otak (traumatik, iskemik, atau kimiawi), perbaikan endogen
terjadi. Area neurogenik di otak (SVZ dan hipokampus) berespon terhadap
iskemik dengan meningkatkan proliferasi dan jumlah sel neuron baru yang dapat
bertahan dan berintegrasi. Namun, respon proliferatif terjadi sebagian besar di
prekursor glial di parenkim. OPCs berproliferasi, lalu bermigrasi ke lokasi lesi dan
melakukan proses myelinasi sebagai respon terhadap keadaan patologis,
termasuk trauma, iskemia, dan demyelinasi. Beberapa growth factors banyak
dihasilkan pada saat cedera terjadi, dan beberapa di antaranya bersifat
mitogenik terhadap OPCs. Diferensiasi neuronal pada area lain selain SVZ dan
SGZ jarang terjadi. Sekalipun terjadi, akan terjadi proses abortif.

13

Anda mungkin juga menyukai